• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan 1.Capital Adequacy Ratio(CAR) 1.Capital Adequacy Ratio(CAR)

3. Non Performing Financing( NPF)

NPF merupakan rasio yang menghitung banyaknya nilai kewajiban atas pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah kepada lembaga keuangan syariah. Atau dengan kata lain NPF adalah persentase pembiayaan bermasalah. Bank Indonesia mengkategorikan NPF dalam beberapa level yaitu pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet.

Banyaknya penyaluran dana yang tidak melakukan pembayaran angsuran akan akan membawa dampak pendapatan yang diikuti aliran masuk (cash basis) sedikit maka pendapatan yang dibagi antara bank syariah dan shahibul maal juga sedikit yang akhirnya membawa dampak kecilnya pendapatan yang diterima oleh pemilik dana( shahibul maal). Begitu sebalikanya, penyaluran dana yang tidak besar namun dilakukan dengan efektif dan efisien, produktif serta kualitas penyaluran dana yang baik akan menyebabkan banyak debitur akan melakukan pembayaran angsuran dan akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan dibagi antara bank syariah

dan pemilik dana juga besar yang mengakibatkan pendapatan yang diterimah cukup besar. 16

NPF yang terus meningkat akan menyebabkan turunya profitabilitas serta kepercayaan nasabah kepada bank syariah yang pada akhirnya nasabah enggan untuk menaruh dananya dibank syariah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan pembiayaan bermasalah( Non Performing Finance) akan meyebabkan turunya jumlah pembiayaan yang akan disalurkan. Sebaliknya penurunan non performing finance akan meningkatkan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syaraiah. Sejalan dengan konsep dan teori diatas penelitian terdahulu.

Sejalan dengan konsep dan teori yang telah dijelaskan diatas penelitian yang dilakukan oleh Fikry kurniadi menunjukkan bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah. Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Khodijah Hadiyyatul Maula (2009),NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. 4. Financing Deposit Ratio( FDR)

Financing Deposit Rasio (FDR) adalah rasio antara keseluruahan jumlah kredit/ pembiayaan dengan dana yang diterima bank.17 Kebutuhan likuiditas

16

Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah ( Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005) h.5

setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya.

Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian pembiayaan kepda nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk pembiayaan.

Semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa FDR berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.

5. BOPO ( Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)

BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainya. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan opereasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.

Semakin rendah BOPO bearti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yan diperoleh bank akan semakin besar.

Rumus BOPO adalah sebagai berikut:

BOPO juga merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko operasional. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan.

Semakin rendah rasio BOPO semakin kecil biaya opersional, rendahnya biaya opersional akhirnya pendapatan bank mangalami kenaikan. Kenaikan pendapatan bank tentu berpengaruh terhadap penyaluran

pembiyaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh terhadap pembiyaan.

6. Inflasi

Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu dihadapi setiap negara. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. sedangkan menurut Rahardja dan Mandala Manurung mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus menerus.18 Sementara menurut Sukirno inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah besar dibandingkan dengan penawaran barang dipasar.19

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa inflasi merupakan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus atau dengan kata lain jumlah uang yang beredar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa.

18

Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro ekonomi, Jakarta: LPPE-UI, 2004, h. 155

1919

Inflasi Memiliki beberapa dampak buruk terhadap individu dan masyarakat, menurut Pratama Raharja dan Manurung sebagaimana dikutip oleh Nur Rioanto arif20 yaitu:

1. Menurunya tingkat kesejahteraan masyarakat

Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang atau malah semakin rendah, apalagi bagi orang-orang yang berpendapatan tetap. Kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga-harga, maka inflasi ini akan menurunkan upah riil setiap individu yang berpendapatan tetap, seperti pegawai negeri sipilataupun karyawan.

2. Memperburuk distribusi pendapatan.

Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan nilai riil dari pendapatanya dan pemilik kekayaan akan mengalami penurunan juga. Akan tetapi kekayaan tetap seperti tanah atau bangunan dapat mempertahankan atau justru menambah nilai riil kekayaan. Dengan demikian inflasi akan menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan yang berpendapatan tetap dengan para pemilik kekayaan tetap akan semakin tidak merata. 3. Terganggunya Stabilitas Ekonomi

Inlasi menganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan atas kondisi di masa depan (ekspetasi) para pelaku

20

ekonomi. Sehingga hal ini akan mengacaukan stabilitas dalam perekonomian suatu negara, karena akan memunculkan perilaku spekulasi dari masyarakat.

Selain dampak21pak diatas, dampak lainnya dirasakan pula oleh para penabung, oleh kreditur atau debitur, dan oleh produsen. Dampak inflasi bagi para penabung ini menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin rendah.

Selain itu, menurut para ekonom islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, teruama funsi tabungan (nilai simpanan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga mengarahkan investasi pada hal-hal non produktif yaitu penumpukan kekayaan ( hoarding) seperti: tanah, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainya.22

Kondisi tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap pembiayaan. Dari pemaparan diatas dapat disimpulakan bahwa kenaikan dan penurunan inflasi akan berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan perbankan syaria. Sejalan dengan konsep dan teori diatas penelitian yang dilakukan oleh Bani Pamungkas 2012 menemukan bahwa inflasi dalam jangka penjang

21

Ibid, h. 107 22

Adwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)h. 139

berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah periode 2005-2011. Dan penelitian yang dilakukan oleh chorida (2010) , menemukan bahwa inflasi berpengaruh terhadap alokasi pembiayaan usaha kecil dan menegah.

Dokumen terkait