7 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perilaku
Perilaku menurut Chaplin (2005) memiliki beberapa arti yaitu (a) sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang diakukan organisme, (b) bagian dari satu kesatuan pola reaksi, (c) satu perbuatan atau aktivitas , (d) satu gerak atau komplek gerak-gerak). Sedangkan menurut Morgan (1987) mengartikan perilaku sebagai segala sesuatu yang dilakukan individu dan dapat diobservasi dengan berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan melihat bagaimana orang berperilaku maka dapat diketahui kondisi mental dan proses nternal yang tersebunyi. Melalui pengukuran perilaku maka perasaan, sikap, kepercayaan dan intense seseorang dapat diungkap.
Pendapat berbeda menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organism (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
8 berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing.
2.2.
Remaja Dan Alkohol
2.2.1 Remaja
Menurut Debbese (dalam Monks dkk, 1999) remaja selalu menonjolkan sesatu dari dirinya yaitu originalitasnya bukan identitasnya. Hal tersebut nampak pada perilaku sosialnya yaitu remaja mengikuti kelompok-kelompok atau menjadi anggota sebuah geng. Dalam kelompok, remaja bersosialisasi, berinteraksi satu sama lain dan proses itu menjadi sarana pertukaran nilai dari masing-masing anggota kelompok. Nilai yang dianut bukan nilai seseorang yang dewasa melainkan nilai dari teman sebaya (Hurlock, 1996). Hal tersebut memungkinkan remaja terbawa arus oleh lingkungannya.
Remaja dalam lingkungan kelompok yang memberikan pengaruh positif, maka remaja mengikuti perilaku yang positif pula, tetapi apabila
9 remaja dalam kelompok yang negative, maka remaja juga mengikuti hal yang negative pula. Apalagi remaja masih dalam tahap mencari jati diri dan berani mencoba hal-hal yang berisiko bagi dirinya, seperti minum minuman beralkohol, mengikuti balapan motor, seks bebas, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang (Luna. 2011). Hal tersebut menimbulkan perilaku yang kompleks pada remaja.
2.2.2 Alkohol
Alkohol menururt WHO adalah jenis obat berbahaya dan termasuk kelompok obat psikoaktif atau obat penenang bersama transkuiliser, sedative, atau hipnotikum dan narkotika atau opial (Yatim, 1991). Menurut Hundleby dan Mercer (dikutip Hardani 1999, h.9) menggolongkan minuman keras menjadi tiga jenis yaitu:
a) Bir dengan kadar alkohol 1% hingga 5% b) Anggur degan kadar alkohol 5% hingga
10 c) Liquar dengan kadar alkohol 20% hingga
55%
Semakin tinggi kadar alkohol maka makin besar pengaruhnya bagi si peminum. Selain jenis alkohol, jumlah alkohol juga turut andil dalam mempengaruhi peminum, dan pengaruhnya berbeda-beda pada tubuh manusia. Dalam tahap ringan atau 0,005% alkohol dalam darah manusia hanya mempengaruhi kemampuan kontrol dan pertimbangan seseorang. Kadar alkohol 0,10% dalam darah maka terjadi gangguan pusat bicara, keseimbangan dan kecekatan tangan. Gerakan motorik tubuh akan terganggu pada saat alkohol dalam darah mencapai 0,45% akan terjadi koma pada si peminum. Pernafasan dan jantung akan berhenti berdenyut apabila kadar alkhol dalam darah mencapai 0,70%. (Joewana dalam Hardani 1999).
11
2.2.3 Alkoholisme
2.2.3.1
Pengertian Alkoholisme
Alkoholisme adalah kondisi dimana konsumsi alkohol telah menimbulkan masalah besar dalam area psikologi, fisik, sosial dan pekerjaan. (Levinthal. 1996).
Menurut Hawarl (2004) alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai dengan kecenderungan untuk meminum lebih daripada yang direncanakan, kegagalan usaha untuk menghentikan minum minuman beralkohol dan terus minum minuman beralkohol walaupun dengan konsekuensi sosial dan pekerjaan yang merugikan.
Menuurut Chapin (Riyanti, 1998) Alkoholisme adalah kekacauan dan kerusakan kepribadian yang disebebkan karena nafsu untuk meminum yang bersifat kompulsif, sehingga penderita akan meminum minuman beralkohol secara berlebihan dan dijadikan kebiasaan.
12 Menururt Atkinson dkk (dalam Prabowo & Riyanti, 1998) Alkooholisme mencangkup tidak dapat dikendalikannya kemampuan berpantang atau adanya perasaan tidak hidup tanpa minum.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa alkoholisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami adiksi dan penyakit menahun yang ditandai dengan kecenderungan untuk meminum lebih daripada yang direncanakan dan adanya perasaan tidak hidup tanpa minum.
2.2.3.1
Syarat disebut Alkoholisme
Menurut Gordon dan Gordon (dalam Dariyo, 2004) ketergantungan alkohol merupakan suatu gangguan atau penyakit individu yang bersifat fisik, mental dan emosional, sehingga individu merasa tidak mampu menghentikan kecenderungan untuk menggunakan alkohol tersebut.
13 Menurut Maslim (dalam Rahayu, 2005), remaja dikatakan mengalami ketergantungan terhadap minuman beralkohol jika ditandai dengan tiga atau lebih gejala-gejala dibawah ini yang dialami dalam masa satu tahun. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memeaksa (kompulsi) untuk mengkonsumsi minuman beralkohol. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol, termasuk pada saat memulainya usaha penghentian ataupun pada ingkat sedang mengkonsumsinya.
Gejala putus zat dapat mengakibatkan gejal-gejala khas pada saat pemutusan atau pengurangan mengkonsumsi alkohol seperti anxietas, depresi, onset, keadaan gaduh gelisah toksik, kejang, gemetaran, ketakutan dan gangguan tidur atau pada saat remaja tersebut mengkonsumsi alkohol dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala-gejala putus zat tersebut. Terbukti adanya toleransi berupa peningkatan dosis alkohol aktif
14 yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang dapat diperoleh dengan dosis yang lebih rendah .
Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan mengonsumsi alkohol, meningkatknya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau mengkonsumsi alkohol untuk pulih dari akibatnya.Tetap mengkonsumsi alkohol meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu periode mengkonsumsi alkohol.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indiidu yang mengalami ketergantungan alkohol adalah individu yang mengalami suatu gangguan atau penyakit yang bersifat fisik, mental, dan emosional. Individu tersebut mempunyai keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa untuk mengkonsumsi atau
15 menggunakan minuman beralkohol oleh karena itu individu yang mengalami ketergantungan alkohol sulit untuk lepas dari pengaruh alkohol.
2.2.3.1 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Minum Minuman Beralkohol
Faktor yang mempengaruhi perilaku minum minuman pada remaja menurut beberapa penelitian.
1. Ketaatan beribadah
Menurut Oulting dan Beauvais (1987), hubungan antara ketaatan beribadah dengan perilaku minum minuman beralkohol sangat erat. Pemakai obat-obatan dan minuman keras cenderung kurang berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, kurang rajin beribadah dan urung memiliki komitmen keagamaan. 2. Pengaruh keluarga
Kebanyakan penelitian yang memusatkan perhatian pada faktor keluarga menemukan bahwa hubungan antara anak dan orang tua
16 mempengaruhi keterlibatan seorang anak dan orang tua mempengaruhi keterlibatan seorang anak dalam menemukan bahwa hubungan antara anak dan orang tua mempengaruhi keterlibatan seorang anak dalam menggunakan obat-obatan ataupun minuman keras (Winfree dikutip Hardani 1999)
Dari beberapa penelitian dilaporkan, beberapa gejala yang berkaitan dengan keluarga dan penggunaan minuman beralkohol pada remaja yaitu orang tua yang menginsumsi minuman beralkohol cenderung memiliki anak yang mengkonsumsi minuman beralkohol (Gunarasa 1995)
2.2.4 Perilaku Seks Bebas
Alkohol menurut teori Freud (dalam Danarto, 2003) menyebutkan bahwa kimiawi dan libido terdapat eksperimen pengangkatan kelenjar seks (kelenjar gonad, testis pada pria dan ovarium pada wanita), dalam jaringan antara (intestisial tissue) gonad, zat-zat kimia khusus telah diproduksi, yang saat
17 dibawa oleh aliran darah akan mengisi bagian-bagian tertentu dari sistemm syaraf pusat dan ketegangan seksual. Transformasi stimulus kimiawi menjadi stimulus organis lewat produk-produk kimiawi lain yang dimaksudkan kedalam tubuh dari luar kompleksitas unsur kimiawi murni dan stimulus fisiologis yang muncul dalam proses seksual. Oleh karena itu diketahui bahwa setelah mengonsumsi alkohol seseorang merasakan adanya kenikmatan dalam berhubungan seks, karena ketika dibawah pengaruh alkohol seseorang merasa susah untuk mengendalikan hawa nafsunya. Alkohol juga dapat meningkatkan gairah sampai ke level yang lebih tinggi dan kenikmatan yang didapat juga berbeda. Dampak dari perilaku seks bebas pada remaja yaitu bisa menyebabkan kanker serviks dan selain itu juga bisa menyebabkan tingginya angka penularan penyakit seksual (British Journal of Cancer)
18 2.2.5 Balapan Liar
Balap liar adalah kegiatan mengadu kecepatan sepeda motor atau mobil, diamana dua peserta bersebelahan dibelakang garis start yang ditandai menggunakan bendera putih untuk memulai balapannya. Saat bendera dinaikkan dua pembalap memacu motornya melewati dua lintasan lurus dijalan raya yang sudah ditentukan. Waktu tempuh kedua pembalap tersebut dicatat dan dihitung, pembalap dengan catatan paling singkat melewati garis finish adalah pemenangnya.
2.2.6 Penyalahgunaan Obat-Obatan
WHO memberikan batasan mengenai “drug” (obat), setiap zat yang jika masuk dalam organism hidup, akan mengadakan perubahan pada satu atau lebih fungsi-fungsi organism. Bahan-bahan tersebut sering disalahgunakan, sehingga dapat mengakibatkan ketergantungan. Penggunaan obat yang sering digunakan adalah Depressant seperti obat tidur, Hallucinogen yang mempunyai efek yang dapat menyebabkan halusinasi, Obat
19 Stimulan adalah jenis obat yang daya kerjanya adalah merangsang sistem syaraf pusat. Jenis stimulant yang popular dikalangan masyarakat adalag Cafeine yang dianggap sebagai minuman ringan yang efeknya menghilangkan rasa kantuk dan lelah seperti obat amphetamine.