• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PERAN JAGUNG UNGGUL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balitsereal Maros 2) BPTP Nusa Teggara Timur ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI PERAN JAGUNG UNGGUL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balitsereal Maros 2) BPTP Nusa Teggara Timur ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PERAN JAGUNG UNGGUL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Margaretha SL1), Sania Saenong1) dan Evert Hosang2) 1)Balitsereal Maros

2)BPTP Nusa Teggara Timur ABSTRAK

Identifikasi peran jagung unggul terhadap peningkatan pendapatan usahatani di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaksanakan pada bulan Mei 2006 di Kabupaten Kupang dengan menggunakan metode survei untuk mengetahui penyebaran varietas unggul dan kontribusinya terhadap pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 114 varietas unggul yang telah dilepas oleh Tim Rilis Varietas, hanya 12 varietas yang tercatat telah digunakan petani di NTT pada tahun 2004. Pertanaman jagung di NTT masih didominasi oleh varietas lokal (51,04%) sehingga rata-rata hasil yang diperolehpun rendah yakni 2,35 ton/ha. Varietas Kalingga yang menduduki peringkat 3 setelah varietas Lokal dan Bisma, ternyata produksinya masih dibawah varietas Lamuru yang tercatat sebagai peringkat ke 4. Penggunaan varietas Lamuru dapat meningkatkan keuntungan petani, yaitu Rp. 6.027.320,-/ha (205,6%) lebih tinggi dibanding penggunaan varietas lokal yang keuntungannya hanya Rp. 1. 972.500. Penggunaan varietas Kalingga memberikan keuntungan sebesar Rp. 5.344.260/ha (170,9%). Varietas Kalingga telah ditanam bertahun-tahun tanpa ada regenerasi benih penjenisnya (BS), maka hasil yang dicapai pun lebih rendah karena sudah terjadi degenerasi karena telah terkontaminasi oleh varietas lokal yang dominan dalam pertanaman petani. Dengan demikian varietas Lamuru merupakan salah satu alternatif, juga karena toleran kekeringan terutama pada musim kemarau (April- Oktober) dimana curah hujan di Kupang kurang dari 100 mm/bulan.

Kata Kunci: jagung, kekeringan, pendapatan, penyebaran, varietas.

PENDAHULUAN

Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Hasil survei yang dilakukan pada tahun 2000 di 19 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% dari areal pertanaman jagung di Indonesia ditanami varietas unggul yang terdiri atas 47 % jagung bersari bebas (komposit) dan 28% jagung hibrida, sedang lokal hanya 25% (Nugraha dan Subandi, 2002).

Pada tahun 2004, rata-rata produktivitas jagung di Provinsi NTT 2,35 t/ha (BPS NTT, 2004), sementara produktivitas tingkat nasional telah mencapai 3,20 t/ha (www.deptan go.id.2003). Rendahnya produktivitas selain disebabkan karena kondisi alam yang kurang mendukung, pertanaman jagung juga masih didominasi oleh varietas lokal dan varietas introduksi yang telah diregenerasi selama bertahun-tahun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Margaretha et al (1993) bahwa petani di kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, masih menanam jagung varietas lokal selain itu karena mereka mengkonsumsinya sebagai makanan pokok, juga karena rasanya enak dan lembut. Di lain pihak, Badan Litbang Pertanian telah melepas 114 varietas unggul jagung (Syuryawati et al, 2005).

Dalam pengembangan pertanaman jagung kedepan, pengembangan varietas unggul bersari bebas akan lebih menjamin keberhasilan program peningkatan produksi jagung pada daerah-daerah marjinal sebab perluasan areal tanam akan lebih cepat terwujud karena benih jagung komposit relatif lebih mudah diproduksi dan harganya lebih murah dibanding hibrida sehigga mudah diakses petani.

(2)

METODOLOGI PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2006 di Kabupaten Kupang, Provinsi NusaTenggara Timur (NTT). Metode Survei digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui penyebaran penggunaan varietas jagung dan dampaknya terhadap pendapatan petani.

Pengambilan data sekunder diperoleh dari instasi terkait seperti Statistik, Diperta dan BPSB kemudian diintepretasikan untuk menunjang data primer yang diperoleh dari wawancara dengan petani yang menanam jagung berdasarkan daftar pertanyaan yang disusun dalam bentuk questioner.

Data yang diperoleh kemudian ditabulasi untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis ratio keuntungan dan biaya marginal/RKBM (Anonim, 1978) serta efisiensi produksi (Teken dan Asnawi, 1973) dengan rumus sebagai berikut

1). ∏ = Hy.Y – Hx. X, dimana

∏ = Keuntungan usahatani jagung (Rp) Hy = harga jagung (Rp/kg) Y = Hasil (kg) Hx = Harga masukan/input (Rp/kg) X = masukan/input (kg) Output/hasil 2) Efisiensi teknis = --- x 100% Input/masukan Output/hasil x harga 3) Efisiensi ekonomis = --- x 100% Input/masukan x harga

Keuntumgan Varietas Unggul – Keuntungan Varietas Lokal 4). RKBM = Biaya Varietas Unggul – Biaya Varietas Lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Sumberdaya Lahan

Peluang pemanfaatan sumberdaya lahan untuk pengembangan areal pertanaman jagung di Kabupaten Kupang, sangat potensial. Dari 162.649 ha luas lahan sawah, 50.920 ha (31%) merupakan lahan sawah tadah hujan dan 58.773 ha (36%) lahan sawah irigasi desa. Lahan tegalan/kebun 411.285 (9%) dan lahan sementara belum digunakan (bero) 754./365 ha (17%) dari luas lahan kering yang ada di Propinsi NTT yang luasnya 4.436.91 ha. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Luas potensi lahan sawah dan lahan kering di Kabupaten Kupang dan Propinsi Nusa Tenggara Timur, 2004.

Jenis Lahan Kabupaten Kupang Propinsi NTT

1. Lahan Sawah 30.115 162.649 • Irigasi teknis 882 15.126 • Irigasi ½ teknis 5.556 37.358 • Irigasi Sederhana/Desa 9.320 58.773 • Tadah Hujan 14.310 50.920 • Pasang surut 0 0 • Lainnya 65 472 2. Lahan Kering 703.745 4.436.917 • Pekarangan 30.769 171.569 • Tegalan/kebun 43.322 411.285 • Ladang/Huma 36.476 292.737 • Pengembalaan/Padang rumput 116.877 899.211 • Rawa-rawa 625 6.071 • Tambak 105 2.726 • Kolam/Tebat/Empang 533 1.695

• Lahan sementara tidak diusahakan 117.026 754.365

• Perkebunan 25.039 355.219

• Hutan negara 70.658 519.930

• Hutan rakyat 52.622 343.612

• Lainnya 209.693 678.497

Sumber: BPS Propinsi NTT, 2004

Tabel 2. Luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas jagung di NTT. 2004 Kabupaten/Propinsi Luas Panen (ha) Produktivitas (t/ha) Produksi (t)

Sumba Barat 19.935 2,374 47.328

Sumba Timur 20.330 2,288 46.520

Kupang 27.402 2,451 67.166

Timor Tengah Selatan 46.171 2,419 111.672

Timor Tengah Utara 17.339 2,465 42.737

Belu 48.839 2,340 114.286 Alor 8.283 2,507 20.765 Lembata 8.749 2,171 18.992 Flores Timur 13.738 2,194 30.139 Sikka 18.792 2,100 39.468 Ende 3.615 2,250 8.134 Ngada 11.239 2,669 30.000 Manggarai 15.798 2,187 34.556 Rote Ndao 4.080 2,355 9.610 Kota Kupang 597 2,409 1.438

Nusa Tenggara Timur 264.907 2,351 622.812

(4)

Dari Tabel 2, terlihat bahwa produktivitas di NTT 2,35 t/ha lebih rendah dari produktivitas nasional yang mencapai 3, 0t/ha pada tahun yang sama. Rendahnya produktivitas yang diperoleh disebabkan karena umumnya petani menggunakan varietas lokal.

Identifikasi Peyebaran Jagung Varietas Unggul

Litbang Pertanian telah sejak tahun 1951- 2006 ini, telah melepas 34 varietas jagung bersari bebas dan 11 varietas hibrida (Syuryawati et al, 2005), namun yang tersebar di NTT sejumlah 9 varietas hasil litbang dan 3 jenis hibrida multi nasional. Dari 12 varietas yang tersebar di NTT, Kabupaten Ngada telah menanam 8 varietas (67%) sedang di Kabupaten Kupang hanya 4 varietas (33%) , namun areal penyebaran yang terluas di Kabupaten TTU. Tabel 3 memperlihatkan penyebaran varietas jagung di Provinsi NTT, tahun 2004.

Dari Tabel 3, terlihat bahwa varietas lokal yang mendominasi areal pertanaman jagung di NTT dengan luas 35.007,08 ha (51,05%), terutama di Kabupaten TTU seluas 24.606,00 ha sedang varietas Lamuru menduduki peringkat ke 4 setelah varietas Bisma dan Kalingga dimana varietas-varietas tersebut termasuk dalam kategori varietas bersari bebas/komposit. Sedang varietas hibrida hanya seluas 12,00 ha – 141,15 ha. Menurut Margaretha et al (1998), berkembangnya penggunaan berbagai macam varietas pada suatu daerah karena petani beranggapan varietas tersebut dapat memberikan hasil yang cukup tinggi, tetapi ada juga petani yang terpaksa menanam jagung hibrida tertentu karena tidak mempunyai pilihan lain (yang kadang-kadang menyebabkan hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan karena kurangnya pengetahuan petani tentang cara budidaya dan kadang-kadang daya tumbuh benih yang sudah menurun. Dalam hal ini memang perlu penyediaan berbagai jenis hibrida atau bersari bebas sehingga petani mempunyai pilihan sesuai dengan kondisi lahannya misalnya Varietas Lamuru yang toleran terhadap kekeringan dan varietas Sukmaraga yang toleran terhadap lahan masam.

(5)

Tabel 3. Penyebaran Varietas Jagung di Propinsi NTT. Tahun 2004.

Kabu-paten Areal Penyebaran Varietas Jagung (ha)

Bisma Harapan C7 C5 C2 BC 1 Lokal Kalingga Lamuru Bisi-2 Kre sna Gumarang

Kupang 19,0 - - - 23,0 22,5 - 14,5 -TTS - - - -TTU 10.282,3 - - - 24.606,0 10.996,8 7.823,9 - - -Belu - - - 2.766,0 10,0 557,0 - - 125,0 Alor 1.713,0 - - - 5.740,0 - - 126,0 - -Flotim - - - -Sikka - - - 833,0 600,0 1,5 - - -Ende 59,0 10,0 1,0 - - - 149,0 - 27,0 2,0 - -Ngada 120,2 32,8 15,7 29,4 12,0 141,2 285,2 - 2,5 - - -Mangarai - - - -Sumbar 72,0 -- - - 89,0 170,0 - - - -Sumtim 128,0 - - - 433,0 52,0 285,0 - 55,0 -Jumlah 12.393,4 42,8 16,7 29,4 12,0 141,2 35.007,0 11.911,8 8.719,4 128,0 59,5 125,0 Sumber, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTT. 2004

(6)

Analisis Usahatani Jagung Antar Varietas

Varietas unggul jagung sangat memerlukan pupuk yang cukup, penggunaan pestisida yang tepat dan pemeliharaan yang intensif. Salah satu upaya yang dilakukan petani untuk meningkatkan pendapatan usahataninya adalah dengan menekan biaya produksi sehingga dapat memperbesar penerimaan bersih (∏ ) pada tingkat harga tertentu. Rata-rata hasil dari keuntungan usahatani jagung di Kabupaten Kupang, dapat dilihat pada Tabel 4.

Dari Tabel 4, terlihat bahwa dari ke 3 varietas yang dianalisis usahataninya, ternyata varietas Lamuru memberi keuntungan yang tertinggi yakni Rp 6.027.320/ha (205,6%) lebih tinggi dibanding varietas lokal, disusul varietas Kalingga sebesar Rp 5.344.260/ha (170,9%). Salah satu penyebab rendahnya produksi jagung yang dihasilkan, selain karena tidak menggunakan pupuk yang sesuai rekomendasi, juga karena kondisi alam yang mengalami kekeringan sehingga petani tidak dapat memberikan pemupukan kedua. Menurut Oldeman dan Suardi (1977),

Tabel 4. Analisis Usahatani Jagung antar Varietas di Kabupaten Kupang. Propinsi NTT. 2006 No. Keterangan

USAHATANI ANTAR VARIETAS LOKAL ( n=5) KALINGGA (n=3) LAMURU (n=8) I PRODUKSI • Fisik (kg/ha) 789 2.157 2.555 • Nilai (Rp/ha) 1.972..500 5.392.500 6.387500 II BIAYA PRODUKSI a. Benih • Fisik (kg/ha) 22 20 23

• Nilai (Rp/ha) Tan. Sendiri Tan. Sendiri Balitsereal b. Pupuk Urea • Fisik (kg/ha) 0 45 177 • Nilai (Rp/ha) 0 48.240 191.600 c. Pupuk SP36 • Fisik (kg/ha) 0 0 82 • Nilai (Rp/ha) 0 0 124.640 d. Pupuk KCl • Fisik (kg/ha) 0 0 23 • Nilai (Rp/ha) 0 0 34.960 e. Pupuk ZA • Fisik (kg/ha) 0 0 6 • Nilai (Rp/ha) 0 0 6.480 f. Obat-obatan • Fisik (kg/ha) 0 0 0.2 • Nilai (Rp/ha) 0 0 2.500 JUMLAH 0 48.240 360.180

III. KEUNTUNGAN (Rp/Ha) 1.972.500 5.344.260 6.027.320 IV Persentase kenaikan

keuntungan terhadap

var. Lokal (%) - 170,9 205,6

Sumber: Data primer setelah diolah, 2006.

Tanaman jagung membutuhkan curah hujan antara 100-140 mm per bulan selama pertumbuhannya, dengan pertimbangan bahwa periode pertumbuhan jagung membutuhkan waktu antara 3 – 3,5 bulan, maka curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal berkisar antara 300-400 mm. Curah hujan dan hari hujan selama tahun 2004 di Propinsi NTT, dapat dilihat pada Gambar 1.

(7)

0 200 400 600 Bulan C u ra h H u ja n ( m m ) 0 5 10 15 20 25 30 35 H ar i H u ja n ( h h )

Curah Hujan (mm) Hari hujan (hh)

Curah Hujan (mm) 150 62 19 34 40 177 193 543 211 453 532 193

Hari hujan (hh) 6 2 4 20 15 14 17 30 9 13 16 8

Apr Mei Jun Juli Ag Se Oki No De Jan Feb Mar

Gambar 1. Rata-rata curah hujan dan hari hujan di Propinsi NTT. Tahun 2004

Dari gambar 1 diatas, terlihat bahwa penanaman jagung pada musim kemarau, peluang kekeringan sangat besar sebab curah hujan pada bulan Mei sampai Agustus kurang dari 100 mm, dimana pada bulan-bulan tersebut merupakan fase vegetatif sampai generatif pertumbuhan tanaman jagung sehingga peluang akan gagal atau rendahnya hasil sangat besar, baik kegagalan pada awal pertumbuhan ataupun pada fase generatif.

Varietas Kalingga merupakan varietas ke dua yang dominan ditanam di Kabupaten Kupang setelah varietas Bisma memberi keuntungan yang cukup tinggi dibanding varietas lokal. Sumber benih pertama diperoleh dari proyek NTASP yang sudah ditanam selama bertahun-tahun di Kabupaten Kupang sehingga perlu dimurnikan kembali atau menggunakan varietas lain seperti varietas Lamuru sebab secara deskripsi, kedua varietas ini mempunyai ciri yang serupa. Untuk Jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 terlihat bahwa antara varietas Kalingga dan Lamuru memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing terutama dalam hal bobot 1000 biji, varietas Kalingga lebih berat sehingga dapat menunjang keuntungan yang lebih tinggi dibanding varietas Lamuru, namun disisi lain, varietas Lamuru memiliki rata-rata hasil yang lebih tinggi yakni 5,6 t/ha dengan potensi hasil 7,6 t/ha. Dari perbedaan kedua varietas ini, pemurnian varietas Kalingga sangat perlu bagi masyarakat tani di NTT mengingat dengan kurun waktu musim tanam yang telah berkisar 20 tahun, masih memberi hasil yang setara dengan varietas Lamuru atau petani menanam varietas Lamuru sebagai pengganti varietas Kalingga yang keunggulannya sudah mulai berkurang. Petani menyenangi Kalingga di NTT karena kelobotnya tertutup penuh (100%) sehingga tahan kumbang bubuk.

(8)

Tabel 5 Deskripsi Varietas Kalingga dan Lamuru. 2005

Deskripsi Varietas Kalingga Varietas Lamuru

Tahun dilepas 1986 25 Februari 2000

Asal Generasi ke delapan dari Pool 4. Dibentuk dari 34 populasi berasal dari bahan dalam dan luar negeri

Dibentuk dari 3 galur GK, 5 galur SW1, GM4, GM12, GM15, GM 11, dan galur SW3

Umur 50% keluar rambut: ± 57 hari

Penen : ± 96 hari 50% keluar rambut: ± 55 hari Panen: ± 90-95 hari

Batang Tinggi dan tegap Tegap

Bentuk daun Panjang, sedang sampai lebar Panjang

Warna daun Hijau agak tua Hijau

Perakaran Baik Baik

Kerebahan Sedang

-Tongkol Besar, panjang dan cukup silindris Panjang dan silindris Kedudukan tongkol Rata-rata ditengah batang 90 cm (85-110 cm)

Kelobot Menutup tongkol dengan cukup baik Tertutup dengan baik (75%) Biji Setengah mutiara (semi flint) Mutiara (Flint)

• Warna Kuning sampai kuning kemerahan, kadang ada yang warna putih

Kuning • Baris biji Cukup lurus dan rapat Lurus • Jumlah

baris/tongkol

Kebanyakan 12-18 baris 12-16 baris

• Bobot 1000 biji ± 302 g 275 g

Rata-rata hasil 5,4 t/ha pipilan kering 5,6 t/ha Potensi hasil 7,0 t/ha pipilan kering 7,6 t/ha Ketahanan Cukup tahan penyekit bulai

(Peronosclerospora maydis) Cukup tahan terhadap penyakit bulai dan karat Daerah sebaran Baik untuk dataran rendah sampai

dataran tinggi

Dataran rendah sampai 600 m dpl

Sumber: Syuryawati, et al. 2005

Suherman dan Sriwidodo (1992) menyatakan bahwa pengembangan galur/varietas unggul sesuai lingkungan lebih mudah dan murah dari pada mengubah faktor lingkungan. Dilihat dari efisiensi usahatani, ternyata ketiga varietas ini masih efisien baik secara teknis maupun ekonomi, kecuali varietas lokal secara ekonomis tidak efisien karena memiliki nilai nol, untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Efisiensi teknis, ekonomis dan nilai RKBM usahatani jagung di Kabupaten Kupang. Propinsi NTT. 2005.

Varietas Efisiensi Teknis (%) Efisiensi Ekonomis (%) RKBM

Lokal 3.627 0

-Kalingga 3.318 11.178 69,89

Lamuru 821 1.173 11,25

Sumber: Data primer setelah diolah, 2006 RKBM = Rasio Keuntungan Biaya Marginal

Dari Tabel 6, terlihat bahwa varietas Lokal secara ekonomis sudah tidak efisien lagi. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang menggunakan varietas lokal, tidak efisien lagi dalam menggunakan sumberdaya ekonomi. Noor (1986) menyatakan bahwa alokasi optimal dan

(9)

efisien masing-masing didasarkan pada tingkat teknologi yang tidak meningkat (Citeris paribus), tidak ada tambahan input baru, dan tingkat skill (keahlian) tidak berubah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Dari 45 varietas unggul yang telah dilepas Litbang Pertanian, hanya 12 varietas yang digunakan di Propinsi NTT, dan yang mendominasi pertanaman masih varietas Lokal.

2. Varietas menduduki rangking ke 4 dari varietas lokal, Bisma dan Kalingga, namun keuntungan yang diperoleh lebih tinggi yaitu Rp 6.027.320/ha .

3. Penggunaan varietas Lamuru dapat meningkatkan keuntungan petani sebesar 205,6% jika dibandingkan dengan petani yang menggunakan varietas Lokal sedang varietas Kalingga dapat meningkatkan keuntungan sebesar 170,9% dibanding varietas lokal.

4. Secara ekonomis, varietas Kalingga lebih efisien dari varietas Lamuru, namun dari segi hasil masih lebih rendah dari varietas Lamuru. Hal ini disebabkan karena terjadinya segregasi dengan varietas Lokal yang mendominasi pertanaman di Propinsi NTT.

Saran

Secara deskripsi, varietas Kalingga hampir menyamai varietas Lamuru sehingga disarankan perlunya diadakan regenerasi bagi varietas Kalingga yang telah ditanan selama kurun waktu 20 tahun sehingga telah terjadi segregasi dengan varietas Lokal yang dominan di NTT atau menanam Varietas Lamuru sebagai varietas unggul baru.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1987. Latihan Penelitian Sistem Usahatani. Bahan Latihan Vol. 2. P3NT. NTASP. BPS. Propinsi NTT. 2004. Buku Saku Statistik NTT. Badan Pusat Statistik. Propinsi NTT.

BPS. Propinsi NTT. 2004. Statistik Pertanian Nusa Tenggara Timur. Badan Pusat Statistik Propinsi NusaTenggara Timur.

Diperta Propinsi NTT. 2004. Laporan Tahunan UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tahun Anggran 2004. Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Nusa Tenggara Timur. Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengawasan dan sertifikasi Benih. Kupang.

Margaretha, IGP. Sarasutha dan A.F. Fadhly. 1993. Hasil Penelitian Jagung dan Ubi-ubian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Maros. No. 3. 1993.

Margaretha SL, IGP. Sarasutha, A. Najamuddin, Sriwidodo dan Hadijah AD. 1998. Identifikasi Penggunaan Varietas dan Pendapatan Petani. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Jagung dan Serealia Lain.

Noor, M. Najib. 1986. Evaluasi Terhadap Proyek Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian. Kasus Penggunaan Traktor di Sulawesi Selatan dan Pengembangan Lahan Kering di Indonesia Bagian Timur. Fakultas Pasca Sarjana. IPB.

Nugraha, U. S. dan Subandi, 2002. Perkembangan Teknologi Budidaya dan Industri Benih. Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan. Bogor. 24 Juni 2002.

(10)

Suherman O dan Sriwidodo. 1992. Evaluasi galur harapan padi gogorancah. Hasil Penelitian Padi. Volume 3. Badan Litbang Pertanian. Balittan Maros.

Syuryawati, Constance Rapar dan Zubachtiroddin. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Edisi ke 5.

Teken I.B. dan Sofjan Asnawi. 1973. Teori Ekonomi Mikro. IPB. Bogor. www.deptan.go.id.2003

Gambar

Tabel 1.   Luas potensi lahan sawah dan lahan kering  di Kabupaten Kupang dan Propinsi  Nusa  Tenggara Timur, 2004.
Tabel 3.  Penyebaran Varietas Jagung di Propinsi NTT. Tahun 2004.
Tabel 4. Analisis Usahatani Jagung antar Varietas di Kabupaten Kupang. Propinsi NTT. 2006
Gambar 1. Rata-rata curah hujan dan hari hujan di Propinsi NTT. Tahun 2004
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik perusahaaan terhadap kualitas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Beberapa ahli tersebut memiliki definisi yang serupa, maka pengertian asertif dapat disimpulkan sebagai kemampuan untuk mengemukakan perasaan, pikiran, pendapat secara langsung,

Hasil pengolahan dengan sistem kombinasi semi anaero- aerob menggunakan i konsorsium bakteri yang terlekat pada batu vulkanik merah dengan waktu tinggal limbah

Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.Dan etika profesi terdapat suatu kesadaran

Leukemia, berasal dari bahasa Yunani, leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah, adalah kanker darah ataupun bone marrow yang ditandai

Aset tetap menggambarkan jumlah dan nilai perolehan aset tetap yang dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah Daerah Kota Semarang per 31 Desember 2011 dan 2010. Perolehan aset tetap

memahami dan menjunjung tinggi Kode Etik Standard Setter Penentuan Batas Lulus Uji Kompetensi Dokter Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal ... Apabila dalam

Triangulasi teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda dengan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mendapatkan data