• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan

Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian). Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan, dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Batubara (dalam Yoana, 2004) mengatakan salah satu kunci kemajuan dan keberhasilan pembangunan nasional adalah etos kerja. Jika Indonesia ingin mencapai pembangunan nasional yang baik maka yang harus dilakukan adalah membenahi etos kerja manusianya.

Menurut Harsono dan Santoso (2006) yang dimaksud dengan etos kerja adalah semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) menyamakan etos kerja sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja yang dimiliki seseorang merupakan gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang berfungsi sebagai panduan dalam tingkah lakunya.

Menurut Glock dan Stark (dalam Diana, 1997), agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, sistem perilaku yang terlembaga yang semuanya berpusat persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi. Darajat (dalam Jufri, 2004) menambahkan agama akan mempengaruhi cara berfikir, bersikap, bereaksi serta berperilaku.

Islam merupakan salah satu agama yang didalamnya terjandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang bersifat universal dan sempurna. Islam sangat meganjurkan umatnya untuk bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi . Allah SWT berfirman:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Qur’an surat At-Taubah:105).

Allah SWT juga berfirman:

“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (Qur’an surat Al-Jumu’ah:10)

Islam juga mengajarkan kepada umatnya agar selalu bekerja keras dan memiliki etos kerja yang tinggi . Allah SWT berfirman:

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Qur’an surat Al-Insyirah : 7-8).

Petty (1993) menyatakan etos kerja sebagai karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Keahlian interpersonal berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan kontribusi dalam performansi kerja seseorang.

Islam mengajarkan kepada umatnya agar menjalin hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minannas) sebagai wujud nyata dari hubungan yang

baik dengan Allah SWT (hablum minallah). Mampu membina hubungan yang

baik dengan rekan kerja akan meningkatkan performansi seorang pekerja (Tasmara, 1995).

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas

dengan kinerja yang biasa. Islam mengajarkan kepada umatnya agar memiliki inisiatif dalam bekerja dan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Sebagaimana sabda Rasulullah:

“Sesungguhnya Allah menyukai dari kamu orang yang apabila ia mengerjakan suatu pekerjaan, ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh (sempurna).” (HR. Bukhari)

Sedangkan dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Salah satu karakteristik dari dapat diandalkan adalah mematuhi peraturan. Dalam ajaran Islam, menaati praturan yang telah dibuat oleh pimpinan adalah sebuah kewajiban. Sebagaimana firman Allah SWT:

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul- (Nya), dan ulil amri diantara kamu.”( Qur’an surat An Nisa’: 59)

Ulil amri dalam pengertian ayat diatas adalah orang-orang yang menjadi pemimpin pada suatu kelompok masyarakat atau pada suatu pemerintahan. Setiap umuat Islam harus patuh pada peraturan yang ditetapkan oleh pemimpin-pemimpinnya. Hal ini termasuk dalam konteks suatu instansi pemerintahan. Hal-hal yang ditetapkan oleh pemimpin di suatu instansi wajid diikuti oleh seluruh pegawainya. Disebabkan juga para pegawai tersebut telah bersumpah akan menaati seluruh peraturan instansi.

Menurut Tasmara (1995) etos kerja muslim di definisikan sebagai cara pandang yang diyakini oleh seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu

manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Terdapat beberapa ciri etos kerja muslim, yaitu: memiliki jiwa kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta, memiliki insting bertanding dan bersaing, keinginan untuk mandiri, haus untuk memiliki sifat keilmuan, berwawasan makro-universal, memperhatikan kesehatan dan gizi, ulet dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas dan memperkaya jaringan silaturrahmi.

Departemen Agama merupakan salah departemen yang ada di pemerintahan Indonesia. Tujuannya yaitu untuk mengurusi masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan beragama di Indonesia. Untuk wilayah kota Medan terdapat Kantor Departemen Agama kota Medan. Kantor Departemen Agama kota Medan membawahi 21 Kantor Urusan Agama yang berada di setiap kecamatan di kota Medan. Mayoritas dari pegawainya adalah beragama Islam, yaitu 180 orang dari 188 orang, atau sekitar 95,74%. Melihat data diatas peranan Pegawai Negeri Sipil muslim sangat penting untuk mencapai visi dan misi Departemen Agama.

Dilihat dari segi tugas-tugas yang diemban, Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama mengurusi masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan agama Islam, seperti pembinaan masyarakat Islam, penyelenggaraan Haji, zakat dan wakaf, pengelolaan madrasah dan pondok pesantren. Oleh karena itu diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama memiliki pengetahuan keislaman yang lebih baik dan dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan kerjanya. Maka diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama memiliki etos kerja yang baik.

Menurut Anoraga (2001), seorang pekerja yang memiliki etos kerja yang baik akan memiliki sikap positif pada pekerjaannya, semangat datang ke kantor, jarang absen dan memiliki inisiatif dalam bekerja. Namun berdasarkan obervasi yang peneliti lakukan pada beberapa KUA, banyak Pegawai Negeri Sipil muslim yang tidak masuk kantor. Hal ini seperti yang terjadi pada KUA Medan Kota. Dari 6 Pegawai Negeri Sipil hanya 2 orang yang masuk. Kemudian juga, pada satu KUA setiap hari rata-rata ada saja PNS yang tidak masuk dengan berbagai alasan. Kemudian pada Kantor Departemen Agama kota medan sering dijumpai Pegawai Negeri Sipil muslim yang tidak mengikuti apel pagi karena terlambat.

BAB III

Dokumen terkait