• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kereta Api Menggunakan Dua Lokomotif atau Lebih Secara Multiple Unit

BAB IV KETENTUAN PADA WAKTU PERJALANAN KERETA API SESUAI

PERATURAN PERJALANAN

E. Kereta Api Menggunakan Dua Lokomotif atau Lebih Secara Multiple Unit

(15) Pada lokomotif yang dilengkapi dengan perIengkapan yang memungkinkan dua lokomotif atau lebih yang sejenis dirangkaikan secara multiple unit, dioperasikan hanya oleh satu orang masinis yang berada di lokomotif depan.

Paragraf 3 Pemeriksaan Kereta Api Sebelum Berangkat

Pasal 40

(1) Di stasiun awal pemberangkatan, di stasiun antara tempat menambah atau melepas kereta/gerbong, dan di stasiun lain, sebelum kereta api berangkat, Ppka/Pap harus memastikan bahwa:

a. keterangan kelaikan sarana dari kepala unit pelaksana teknis perawatan sarana yang bersangkutan telah diterima;

b. rangkaian telah disusun sesuai dengan stamformasi;

c. pemeriksaan dan percobaan pengereman telah dilakukan dengan baik; d. dokumen perjalanan telah siap dan lengkap;

e. semboyan kereta api telah terpasang pada tempatnya; dan

f. naik turun penumpang atau muat bongkar barang, bagasi, serta barang hantaran telah selesai dilakukan.

(2) Di stasiun awal pemberangkatan, Tka harus membantu memeriksa kesiapan rangkaian kereta api termasuk perangkat pengereman, peralatan keselamatan, peralatan perangkai, kelistrikan, dan kelengkapan inventaris kereta/gerbong, serta pemasangan semboyan 21 pada rangkaian kereta api.

(3) Apabila meIihat suatu kerusakan pada rangkaian, awak sarana kereta api harus segera memberitahukan perihal tersebut kepada masinis, dan masinis yang akan menentukan apakah kerusakan tersebut

membahayakan atau tidak maka setelah mendapat pemberitahuan dari masinis, Ppka/Pap harus bertindak sebagaimana mestinya, antara lain, a. memenuhi permintaan masinis;

b. memberitahukan kepada Puk/Pug/Pul untuk perbaikan;

c. melaporkan kepada Ppkp tentang kerusakan tersebut dan taksiran waktu untuk penyelesaian.

(4) Di stasiun awal pemberangkatan dan di stasiun tempat pergantian awak sarana kereta api, masinis dan kondektur harus mencocokkan arlojinya dengan jam induk stasiun.

(5) Ppka wajib mencocokkan jam induk stasiun dengan jam induk perusahaan (jam pada telepon PK).

Paragraf 4 Pemeriksaan Jalur Kereta Api

Pasal 41

(1) Untuk keselamatan dan ketertiban perjalanan kereta api, jalur kereta api harus diperiksa secara berkala, paling sedikit 2 (dua) kali dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam, disesuaikan dengan tenggat waktu antara satu kereta api dan kereta api berikutnya.

(2) Untuk memenuhi ketentuan sebagaimana pada ayat (1), Pimpinan Daerah menetapkan jadwal pemeriksaan jalur atau bagian jalur untuk pemeriksaan pertama dan kedua, baik yang berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan pemeriksa jalur (Kpj). Selanjutnya, dengan berpedoman pada peraturan perjalanan dan PTDO dibuat “grafik

perjalanan pemeriksa jalur” yang ditandatangani oleh JPJD dan JPOD, dan

dalam pelaksanaannya di bawah pengawasan Ppka.

(3) Untuk keperluan pengawasan Ppka sebagaimana pada ayat (2) di setiap stasiun harus dipasang “grafik perjalanan pemeriksa jalur”.

(4) Pengawasan Ppka sebagaimana pada ayat (2) adalah apabila buku “pas jalan” (bentuk J. 91) telah diterima dan ditandatangani oleh Ppka stasiun yang dilewati dan/atau stasiun akhir perjalanan petugas pemeriksa jalur (Ppj) yang ditentukan dalam buku “pas jalan”.

(5) Pada bagian jalur tertentu yang dianggap rawan (daerah longsoran, amblesan, banjir), Pimpinan Daerah dapat menambah pemeriksaan ekstra di luar jadwal pemeriksaan sebagaimana pada ayat (2).

(6) Pemberitahuan perjalanan Ppj ekstra sebagaimana pada ayat (3) dilakukan oleh JPJD.

Comment [TR35]: PP 72

(7) Apabila pada lintas yang diperiksa oleh petugas pemeriksa jalur yang pemeriksaannya dimulai dari:

a. stasiun buka atau melewati stasiun yang telah dibuka, pas jalan harus ditandatangani oleh Ppka stasiun yang bersangkutan;

b. stasiun tutup, petugas pemeriksa jalur yang bersangkutan harus meninggalkan buku “pas jalan” di stasiun antara sebagai bukti bahwa petak jalan atau sebagian petak jalan di belakangnya telah diperiksa. (8) Pemeriksaan pertama dan kedua sebagaimana pada ayat (2) dilaksanakan

dengan ketentuan petugas pemeriksa jalur harus datang di stasiun selambat-Iambatnya 15 (lima belas) menit sebelum kereta api berangkat menuju ke petak jalan yang telah diperiksa, baik untuk pemeriksaan dengan jalan kaki maupun dengan Kpj.

(9) Apabila kereta api melalui petak jalan yang belum diperiksa sebagian atau seluruhnya maka:

a. sebelum memberangkatkan kereta api, Ppka harus memberitahukan kepada masinis dengan perintah “berjalan hati-hati” (bentuk 90), sedangkan untuk kereta api langsung harus diberhentikan luar biasa di stasiun guna pemberian bentuk tersebut;

b. pada petak jalan jalur ganda, tindakan sebagaimana pada huruf a harus dilakukan terhadap kereta api, baik yang berjalan melalui jalur hulu maupun yang melalui jalur hilir;

c. setelah menerima bentuk 90, selama berjalan, masinis harus memperhatikan benar-benar akan kemungkinan adanya halangan pada petak jalan yang bersangkutan dan kecepatan perjalanan kereta api dibatasi paling cepat 60 km/jam.

(10) Kedatangan petugas pemeriksa jalur harus segera disampaikan dengan warta melalui telepon antarstasiun kepada Ppka stasiun arah sebaliknya dari perjalanan petugas pemeriksa jalur yang telah memeriksa jalur tersebut seluruhnya atau sebagian oleh Ppka stasiun:

a. yang menurut buku “pas jalan” ditentukan sebagai stasiun akhir perjalanan petugas pemeriksa jalur; dan

b. sebagaimana pada ayat (6) setelah Ppka menandatangani pas jalan atau menerima buku “pas jalan”.

(11) Warta sebagaimana pada ayat (10) adalah sebagai berikut.

a. Masuk atau lewatnya petugas pemeriksa jalur harus disampaikan dengan bentuk warta sebagai berikut.

Ppka B : Ppka A, petugas pemeriksa jalur telah datang

di stasiun B (j1)

A. ppj masuk. B. (j1a)

b. Apabila petugas pemeriksa jalur sampai pada saat yang ditetapkan pada ayat (9) belum masuk, hal itu harus dikabarkan dengan bentuk warta sebagai berikut.

Ppka B : Ppka A, petugas pemeriksa jalur belum datang

di stasiun B (j2)

Penulisan dalam buku WK.

A. ppj belum masuk. B. (j2a)

(12) Apabila setelah diberitahu dengan bentuk warta j2, kemudian petugas pemeriksa jalur datang sebelum kereta api berangkat maka:

a. masuknya petugas pemeriksa jalur harus dikabarkan dengan bentuk

warta j1;

b. apabila warta tanya jawab tentang kondisi petak jalan untuk kereta api tersebut belum terjawab, kabar masuknya petugas pemeriksa jalur dapat ditambahkan pada bentuk warta tentang jawaban kondisi “aman”;

c. bentuk 90 yang telah diberikan harus diminta kembali dan bentuk

warta j1 dan warta j2 berikut tambahan kalimat mengenai masuknya

petugas pemeriksa jalur pada warta tentang jawaban kondisi “aman” harus dicatat dalam buku WK.

Paragraf 5 Memberangkatkan Kereta Api

Pasal 42

Bagian Kelima Ketentuan Tentang Peralatan Persinyalan

Paragraf 1 Indikasi Sinyal Utama

Pasal 43

Paragraf 2 Kedudukan Wesel

Pasal 44

Paragraf 3 Petugas yang Berhak Melayani Peralatan Persinyalan

Pasal 45

Paragraf 4 Tindakan yang Harus Dilakukan untuk Keselamatan Kereta Api yang Datang,

Berangkat atau Langsung Pasal 46

Paragraf 5 Mengancing, Melayani, dan Mengawasi Wesel

Pasal 47

Bagian Keenam Perjalanan Kereta Api terhadap Indikasi Sinyal Utama

Paragraf 1 Berhenti di Muka Sinyal Utama yang Menunjukkan Indikasi ”Berhenti”

Pasal 48

Paragraf 2 Melewati Sinyal Utama yang Menunjukkan Indikasi ”Berhenti”

Pasal 49

Paragraf 3 Sinyal Utama Memperlihatkan Indikasi Kurang Tegas

Pasal 50

Paragraf 4 Pelayanan Sinyal yang Berurutan

Pasal 51

Sinyal Utama Tidak Dapat Dikembalikan pada Indikasi “Berhenti” Pasal 52

Bagian Ketujuh Ketentuan tentang Memasukkan Kereta Api di Stasiun

Paragraf 1 Umum

Pasal 53

Paragraf 2 Tertib Penerimaan Kereta Api Masuk

Pasal 54

Paragraf 3 Penetapan Jalur Kereta Api dan Tempat Berhenti Kereta Api

Pasal 55

Paragraf 4 Ketentuan Khusus tentang Memasukkan Kereta Api

Pasal 56

(1) Kereta api yang menurut peraturan perjalanan masuk di jalur buntu di stasiun yang bukan stasiun buntu maka JPOD harus mencantumkan tanda  di belakang nama stasiun tersebut dalam tabel kereta api (O.100) untuk kereta api yang bersangkutan, dan kepala stasiun harus mencatat dalam daftar jalur.

(2) Apabila peraturan perjalanan sebagaimana pada ayat (1) mengenai perjalanan kereta api fakultatif atau kereta api luar biasa, Ks harus memberitahukan hal tersebut secara tertulis kepada Ppka. Namun, apabila pemberitahuan tertuIis tidak diterima Ppka atau dalam daftar jalur tidak terdapat catatan tentang hal tersebut, Ppka harus memasukkan kereta api tersebut menurut ketentuan sebagaimana dalam pasal 57 ayat (4).

Paragraf 5 Memasukkan Kereta Api dengan Ketentuan Lain dari Cara Biasa

Pasal 57

Paragraf 6 Ketentuan tentang Memasukkan Kereta Api di Jalur Isi

Pasal 58