• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Analisis Teknis Budidaya

4.2.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Penghitungan SGR dilakukan secara kumulatif dari tiap kelas bobot yang ada. Nilai SGR kerapu macan dan kerapu bebek mengalami fluktuatif pada tiap kelas bobot. Nilai SGR turun dari kelas bobot 100-200 gram (4,07%) kekelas bobot 200-300gram (3,07%), kemudian meningkat pada kelas bobot 300-400 gram (4,68%) lalu naik dan turun lagi dikelas bobot up 500 gram (5,53%) untuk kerapu macan serta kenaikan SGR untuk kerapu bebek pada kelas bobot 300-400 gram (4,92%) dan penurunan pada bobot up 500 gram (4,78%). Rata-rata nilai SGR untuk kerapu macan sebesar 4,49% dan SGR untuk kerapu bebek sebesar

35 4,05%. Grafik laju pertumbuhan spesifik kerapu macan dan kerapu bebek di Pulau Panggang selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Laju Pertumbuhan Spesifik Kerapu Macan dan Kerapu Bebek Periode April – Juli 2011 di Pulau Panggang

Jika dibandingkan dengan prinsip pertumbuhan pada kegiatan budidaya, maka grafik tersebut secara keseluruhan sesuai prinsip, dimana grafik menunjukan peningkatan kemudian penurunan setelah mencapai stadia dewasa untuk laju pertumbuhan harian tiap individunya. Akan tetapi, terjadi penurunan laju pertumbuhan pada kelas bobot 200-300 gram untuk kerapu macan. Pada fase dewasa laju pertumbuhan menurun sebab sebagian energi yang diperoleh dari aktifitas feeding digunakan untuk pertumbuhan reproduktif (generatif) seperti perkembangan, pertumbuhan dan pematangan gonad, serta aktivitas dan tingkah laku reproduktif lainnya seperti pencarian pasangan kawin, percumbuan dan sebagainya.

Naik dan turunnya laju pertumbuhan spesifik ikan kerapu pada penelitian ini diduga disebabkan oleh pengaruh kualitas air (DO dan TAN), pengaruh pakan dan genetika ikan itu sendiri. Tidak stabilnya kualitas air yang menjadi habitat hidup ikan menyebabkan pertumbuhan ikan lambat. Kualitas air selama pemeliharaan dari bulan April hingga Juli 2011 dipengaruhi oleh 2 musim yaitu musim barat dan musim timur. Musim berpengaruh terhadap kondisi kualitas air pada parameter DO, saat musim barat suhu air cenderung rendah sehingga DO pun rendah. Nilai TAN yang tinggi menunjukan kondisi perairan di sekitar tempat budidaya telah tercemar dan kurang baik untuk budidaya. Laju pertumbuhan ikan kerapu macan tertinggi berada pada kelas bobot terkecil yaitu 100-200 gram. Diduga pakan yang diberikan dikonsumsi dengan baik oleh ikan untuk

4,07 3,07 4,69 5,53 5,11 2,44 4,92 4,78 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 100‐200 200‐300 300‐400 400‐500 up 500 Laju   pertumbuhan   Spesifik   (%) Kelas Bobot (g) kerapu macan kerapu bebek

36 pertumbuhan, sesuai fungsi pakan pada ikan dengan ukuran 100-200 gram tersebut. Laju pertumbuhan ikan kerapu macan pada kelas bobot 400-500 gram lebih tinggi dari kelas bobot 200-400 gram, hal ini diduga kualitas perairan (DO dan TAN) tempat hidup ikan mulai seimbang lagi sesuai dengan habitat hidup ikan kerapu macan dan kuantitas pakan yang diberikan lebih banyak serta dikonsumsi dengan baik oleh ikan untuk pertumbuhan. Genetika ikan juga dapat berpengaruh terhadap penurunan nilai SGR. Diduga ada beberapa benih ikan yang kurang bagus genetikanya. Hal ini dapat dilihat dari hubungan pertambahan bobot dan pertambahan panjang tubuh selama pemeliharaan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hubungan Pertambahan Bobot dan Pertambahan Panjang Tubuh

Kelas Bobot (gram)

Kerapu Macan Kerapu Bebek

Keterangan Pertambahan Bobot (gram) Pertambahan Panjang (cm) Pertambahan Bobot (gram) Pertambahan Panjang (cm) 100-200 80 1,4 - - (+) 200-300 106 1,3 129 3,8 (+) 300-400 106 1,0 161 2,8 (+) 400-500 101 -0,4 - - (-) Up 500 121 0,4 287 4 (+)

Keterangan : (+) = Terjadi pertambahan bobot dan pertambahan panjang tubuh

(-) = Terjadi pertambahan bobot tetapi tidak terjadi pertambahan panjang tubuh

Pertambahan bobot tubuh ikan kerapu macan dan ikan kerapu bebek pada semua kelas bobot menunjukan nilai yang positif, tetapi pada pertambahan panjang tubuh ikan kerapu macan kelas bobot 400-500 gram terjadi penurunan panjang tubuh. Perolehan hasil pertambahan panjang tubuh yang menurun disebabkan oleh pengambilan ikan sampel secara acak. Hal ini menunjukan pengambilan sampel sudah mewakili populasi yang ada.

Pertambahan bobot tubuh yang tidak diimbangi dengan pertambahan panjang tubuh mengakibatkan bentuk tubuh ikan tidak ideal. Seperti manusia, bentuk tubuh ikan juga dapat dikatakan obesitas ataupun kuntet (kerdil). Hal ini diduga disebabkan adanya pengaruh genetika (keturunan) dari induk ikan yang digunakan sebagai benih. Faktor keturunan merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan keberadaannya sulit dikontrol.

4.2.3 Feed Convertion Ratio (FCR)

Nilai FCR kerapu macan menunjukan grafik yang semakin meningkat kemudian turun pada kelas bobot up 500 gram. Sedangkan FCR untuk kerapu

37 bebek menunjukan grafik naik kemudian turun pada ketiga kelas bobot. Rata-rata nilai FCR kerapu macan sebesar 12,2 sedangkan untuk kerapu bebek sebesar 8,5. Grafik nilai FCR kerapu macan dan kerapu bebek di Pulau Panggang selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. FCR Kerapu Macan dan Kerapu Bebek Periode April – Juli 2011 di Pulau Panggang

Nilai FCR pada budidaya ikan akan menunjukan grafik yang menaik untuk kelas bobot yang semakin besar. Nilai FCR mengalami penurunan pada kelas bobot up 500 gram untuk kerapu macan dan kerapu bebek. Diduga pakan rucah yang masuk ke dalam tubuh ikan pada kelas bobot tersebut digunakan untuk pertumbuhan reproduktif (generatif) seperti perkembangan, pertumbuhan dan pematangan gonad, serta aktivitas dan tingkah laku reproduktif lainnya seperti pencarian pasangan kawin, percumbuan dan sebagainya. Nilai FCR untuk ikan kerapu tergolong tinggi dimana diperoleh FCR rata-rata untuk ikan kerapu macan sebesar 12,2 yang berarti ikan membutuhkan pakan sebanyak 12,2 Kg untuk menghasilkan 1 Kg daging dan FCR rata-rata untuk kerapu bebek sebesar 8,5 yang berarti ikan membutuhkan 10,4 Kg pakan untuk menghasilkan 1 Kg daging. Nilai FCR yang tinggi diduga disebabkan oleh terbuangnya lebih dari 50% pakan selama feeding, karena pemberian pakan rucah dibuang jeroan dan kepalanya, pemberian pakan rucah dipengaruhi jumlah kandungan air dari ikan rucah tersebut dan nilai leaching pakan rucah lebih tinggi dari pellet serta kualitas rucah yang kurang baik.

Diduga waktu pemberian pakan untuk setiap kelas bobot kurang sesuai (masih ada pengaruh sinar matahari) sehingga ikan kerapu tidak mau makan dan cenderung berada di dasar wadah pemeliharaan sehingga menyebabkan pakan

5,40 10,86 15,72 19,45 9,39 5,73 12,50 7,29 0 5 10 15 20 25 100‐200 200‐300 300‐400 400‐500 up 500 FCR Kelas Bobot (g) kerapu macan kerapu bebek

38 rucah yang diberikan terbuang. Waktu pemberian pakan dipengaruhi oleh jam kerja pembudidaya sebagai nelayan, sekitar pukul 06.30 dan atau pukul 16.00 merupakan jam kerja responden untuk kegiatan budidaya. Mayoritas jam kerja efektif yang digunakan responden untuk pemberian pakan adalah pukul 16.00, dimana matahari masih sedikit terik. Seharusnya waktu pemberian pakan dilakukan sebelum matahari terbenam atau sekitar pukul 17.30 agar nafsu makan ikan kerapu lebih meningkat. Untuk mengetahui persentase jumlah pakan rucah yang diberikan selama pemeliharaan pada tiap ukuran ikan atau kelas bobot dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Pemberian Pakan Rucah untuk Ikan Kerapu

Ukuran Ikan (gram)

% Pemberian Pakan

Rucah Harian Frekuensi Harian % Pemberian Pakan Rucah Harian Menurut Literatur Frekuensi Harian Menurut Literatur Kerapu Macan Kerapu Bebek Kerapu Macan Kerapu Bebek 100-200 6,3 - 1 1 8-10 1-2 200-300 5,4 5,7 1 1 6-8 1 300-400 5,6 11,2 1 1 4-6 1 400-500 4,8 - 1 1 4-6 1 Up 500 4,3 8,6 1 1 4-6 1

Literatur menurut ACIAR (Australian Centre for International Agricultural Research) dalam Pedoman Praktis Pemberian dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan Kerapu yang di Budidaya

Jika dibandingkan dengan Pedoman Praktis Pemberian dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan Kerapu yang di Budidaya menurut ACIAR, persentase pemberian pakan rucah untuk ikan kerapu macan kelas bobot 100 hingga 200 gram masih kurang. Persentase pemberian pakan rucah untuk ikan kerapu macan yang sesuai dengan anjuran ACIAR ada pada kelas bobot 300 gram hingga up 500 gram. Sedangkan untuk ikan kerapu bebek, persentase pemberian pakan rucah yang sesuai dengan anjuran ACIAR hanya ada pada kelas bobot 200-300 gram. Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan pakan rucah yang tidak menentu dan tidak adanya pencatatan data budidaya mengenai biomassa ikan selama pemeliharaan pada tiap kelas bobot sehingga pembudidaya tidak dapat mengetahui berapa banyaknya pakan rucah yang harus diberikan.

39

Dokumen terkait