• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

V. KESIMPULAN DAN SARAN

2.2 Kerapu Macan dan Kerapu Bebek

Dari 46 jenis kerapu atau grouper, yang tergolong dalam tujuh genus dan hidup tersebar di laut dengan tipe habitat beragam, hanya ada enam jenis yang saat ini dipandang memiliki nilai ekonomis penting yaitu kerapu bebek, kerapu sunu, kerapu lumpur, kerapu macan, kerapu batik dan kerapu lodi (Ghufran 2001). Komoditas dalam penelitian ini termasuk kedalam jenis ikan kerapu yang memiliki nilai ekonomis penting tersebut yaitu kerapu macan dan kerapu bebek.

6 1) Kerapu Macan

Bentuk kerapu macan mirip dengan kerapu lumpur, tetapi dengan badan agak lebar. Dalam masyarakat internasional dikenal dengan sebutan flower atau

carpet cod (Ghufran 2001). Kerapu macan memiliki mulut lebar serong ke atas dengan bibir bawah menonjol ke atas dan sirip ekor yang umumnya membulat (rounded). Gambar ikan kerapu macan dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber : http://o-nlinenews.blogspot.com/p/kerapu-macan.html

Gambar 1. Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Taksonomi ikan kerapu macan menurut Kordi K, 2005 adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Class : Pisces Ordo : Perciformes Famili : Serranidae Genus : Epinephelus

Species : Epinepheusfuscoguttatus

2) Kerapu Bebek

Kerapu bebek sering disebut sebagai kerapu tikus, di pasaran Internasional dikenal dengan nama polka dot grouper, namun ada pula yang menyebutnya

hump backed rocked. Ikan kerapu bebek ini berbentuk pipih dan warna dasar kulit tubuhnya abu-abu dengan bintik-bintik hitam di seluruh permukaan tubuh. Kepala berukuran kecil. Dengan moncong agak meruncing. Kepala yang kecil mirip bebek menyebabkan jenis ikan ini popular disebut kerapu bebek, namun ada pula yang menyebutnya sebagai kerapu tikus, karena bentuk moncongnya yang meruncing menyerupai moncong tikus (Gambar 2).

7

Sumber : http://tipspetani.blogspot.com/2010/05/pembesaran-ikan-kerapu-bebek.html

Gambar 2. Kerapu Bebek (Chromileptes. altivelis)

Taksonomi ikan kerapu bebek menurut Samoilys & Pollard (2000) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Serrendae Genus : Chromileptes Spesies : C. altivelis

Ikan kerapu bebek dikategorikan sebagai ikan konsumsi bila bobot tubuhnya telah mencapai 0,5-2,0 kg per ekor. Selain dijual sebagai ikan konsumsi, ikan kerapu bebek juga dapat dijual sebagai ikan hias dengan nama grace kelly. Ikan kerapu bebek memiliki bentuk sirip yang membulat. Sirip punggung tersusun dari 10 jari-jari keras dan 19 jari-jari lunak. Pada sirip dubur, terdapat 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak. Ikan ini bisa mencapai panjang tubuh 70 cm atau lebih, namun yang dikonsumsi, umumnya berukuran 30-50 cm. kerapu bebek tergolong ikan buas yang memangsa ikan-ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Ikan kerapu bebek merupakan salah satu ikan laut komersial yang telah dibudidayakan baik dengan tujuan pembenihan maupun pembesaran (Ghufran 2001).

2.3 Ekologi dan Kebutuhan Lingkungan

Dalam siklus hidupnya, pada umumnya ikan kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larva ikan kerapu bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat

8 favorit larva dan ikan kerapu macan muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun.

Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu macan yaitu temperatur antara 24-31oC, salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan derajat keasaman (pH) antara 7,8 – 8. Jika terjadi perubahan pH yang tidak terlalu mendadak, ikan kerapu dapat mentolerir perubahan tersebut dengan batas maksimal toleransi pH adalah 11 dan batas minimal adalah 4 . Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang (Asmawi 1986).

2.4 Penyakit Ikan Kerapu

Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu macan dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu, sedangkan jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah:

(a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm (b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis (c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis (d) penyakit akibat serangan bakteri

(e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus) (Ghufran 2001).

2.5 Karamba Jaring Apung

Karamba jaring apung adalah sistem teknologi budidaya berupa jaring yang mengapung dilengkapi beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan inspeksi, rumah jaga dan jangkar (Krisanti dan Imran 2005). Komoditas yang akan dibudidayakan mempengaruhi konstruksi karamba jaring apung. Selain itu dipengaruhi pula oleh faktor kondisi lingkungan, metode budidaya, sifat bahan, dan keterampilan tenaga setempat. Secara ideal bahan yang digunakan untuk karamba jaring apung harus kuat, ringan, tahan cuaca dan korosi, mudah dikerjakan dan diperbaiki, bebas gesekan, tekstur halus agar tidak melukai ikan. Tata letak karamba jaring apung harus diperhitungkan berdasarkan arah dan kekuatan arus karena bentuk karamba jaring apung sangat dipengaruhi arus (Kordi 2005).

9 Untuk pemeliharaan kerapu cocok digunakan karamba jaring apung dengan banyak sudut seperti segienam, segidelapan, atau segiempat. Hal ini dikarenakan semua spesies kerapu cenderung hidup bersembunyi, berbaring di dasar perairan di bawah naungan (Achmad et al. 1995). Karamba pembesaran kerapu terbuat dari jaring PE yang bermata jaring 1,5 -2 inchi dengan ukuran karamba 3m x 3m x3m (Kordi 2005).

Budidaya ikan kerapu dapat dilakukan menggunakan teknologi KJA (karamba jaring apung), atau pun menggunakan teknologi jaring tancap. Metode KJA merupakan teknik akuakultur yang paling produktif. Beberapa keuntungan yang dimiliki metode KJA, yaitu tingginya padat penebaran, jumlah dan mutu air yang selalu memadai, tidak diperlukannya pengolahan tanah, mudahnya pengendalian gangguan pemangsa, dan mudahnya pemanenan (Kordi K 2005).

2.6 Manajemen Budidaya Kerapu

Budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh manajemen pakan dan manajemen kualitas air. Menurut Akbar (2001), Ikan kerapu adalah jenis ikan buas (karnivora). Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan, terutama terlihat pada ikan kerapu stadia awal. Dari pengamatan isi perut ikan kerapu kecil diketahui kandungan di dalamnya didominasi oleh golongan krustacea (uang- udangan dan kepiting) sebanyak 83% dan ikan-ikanan sebesar 17%. Namun semakin besar ukuran ikan kerapu, komposisi isi perutnya cenderung didominasi oleh ikan-ikanan. Jenis udang krosok (Parapeneus sp.), udang dogol (Metapenaeus sp.), dan udang jerbung (Penaeus merguiensis). Sementara dari kelompok ikan-ikanan yang ditemui pada umumnya adalah ikan teri (Stelopterus

sp.), beronang (Sinagus sp.), tembang (Sardinella sp.), belanak (Mugil sp.), jenaha (Luthanus sp.), dan cumi-cumi (Loligo sp.) dalam jumlah kecil. Oleh karena itu perlu diperhatikan waktu pemberian pakan (feeding time), dosis pemberian (feeding rate), cara pemberian pakan (feeding method) dan frekuensi pemberian pakan (feeding frequency). Pakan yang diberikan berupa pakan rucah dan pakan pellet dengan metode at satiation yaitu pakan diberikan kepada ikan sampai kenyang sebanyak 2 kali sehari sebanyak 6-7,5% pakan rucah dan 3-5% pakan pellet untuk ikan ukuran 500-1200 gram (SNI 01-6488.4-2000).

10 Pemeriksaan kualitas air menurut SNI 01-6488.4-2000 minimum dilakukan 2 kali seminggu. Cara pengukuran kualitas air (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut) dilakukan dengan menggunakan termometer untuk mengukur suhu, refractometer untuk mengukur salinitas, pH meter atau kertas lakmus untuk mengukur pH, DO meter untuk mengukur oksigen terlarut dan water quality test kit untuk mengukur kualitas air lainnya sesuai dengan petunjuk kerja masing- masing alat yang digunakan. Dalam kegiatan usaha pembesaran kerapu juga menggunakan anastesi, desinfektan dan obat-obatan menurut SNI 01-6488.4-2000 (Tabel 1).

Tabel 1. Standar Penggunaan Jenis dan Dosis Anastesi, Desinfektan dan Obat- obatan pada Pembesaran Ikan Kerapu

Jenis Dosis Keterangan

Treflan 1 ppm Dioleskan

Acriflavin 5 – 10 ppm Perendaman 1 – 2 jam

Prefuran 1 ppm Perendaman 30 – 60 menit

Methilyne blue 3 – 5 ppm Perendaman 30 – 60 menit Vitamin C 2 – 4 g/kg pakan Pencampuran dalam pakan Multivitamin 3 – 5 g/kg pakan Pencampuran dalam pakan

Sumber : SNI 01-6488.4-2000

Perawatan KJA pun perlu dilakukan dalam usaha pembesaran kerapu. Pengecekan jaring dan waring yang digunakan diperlukan agar ikan tidak dapat lolos dari dalam jaring atau waring yang rusak. Pembersihan jaring dan waring dapat dilakukan dengan penyemprotan air dan penjemuran atau hanya dengan penjemuran saja (Darmansah 2009).

Dokumen terkait