1. Hubungan Capital Adequacy Ratio( CAR) dengan Pembiayaan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.
Secara Matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
berdasarkan rumus diatas, jika CAR meningkat maka modal yang dimiliki bank lebih banyak disalurkan untuk melindungi Aktiva bank yang mengandung resiko sehingga modal yang digunakan utuk pembiayaan akan berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan terjadi hubungan antara CAR dan pembiayaan. Penelitian Wuri Arianti dan Harjum Muharam (2011) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh terhadap pembiayaan.
2. Hubungan Non Performing Financing (NPF) dengan Pembiayaan Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. Menurut Syafi’i Antonio (2001) yang dikutip oleh
Bani Pamungkas “pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat kebijakan kredit)maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya”. Penelitian yang dilakukan oleh Khodijah Hadiyyatul Maula (2009),NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
3. Hubungan Return On Assets (ROA) dengan Pembiayaan
Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika ROA suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank tersebut dari segi pengamanan asset. yang diperhitungkan.
Rumus ROA
semakin tinggi nilai ROA semakin tinggi profitabilitas suatu bank dan ketika tingkat profitabilitas bank tinggi maka pembiayaan yang disalurkan semakin meningkat.
4. Hubungan Financing Deposite Ratio( FDR) dengan Pembiayaan
Financing Deposito Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya LDR menurut peraturan pemerintah maksimum 110%. 6
6
berdasarkan rumus diatas maka semakin tinggi FDR makan semakin tinggi pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat. dengan demikian FDR memiliki pengaruh terhadap pembiayaan.
5. Hubungan BOPO dengan Pembiayaaan.
Bopo merupakan rasio antara biaya operasioanal terhadap pendapatan operasional( Dendhawijaya 2003:125). Biaya opersional adala biaya yang dikeluarkan oleh bank dala rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya.Semakin tinggi BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah.
Rumus BOPO
Biaya operasional yang tinggi tentu akan menyebabkan masalah bagi suatu perusahaan tidak terkecuali perbankan. semakin tinggi BOPO semakin rendah pembiayaan yang diberikan. dengan demikian terdapat hubungan negatif antara rasio BOPO dengan pembiayaan.
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus. 7kenaikan harga barang akan menyebabkan turunya daya beli masyarakat sehingga terjadi kelesuan ekonomi. selain itu dampak dari inflasi akan menyebabkan orang akan enggan menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin menurun, bila orang enggan menabung , maka dana pihak ketiga di bank akan menurun. menurunya dana dari masyarakat akan berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan. penelitian Bani pamungkas( 2012) inflasi berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah. dengan demikian terdapat hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat pembiayaan.
7. Hubungan BI Rate dengan Pembiayaan.
BI rate adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia yang diberikan kepada bank yang menyimpan dana di Bank Indonesia. ketika BI Rate meningkat maka bank lebih suka menyimpan dananya di Bank Indonesia daripada menyalurkan kepada masyarakat. hal ini menyebabkan tingkat pembiyaan menjadi rendah, dengan demikian terjadi hubungan negatif antara BI rate dengan Pembiayaan.
8. Hubungan Kurs mata uang dengan pembiayaan
Kurs valuta asing atau kurs uang menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.
7
kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domistik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.8 Perbankan syariah sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang industri keuangan tentu tepengaruh oleh fluktuasi nilai tukar. apabila kurs mata uang asing meningkat maka segala transaksi perbankan yang berkaitan dengan valuta asing akan mengalami perubahan. perubahan berakibat pada naik turunya modal bank. Hal ini tentu berakibat pada penyaluran pembiayaan. Hasil penelitian Maya Fitriyani (2010) kurs berpengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.
F. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank syariah megalami pertumbuhan setiap tahunya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pertumbuhan perbankan syariah yang positif menjadikan pembiyaan pada perbankan syariah terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan pembiayaan ini diduga dipengaruhi oleh faktor internal bank yang di ukur dengan rasio keuangan Bank yaitu CAR, NPF, ROA, FDR, dan BOPO. Selain faktor internal ada juga faktor eksternal yangg diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah, yaitu Inflasi, BI Rate, dan Kurs.
Dalam beberapa penelitian terdahulu segaimana telah dijelaskan sebelumya ada bebrapa variabel yang berpengaruh terhadap pembiayaan. Oleh
8
karena itu, untuk membuktikan kembali dan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek dan jangka panjang maka dilakukan pengujian Error Corection Model(ECM). Berdasarkan variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap variabel terikat seperti dijelaskan diatas kemudian dilakukan uji-uji awal sebelum pada akhirnya diperoleh hasil sesuai tujuan penelitian. Uji yang pertama dilakukan adalah uji akar-akar unit yang terdiri dari uji stasioneritas sebagai bagian pertama dilakukan, namun jika uji stisioner gagal mendapatkan hasil yang memenuhi persyaratan terdapat satu uji alternatif yaitu uji derajat integrasi. Apabila data lolos uji stasioneritas, uji dilanjutkan kepada uji kointegrasi. Apabila ada variabel yang tidak lolos uji stasioner maupun derajat integrasi, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari penelitian.
Langkah selanjutnya setelah pengujian awal selesai dilakukan adalah dilanjutkan dengan pengujian untuk menghasilkan hasil dari penelitian, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan metode yang diambil Error Corection Model (ECM). Pendekatan ECM adalah langkah terakhir yang dilakukan yang kemudian akan menghasilkan nilai yang membuktikan apakah penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang signifikan dan apakah terdapat pengaruh jangka pendek dan jangka panjang. Setelah hasil yang diharapkan diperoleh, hasil tersebut diinterpretasi melalui proses analisa dan pembahasan sehingga dapat dirumuskan kesimpulan dan implikasi sebagai hasil akhir dari penelitian yang dapat bermanfaat.