• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL DI RSUD DR MOEWARDI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL LATIHAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL DI RSUD DR MOEWARDI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL LATIHAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III Pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

RISKA ADITYA N

J100110076

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL DI RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun Oleh:

RISKA ADITYA N J100110076

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh

Pembimbing

(3)
(4)
(5)

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS

GENU BILLATERAL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

(Riska Aditya Nurfebriana, 2017, 58 halaman) Abstrak

Latar Belakang: osteoarthritis genu merupakan penyakit degeneratif yang menyerang kartilago, ligamen, dan tulang pada sendi lutut. Osteoarthritis ditandai adanya kemunduran tulang rawan sendi dan disertai pembentukan tulang baru dan jaringan lunak disekitar sendi yang bersangkutan. Permasalahan utama yang timbul adalah rasa nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi, kaku dipagi hari, dan devormitas yang menyebabkan perubahan pola jalan. Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan Terapi Latihan. Tujuan: untuk mengetahui manfaat pemberian terapi dengan modalitas

Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan Terapi Latihan dalam mengurangi nyeri, peningkatan Lingkup Gerak Sendi, peningkatan kekuatan otot. Metode: intervensi yang diberikan terdiri dari Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) selama 15 menit, dan Terapi Latihan dengan melakukan gerakan fungsional sendi lutut yang setiap gerakan dilakukan 8 x 2 pengulangan. Hasil: setelah dilakukan intervensi 6 kali terapi didaptkan hasil penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot, peningkatan lingkup gerak sendi, serta peningkatan kemampuan fungsional pasien.

Kesimpulan: Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat mengurangi nyeri, pada kasus tersebut Terapi Latihan dapat meningkatkan

kekuatan otot, meningkatkan LGS dan kemampuan fungsional pasien. Kata Kunci: Osteoarthritis Genu Billateral, Transcutaneus Electrical Nerve

Stimulation (TENS), Terapi Latihan.

Abstract

Background: Osteoarthritis genu is a degenerative disease that attacks the cartilage, ligaments, and bones in the knee joint. Osteoarthritis is characterized by joint cartilage deterioration and accompanied by new bone formation and soft tissue around the joints are concerned. The main problem that arises is pain, limited range of motion, stiffness in the morning, and devormitas which causes changes in the pattern of the road. Physiotherapy modalities that can be used Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) and exercise therapy.

Objective: to know the benefits of therapy with modalities Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) and exercise therapy to reduce pain, increase range of motion, increase muscle strength.

Methods: The intervention provided consists of Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) for 15 minutes, and Therapeutic Exercise by doing functional movements of the knee joint of each movement performed 8 x 2 repetitions.

Results: After 6 times the therapeutic intervention be obtained results a decrease in pain, increase muscle strength, increase range of motion, as well as the improvement of the patient's functional ability

(6)

2

Keywords: Osteoarthritis Genu Billateral, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), Therapeutic Exercises.

1. PENDAHULUAN

Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 40% penduduk dunia yang bersusia lebih dari 70 tahun menderita osteoarhtritis, khususnya osteoarthritis genu. Dari jumlah tersebut 80% diantaranya berdampak pada keterbatasan gerak. Prevalensi osteoarthritis genu di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria, dan 12.7% pada

wanita dimana 5% diderita pada usia kurang dari 34 tahun, 30% pada usia 40 sampai 60 tahun, dan 65% pada usia lebih dari 61 tahun (Koentjoro, 2010).

Osteoarthritis genu merupakan penyakit degeneratif yang menyerang sendi lutut karena adanya abrasi tulang rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian yang mampu menyebabkan kelemahan otot dan tendon, sehingga membatasi gerak dan menyebabkan nyeri (Sumual, 2013). Osteoarthritis genu dapat menimbulkan berbagai gangguan yaitu

impairment seperti menurunnya kekuatan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi, adanya nyeri, spasme otot, dan disability seperti ketidakmampuan melakukan kegiatan tertentu contohnya bangkit dari duduk, jongkok, berlutut dan berdiri lama. Bahkan tingkat functional limitation seperti gangguan berjalan, berlari, dan naik turun tangga (Fukuda, 2011).

Tujuan penatalaksanaan pada osteoarthritis untuk meningkatkan kualitas hidup dan kebebasan dalam pergerakan sendi. Untuk mendapatkan hasil dan proses penyembuhan yang signifikan, penanganan osteoarthritis genu dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pertolongan orthopedi, farmakoterapi, fisioterapi, pembedahan dan rehabilitasi (Michael et al., 2010).

2. METODE PENELITIAN

(7)

3

Stimulation (TENS) dan terapi latihan dengan metode ROM Exercise meliputi

free active movement, resisted active movement dan hold relax. Pemberian modalitas TENS dengan tipe konvensional dengan arus bi-asym dapat memberikan efek stimulasi melalui proses blok transmisi nyeri. Sehingga nyeri dapat berkurang dalam waktu 10-15 menit (Corwin, 2009).

Terapi latihan berupa free active movement dapat mengurangi perlengketan pada sendi lutut yang menyebabkan imobilisasi sehingga pasien akan lebih mudah bergerak. Hal tersebut juga dapat terjadi karena mekanisme

penguluran otot yang semula memendek akan dapat memanjang kembali dan berakibat pada kembalinya fungsi otot secara noramal (Kisner and Colby, 2007). Peberian hold relax dapat menurunkan spsame dan meningkatkan LGS sendi yang mengalami keterbatasan gerak (Maini, 2013).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penurunan intensitas nyeri dengan VDS 3.1.1 Lutut kanan

Hasil pemeriksaan nyeri pada lutut kanan sebelum mendapatkan terapi (T0)

untuk nyeri diam dengan nilai 3, nyeri tekan dengan nilai 4 dan nyeri gerak dengan nilai 5, pada (T6) terdapat penurunan rasa nyeri khususnya pada nyeri gerak dengan nilai 3, nyeri tekan dengan nilai 2 dan nyeri diam

dengan nilai 1 yang artinya pasien tidak merasakan nyeri. 0

1 2 3 4 5 6

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri Diam

Nyeri Tekan

(8)

4 3.1.2 Lutut kiri

Pada grafik penurunan nyeri lutut kiri, nyeri tertinggi yang dirasakan

pasien masih tetap sama, yaitu nyeri gerak. Terlihat pada grafik di atas, sebelum dilakukan terapi (T0) skala nyeri nilai diam dengan nilai 3, nyeri tekan dengan nilai 4 dan nyeri gerak dengan nilai 5. Setelah dilakukan terapi 6 kali (T6), terdapat penurunan rasa nyeri pada nyeri gerak turun menjadi nilai 2, nyeri tekan menjadi nilai 2 dan nyeri diam menjadi nilai 1 yang artinya pasien tidak merasakan nyeri.

Penurunan nyeri yang terjadi pada kedua sendi lutut tersebut dapat dikarenakan pemberian modalitas terapi berupa TENS yang memiliki

pengaruh terhadap penurunan nyeri osteoarthritis genu (Pranatha, 2011). Intensitas nyeri menurun ketika dosis yang diberikan sesuai dengan dosis efektif dengan ambang sensitivitas pasien sehingga pasien nyaman dengan stimulasi denyutan (Kozier, 2009).

0 1 2 3 4 5 6

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Diam

Tekan

(9)

5

3.2Peningkatan kekuatan otot dengan MMT 3.2.1 Lutut kanan

Pada diagram hasil pemeriksaan MMT di atas, dapat disimpulkan pada T0-T3 kekuatan fleksor knee tidak mengalami perubahan tetap dengan nilai 4. Namun pada T4-T6 nilai otot kekuatan fleksor knee naik menjadi 4,5 untuk ekstensor knee terdapat peningkatan dari T5-T6 dengan nilai 4,5.

3.2.2 Lutut kiri

Pada pemeriksaan kekuatan otot lutut kiri, didapatkan hasil belum ada peningkatan kekuatan otot pada T0-T4 untuk fleksor knee nilai yang didapat tetap sama yaitu 4, pada T5-T6 mengalami kenaikan menjadi 4,5. Hal yang sama terjadi untuk ekstensor knee, pada T0-T3 belum terlihat adanya kenaikan, namun pada T4-T5 terdapat kenaikan menjadi 4,5.

Setelah berkurangnya nyeri dan diiringi dengan pemberian terapi latihan secara active resisted selama 6 kali dengan intensitas terapi 8 x 2

0 1 2 3 4 5

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Fleksor

Ekstensor

0 1 2 3 4 5

T0 T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Fleksor

(10)

6

pengulangnan, dapat meningkatkan recruitment motor unit pada otot-otot pembentuk sendi lutut. Dengan adanya irradiasi dan overflow reaction

akan mempengruhi motor unit yang merupakan suatu neuron dan grup otot yang disarafinya. Jumlah motor unit yang besar akan menimbulkan kontraksi otot yang kuat (Kisner dan Colby, 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan terapi latihan resisted active movement pada pasien osteoarthritis dan diiringi menurunnya intensitas nyeri pada pasien, dapat meningkatkan kekuatan otot fleksor dan

ekstensor pembentuk kedua sendi lutut. 3.3 Peningkatan LGS

3.3.1 Lutut kanan

Terapi LGS Aktif LGS Pasif

1 S 50– 00– 1000 S 50– 00– 1050 2 S 50– 00– 1000 S 50– 00– 1050 3 S 50– 00– 1050 S 50– 00– 1100 4 S 50– 00– 1050 S 50– 00– 1100 5 S 50– 00– 1100 S 50– 00– 1150 6 S 50– 00– 1100 S 50– 00– 1150

Untuk pemeriksaan LGS sebelum terapi didapatkan hasil pada bidang gerak LGS aktif S: 50-00-1000 , dan LGS pasif S: 50-00-1050. Dan setelah dilakukan 6 kali terapi terdapat peningkatan LGS pada LGS

aktif sebesar S: 50-00-1100 dan LGS pasif sebesar S: 50-00-1150. 3.3.2 Lutut kiri

Terapi LGS Aktif LGS Pasif

(11)

7

Dari hasil tabel diatas, lingkup gerak sendi pada lutut kiri mengalami kenaikan dari T0-T6. untuk LGS aktif, dari S: 50-00-1000 menjadi S: 50-00-1100. Hal yang sama juga terjadi pada LGS pasif mengalami kenaikan dari S: 50-00-1050 menjadi S: 50-00-1150.

Pemberian terapi latihan berupa hold relax dapat menurunkan spasme dan meningkatkan LGS dari sendi yang mengalami keterbatasan gerak (Maini, 2013). Sesuai dengan teori yang menyatakan latihan hold relax bertujuan untuk menurunkan

ketegangan otot, meningkatkan fleksibilitas dan meningkatkan kekuatan otot (Warma, 2011).

3.4Peningkatan ADL dengan Skala Jette

Indeks Fungsional T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

- Bangkit dari posisi duduk

 Nyeri

 Tingkat kesulitan  Tingkat ketergantungan 3 3 1 3 3 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

- Berjalan 15 meter  Nyeri

 Tingkat kesulitan  Tingkat ketergantungan 3 3 1 3 3 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

- Naik tangga 3 trap  Nyeri

 Tingkat kesulitan  Tingkat ketergantungan 4 3 1 3 3 1 3 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah 22 21 16 15 11 9 9

(12)

8

nyeri pada sendi lutut dan meningkatkan LGS serta kekuatan otot fleksor dan ekstensor. Pada dimensi ini pasien mampu melakukan gerakan seperti jongkok ke berdiri yang melibatkan sendi lutut dan otot-otot besar penggerak pada sendi lutut seperti hamstring dan

quadriceps.

Pada dimensi perpindahan, terlihat peningkatan dari T0-T6, yaitu pada perpindahan dari posisi diam ke berjalan 15 meter. Hal itu terjadi karena adanya peningakatan LGS, kekuatan otot dan

penurunan nyeri serta dapat ditempuhnya dimensi sebelumnya, yaitu dimensi perubahan gerak. Sehingga semakin berkurang nyeri dan meningkatnya LGS sendi lutut, maka semakin meningkat pada gerakan tersebut.

Dimensi pembebanan, terjadi peningkatan dari T0-T6 selain karena faktor penurunan nyeri, dan peningkatan LGS, hal ini dapat terjadi karena pada saat lutut menaiki tangga, pembebanan tersebasar adalah pada sendi lutut, sehingga tercapainya dimensi sebelumnya dapat mempengaruhi kinerja kekuatan sendi lutut pada gerakan tersebut.

Dengan adanya pengurangan nyeri, pengurangan derajad kesulitan dan pengurangan derajad ketergantungan terhadap sesuatu, maka kemampuan fungsional dari penderita akan meningkat. Sehingga aktivitas sehari- hari dapat dilakukan seperti keadaan sebelumnya (Ambardini, 2010).

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa setelah

(13)

9

mengaplikasikan modalitas TENS dan terapi latihan motode ROM exercise dengan kasus osteoarthritis genu bilateral.

PERSANTUNAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk saya dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati karya tulis ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya dan keluraga besar saya,

terimakasih telah mendukung dan senantiasa mendoakan anakmu sehingga mampu menyelesaikan pendidikannya. Untuk dosen pembimbing saya bapak Arif Pristianto yang telah sabar membimbing saya sampai ke titik akhir serta terimakasih untuk seluruh dosen dan staf program studi Fisioterapi. Tidak lupa, ucapan terimakasih juga saya haturkan untuk seluruh teman-teman mahasiswa fisioterapi atas kesediaannya telah membantu menjadi bagian pembuatan karya tulis ini.

DAFTAR PUSTAKA

Albert, T. J. dan Vaccaro, A. R. 2013. Pemeriksaan Fisik Saraf Spinal. Jakarta: EGC

Ambardini, R. 2010. Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta.

American College of Rheumatology. 2014. Osteoarthritis. Lake Boulevard NE. Atlanta.

Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono.

Arif, M. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan sistem Muskuloskeletal. Editor: Eko Karyuni. Jakarta: EGC

Arifin, S. dan Yani, S. 2013. Atlas Anatomi Otot Manuasia Untuk Fisioterapi. Yogyakarta: PT. Sejahtera Bersama Yuk.

(14)

10

Bjordal, J. M. 2003. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS). A meta-analysis with assesment of optimal treatment parameters for pain. European Journal Pain. Vol 7, no 8, hal 182-187.

Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2014. Osteoarthritis. Diakses dari www.cdc.gov/arthritis/bacics/osteoarthritis.html tanggal 08/03/2017.

Corwin, E. J. 2009. Osteoarthritis dalam Buku Saku Patofisiologi. 3th ed. Jakarta; EGC (halaman 346-347)

Delp, M. H. dan Manning, R. T. 2003. Mayor’s Physical Diagnosis: an Introduction to the Clinical Proces. Tokyo: Igaku Shomi

Departement of Rehabilitation Services. 2009. Osteoarthritis of the Knee. Diakses dari www.bringhamandwomens.org tanggal 21/02/2016.

Dziedzic, K. dan Hammond, A. 2010. Rheumatology Edvidence Based Practice for Physiotherapist and Occupational Therapist. London: Elsevier. 235-241.

Evenleigh, J. 2013. PNF Stretching. Diakses dari

http://www.stretching-exercise-guide.com/pnf-stretching.html tanggal 18/03/2017.

Flaherty, E. 2012. Pain Assesment for Older Adults. Darthmouth-Hitcock Medical Center. Issue Number 7.

Fukuda, Y. T. 2011. Pulsed Shortwave Treatmen in Women with Knee Osteoarthritis. Journal of the American Physical Therapy Association and de Fysiotherapeut, 91: 1009-1017.

Goodman dan Fuller, K. 2009. Phatology Implications foe the Physical Therapist.

3th ed. Saunders.

Hamijoyo, L. 2007. Pengapuran Sendi atau Osteoarthritis. Perhimpunan

Rheumatologi Indonesia. Diakses dari

http://rheumatologi.or.id/reuarttail?id=23 tanggal 27/02/1015.

Hamilton, T., Thomas, M. A., Stanley, H., dan Vasantha, L. M. 2008. Treatment and Rehabilitation of Fracture. Jakarta: EGC

Hellen, V. dan Kriebs, J. M. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4th ed. Jakarta: EGC.

Helmi, Z. N. 2012. Buku Ajar Gangguan Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Helmick., Robinson, J., dan Gee, T. V. 2008. Estimates of The Prevalence of Arthritis and Other Rheumatic Conditions in The United States. Part 1.

Hunter, D. J. dan Felix, E. 2008. Journal of Anatomy, Exercise and Osteoarthritis.

(15)

11

Imayati, K. 2012. Laporan Kasus Osteoarthritis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.

Jerica, B. 2008. Examination Orthopedic Tests for Knee. Univeristy of Winsconsin. Diakses dari https://familymedicine.umn.edu tanggal 08/03/2017.

Johnson, M. 2008. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation, Electrotherapy: Evidence based practice. Edinburg: Churchill Livingstone.

Kisner, C. dan Colby, L. A. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Thecniques. 5th ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Konin, J. G. 2006. Special Tests for Orthopedic Examination. 4th ed. Slack Incorporated.

Koentjoro, S. L. 2010. Hubungan Antaara Indeks Masa Tubuh (IMT)dengan Derajat Osteoarhtritis Lutut Menurut Kellgren dan Lawrance. Skripsi. Semarang: Program Pendidikan Kedokteran FK Undip, Semarang.

Kozier, B. 2010. Buku Ajar Fundaamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. 7th ed, vol 1. Jakarta: EGC.

Klippel, J. H. dan Wayne, G. 2010. A National Public Health Agenda for Osteoarthritis 2010. USA: Athritis Foundation.

Knight, K. L. dan Draper, D. O. 2008. Therapeutic Modalities. Wolters Kluwer, United States.

Kuntono, H. P. 2011. Nyeri Secara Umum dan Osteoarthritis Lutut dari Aspek Fisioterapi. Surakarta: Muhammadiyah University Press Universitas Muhammadiyah.

Lesmana, S. I. 2002. Pemeriksaan Antropometri. Lampung: Pelatihan Asuhan Fisioterapi II.

Mage, J. D. 2004. Orthopedic Physical Assesment. Philadelphia: Saunders Company.

Maini, F. 2103. Intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax Lebih Baik daripada Intervensi Ultrasound dan Hold Relax dalam Meningkatkan Kemampuan Fungsional. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.

Mandal, B. K., Wilkins, J., dan Dunbar, H. 2008. Lecture Notes: Penyakit Infeksi.

6th ed. Alih Bahasa: dr. Juwauta Surapsari. Jakarta: Erlangga

(16)

12

Mandriwati, G. A. 2007. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC.

Melzack, R. 2009. Pain and Stress: Clues towardunderstanding chronic pain.

Psycology: IUPsyS Global Resource

Michael, J. W. P., Brust, K. U. S., dan Eysel, P. 2010. The Epidemiology, Etiology, Diagnosis and Treatment of Osteoarthritis of the Knee. Deutsches Arzteblat International. 107(9): 152-62.

Morton, P. A. 2005. Panduan Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Seistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Neumann. 2012. Gerakan Hip Joint. diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov tanggal 08/03/2017.

Onigbinde, A. T., Akindoyi, O., Faremi, F. A., Akonji, A., Shuaib, O., dan Lance, O. O. 2014. An Assesment of Hamstring Flexibility of Subject with Knee Osteoarthritis and Their Age Matched Control. Clinixal Medicine Research. No. 2, Vol. 6, Hal. 121-125.

Parjoto, S. 2000. Assesment Fisioterapi pada Osteoarthritis Sendi Lutut. TITAFI XV. Semarang.

________. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan Fisioterapi Indonesia.

_________. 2008. Pengaruh AL-TENS dan Kontrol Matriks Terhadap Kualitas Nyeri pada Penderita Osteoarthritis Lutut. Semarang: FK Undip

Patersson, I. F., Boegard, T., Saxsane, T., Silman, A.J., dan Scensson, B. 2014.

Radiographyc osteoarthritis of the knee classified by the ankle ahlback and Kellgren dan Lawrance system for tibiofemoral joint in people aged 35-45 years with chronic knee pain. Annals of the Rheumatic Disease: 56: 493-496.

Potter, P. A. dan Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperaawatan:

Konsep, Proses dan Praktik, 4th ed vol 2. Jakarta: EGC.

Pradana, S. Y. 2012. Sensitifitas dan Spesitifitas kriteria ACR 1987 dan ACR/EULAR 2010 Pada Penderita Arthritis Rheumatoid di RSUP Dr. Kariadi Semarang (Skipsi). Semarang: Undip

(17)

13

Putz, R. dan Pabst, R. 2008. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jilid kedua. Edisi 22. Jakarta: EGC

Ramdhani, N. 2012. Gambaran Fungsi Kognitif dan Keseimbangan pada Lansia di Kota Manado. Skripsi. Manado: FK UNSRAT

Reeves, J. C. dan Bowling, K. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Reis, J. G., Gomes, M. M., Neves, T. M., Petrella, M., Oliveira, R. D. R., dan Abreu, D. C. C. 2014. Evaluation of postural control and quality of life ini elderly women with knee osteoarthritis. Revbrasreumatol. 54 (3) : 208-212.

Roos, E. M., Nilsdotter, A. K., Lohmander, L. S., dan Klassbo, M. 2011. Hip Dissability and Osteoarthritis Outcome Score (HOOS). Validity and Prevention.

Saifuddin. 2013. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Sasongko, A. D. 2011. Menjaga Kesehatan Tulang. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.

Setiawan, A. 2014. Pengaruh Latihan Beban Dengan Metode Set System Terhadap Kekuatan, Daya Tahan Otot dan Flesksibilitas Members Bahtera Fitbess Center Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Shankar, G. dan Yogita. 2010. Efectiveness of Passive Stretching versung Hold Relax Technique in Fleksibility of Hamstring Mescle. OJHAS: Gujarat, India

Soedoko, R. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. 2nd ed. Jakarta: EGC

Soenarwo, B. M. 2011. Penanganan Praktis Osteoarthritis. Jakarta: AL-MAWARDI

Sudarsono, C. N. 2006. Pengaruh Latihan Terhadap Otot. Jakarta: Departemen Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sudaryanto dan Anshar. 2011. Biomekanik Osteokinematika dan Arthrokinematika. Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Makassar. Halaman 28

Sudoyo, A. W., Soeroso, J., dan Isbagio, H. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed, Jilid 1. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

(18)

14

Suratun. 2008. Klien Gangguan sistem Muskuloskeletal. Seri Asuhan Keperawatan. Editor: Monica Ester. Jakarta: EGC

Syamsumin, K. D. 2009. Osteoarthritis Diagnosa Penanganan dan Perawatan di Rumah. Yogyakarta: Fitramaya.

Symmons, D., Allison, T., dan Busby, H. 2006. The Global Burden of Rheumatoid Arthritis in The Year 2000.

Utomo, B. 2010. Hubungan antara Kekuatan Otot dan Daya Tahan Otot Anggota Gerak Bawah dengan Kemampuan Fungsional Lanjut Usia. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Wahyuningsih N. A. S. 2009. Hubungan Obesitas dengan Osteoarthritis Lutut pada Lansia di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Surakarta. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Warma, H. 2011. Pengaruh Mobilisasi Sendi dan Hold Relax Terhadap Problematika Osteoarthritis Lutut. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

penelitian dengan judul PENGARUH PERSEPSI PEMBELAJARAN EKONOMI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GEYER

Walaupun pengobatan bersama dengan HAART dan terapi TB dinyatakan aman, satu penelitian menemukan bahwa dosis obat anti- TB rifabutin yang lebih rendah tidak mencapai tingkat

WHEREAS the Government of the Republic of Indonesia (hereinafter called "INDONESIA") and the Government of Canada (hereinafter called "CANADA") , have

Manajemen Berbasis Sekolah. yang dilakukan sekolah. Sasaran tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan sekolah.. Setelah sasaran dirumuskan, maka langkah

There shall be established the ASEAN University Network (AUN) to be composed of the leading universities and colleges in ASEAN Member Countries, which shall be known as

Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segenap karunia dan rahmatNya hingga penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Pemberian Air

Let x be the age of Mary’s grandmother when she died, y be the age of Mary’s brother when he died and z be the number of years between the death of Mary’s grandmother and

[r]