PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD)
(STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh: TEDI RIZKI 20110520108
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMUSOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya,
NAMA : Tedi Rizki
NOMOR MAHASISWA : 20110520108
JURUSAN : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:“PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD) (STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)”Adalah karya hasil saya dan bukan plagiat baik secara utuh maupun sebagian,serta belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu
perguruan tinggi atau lembaga apapun.Hal-hal bukan karya asli saya dalam skripsi tersebut
diberi tanda dan ditunjukan dalam daftar pustaka.Demikian peryataan ini saya buat dengan
sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan peryataan ini.
Yogykarta 27 juni 2016
Tedi Rizki
iv MOTTO
“Ya Allah,sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermamfaat,rezeki
yang baik dan amal yang diterima
”(HR.Ahmad Ibnu Majah dan IBnu as-Sunni).
“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.Maka apabila engkau telah
selesai (dari satu urusan),tetaplah bekerja keras(untuk urusan yang lain)”
(QS 94:6-7).
Sedikit pengetahuan yang diterapkan jauh lebih beharga ketimbang banyak
pengetahuan yang tak dimamfaatkan
(Kahlil Gibran).
Tidak masalah jadi manusia yang lamban,terakhir atau terbodoh sekalipun,tapi jangan
pernah menjadi manusia yang gampang menyerah.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas hidayah –Nya.Dan dengan segala kerendahan hati,saya persembahkan karya ini untuk :
Kedua Orang Tuaku : Bapak Hazrin Ali dan Ibu Kartini, terima kasih atas semangatnya yang
mengebu-gebu dan memotivasiku untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
doa, kasih sayang,dukungan moril, dan materil yang tidak dapat ternilai dan terbalaskan.
Datuk-ku : Alm. Ismail, Maaf Datuk diusia lanjutmu, cucu-mu ini belum sempat
membahagiakanmu, keinginanmu untuk secepatnya balik kekampung abadimu sekarang telah
dikabulkan. Semoga engkau disana di tempatkan didalam barisan para penghuni surga.
Amin.
Nenek-ku : Siti hawa, sehat terus nek, semoga bisa melihat cucu-cucumu sukses semuanya.
Kakak ku dan adikku, Nizommudin dan Mei Sarah Atas ilmu dan perbincangan setiap hari
dalam keluarga bersama. Kalian bukan hanya saudara tetapi juga teman untuk berbagi.
Saudara-saudaraku : maaf tidak bisa disebutkan kalian satu persatu, terima kasih banyak atas dukungan dan do‟anya yang selalu menyertaiku. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua
Sahabat-sahabatku : AyuAnastasia, Artito Radityo, M.Qortubi, Novita Puspaningrum, Triana
Dian Sari, Amin Sapto, Muhammad Habib Akroman, Juanda, Dani Hendradi, Ria Wardani,
Tio Pirnando,Winas Damar, Damar Prayoga, Ardiansyah S,Zakyudin Fikri, Arrizal.Annisa
Dewi Septiyani,
Terima kasih atas semangat kalian dalam suka dan duka.
Teman-teman KKN 40: Aan Febriadi, Ade Oktavia P, Ican Wahyu R, Inas Winalytra, Iwan
Suwandi, Kartika Sari Dewi, M achda Bachrian, Nendra Satya Ramadhan, Sapta Berysta,
Teuku, Fendi, Muchlis, Unggul Rizqy Prabowo.
vi
Teman-teman Mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY angkatan 2011
Terima kasih untuk semua hal untuk tahun tahun terbaik ini.
Teman-teman Alumni SMA Negeri 5 Kota Jambi
Yang selalu mebuat bahagia dan tetap semangatSerta teman-teman yang tak bisa saya
vii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
Nya, sehingga saya dapat melaksanakan tugas dalam menyusun skripsi ini sampai
terselesaikan. Skripsi ini diberi judul “PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD) (STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)”.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas serta memenuhi syarat-syarat guna
menyelesaikan Program Strata Satu Ilmu Pemerintahan. Penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik atas bantuan semua pihak, sehingga penulis
dengan segenap kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:
Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Bapak Ali muhammad, S.IP.,MA,PH.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik.
Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP.,MSi. Selaku ketua jurusan Ilmu Pemerintahan.
Drs. Suswanta, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang sudah banyak bersabar
dalam membimbing penulis menyelesesaikan skripsi ini.
Seluruh Dosen dan Staf di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan
ilmu yang terbaik bagi mahasiswa UMY.
Ibu-ibu anggota SKPD pemerintahan Kota Yogyakarta, yang telah memberikan
viii
Ibu Dyah Intan Usaratrui, S.IP.,MA, M.Eng, Ibu Tutiek Susiatun, SPT, dan Ibu
Ristyawati, ST,M.eg
Terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat dan
memberikan pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, hal
ini mengingat kemampuan dan pengalaman dalam penelitian menyusun skripsi ini sangat
terbatas. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan dan pengembangan penelitian selanjutnya. Tidak ada yang dapat penulis
berikan selain ucapan terima kasih atas seluruh bantuan yang diberikan. Semoga karya ini
bermamfaat bagi penulis dan bagi pihak pihak penikmat pembacanya. Semoga Allah SWT
meridhoi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum.Wr.WB
Yogyakarta 27 Juni2016
Penyusun,
Tedi Rizki
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PERYATAAN ... iii
HALAMAN MOTO ... iv
MOTTO PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vii
SINOPSIS ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat ... 7
D. Studi Terdahulu ... 7
E. Kerangka Teori ... 10
1. Konsep Kinerja ... 11
a. Pengertian ... 11
b. Faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi ... 12
c. Kinerja pemerintahan ... 16
d. Indikator kinerja organisai ... 18
2. Pemerintahan Kota ... 21
x
b. Asas-Asas pemerintah daerah ... 23
c. Hak dan kewajiban pemerintah daerah/kota ... 24
d. Tugas, fungsi serta penyelenggaraan pemerintah daerah ... 27
3. Tatacara pelaksanaan evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah ... 27
F. Definisi Konsepsional ... 29
G. Definisi Operasional ... 30
H. Metode penelitian ... 31
1. Jenis Penelitian ... 31
2. Sumber Data &Jenis Data ... 31
a. Sumber Data ... 31
b. Jenis Data ... 32
3. Lokasi Penelitian ... 34
4. Teknik Pengumpulan Data ... 34
a. Wawancara ... 35
b. Dokumentasi ... 36
c. Observasi ... 37
5. Teknik Analisis Data ... 37
I. Sistematika Penulisan ... 38
BAB II GAMBARAN OBJEK PENELITIAN A. Profil Pemerintah Kota Yogyakarta ... 4O 1. Profil Kota Yogyakarta ... 40
2. Sejarah Kota Yogyakara ... 40
xi
B. Gambaran Umum Organisasi Perangkat DaerahPemerintah Kota…... 46
1.Kedudukan Pemerintah Kota Yogyakarta……….. 46
2.Tugas Pokok Dan Fungsi Pemerintah Kota Yogyakarta………. 47
C. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ... 50
1.Visi Pembangunan Kota Yogyakarta... ... 52
2.Misi Pembangunan Kota Yogyakarta……… .. 52
3.Tujuan Dan Sasaran Pembangunan Yogyakarta………. 54
BAB III PEMBAHASAN A. Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta.... ... . 55
1. Manajemen penyelenggaraan urusan pemerintahan.... ... 57
a. Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Yogyakarta 59
b. Opini Laporan Keuangan Oleh Auditor Eksternal ... 59
c. Nilai Evaluasi Kinerja Penyelengara Pemerintah Daerah (EKPPD)…. ……….. 60
2. Kesejahteraan masyarakat ... 62
a. Pendapatan Per Kapita………. 64
b. Jumlah Koperasi Aktif………... 65
c. Jumlah Pelaku UMKM……….. 65
d. Angka Kemiskinan……… ... 66
e. Tingkat Intensitas Pengendalian Frekuensi Konflik Sosial Yang Karena SARA Dan Kesenjangan Sosial……… 67
3. Pelayanan dasar kepada masyarakat……… 68
a. Angka Melek Huruf... ... 70
b. Angka Partisipasi Sekolah……….. 70
xii
d. Indek Kepuasan Masyarakat.. ... 72
e. Presentase Tindak Lanjut Penanganan Pengaduan Masyarakat Lewat Unit Pelayanan Infornasi Dan Keluhan………… ... 72
f. Indek Kepuasan Layanan Rumah Sakit……… ... 73
g. Indek Kepuasan Layanan Kesehatan………… ... 74
4. Daya SaingDaerah/Iklim Investasi………. .... 75
a. Indek Pembangunan Manusia… ……… ... 77
b. Tingkat Kelulusan Ujian Nasional………..…… ... 77
c. Angka Penganguran Terbuka………... ... 78
d. Pertumbuhan Ekonomi……… ... 79
e. Inflasi……… ... 79
f. Pendapatan Pajak Dan Restribusi Daerah……… ... 80
BAB IV PENUTUP KESIMPULAN ... 83
SARAN.. ... 84
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 10 Kota dan Kabupaten Peraih Gelar Kinerja Terbaik
Kemendagri ... 5
Tabel 1.1 Penetian terdahulu ... 8
Tabel 1.2 Data Primer... 32
Tabel 1.3 Data Sekunder ... 33
Tabel 3.1: Keterkaitan Misi, Tujuan dan Sasaran ... 55
Tabel 3.2 Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan Pemerintah Daerah yang berkualitas ... 56
Tabel 3.3 Terwujudnya Peningkatan kualitas ekonomi ... 62
Tabel 3.4 Terwujudnya Kualitas sosial masyarakat ... 63
Tabel 3.5 Terwujudnya pendidikan inklusif untuk semua ... 66
Tabel 3.6 Terwujudnya pelayanan administarasi publik yang baik ... 68
Tabel 3.7 Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau ... 69
Tabel 3.8 Terwujudnya kualitas sumber daya masyarakat yang unggul ... 72
i
PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD)
(STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh: TEDI RIZKI 20110520108
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMUSOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD) (Studi kasus : Kota Yogyakarta Tahun 2013)
Oleh :
TEDI RIZKI 20110520108
Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pada :
Hari /Tanggal : Jum‟at / 26 Agustus 2016 Tempat : Ruang Ujian IP
Jam : 11.00 – 11.45 WIB SUSUNAN TIM PENGUJI
KETUA
Drs. Suswanta, M.Si
PENGUJI I PENGUJI II
Dr. Suranto, M.Pol Bambang Eka Cahyo Widodo, S.IP.,M.Si.
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
SINOPSIS
Skripsi ini mengambil judul “PELAKSANAAN KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD)(
STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)”. Seiring banyaknya prestasi yang diraih oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, seperti Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), gelar kota cerdas Indonesia dan kinerja terbaik pada EKPPD Kementrian Dalam Negeri Tahun 2013. Membuat penelitian ini ingin menggali serta mengetahui pelaksanaan evaluasi kinerja penyelengaraan pemerintahan daerah. Kemudian dari paparan latar belakang diatas sejatinya penelitian ini ingin mengetahui keberhasilan Pemeritah Kota Yogyakarta dalam meraih penghargaan sebagai kinerja pemerintahan terbaik dari Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2013.Dari permasalahan diatas penulis kemudian membatasi pembahsan pada rumusan masalah yaitu: bagaimana pelaksanaan evaluasi kinerja penyelengaraan pemerintahan daerah dikota yogyakarta tahun 2013.
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menjabar dan mengembangkan hasil penelitian dalam bentuk paraghraf tulisan yang bersumber dari informan yang sudah ditentukan. Jenis data pada peneltian ini ada dua yaitu primer dengan teknik pengumpulan data wawancara langsung dan observasi, serta data sekunder yaitu dengan melihat dan mempelajari dokumen atau Naskah Dinas yang ada Pemerintah Kota Yogyakarta. Setelah itu seluruh data yang diperoleh di jabarkan dengan teknik tiangulasi yang meliputi tiga tahapan1) Reduksi Data (reduction), (2) Sajian Data (display) dan (3) Penarikan Kesimpulan danVerifikasi (conclusion drawing).
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kinerja terbaik yang dilakukan oleh Pemerintah kota Yogyakarta meliputi 4 hal yaitu: manajemen penyelenggaraan urusan pemerintahan, kesejahtraan masyarakat, pelayanan dasar kepada masyarakat, dan daya saing daerah atau iklim investasi daerah.Capain masing-masing sub indikator pada keempat indikator diatas pada tahun 2013 dapat dicapai dengan baik dan maksimal. Meskipun ada beberapa sub indikator yang belum bisa mencapai 100% daricapaianmaksimal,seperti: persentase jumlah sekolah yang melayani pendidikan ingklusif (96,94%),indek kelayanan kesehatan (97%) ,tingkatan kelulusan ujian nasional (96%),dan inflasi (66,91%).
Berdasarkan hasil penelitian, pada point per point yang dibahas, bahwa kinerja pemerintahkota Yogyakarta dilihat dari capaian masing-masing indikator sasaran strategis yang ditetapkan telah tercapai dengan kategori sangat baik, namun dalam pelaksanaannya pemerintah Kota Yogyakarta masih terkendala beberapa hal seperti: terbatasnya jumlah SDM pelaksana,sehingga sebagian capaian tidak tercapai dengan maksimal,tetapi hal tersebut masih dikategorikan sangat baik. Saran penulis Tingkat pelayanan dasar kepada masyrakat harus lebih ditingkatkan lagi dan peningkatan kualitas kinerja instansi pemerintahan juga perlu lebih ditingkatkan lagi.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hari ini Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar dan budaya. Dengan
demikian Mengenal Yogyakarta secara detail tidak dibisa hanya dilihat dari satu sisi saja,
hingga saat ini sudah banyak permasalahan yang terjawabkan oleh kota seribu budaya ini.
Kiprah dari satu pemimpin ke pemimpin berikutnya selalu membawa kota ini menjadi
lebih baik. Kiprah kepemiminan Herry Zudianto yang membawa perubahan pada
penataan pasar tradisional dan pedangang kaki lima di kawasan Kota Yogyakarta dan
sampai saat ini kiprah Walikota yang menjabat Haryadi Suyuti juga telah banyak
membawa prestasi-prestasi cemerlang seperti peraihan gelar Smart City untuk Kota Yogyakarta, Wajar Tanpa Pengecualian dan MERAIH gelar kinerja pemerintahan terbaik
berdasarkan hasi EKPPD (Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah)
berdasarkan hasil penilaian kemendagri.
Kinerja adalah suatu bentuk prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
perorangan atau kelompok suatu organisasi dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu
periode tertentu. Kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam suatu periode. Peningkatan kinerja
tidak dapat terwujud apabila tidak ada pengelolaan atau manajemen yang baik, yang
2
Pangastuti mengungkapkan “bahwa usaha-usaha manajemen kinerja ditujukan
untuk mendorong kinerja dalam mencapai tingkat tertinggi organisasi”.1
Lebih lanjut,
Propper dan Wilson, menyebutkan bahwa manajemen kinerja dapat meningkatkan kinerja
organisasi secara keseluruhan.2 Manajemen berbasis kinerja adalah proses perencanaan,
pengukuran, penilaian dan evaluasi kinerja pegawai untuk mewujudkan tujuan organisasi
serta mengoptimalkan potensi diri pegawai.
Kinerja pada umumnya diartikan sebagai kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya untuk mencapai
target kerja. Karyawan dapat bekerja dengan baik bila memiliki kinerja yang tinggi
sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik. Kinerja karyawan merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuannya.
Untuk itu kinerja dari para karyawan harus mendapat perhatian dari para pimpinan
perusahaan, sebab menurunnya kinerja dari karyawan dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
Kinerja pemerintah di Indonesia sampai saat ini masih sedikit pemerintah daerah
yang mendapat predikat terbaik. Berdasarkan data empiris yang yang dilansirkan oleh
warta berita online Jogjadaily “Pemerintah Kota Yogyakarta meraih penghargaan dari
Menteri Dalam Negeri atas prestasinya sebagai pemerintah daerah yang berprestasi
dengan kinerja terbaik secara nasional hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (EKPPD) untuk kategori Pemerintah Kota yang diselenggarakan oleh
1
Pangastuti, M. D, 2008. Pengaruh Partisipasi Penganggaran Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajemen Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Moderator”. Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang.
2
3
Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. Kota Yogyakarta merupakan salah satu
dari 10 Kota yang mendapat penghargaan dengan kinerja terbaik penyelenggaraan
Pemerintah Daerah tahun 2013 yang di serahkan pada peringatan Hari OTDA tahun
2015. Penilaian tersebut dilakukan oleh Tim khusus yang melibatkan 10 Instansi
Kementerian dan Lembaga Pemerintah. Menurut Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo
penghargaan tersebut diberikan setelah Kemendagri mengevaluasi Laporan
Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2013”.3
Berdasarkan permendagri nomor 73 tahun 2009 menjelaskan bahwa prinsip dasar
EKPPD dilaksanakan berdasarkan 6 indikator yaitu: spesifik, obyektif,
berkesinambungan, terukur dapat diperbandingkan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Spesifik sebagaimana dimaksud dilaksanakan secara khusus untuk menilai kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan LPPD dan laporan lain yang diterima
oleh Pemerintah. Obyektif sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan
sistem pengukuran kinerja yang baku dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.
Berkesinambungan sebagaimana dimaksud dilaksanakan secara reguler setiap tahun
sehingga dapat diperoleh gambaran perjalanan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dari waktu ke waktu. Terukur sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan
memanfaatkan data kuantitatif dan atau kualitatif yang dapat dikuantitatifkan dan
menggunakan alat ukur kuantitatif sehingga hasilnya dapat disajikan secara kuantitatif.
Dapat diperbandingkan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan
sistem pengukuran kinerja dan indikator kinerja kunci yang sama untuk semua daerah.
3
4
Dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan mengolah
data dari LPPD yang dikirim oleh Kepala Daerah secara transparan.
Berdasarkan berita yang dilansirkan oleh Kemendagri News prestasi tersebut juga
diraih di 10 kabupaten dan dan 10 kota yang baik kinerjanya berdasarkan evaluasi
kementerian dalam negeri antara lain adalah: 1). Kabupaten Bantul 2). Kabupate Kulon
Progo 3). Kabupaten Kutai Kartanegara 4). Kabupaten Lamongan 5). Kabupaten
pasaman 6). Kabupaten Pinrang 7). Kabupaten Purbalingga 8). Kabupaten Sidoarjo 9).
Kabupaten Sleman 10). Kabupaten tuban.
Dan 10 Kota yang juga meraih penghargaan tersebut adalah: 1). Kota Blitar 2).
Kota Cimahi 3). Kota Depok 4). Kota madiun 5). Kota Mojokerto 6). Kota Probolinggo
5
Tabel 1.1 10 Kota dan Kabupaten Peraih Gelar Kinerja Terbaik Kemendagri
No Kota Kabupaten
1 Kota Blitar Kabupaten Bantul
2 Kota Cimahi Kabupate Kulon Progo
3 Kota Depok Kabupaten Kutai Kartanegara
4 Kota madiun Kabupaten Lamongan
5 Kota Mojokerto Kabupaten Pasaman
6 Kota Probolinggo Kabupaten Pinrang
7 Kota Samarinda Kabupaten Purbalingga
8 Kota Semarang Kabupaten Sidoarjo
9 Kota Surabaya Kabupaten Sleman
10 Kota Yogyakarta Kabupaten Tuban
Hal senada dikatakan Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, Ia mengatakan jika
penghargaan tersebut disamping akan memberikan kepercayaan diri atas kinerja
Pemerintah Kota Yogyakarta, juga akan dijadikan tantangan ke depan bagi Pemerintah
Kota Yogyakarta untuk selalu meningkatkan kualitas kinerjanya dan mempertahankannya
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Ini merupakan keberhasilan seluruh masyarakat
Kota Yogyakarta, karena selama ini masyarakat Kota Yogyakarta telah mendukung
dengan baik atas semua kegiatan pembangunan yang dilaksanakan Pemkot Yogyakarta.
Selama itu pula seluruh jajaran pegawai Pemerintah Kota Yogyakarta telah melaksanakan
6
Menurut Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo penghargaan tersebut diberikan
setelah Kementrian Dalam Negeri mengevaluasi Laporan Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2013. "Setelah menilai berdasarkan
sejumlah paramater penyelenggaraan pemerintah daerah (Pemda) dan pelayanan publik
yang ada, Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota dinilai memiliki kinerja terbaik.
Seiring banyaknya prestasi yang diraih oleh Pemerintah Kota Yogyakarta seperti
“wajar tanpa pengecualian, gelar kota cerdas Indonesia dan kinerja terbaik pada EKPPD
Kementrian Dalam Negeri Tahun 2013 membuat peneliti ingin menggali serta
mengetahuai faktor-faktor apa saja dan indikator yang di jalankan oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta dalam meraih beberapa prestasi dan juga dari paparan latar belakang diatas
sejatinya peneliti ingin mengetahui keberhasilan Pemeritah Kota Yogyakarta dalam
meraih penghargaan sebagai kinerja pemerintahan terbaik dari Kementerian Dalam
Negeri pada tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
- Bagaimana pelaksanaan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah (EKPPD)
dikota Yogyakarta tahun 2013?
C. Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
- Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan kinerja penyelengaraan pemerintah
7
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara komprehensif berfungsi sebagai filter dalam
memformulasikan produk keilmuan baik dalam tataran teoritis, akademis, maupun
praktis. Oleh karena itu kegunaan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan nantinya menjadi salah satu referensi
bagi pengembangan ide mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan dalam melakukan
penelitian dengan tema atau masalah yang serupa.
2. Sasaran Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
referensi tambahan bagi para aparatur pemerintah kabupaten/kota dalam
meningkatkan kinerja pegawai di instansi pemerintahannya.
D. Studi Terdahulu
Sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu
studi pendahulu, yaitu menjajaki kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti.
Menurut Suharsimi arikunto Studi pendahulu ini dimaksudkan untuk mencari informasi
yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukanny. Oleh
karena itu peneliti memakai dua penelitian pendahulu untuk dijadikan sebagai rujukan
8
Rumusan Masalah Metode penelitian
9
Rumusan Masalah Metode penelitian
10
Rumusan Masalah Metode penelitian
dan Bisnis
Dari beberapa studi terdahulu yang peneliti paparkan, bahwasanya keberhasilan
pemerintah daerah dalam menjalankan masing-masing programnya bergantung kepada
beberapa faktor seperti sumber daya manusia, pengendalian system, pemanfaatan
teknologi, komintmen perangkat pendukungnya, dan juga budaya organisasi menjadi hal
yang mutlak dalam mendukung tingkat keberhasilan pemerintah daerah.
Namun ada perbedaan maksud peneliti dengan penelitian sebelumnya, pada
penelitian ini peneliti akan membahas factor-faktor apa yang mempengaruhi serta mampu
meraih gelar pemerintah kota demgan kinerja terbaik dari kemendagri tahun 2013.
E. Kerangka Teori
Teori merupakan suatu landasan dalam membahas permasalahan yang akan diteliti
agar tidak melenceng dari topic yang akan diteliti. Teori juga merupakan salah satu dari
unsur penelitian yang sangat penting untuk menerangkan fenomena sosial yang akan di
11
proposisi yang saling kait mengkait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis
atau fenomena yang ada dengan menunjukan secara spesifik hubungan-hubungan
diantara variabel yang terkait dengan fenomena dengan tujuan memberikan eksplanasi
dan prediksi atas fenomena tersebut.4 Untuk menjelaskan permasalahan diatas maka
peneliti menggunakan beberapa teori yaitu:
1. Konsep Kinerja
A. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering
diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau
“prestasi”.5 Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani “Kinerja seseorang
merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat
dinilai dari hasil kerjanya”.6
Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa
Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa
asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam
organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Berbeda dengan Bernardin dan Russel dalam Yeremias T. Keban
mengartikan kinerja sebagai the record of outcomes produced on a specified job
function or activity during a specified time period.7 Dalam definisi ini, aspek
yang ditekankan oleh kedua pengarang tersebut adalah catatan tentang outcome
4
Zamroni. 1992. Pengantar pengembangan teori social. Yogyakarta. Tiara Wacana. Hal : 2. 5
Keban, Yeremias T. 2004. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: PT Refika Aditama. 6
Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta. Hal: 223
12
atau hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaa atau aktivitas dijalankan
selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian kinerja hanya mengacu pada
serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan
tidak termasuk karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.
Sedangkan Suyadi Prawirosentono mendefinisikan kinerja sebagai
performance, yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan
etika.8 Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas
atau prog ram yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta
sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu.
B. Faktor yang mempengaruhi Kinerja Organisasi
Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau
aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai
tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dalam Yeremias T. Keban untuk melakukan kajian secara lebih mendalam
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di
Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut:9
8 Prawirosentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
9
13
a) Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk melakukan
penilaian secara benar dan tepat. Dalam kenyataannya, orang menilai secara
subyektif dan penuh dengan bias tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang
mengatur atau mengendaikan perbuatan tersebut.
b) Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses
yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja. Aturan main
menyangkut siapa yang harus menilai, kapan menilai, kriteria apa yang
digunakan dalam system penilaian kinerja sebenarnya diatur dalam
manajemen sumber daya manusia tersebut. Dengan demikian manajemen
sumber daya manusia juga merupakan kunci utama keberhasilan system
penilaian kinerja.
c) Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi
dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma yang dianut masih
berorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian selalu bias kepada
pengukuran tabiat atau karakter pihak yang dinilai, sehingga prestasi yang
seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan.
d) Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi public terhadap
pentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka selalu memberikan
komitmen yang tinggi terhadap efektivitas penilaian kinerja, maka para
penilai yang ada dibawah otoritasnya akan selalu berusaha melakukakan
14
Menurut Lusthaus(1999) factor-faktor yang mempengaruhi kinerja
organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:10
(1) Lingkungan Eksternal, dimensi kunci yang dapat mempengaruhi lingkungan adalah lingkungan eksternal yang terdiri dari lingkungan
adminstratif, aturan, kebijakan, budaya sosial, ekonomi, teknologi.
(2) Motivasi organisasi, hal yang memotivasi organisasi adalah sejarah, misi, budaya, insentif atau imbalan.
(3) Kapasitas organisasi, terdiri dari (a) Strategi kepemimpinan
(b) Sumber daya manusia
(c) Manajemen keuangan
(d) Proses organisasi
(e) Program manajemen
(f) Infrastruktur
(g) Rantai instusional
Namun menurt Salusu menyatakan bahwa ada dua kondisi yang dapat
mempengaruhi kinerja organisasi, yaitu kapabilitas organisasi dan lingkungan
eksternal, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Kapabilitas organisasi
Kapabilitas organisasi yaitu konsep yang dipakai untuk menunjuk pada
kondisi lingkungan internal yang terdiri atas dua faktor strategi, yaitu
kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah situasi dan kemampuan
10
15
internal yang bersifat positif, yang memungkinkan organisasi memiliki
keuntungan strategi dalam mencapai sasarannya; sedangkan
kelemahan adalah situasi dan ketidakmampuan internal yang
mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Kedua
faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Faktor yang perlu
diperhitungkan dalam melihat kemampuan internal organisasi antara
lain; struktur organisasi, sumberdaya baik dana maupun tenaga, lokasi,
fasilitas yang dimiliki, integritas seluruh karyawan dan integritas
kepemimpinan.
(2) Lingkungan eksternal
Kondisi yang kedua adalah lingkungan eksternal, yang terdiri atas dua
faktor strategi, yaitu peluang dan ancaman atau tantangan. Peluang
sebagai situasi dan faktor-faktor eksternal yang membantu organisasi
mencapai atau bahkan bisa melampaui pencapaian sasarannya;
sedangkan ancaman adalah faktor-faktor eksternal yang menyebabkan
organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Dalam mengamati
lingkungan eksternal, ada beberapa sektor yang peka secara strategi,
artinya bisa menciptakan peluang, atau sebaliknya merupakan
ancaman. Perkembangan teknologi misalnya, peraturan
perundangundangan, atau situasi keuangan, dapat saja memberi
keuntungan atau kerugian bagi organisasi (Salusu, 2001:53)
Dari bebapa pendapat yang disampai oleh beberapa ahli dapat disimpulkan
16
Dan faktor yang paling berpengaruh adalah faktor eksternal dan kapabilitas
organisasi pemerintah itu sendiri.
C. Kinerja Pemerintahan
Kinerja pemerintah dalam lingkup kajian organisasi adalah secara makro,
tujuan, dan cita-cita, dan harapan suatu organisasi yang diusahakan
pencapaiannya dan perwujudannya melalui organisasi tersebut. Bahwa
sekelompok orang yang memiliki kesetiaan kepentingan juga diusahakan
pencapaiannya melalui organisasi, sedangkan pada tingkat individu, berbagai
tujuan, keinginan, cita-cita, harapan, dan kebutuhannya hanya bisa tersalurkan,
terpenuhi, dan terpuaskan dengan menggunakan jalur organisasional.
Dikatakan sedemikian maksudnya adalah karena adanya hubungan
ketergantungan antara manusia dengan organisasi dalam arti bahwa manusia
tidak mungkin lagi mencapai berbagai tujuannya tanpa menggunakan jalur
organisasional dan sebagainya.
Sementara itu pengertian kinerja itu sendiri menurut Wibowo Berasal dari
pengertian „performance‟ yang memberikan pengertian sebagai hasil kerja atau
prestasi kerja.11 Namun, sebenarnya Amstrong dan Baron menjelaskan bahwa
kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi
pada ekonomi. Selanjutnya Sudarto menyatakan bahwa “Kinerja adalah sebagai
hasil atau kerja dari suatu organisasi yang dilakukan oleh individu yang dapat
ditunjukkan secara nyata dan dapat diukur.”12
11
Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal:7 12
17
Sejalan dengan pengertian kinerja di atas Mangkunegara menyatakan
sebagai berikut:13
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik pengertian bahwa kinerja
adalah perbuatan, penampilan, prestasi, daya guna dan unjuk kerja dari suatu
organisasi atau individu yang dapat ditunjukkan secara nyata dan dapat diukur.
Dengan adanya beberapa pengertian kinerja yang telah disebut diatas, kinerja
perseorangan harus lebih diperhatikan karena kinerja organisasi merupakan hasil
kumpulan kinerja perseorangan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai
mempunyai peranan yang penting dalam suatu organisasi, oleh karena itu
seorang pegawai negeri perlu berada pada kondisi yang unggul, artinya mampu
mewujudkan perubahan dengan secara inovatif dan proaktif.
Sementara itu Mustopadidjaja menjelaskan bahwa untuk organisasi
pemerintahan, kinerja pemerintahan yang baik (good government performance)
bukan saja memerlukan kebijakan yang baik (good policy), tetapi juga system
dan proses pelaksanaan kebijakan yang baik (good policy implementation
system and process); dan kedua hal terakhir itu memerlukan system administrasi
pemerintahan negara yang baik (good publik administration system) yang
13
18
mensyaratkan adanya sumberdaya manusia yang baik dan diindahkannya prinsip
"the right men and women and the right places".14 Kebijakan yang baik tidak
akan menghasilkan kinerja yang baik apabila system dan proses pelaksanaannya
tidak baik, dan kesemuanya itu juga tergantung pada kompetensi sumberdaya
manusianya yang berperan dalam system dan proses kebijakan.
Pengertian ini mengisaratkan bahwa organisasi pemerintahan hendaknya
menjadi organisasi peduli (carring) yang menjadikan pertimbangan moral
menjadi dasar utama. Karakteristik dari organisasi ini adalah kepedulian kepada
individu sebagai makhluk yang memiliki nilai-nilai eksistensi, keuntungan
bukan merupakan tujuan utama tetapi lebih pada internalisasi kebutuhan dan
kehendak organisasi, memberikan dorongan untuk mengaktualisasi dan
mengembangkan potensi individu yang bermanfaat bagi tujuan organisasi.
D. Indikator Kinerja Organisasi
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan.15 Sementara menurut Lohman indikator kinerja adalah suatu variable
yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektifitas dan
efisiensi proses dengan pedoman pada target-target dan tujuan organisasi.16
McDonald dan Lawton dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih
mengemukakan indikator kinerja antara lain: output oriented measures
14
AR. Mustopadidjaya. 2002. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi,Implementasi dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: LAN
15
Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Penerbit BPFE,Yogyakarta. Hal: 71 16
19
throughput, efficiency, effectiveness. Selanjutnya indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut: 17
a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam
penyelenggaraan pelayanan public
b. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun
misi organsiasi.
Winarsih mengemukakan indikator kinerja antar lain: economy, efficiency, effectiveness, equity. Secara lebih lanjut, indikator tersebut diuraikan sebagai berikut:18
a. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumber daya sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.
b.Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
d.Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.
17
Ratminto & Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 18
20
Lenvinne dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih mengemukakan
indikator kinerja terdiri dari: responsiveness, responsibility, accountability. a. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap provider
terhadap harapan, keinginan, aspirasi serta tuntutan customers.
b. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik dilakukan dengan tidak
melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
c. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan
dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh
stakeholders, seperti nilai dan Norma yang berkembang dalam
masyarakat.19
Berdasarkan beberapa definisi diatas, indikator kinerja adalah kriteria
yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang
diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Untuk menilai kinerja organisasi ini
tentu saja diperlukan indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk
mengukurnya secara jelas, tanpa indikator yang jelas tidak akan ada arah yang
dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara
alternatif alokasi sumber daya yang berbeda, alternatif desain-desain organisasi
yang berbeda, dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang
yang berbeda.
19
21
2. Pemerintah Kota
A.Pengertian Pemerintahan Kota
Pemerintah secara etimologis dalam bahasa Inggris disebut government
atau dari bahasa Prancis disebut Gouvernement yang berasal dari bahasa latin
Gubernaculum atau dalam bahasa yunani Kubernan yang berarti kemudi, dalam
hal ini yang dimaksud adalah mengemudi jalannya negara untuk mencapai
tujuan negara.20
Menurut Mohammad Yamin, yang dikutip oleh Ateng Syafrudin,
Pemerintah ialah jawatan atau aparatur dalam susunan politik. Pemerintahan
ialah tugas kewajiban alat negara. Istilah penguasa dipakai berulang-ulang dan
berarti pemerintah yang berkuasa.21
Pengertian pemerintahan dalam arti luas adalah segala bentuk kegiatan
atau aktifitas penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh organ-organ atau alat
– alat perlengkapan negara yang memiliki tugas dan fungsi sebagaimana
digariskan oleh konstitusi, yaitu dilakukan oleh Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif dalam suatu organisasi kekuasaan yang disebut negara.22
Pemerintahan dalam arti sempit yaitu aktifitas atau kegiatan yang
diselenggarakan oleh organ pemegang kekuasaan eksekutif sesuai dengan tugas
dan fungsinya yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Presiden ataupun Perdana
Menteri sampai dengan level birokrasi yang paling rendah tingkatannya.23
20
Pudyatmoko , Y Sri, dan Tjandra, W. Riawan. 1996. Peradilan Tata Usaha Negara sebagai Salah Satu Fungsi Kontrol Pemerintah. Penerbitan Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Hal: 25.
21
Ateng Syafrudin. 1976. Pengaturan Koordinasi Pemerintahan di Daerah.Tarsito, Bandung. Hal: 3 22
Handoyo, B.Hestu Cipto. 2009. Hukum Tata Negara Indonesia. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Hal: 119 23
22
Pemerintahan dalarn arti luas berarti kewenangan untuk kedamaian dan
keamanan, baik ke dalam maupun ke luar. Oleh sebab itu, sebuah negara harus
memiliki kekuasaan militer atau kemampuan untuk mengendalikan angkatan
perang. Sebuah Negara juga harus memiliki kekuasaan legislatif, dalam artian
kemampuan membuat dan merancang undang-undang. Bukan itu saja, sebuah
negara juga harus mempunyai kekuatan finansial atau kemampuan untuk
memenuhi keuangan masyarakat dalam rangka membiayai ongkos keberadaan
negara dalam penyelenggaraan peraturan.24
Pemerintah Kota pada prinsipnya merupakan pemerintah yang
menggunakan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah kota. Dengan demikian peran pemerintah kota adalah segala sesuatu yang
dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam rangka melaksanakan otonomi
daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pemerintah
daerah/kota adalah suatu sistem totalitas dari dari bagian-bagian yang saling
ketergantungan dan saling berhubungan yang unsur utamanya terdiri dari kepala
daerah dan DPRD yang secara formal mempunyai kewajiban dan hak untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya.
Melihat penjelasan mengenai pemerintah daerah/kota, maka dapat
dikatakan kota merupakan dari gabungan beberapa kecamatan yang ada
disekitarnya. Pemerintahan Kota (Pemkot) dipimpin oleh seorang walikota.
Kabupaten merupakan daerah bagian langsung dari provinsi. Kabupaten/Kota
24
23
dipimpin oleh Bupati/Walikota yang dibantu oleh seorang Wakil Walikota dan
perangkat daerah lainnya. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap
Kabupaten/Kota dibekali dengan hak dan kewajiban.25
B.Asas – Asas Pemerintahan Daerah
Asas–Asas Umum Pemerintahan Yang Baik atau disingkat AAUPB
merupakan asas – asas umum pemerintahan yang lahir dari praktek
penyelenggaraan negara dan pemerintahan sehingga bukan produk formal suatu
lembaga negara seperti undang – undang Hotma Sibuea.26 Asas – asas umum
pemerintahan yang baik lahir sesuai dengan perkembangan zaman untuk
meningkatkan perlindungan terhadap hak – hak individu. Fungsi dari Asas –
Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, lebih lanjut menurut Hotma Sibuea
didalam bukunya, adalah sebagai pedoman atau penuntun bagi pemerintah atau
pejabat administrasi negara dalam rangka pemerintahan yang baik (good
governance).
Menurut Ni‟matul dalam Pemerintahan Daerah terdapat asas – asas yang
menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Ada 3 (tiga) asas
dalam pemerintahan daerah, yaitu: 27
(1)Asas desentralisasi
Beberapa pakar memberikan pendapat dan pemahaman tentang
desentralisasi, namun pada dasarnya Dilihat dari pelaksanaan fungsi
pemerintahan, desentralisasi atau otonomi itu menunjukkan : satuan –
25
Arsyad Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ke Empat. Yogyakarta. STIY YKPN 26
P. Sibuea, Hotma. 2010. Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik. Jakarta : Erlangga. Hal: 151
27
24
satuan desentralisasi (otonom), lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai
perubahan yang terjadi dengan cepat, satuan – satuan desentralisasi dapat
melaksanakan tugas dengan efektif dan lebih efisien, satuan – satuan
desentralisasi lebih inovatif, serta satuan – satuan desentralisasi
mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, komitmen yang
lebih tinggi dan lebih produktif
(2)Asas dekonsentrasi
Amrah Muslimin mengartikan dekonsentrasi yaitu pelimpahan sebagian
dari kewenangan pemerintah pusat kepada alat – alat pemerintah pusat
yang ada di daerah.
(3)Asas Tugas Pembantuan
Menurut Joeniarto, disamping pemerintah lokal yang berhak mengatur
dan mengurus urusan rumah tangganya, dapat juga diberikan tugas –
tugas pembagian pembantuan. Tugas pembantuan ialah tugas untuk ikut
melaksanakan urusan pemerintah pusat atau pemerintah lokal yang
berhak mengatur dan mengurus rumah tangga tingkat atasannya.28
C.Hak dan Kewajiban Pemerintah Daerah/Kota
Adapun hak-hak setiap daerah ialah sebagai berikut:
(1) Mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahnya
(2) Memilih pemimpin daerah
(3) Mengelola aparatur daerah
(4) Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah
28
25
(5) Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
(6) Mengelolah kekayaan daerah
(7) Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
(8) Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya yang berada di daerah.29
Adapun kewajiban setiap daerah ialah sebagai berikut:
(1) Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan , dan kerukunan
nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Meningkatkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
(3) Mengembangkan kehidupan demokrasi.
(4) Mewujudkan keadilan dan pemerataan.
(5) Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
(6) Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
(7) Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.
(8) Mengembangkan sistem jaminan sosial.
(9) Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
(10) Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
(11) Melestarikan lingkungan hidup.
(12) Mengelolah administrasi kependudukan.
(13) Melestarikan nilai sosial budaya.
(14) Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai
dengan kewenangannya.
29
26
(15) Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.30
Pada praktiknya bahwa hak dan kewajiban daerah diwujudkan dalam
bentuk rencana kerja pemerintah daerah. Rencana kerja tersebut dijabatkan
dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah (RAPBD). Kemudian
dikelola dalam system pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah kabupaten/kota
memiliki kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Pemerintah daerah terdiri atas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Kepala daerah dibantu oleh seorang Wakil Kepala daerah. Kepala daerah
Provinsi disebut Gubernur, dan wakilnya disebut Wakil Gubernur. Sementara
itu, kepala Daerah Kabupaten/Kota disebut Bupati/Walikota dan wakilnya
disebut Wakil Bupati/Wakil Walikota. Dalam menjalankan tugasnya Wakil
Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Wakil kepala daerah
dapat menggantikan kepala daerah apabila kepala daerah tidak dapat
menjalankan tugasnya selama 6 bulan berturut-turut
D.Tugas, Fungsi serta Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (1) Tugas dan Fungsi
Pada prinsipnya dengan tugas dan fungsi pemerintah kepada publik
akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pemberdayaan akan
mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan menciptakan
kemakmuran dalam masyarakat.
Selanjutnya mengenai fungsi pemerintahan tersebut kemudian
digolongkan menjadi 2 (dua) macam fungsi, yaitu:
1)Pemerintah mempunyai fungsi primer atau fungsi pelayanan (service),
27
sebagai provider jasa publik yang baik diprivatisasikan dan layanan sipil termasuk layanan birokrasi,
2)Pemerintah mempunyai fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan
(empowerment), sebagai penyelenggara pembangunan dan melakukan program pemberdayaan.
Dengan luasnya dan kompleksnya tugas dan fungsi pemerintahan,
menyebabkan pemerintah harus memikul tanggung jawab yang sangat besar.
Untuk mengemban tugas yang berat itu, selain diperlukan sumber daya,
dukungan lingkungan, dibutuhkan institusi yang kuat yang didukung oleh
aparat yang memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat dan pemerintahan. Langkah ini perlu
dilakukan oleh pemerintah, mengingat dimasa mendatang
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan semakin menambah
pengetahuan masyarakat untuk mencermati segala aktivitas pemerintahan
dalam hubungannya dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat.31
3. Tata cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 tahun 2009 dijelaskan dalam
pasal 1 ayat 5 tentang kinerja pemerintahan adalah atas penyelenggararaan urusan
pemerintahan daerah yang diukur dari masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat,
dan/atau dampak. Hasil capaian tersebut kemudian didapatkan dari evaluasi kinerja
pemerintah daerah sebagimana dijelaskan dalam ayat 6 yang kemudian disingkat
EKPPD adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap
31
28
kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan menggunakan system
pengukuran kinerja.
Dalam melakukan evaluasi tentunya dalam peraturan menteri ini dijelaskan
tentang asas pelaksanaan EKPPD pada Bab II (dua) pasal 2 (dua) antara lain:
a. Spesifik
b. byektif
c. Berkesinambungan
d. Terukur
e. Dapat dibandingkan, dan
f. Dapat dipertanggungjawabkan.
Namun pada Bab III (tiga) pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) selain dari asas diatas
sumber informasi yang digunakan dalam penilaian ini juga bersumber dari data
pelengkap yang berupa:
g. Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
h. Informasi keuangan daerah
i. Laporan kinerja instansi pemerintah daerah
j. Laporan hasil pembinaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan
pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah.
k. Laporan hasil survey kepuasan masyarakat terhadap layanan pemerintahan daerah
l. Laporan kepala daerah atas permintaan khusus
m. Rekomendasi/tanggapan DPRD terhadap LKPJ kepala daerah
n. Laporan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
29
o. Tanggapan masyarakat atas Informasi LPPD
p. Laporan dan/atau informasi lain yang akurat dan jelas penanggungjawabnya
Peninjauan lapangan kepada daerah yang berprestasi sangat tinggi atau terbaik
dan rendah berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi Tim Daerah dilakukan penilaian
kenyataan dilapangan meliputi:
a. Kesejahteraan masyarakat;
b. Pelayanan dasar kepada masyarakat;
c. Ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan;
d. Daya saing daerah dan/atau iklim investasi daerah;
e. Manajemen penyelenggaraan urusan pemerintahan;
f. Sistem pelayanan perijinan satu atap;
g. Sarana dan prasarana jalan, dranaise, perekonomian dan perhubungan; dan
h. Sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah.
F. Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional adalah definisi yang di gunakan untuk menggambarkan
secara tepat suatu fenomena yang akan di teliti. Definisi konsepsional ini juga di gunakan
untuk menggambarkan secara abstrak tentang kejadian, keadaan kelompok atau individu
yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial.32 Sedangkan maksut dari definisi
konsepsional yaitu untuk menjelaskan mengenai pembatasan antara konsep yang satu
dengan konsep yang lainya. 32
30
a. Kinerja adalah performance atau hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan
etika.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja merupkan indikator-indikator
pendukung dan faktor penghambat kinerja pemerintahan dalam melaksanakan
sebuah kebijakan
c. Pemerintah Kota pada prinsipnya merupakan pemerintah yang menggunakan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kota.
G. Definisi Operasional
Definisi oprasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
mengukur suatu variabel-variabel. Sedangkan variabel adalah suatu karakteristik yang
mempunyai variasi/ukuran/score.33 Untuk mengetahui tingkta kinerja Pemerintah Kota
Yogyakarta maka indikator yang digunakan sebagai tolak ukurnya Kemudian untuk
melihat bagaimana kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta dalam meraih kinerja
pemerintahan terbaik kementrian dalam negeri tersebut. Beberapa indikator untuk
mengetahui bagaimana kinerja tersebut. Dan adapun indikator yang peneliti gunakan
adalah prinsip dasar Evaluasi Kinerja Penyelenggara Pemerintahan Daerah sebagai
berikut:
a. Manajemen penyelenggaraan urusan pemerintahan
b. Kesejahteraan masyarakat
c. Pelayanan dasar kepada masyarakat
33
31
d. Daya saing daerah dan/atau iklim investasi daerah
H. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau secara lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.34 Pada penelitian ini peneliti menggunakan study kasus (case study).
Pendekatan studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif dimana
peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses,
aktivitas terhadap satu atau lebih orang
b. Sumber Data & Jenis Data a) Sumber Data
Menurut Sugiyono penentuan sampel atau informan dalam penelitian
kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, karena itu
orang yang dijadikan sampel atau informan sebaiknya yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:35
1) Mereka yang mengusai atau memahami program dan kinerja pemerintah
Yogyakarta.
2) Mereka yang berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan pemerintah
Yogyakarta.
3) Mereka yang mempunyai cukup waktu untuk diwawancarai.
34
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Hal ¬4 35
32
4) Mereka tidak cenderung menyampaikan informasi hasil keemasan
lembaga pemberdayaan masyarakat itu sendiri.
Dalam penelitian ini peneliti menetukan informan denga teknik purposive sampling, artinya dengan memilih narasumber yang benar-benar mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat pemerintah Yogyakarta terpilih sebagai kinerja
pemerintahan terbaik. Sehingga narasumber akan dapat memberikan infromasi
tentang program dan kinerja pemerintah Kota Yogyakarta. Informan dalam
penelitian ini berasal dari unsur pemerintah, tokoh masyarakat, unsur akedemisi dan
masyarakat setempat.
Adapun informan yang akan diminta informasi dan keterangan dalam
penelitian ini adala:
a. Walikota Yogyakarta
b. Satuan kerja perangkat daerah Yogyakarta
c. Masyarakat
d. Tokoh Masyarakat
b) Jenis Data
Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menggunakan:
a) Data Primer
Data primer adalah semua informasi mengenai konsep penelitian
(ataupun yang terkait dengannya) yang kita peroleh secara langsung
dari unit analisa yang dijadikan sebagai obyek penelitian.36 Dalam
36
33
penelitian ini data primer bersumber dari hasil wawancara denga
informan.
Tabel 1.2 Data Primer
Data Primer Sumber
Wawancara
Bagian Tata Pemerintah (20 Mei
2016)
Bagian Hubungan Masyarakat (25
Mei 2016)
Sub bagian Perencanaan Ekonomi
Sosial dan Budaya BAPPEDA (23
Mei 2016)
Observasi Data temuan lapangan
Dokumentasi Berupa dokumen nota dinas
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah semua informasi yang kita peroleh secara
tidak langsung, melalui dokumen-dokumen yang mencatat keadaan
konsep penelitian (ataupun yang terkait dengannya) di dalam unit
analisa yang dijadikan obyek penelitian.37 Dalam penelitian ini data
sekunder yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan,
literatur-literatur, dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti
37
34
Tabel 1.3 Data Sekunder
Data Sekunder Sumber
Dokumentasi
- Undang-undang no 23 tahun
2014 tentang Pemerintah
Daerah
- LAKIP
- Dokument Standar
Oprasional Pelayanan
c. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian pada tataran pemerintah
Kota Yogyakarta beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dalah hal ini selaku
lembaga eksekutif yang menjalankan kebijakan pemerintah Kota Yogyakarta
kedalam beberapa program dan kegiatan.
d. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk menggali informasi yang
35
1) Wawancara
Pada teknik ini, peneliti mengadakan tatap muka dan berinteraksi Tanya
jawab langsung dengan pihak responden atau subyek untuk memperoleh data.
Wawancara dalam penelitian ini khususnya dalam taraf pemulaan, biasanya
tidak berstruktur. Tujuan ialah memperoleh keterangan yang terinci dan
mendalam mengenai pandangan orang lain. Pada mulanya belum dapat
dipersiapkan sejumlah pertanyaan yang spesifik karena belum dapat diramalkan
keterangan apa yang akan diberikan oleh responden, belum diketahui secara
jelas kearah mana pembicaraan yang berkembang, karena itu wawancara tidak
berstruktur, artinya responden dapat kebebasan dan kesempatan untuk
mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh
peneliti. Setelah peneliti memperoleh sejumlah keterangan, peneliti dapat
mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa
yang telah disampaikan oleh informan.38
Dengan demikian, maka cirri-ciri pokok dari wawancara, adalah sebagai
berikut:
1) Didalam wawancara diperlukan perilaku yang senantiasa saling
menyesuaikan diri, terutama dari pewawancara.
2) Wawancara sangat berguna untuk memperoleh data perihal sikap,
perasaan, pikiran, kepercayaan, dan hal-hal yang mengingat faktor-faktor
tersebut.
3) Wawancara memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk
mempergunakan perbagai tipe pertanyaan.
38
36
4) Perluasan ruang lingkup, dimungkinkan didalam wawancara.
5) Didalam wawancara seringkali tidak ada waktu untuk mempergunakan dan
memformulasikan bahasa yang baik.
6) Dalam wawancara, maka yang diwawancarai mempunyai kedudukan yang
terbuka maupun peranan yang terbuka.
7) Kadang-kadang pewawancara harus dilengkapi dengan data, apabila yang
diwawacarai pada saat terentu menghendaki data tersebut
Menurut Stewart dan Cash, wawancara diartikan sebagai sebuah interaksi
yang didalanmya terdapat pertukaran atau berbagai aturan, tanggung jawab,
perasaan, kepercayaan, motif dan informasi.39 Pada penelitian ini wawancara
yang dilakukan adalah wawancara mendalam (depth interview) untuk
mendapatkan data yang sebenarnya dengan unit analisis: Pemerintah Kota yang
meliputi Walikota, Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terlibat serta pendapat
masyarakat Yogyakarta tentang kinerja pemerintah.
2) Dokumentasi
Menurut Herdiansyah, studi dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.40
Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan Cara mengambil data
statistik, maupun dokumen perundang-undangan atau peraturan yang berkaitan
dengan program yang dijalankan pemerintah Kota Yogyakarta tersebut.
39
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 118
40
37
3) Observasi
Observasi menurut Sugiyono yaitu observasi sebagai teknik pengumpulan
data yang mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang diamati tidak terlalu
besar.41
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati fakta yang
terjadi dilapangan. Sehingga data yang diperoleh digunakan untuk
mendukung data yang dihasilkan dari wawancara mendalam.
e. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
dengan model analisis kualitatif, yaitu analisis yang bergerak dalam tiga
komponen, yaitu (1) Reduksi Data (reduction), (2) Sajian Data (display) dan (3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing).42 Reduksi data yang dimaksud adalah data hasil wawancara serta dokumentasi yang diperoleh yang
kemudian diidentifikasi agar lebih mudah dan fokus.
Setelah dilakukannya identifikasi pada data kemudian data dideskripsikan
dalam bentuk sajian yang diperkuat dengan analisis untuk membuat kesimpulan.
Sehingga proses analisis dimulai dengan melakukan strukturisasi data primer
dari hasil wawancara dan obeservasi untuk dianalisis, kemudian memilah data
sekunder yang terkait yang terkait dengan kajian permasalahan seperti program
dalam rangka menunjuang keberhasilan pemerintah Kota Yogyakarta dalam
41
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. ALFABETA Hal : 145 42