• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ETOS KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL MUSLIM KANTOR

DEPARTEMEN AGAMA KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

SAHRUN JONI HASIBUAN

031301080

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi bidang psikologi

perkembangan yang berjudul “Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim Kator

Departemen Agama Kota Medan” ini dengan baik. Penulis sangat bersyukur atas

petunjuk dan pertolongan Allah Swt dalam penyelesaian skripsi ini, karena

penulis menyadari bahwa tanpa petunjuk dan pertolongan-Nya, perjuangan dalam

penyelesaian skripsi ini akan begitu berat terasa. Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kesabaran

dan kegigihan beliau dapat menjadi contoh teladan bagi penulis dalam hal

perjalanan skripsi ini dan kerja-kerja selanjutnya.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan karena bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan tugas skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, SP.A (K) selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara.

2. Pak Ary Widiyanta, M.Si selaku dosen pembimbing. Terima kasih penulis

ucapkan atas bantuan, bimbingan dan masukan yang begitu berarti yang

(3)

3. Kepada para dosen penguji, yakni Pak Ferry Novrialdi, M.Si dan Ibu Lili

Garliah, M.Si, terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan dan masukan

yang telah diberikan.

4. Kepada Ayah, Ibu serta adik-adik dan keluarga penulis, yang selama ini

telah memberikan dukungan dan doanya demi kelancaran dan kesuksesan

penulis dalam menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi ini, penulis

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga hasil yang penulis

kerjakan ini dapat memberikan kebanggaan pada keluarga dan kedua

orangtua penulis.

5. Teman-teman dan sahabat yang selalu mendukung, memotivasi dan

membantu penulis dalam penyelesaian tugas seminar ini (Hanifa Laura,

Ikhwanisifa, Renny Tania, Debi Fadilah, Rizki Hakiki, Citra Suastika,

Kerry Desiana, Sukmaya Izzati, Dian Mardiah, Eka Diyah, Kristy Wulan,

serta semua teman-teman seperjuangan di Formasi Al-Qalb yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu). Terima kasih penulis ucapkan pada

semuanya, semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

6. Rekan-rekan seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi (Maeri,

Ichin Merit, Anita Zahra, Yunita Zahra, Novri Rosalina). Semoga kerja

keras dan hasil penelitian kita ini membuahkan hasil yang memuaskan dan

dapat bermanfaat bagi orang banyak.

7. Para Staf Pengajar dan Staf Administrasi Fakultas Psikologi Universitas

(4)

bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi dan pendidikan di

Psikologi USU ini.

8. Terima kasih buat semua orang yang pernah membantu perkembangan

skripsi penulis. Walaupun tidak disebutkan, tapi bantuan kalian sangat

berguna bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran

yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini

agar menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada Allah jua penulis berserah diri.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Medan, September 2008

Penulis

 

(5)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara September 2008

Sahrun Joni Hasibuan : 031301080

Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan X + 74 halaman + 20 Tabel + 12 Grafik + Lampiran

Bibliografi (1978-2007)

Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki etos kerja yang baik.

Departemen Agama merupakan salah satu Departemen yang ada dalam struktur pemerintahan Indonesia. Mayoritas PNS pada Departemen Agama Kota Medan adalah beragama Islam, yaitu mencapai 95,74%. Oleh karena itu diharapkan PNS muslim Departemen Agama memiliki etos kerja yang baik.

Etos kerja merupakan karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan (Petty, 1993).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran etos kerja PNS muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel yang digunakan adalah 107 PNS muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan dan 15 Kantor Urusan Agama yang ada di kota Medan.

Hasil menunjukkan etos kerja PNS muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan mayoritas berada pada kategori sedang 74 orang (69,2%)

Kata Kunci : Etos kerja, PNS Muslim

(6)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara September 2008

Sahrun Joni Hasibuan : 031301080

Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan X + 74 halaman + 20 Tabel + 12 Grafik + Lampiran

Bibliografi (1978-2007)

Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki etos kerja yang baik.

Departemen Agama merupakan salah satu Departemen yang ada dalam struktur pemerintahan Indonesia. Mayoritas PNS pada Departemen Agama Kota Medan adalah beragama Islam, yaitu mencapai 95,74%. Oleh karena itu diharapkan PNS muslim Departemen Agama memiliki etos kerja yang baik.

Etos kerja merupakan karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan (Petty, 1993).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran etos kerja PNS muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel yang digunakan adalah 107 PNS muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan dan 15 Kantor Urusan Agama yang ada di kota Medan.

Hasil menunjukkan etos kerja PNS muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan mayoritas berada pada kategori sedang 74 orang (69,2%)

Kata Kunci : Etos kerja, PNS Muslim

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

I. A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia

dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan

kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global (GBHN, 1999).

Tujuannya yaitu mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban

modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi (Undang-Undang

Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang

Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembangunan

nasional adalah faktor sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya

iptek. Diantara faktor-faktor diatas, faktor sumber daya manusia merupakan faktor

terpenting. Banyak negara yang berkeinginan untuk melakukan pembangunan

nasional melalui pembangunan ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya, namun

namun ada beberapa negara seperti Indonesia yang mengalami kegagalan

walaupun memiliki sumber daya alam yang melimpah. Hal ini menunjukkan

bahwa sumber daya alam yang melimpah tidak menjamin kemajuan

pembangunan suatu bangsa, melainkan tergantung dari mutu dan jumlah sumber

(8)

Sumber daya manusia dalam hal ini harus siap, mau dan mampu

memberikan sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasional.

Organisasi dalam defenisi ini tidak hanya organisasi dalam industri atau

perusahaan saja, tetapi juga organisasi dalam berbagai bidang lain seperti politik,

pemerintahan, hukum, sosial, budaya, lingkungan, dan sebagainya (Ndraha,

1999). Negara, ditinjau dari defenisi ini juga dapat dikategorikan sebagai sebuah

organisasi, karena ada suatu usaha yang dilakukan oleh penduduk untuk mencapai

tujuan pembangunan nasional.

Sebagai sebuah organisasi, negara memerlukan pelaku-pelaku organisasi

untuk menjalankan organisasinya. Salah satu pelaku organisasi ini adalah Pegawai

Negeri Sipil. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999

tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri adalah setiap warga negara

Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh

pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau

diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil,

Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil Pusat dan

Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu unsur aparatur negara yang

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas

(9)

Pegewai Negeri yang penuh dedikasi, berkualitas, sadar akan tanggung jawabnya

sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang setia kepada

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Irmayani, 1996). Dengan kata lain

diperlukan Pengawai Negeri Sipil yang memiliki etos kerja yang baik.

Menurut Batubara (dalam Yoana, 2004), salah satu kunci kemajuan dan

keberhasilan pembangunan nasional adalah etos kerja. Jadi, jika Indonesia ingin

mencapai pembangunan nasional yang baik maka yang harus dilakukan adalah

membenahi etos kerja manusianya. Etos kerja merupakan komponen primer yang

harus dimiliki oleh sumber daya manusia yang berkualitas (Sinamo, 2002).

Terdapat banyak definisi tentang etos kerja, salah satunya seperti yang

dikemukakan oleh Hill (1999) yang mendefinisikan etos kerja sebagai suatu

norma budaya yang mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut

memiliki nilai instrinsik. Selanjutnya Harsono dan Santoso (2006) mendefinisikan

etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma

tertentu.

Petty (1993) menyatakan etos kerja adalah karakteristik yang harus

dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri

dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Keahlian interpersonal

berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di

lingkungan kerjanya. Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi

seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung

(10)

yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja

dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi

dalam kerja.

Secara umum etos kerja bangsa Indonesia mesih cenderung rendah. Hal ini

dapat dilihat dalam hal ketidaktepatan waktu. Seringkali terjadi keterlambatan

memulai suatu acara, keterlambatan jam masuk kerja, keterlambatan jadwal

pemberangkatan alat transportasi atau keterlambatan-keterlambatan lain yang

disebabkan ketidak disiplinan akan waktu. Disiplin kerja luntur, berakibat pula

pada hal lain, yaitu adanya penyalahgunaan wewenang dan penyelewengan uang

negara (korupsi) (Fitri, 2006)

Hal senada juga dikatakan oleh Anoraga (2001) namun lebih dispesifikkan

kepada Pegawai Negeri Sipil. Anoraga (2001) menyatakan etos kerja Pegawai

Negeri Sipil di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dalam penentuan dan

pelaksanaan jam kerja untuk instansi pemerintah. Secara resmi badan-badan

pemerintah, kecuali beberapa bank dan BUMN, mempunyai jam kerja untuk hari

Senin hingga hari Kamis dari pukul 07.00 hingga pukul 14.00, untuk hari Jum’at

mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00, sedangkan untuk hari Sabtu dari pukul

07.00 hingga pukul 13.00. Seluruhnya ada 38 jam per minggu. Namun dalam

prakteknya 38 jam itu tidak tercapai. Hal ini karena kebanyakan anggota kantor

tidak hadir tepat pada waktu kerja seperti yang telah ditetapkan diatas. Mereka

baru mulai bekerja pada pukul 07.30 dan sudah meninggalkan tempat bekerjanya

(11)

pukul 12.30. Maka dalam praktek kantor-kantor pemerintah, jam kerja hanya

berfungsi sekitar 33 jam dalam seminggu.

Kondisi di atas juga terjadi di Sumaterea Utara. Pada lingkungan

Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, masih banyak Pegawai Negeri Sipil yang

tidak mengikuiti apel pagi. Hal ini terlihat dari beberapa inspeksi mendadak yang

dilakukan oleh para pimpinan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Seperti

pada inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Gubernur Sumateta Utara H Samsul

Arifin, SE pada 30 juni 2008 ke Dinas Pendidikan Sumut. Tercatat hanya 100

Pegawai Negeri Sipil yang hadir dari 400 PNS yang ada di lingkungan tersebut

((dalam ” Gubsu Sidak ke Disdik Sumut”). Kemudian juga dari hasil inspeksi

mendadak Sekdapropsu RE Nainggolan pada apel pagi tanggal 2 Juli 2008 ke

Dinas Kesehatan yang menemukan hanya beberapa puluh orang dari ratusan

Pegawai Negeri Sipil Dinkessu yang hadir (dalam ” Sekdapropsu Sidak ke Dinkes

Propsu”).

Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Negara per 31 Desember 2007,

jumlah Pegawai Negeri Sipil Indonesia adalah 4.067.201 jiwa. Mayoritas dari

Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah beragama Islam, yaitu mencapai 3.348.072

jiwa atau 82,32%. Melihat data diatas, Pegawai Negeri Sipil yang beragama Islam

(muslim) merupakan unsur aparatur negara yang penting dan strategis serta

memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki departemen pemerntah

yang khusus mengangani masalah kehidupan beragama, yaitu Departemen

(12)

rukun dan damai. Adapun misinya: 1) Meningkatkan bimbingan dan pelayanan

kehidupan beragama; 2) Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan

dan pengembangan nilai-nilai agama;

3) Memperkokoh kerukunan umat beragama; 4.) Mengembangkan lembaga sosial

keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; 5). Meningkatkan kualitas

pendidikan agama pada sekolah umum dan madrasah; 6) Meningkatkan kualitas

penyelenggaraan haji.

Berdasarkan visi dan misi diatas terlihat bahwa tugas yang diemban Depag

adalah khusus mengurusi masalah-masalah keagamaan. Urusan yang terkait

dengan Agama Islam adalah tugas yang paling banyak diemban oleh depag. Tugas

tersebut antara lain pembinaan dan bimbingan keislaman kepada masyarakat,

penyelenggaraan Haji dan Umrah, mengurusi Madrasah, pondok pesantran dan

pemberdayaan masjid, zakat dan wakaf, dan lain-lain.

Menurut Analis Kepegawaian kantor Departemen Agama kota Medan,

bapak Yazib Bustami, jumlah Pegawai Negeri Sipil muslim yang bekerja di

Kantor Departemen Agama kota Medan dan pada 21 Kantor Urusan Agama di

Kota Medan (seluruhnya beragama Islam) sebanyak yaitu sebanyak 180 orang

dari 188 orang, atau sekitar 95,74%. Berdasarkan tugas yang diemban dan

jumlahnya peranan Pegawai Negeri Sipil muslim di Departemen agama menjadi

sangat penting untuk mencapai visi dan misinya. Sehingga diharapkan Pegawai

Negeri Sipil yang beragama Islam memiliki etos kerja yang baik.

Etos kerja sangat erat kaitannya dengan nilai yang dianut oleh seseorang.

(13)

dan Santoso (2006) yang menyatakan etos kerja sebagai semangat kerja yang

didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Salah satu nilai dan norma

adalah agama.

Islam sebagai sebuah agama memandang masalah kerja sebagai hal yang

penting. Salah satu bagian dari syari’at Islam adalah kewajiban bekerja, dan

keharaman berpangku tangan serta bermalas-malasan bagi orang yang

berkemampuan untuk bekerja. Firman Allah SWT dalam Qur’an surat At-Taubah:

105:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh,

dengan mengerahkan seluruh aset, fikir dan, dzikirnya untuk mengaktualisasikan

atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan

dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik

(Tasmara, 1995).

Islam juga mengajarkan kepada umatnya agar selalu bekerja keras dan

memiliki etos kerja yang tinggi . Allah SWT berfirman:

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Qur’an surat Al-Insyirah : 7-8).

Berdasarkan ayat diatas, terlihat bahwa Islam mengajarkan kepada

(14)

salah satu aspek etos kerja yang dikemukakan oleh Petty (1993), yaitu keahlian

interpersonal. Keahlian interpersonal berkaitan dengan bagaimana pekerja

berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Salah satu sifat yang

dapat menggambarkan keahlian interpersonal adalah kerja keras. Hal ini

menunjukkan bahwa Islam mengejarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang

baik.

Menurut Tasmara (1995) etos kerja muslim di definisikan sebagai cara

pandang yang diyakini oleh seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk

memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu

manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang

sangat luhur. Terdapat beberapa ciri etos kerja muslim, yaitu: memiliki jiwa

kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, tidak pernah merasa puas

berbuat kebaikan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta,

memiliki insting bertanding dan bersaing, keinginan untuk mandiri, haus untuk

memiliki sifat keilmuan, berwawasan makro-universal, memperhatikan kesehatan

dan gizi, ulet dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas dan

memperkaya jaringan silaturrahmi.

Sebagai seorang muslim seharusnya Pegawai Negeri Sipil muslim

Departemen Agama dapat mengetahui dan mengamalkan etos kerja diatas. Hal ini

karena mereka memiliki pengetahuan yang lebih tentang agama Islam oleh karena

pekerjaan mereka berhubungan langsung dengan agama Islam.

Salah satu kerakteristik etos kerja yang harus dimiliki oleh pekerja untuk

(15)

waktu (Petty, 1993). Peraturan merupakan rambu-rambu yang mengatur Pegawai

Negeri Sipil agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan memperoleh

hasil kerja yang diharapkan. Salah satu peraturan yang ada di setiap kantor

pemerintahan ialah tentang jam kerja.

Pada kenyataannya, masih banyak dijumpai Pegawai Negeri Sipil muslim

pada Kantor Departemen Agama Kota Medan yang tidak memperhatikan tentang

jam kerja. Berdasarkan observasi peneliti pada salah satu Kantor Urusan Agama

di kota Medan, terlihat bahwa pegawai di kantor tersebut baru datang pada pukul

10.00 wib. Padahal berdasarkan surat keputusan Kepala Kantor Departemen

Agama kota Medan, jadwal masuk kantor yang seharusnya yaitu pukul

07.45-16.00 wib untuk hari senin-kamis dan pukul 07.45-15.30 wib untuk hari jum’at.

Kemudian, dari 6 pegawai (seluruhnya muslim) yang bertugas di kantor tersebut,

hanya 2 pegawai yang hadir.

Menurut ibu B, salah satu Pegawai Negeri Sipil muslim di kantor tersebut,

masalah keterlambatan datang ke kantor merupakan hal yang biasa dan sering

terjadi di kantor tersebut.

”Jadwal masuk seharusnya sih memang jam 07.45. Tapi jarang yang datang tepat jam segitu. Apalagi hujan seperti ini” (Komunikasi personal, Agustus 2008).

Hal ini juga terjadi pada Kantor Urusan agama yang lain. Pada Kantor

Urusan Agama Medan Deli dijumpai sampai pukul 9 wib terlihat baru satu orang

yang datang dari lima orang pegawainya. Pada Kantor Departemen Agama Kota

Medan keterlambatan ini dapat dilihat pada saat apel pagi setiap harinya. Banyak

(16)

istirahat siang adalah jam 12.00-13.00 wib. Namun pada kenyataannya banyak

PNS muslim yang baru balik kekantor diatas jam 13.00 wib, masih berada di

kantin atau gobrol-ngobrol di ruang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana

sebenarnya gambaran etos kerja Pegawai Negeri Muslim pada Kantor Departemen

Agama Kota Medan dan Kantor Urusan Agama di kota Medan disamping masih

sedikitnya penelitian tentang etos kerja pada Pegewai Negeri Sipil muslim.

I. B. Perumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran umum etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada

Kantor Departemen Agama Kota Medan.

2. Bagaimana gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor

Departemen Agama Kota Medan berdasarkan aspek-aspek etos kerja.

Masalah tambahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor

Departemen Agama Kota Medan ditinjau dari usia, jenis kelamin, latar

belakang pendidikan, dan lama bekerja.

I. C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran etos kerja Pegawai Negeri

(17)

I. D. Manfaat Penelitian

I. D. 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam

memberikan informasi dan perluasan teori dibidang psikologi industri dan

organisasi, yaitu mengenai etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor

Departemen Agama Kota Medan.

Selain itu juga, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber

kepustakaan di bidang psikologi industri dan organisasi sehingga hasil penelitian

ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut.

I. D. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini akan memberikan gambaran yang sebenarnya tentang etos

kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan

sebagai salah satu data untuk melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan

peningkatan etos kerja dikalangan Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor

Departemen Agama kota Medan.

I. E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

(18)

Bab I : Pendahuluan

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Berisikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek

penelitian, yang meliputi landasan teori dari etos kerja.

Bab III: Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dalam penelitian yaitu identifikasi

variabel, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian,

lokasi penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan, metode

pengambilan sampel, uji daya beda item dan metode analisis data.

Bab IV: Analisa Data dan Interpretasi

Berisikan uraian hasil penelitian dan analisa data.

Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi dan saran yang

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

II. A. Etos Kerja

II. A. 1. Pengertian Etos Kerja

Berdasarkan kamus Webster (2007), “etos” didefinisikan sebagai

keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang,

sekelompok, atau institusi. Jadi, etos kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang

kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar

yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).

Banyak tokoh lain yang menyatakan defenisi dari etos kerja. Salah satunya

ialah Harsono dan Santoso (2006) yang menyatakan etos kerja sebagai semangat

kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sukriyanto (2000) yang menyatakan bahwa etos kerja adalah

suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih

baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan penilaian

manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan.

Selanjutnya, Hill (1999) menyatakan:

The work ethic is a cultural norm that advocates being personally accountable and responsible for the work that one does and is based on a belief that work has intrinsic value.

Menurut Hill (1999) etos kerja adalah suatu norma budaya yang

(20)

pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai

instrinsik.

Berdasarkan pendapat kedua tokoh diatas, dapat dilihat bahwa etos kerja

erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dihayati secara intrinsik oleh seseorang. Hal

ini diperkuat oleh Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) yang menyamakan etos

kerja sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja yang

dimiliki seseorang merupakan gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang

berfungsi sebagai panduan dalam tingkah lakunya.

Cherrington (dalam Boatwright dan Slate, 2000) menyimpulkan etos kerja

dengan lebih sederhana yaitu etos kerja mengarah kepada sikap positif terhadap

pekerjaan. Ini berarti bahwa seseorang yang menikmati pekerjaannya memiliki

etos kerja yang lebih besar daripada seseorang yang tidak menikmati

pekerjaannya. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Anoraga (2001)

yang menyatakan etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau

suatu umat teradap kerja. Jika pandangan dan sikap itu melihat kerja sebagai suatu

hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja akan tinggi. Sebaliknya,

jika melihat kerja sebagai suatu hal yang tidak berarti untuk kehidupan manusia,

apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka

etos kerja itu dengan sendirinya akan rendah.

Selanjutnya Petty (1993) menyatakan etos kerja sebagai karakteristik yang

harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang

terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Subekti (dalam

(21)

dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda

sebagai berikut:

a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.

b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia.

c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.

d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan

sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,

e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa etos kerja adalah sikap atau pandangan positif terhadap pekerjaan untuk

dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang didasari oleh nilai dan norma

tertentu sebagai panduan tingkah lakunya dalam bekerja.

II. A. 2. Aspek-aspek Etos Kerja

Menurut Petty (1993), etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik,

yaitukeahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

a. Keahlian interpersonal

Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan

kerja dengan orang lain atau bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain

di lingkungan kerjanya. Keahlian interpersonal meliputi kebiasaan, sikap, cara,

penampilan dan perilaku yang digunakan individu pada saat berada disekitar

(22)

Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal

seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi

terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan

konteribusi dalam performansi kerja seseorang, dimana kerjasama merupakan

suatu hal yang sangat penting.

Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal

seorang pekerja (Petty, 1993), yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian,

menyenangkan, kerjasama, menolong, disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar,

apresiatif, kerja keras, rendah hati, emosi yang stabil, dan keras kemauan.

b. Inisiatif

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar

terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas

dengan kinerja yang biasa. Aspek ini sering dihubungkan dengan situasi di tempat

kerja yang tidak lancar. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang

buruk, kehilangan kesempatan karena tidak dimanfaatkan dengan baik dan

kehilangan pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki inisiatif dalam

bekerja (Petty, 1993).

Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja

(Petty, 1993) yaitu: cerdik, produktif, banyak ide, berinisiatif, ambisius, efisien,

efektif, antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu

(23)

c. Dapat diandalkan

Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan

terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit

pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Seorang pekerja

diharapkan dapat memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu

berlebihan sehingga melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini

merupakan salah satu hal yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap

pekerjanya.

Terdapat 7 hal yang dapat menggambarkan seorang pekerja yang dapat

diandalkan (Petty, 1993), yaitu: mengikuti petunjuk, mematuhi peraturan, dapat

diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur, dan tepat waktu.

Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat tiga aspek etos kerja yaitu

keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

II. A. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja, yaitu:

a. Usia

Menurut hasil penelitian Buchholz’s dan Gooding’s, pekerja yang berusia

di bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi daripada pekerja yang berusia

diatas 30 tahun (dalam Boatwright dan Slate, 2000)

b. Jenis kelamin

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Boatwright dan Slate (2000),

(24)

c. Latar belakang pendidikan

Hasil penelitian Boatwright dan Slate (2000) menyatakan bahwa etos kerja

tertinggi dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan S1 dan terendah

dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan SMU.

d. Lama bekerja

Menurut penelitian Boatwright dan Slate (2000) mengungkapkan bahwa

pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahun memiliki etos kerja yang lebih tinggi

daripada yang bekerja dibawah 1 tahun.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan terdapat empat faktor

yang dapat mempengaruhi etos kerja yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang

pendidikan, dan lama bekerja.

II. B. Pegawai Negeri Sipil

II. B. 1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43

tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8

tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah setiap warga negara

Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh

pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau

diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pegawai Negeri terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara

(25)

Negeri Sipil terdiri dari: Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil

Daerah. Pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap di

samping Pegawai Negeri (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999

tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

Pegawai Negeri Sipil muslim adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana

pengertian diatas yang beragama Islam.

II. B. 2. Kedudukan dan Tugas Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil sangat strategis karena di dalam

aktivitasnya memegang peranan yang besar dalam menuju cita-cita bangsa dan

negara. Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang

bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,

jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan

pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas Pegawai Negeri harus netral dari

pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin netralitasnya,

Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik

(Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas

Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

(26)

II. B. 3. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Kewajiban Pegawai Negeri adalah setia dan taat kepada Pancasila,

Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga

persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

(Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas

Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian).

Ada pun hak Pegawai Negeri adalah:

1. Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan

tanggung jawabnya (Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.43 Tahun 1999

tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)

2. Memperoleh cuti (Pasal 8 Undang-Undang No. 8 tahun 1974)

II. B. 4. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Koesoemahatmadja (1979) meringkas Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

menjadi lima butir, yaitu:

a. Bersikap hormat-menghormati antara sesama warga negara yang memeluk

agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan.

b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan diri sendiri, seseorang

atau golongan.

c. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan martabat Pegawai

(27)

kedinasan dan perintah-perintah atasan dengan penuh kesadaran, pengabdian,

dan tanggung-jawab.

d. Memberikan pelayanan terhadap masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan

bidang tugasnya masing-masing.

e. Memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan negara dan

bangsa Indonesia serta Korps Pegawai Negeri Sipil.

II. B. 5. Manajemen Pegawai Negeri Sipil

Menurut Bab III Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999

tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan

untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara

berdayaguna dan berhasilguna. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas

pemerintahan dan pembangunan tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang

profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang

dilaksanakan berdasarkan sistim prestasi kerja dan sistim karier yang

dititikberatkan pada sistim prestasi kerja.

Kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil mencakup penetapan

norma, standaar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas

sumber daya Pegawai Negeri Sipil, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan,

pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukum.

Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu.

(28)

berdasarkan prinsip prosesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan

jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya

tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam pangkat awal ditetapkan berdasarkan tingkat

pendidikan formal. Untuk lebih menjamin obyektivitas dalam mempertimbangkan

pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat diadakan penilaian prestasi

kerja.

Badan Kepegawaian Negara dibentuk untuk menjamin kelancaran

penyelenggaraan kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil. Badan

Kepegawaian Negara menyelenggarakan manajemen Pegawai Negeri Sipil yang

mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri

Sipil dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian,

penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, mendukung

perumusan kebijaksanaan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil, serta memberikan

bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada

instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

II. C. Departemen Agama Kota Medan

Departemen Agama merupakan salah satu departemen yang ada dalam

sturktur pemerintahan Republik Indonesia. Departemen Agama (dahulu

Kementerian Agama) dibentuk pada 3 Januari 1946 atau lima bulan setelah

(29)

perlunya pengaturan dan kebijakan negara yang berkaitan dengan agama melalui

suatu departemen khusus (Nasar, 2008).

Departemen Agama dibentuk dalam rangka memenuhi kewajiban

pemerintah untuk melaksanakan isi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29. Pasal

tersebut berbunyi, ayat (1) Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa, ayat

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu

((Nasar, 2008).

Visi Departemen Agama adalah terwujudnya masyarakat agamais yang

berakhlak mulia, rukun dan damai. Adapun misinya yaitu:

1. Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama.

2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan

nilai-nilai agama.

3. Memperkokoh kerukunan umat beragama

4. Mengembangkan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan

keagamaan.

5. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum dan madrasah.

6. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji.

Departemen Agama dipimpin oleh seorang Menteri Agama. Pada setiap

propinsi dan kabupaten/kota memiliki Kantor Wilayah Departemen Agama dan

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. Kantor Depertemen Agama kota

Medan memiliki 21 Kantor Urusan Agama yang berada di 21 kecamatan yang ada

(30)

Struktur Organisasi Kantor Departemen Agama Kota Medan dapat dilihat

pada bagan berikut:

Struktur Organisasi Kantor Departemen Agama Kota Medan

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373

Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen

Agama Propinsi dan Kantor Depaartemen Agama Kabupaten/Kota, Bagian Tata

Usaha mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis dan administrasi

perencanaan dan informasi keagamaan, kepegawaian dan ortala, keuangan dan

IKN, humas dan kerukunan hidup umat beragama, katatausahaan dan

kerumahtanggaan kepada seluruh organisasi dan/atau satuan kerja di lingkungan

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

BAGIAN TATA USAHA

SEKSI PENYELENGGARA

HAJI & UMROH

(31)

Seksi Urusan Agama Islam mempunyai tugas melakukan pelayanan dan

bimbingan di bidang kepenghuluan, keluarga sakinah, pangan halal, ibadah sosial

serta pengembangan kemitraan umat Islam.

Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah mempunyai tugas melakukan

pelayanan dan pembinaan di bidang penyuluhan haji dan umrah, bimbingan

jemaah dan petugas, dokumen dan perjalanan haji, pembekalan dan akomodasi

haji, serta pembinaan KBIH dan pasca haji.

Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Mapenda) pada Sekolah

Umum memiliki tugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang kurikilum,

ketebagaan dan kesiswaan, sarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan serta

supervisi dan evaluasi pada pada raudhatul athfal, madrasah ibtidaiyah, madrasah

tsanawiyah, dan pendidikan agama Islam pada prasekolah, sekolah umum tingkat

dasar dan menengah pertama serta sekolah luar biasa.

Seksi Pendidikan Keagamaan, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama

Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid mempunyai tugas melakukan

pelayanan dan bimbingan teknis penyelanggaraan pendidikan di bidang

pendidikan diniyah, pendidikan salafiyah, kerja sama kelembagaan dan

pengembangan potensi pondok pesantren, pendidikan agama Islam pada

masyarakat dan pemberdayaan Masjid.

Penyelenggaran Zakat dan Wakaf mempunyai tugas memberikan

pelayanan dan bimbingan kepada masyarakat di bidang pembinaan lembaga dan

(32)

Seksi Bimbingan Masyarakat Kristen (Bimas Kristen) mempunyai tugas

melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang lembaga dan sarana agama,

penyuluhan, tenaga teknis keagamaan, pendidikan agama Kristen, dan supervisi

pendidikan.

Departemen Agama memiliki kode etik pegawainya, yaiitu:

1. Menjunjung tinggi persatuan dan Kesatuan.

2. Mengutamakan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat.

3. Bekerja dengan jujur, adil dan amanah

4. Melaksanakan tugas dengan disiplin, profesional dan inovatif.

5. Kesetiakawanan dan bertanggung jawab atas kesejahteraan Korps.

II. D. Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim pada Kantor Departemen

Agama Kota Medan

Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat

madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan

bermoral tinggi (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang

perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian). Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

nasional tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan unsur aparatur

negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan

pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan,

(33)

Batubara (dalam Yoana, 2004) mengatakan salah satu kunci kemajuan dan

keberhasilan pembangunan nasional adalah etos kerja. Jika Indonesia ingin

mencapai pembangunan nasional yang baik maka yang harus dilakukan adalah

membenahi etos kerja manusianya.

Menurut Harsono dan Santoso (2006) yang dimaksud dengan etos kerja

adalah semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu.

Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) menyamakan etos kerja sebagai suatu nilai

dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja yang dimiliki seseorang merupakan

gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang berfungsi sebagai panduan dalam

tingkah lakunya.

Menurut Glock dan Stark (dalam Diana, 1997), agama adalah sistem

simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, sistem perilaku yang terlembaga yang

semuanya berpusat persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling

maknawi. Darajat (dalam Jufri, 2004) menambahkan agama akan mempengaruhi

cara berfikir, bersikap, bereaksi serta berperilaku.

Islam merupakan salah satu agama yang didalamnya terjandung nilai-nilai

dan ajaran-ajaran yang bersifat universal dan sempurna. Islam sangat

meganjurkan umatnya untuk bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi . Allah

SWT berfirman:

(34)

Allah SWT juga berfirman:

“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (Qur’an surat Al-Jumu’ah:10)

Islam juga mengajarkan kepada umatnya agar selalu bekerja keras dan

memiliki etos kerja yang tinggi . Allah SWT berfirman:

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Qur’an surat Al-Insyirah : 7-8).

Petty (1993) menyatakan etos kerja sebagai karakteristik yang harus

dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri

dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Keahlian interpersonal

berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di

lingkungan kerjanya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian

interpersonal seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat

memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat

memberikan kontribusi dalam performansi kerja seseorang.

Islam mengajarkan kepada umatnya agar menjalin hubungan baik dengan

sesama manusia (hablum minannas) sebagai wujud nyata dari hubungan yang

baik dengan Allah SWT (hablum minallah). Mampu membina hubungan yang

baik dengan rekan kerja akan meningkatkan performansi seorang pekerja

(Tasmara, 1995).

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar

(35)

dengan kinerja yang biasa. Islam mengajarkan kepada umatnya agar memiliki

inisiatif dalam bekerja dan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Sebagaimana

sabda Rasulullah:

“Sesungguhnya Allah menyukai dari kamu orang yang apabila ia mengerjakan suatu pekerjaan, ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh (sempurna).” (HR. Bukhari)

Sedangkan dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan

adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu

perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Salah

satu karakteristik dari dapat diandalkan adalah mematuhi peraturan. Dalam ajaran

Islam, menaati praturan yang telah dibuat oleh pimpinan adalah sebuah

kewajiban. Sebagaimana firman Allah SWT:

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul- (Nya), dan ulil amri diantara kamu.”( Qur’an surat An Nisa’: 59)

Ulil amri dalam pengertian ayat diatas adalah orang-orang yang menjadi

pemimpin pada suatu kelompok masyarakat atau pada suatu pemerintahan. Setiap

umuat Islam harus patuh pada peraturan yang ditetapkan oleh

pemimpin-pemimpinnya. Hal ini termasuk dalam konteks suatu instansi pemerintahan.

Hal-hal yang ditetapkan oleh pemimpin di suatu instansi wajid diikuti oleh seluruh

pegawainya. Disebabkan juga para pegawai tersebut telah bersumpah akan

menaati seluruh peraturan instansi.

Menurut Tasmara (1995) etos kerja muslim di definisikan sebagai cara

pandang yang diyakini oleh seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk

(36)

manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang

sangat luhur. Terdapat beberapa ciri etos kerja muslim, yaitu: memiliki jiwa

kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, tidak pernah merasa puas

berbuat kebaikan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta,

memiliki insting bertanding dan bersaing, keinginan untuk mandiri, haus untuk

memiliki sifat keilmuan, berwawasan makro-universal, memperhatikan kesehatan

dan gizi, ulet dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas dan

memperkaya jaringan silaturrahmi.

Departemen Agama merupakan salah departemen yang ada di

pemerintahan Indonesia. Tujuannya yaitu untuk mengurusi masalah-masalah yang

berkaitan dengan kehidupan beragama di Indonesia. Untuk wilayah kota Medan

terdapat Kantor Departemen Agama kota Medan. Kantor Departemen Agama kota

Medan membawahi 21 Kantor Urusan Agama yang berada di setiap kecamatan di

kota Medan. Mayoritas dari pegawainya adalah beragama Islam, yaitu 180 orang

dari 188 orang, atau sekitar 95,74%. Melihat data diatas peranan Pegawai Negeri

Sipil muslim sangat penting untuk mencapai visi dan misi Departemen Agama.

Dilihat dari segi tugas-tugas yang diemban, Pegawai Negeri Sipil muslim

Departemen Agama mengurusi masalah-masalah yang berhubungan langsung

dengan agama Islam, seperti pembinaan masyarakat Islam, penyelenggaraan Haji,

zakat dan wakaf, pengelolaan madrasah dan pondok pesantren. Oleh karena itu

diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama memiliki

(37)

kehidupan kerjanya. Maka diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen

Agama memiliki etos kerja yang baik.

Menurut Anoraga (2001), seorang pekerja yang memiliki etos kerja yang

baik akan memiliki sikap positif pada pekerjaannya, semangat datang ke kantor,

jarang absen dan memiliki inisiatif dalam bekerja. Namun berdasarkan obervasi

yang peneliti lakukan pada beberapa KUA, banyak Pegawai Negeri Sipil muslim

yang tidak masuk kantor. Hal ini seperti yang terjadi pada KUA Medan Kota.

Dari 6 Pegawai Negeri Sipil hanya 2 orang yang masuk. Kemudian juga, pada

satu KUA setiap hari rata-rata ada saja PNS yang tidak masuk dengan berbagai

alasan. Kemudian pada Kantor Departemen Agama kota medan sering dijumpai

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hal ini karena penelitian

ini bertujuan untuk melihat gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim

pada Kantor Departemen Agama Kota Medan.

Menurut Azwar (1999) penelitian deskriptif merupakan metode yang

menggambarkan dengan sistematik dan akurat fakta dengan tidak bermaksud

menjelaskan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun implikasi. Metode

deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi, tanpa

bermaksud mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum (Hadi,

2000).

III. A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah etos kerja.

III. B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Defenisi operasional merupakan suatu defenisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang diamati

(Azwar, 2000).

III. B. 1. Etos Kerja

Etos kerja adalah sikap atau pandangan positif terhadap pekerjaan untuk

(39)

tertentu sebagai panduan tingkah lakunya dalam bekerja. Etos kerja ini diukur

dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan teori etos kerja oleh Petty

(1993) yang akan mengukur aspek-aspek etos kerja yang terdiri dari aspek kehlian

interpersonal, Inisiatif, dan dapat diandalkan.

a. Keahlian interpersonal

Keahlian interpersonal berkaitan dengan kemampuan pekerja berhubungan

dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Terdapat 17 sifat yang dapat

menggambarkan keahlian interpersonal seorang pekerja yaitu: sopan,

bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama, menolong,

disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar, apresiatif, kerja keras, rendah hati, emosi

yang stabil, dan keras kemauan.

b. Inisiatif

Inisiatif merupakan karakteristik pekerja yang tidak merasa puas dengan

kinerja yang biasa. Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif

seorang pekerja, yaitu: cerdik, produktif, banyak ide, berinisiatif, ambisius,

efisien, efektif, antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri,

mampu beradaptasi, gigih, dan teratur.

c. Dapat diandalkan

Dapat diandalkan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk

melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Terdapat 7 hal yang dapat

menggambarkan seorang pekerja yang dapat diandalkan, yaitu: mengikuti

petunjuk, mematuhi peraturan, dapat diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati,

(40)

Total skor pada skala ini menunjukkan tingkat etos kerja individu. Total

skor yang tinggi menunjukkan etos kerja yang tinggi pada individu dan sebaliknya

total skor yang rendah pada skala ini menunjukkan etos kerja yang rendah pada

individu.

III. B. 2. Pegawai Negeri Sipil Muslim Kantor Departemen Agama kota

Medan

Pegawai Negeri Sipil muslim adalah warga negara Republik Indonesia

yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang

berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas

negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang beragama Islam yang bekerja pada Kantor Departemen Agama kota

Medan dan Kantor Urusan Agama di kota Medan.

III. C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

III. C. 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi

dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu

sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai

Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan dan Kantor

Urusan Agama di Kota Medan

Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil

(41)

III. C. 2. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel atau sampling menurut Kerlinger (dalam Hasan,

2002) berarti mengambil suatu bagian dari populasi atau semesta itu. Teknik

Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi

dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan

memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar benar-benar mewakili

populasi (Hasan, 2002).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik

cluster random sampling. Teknik cluster random sampling merupakan

pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu, dimana semua kelas

dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan

yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Hadi, 2000).

III.C.3. Jumlah Sampel Penelitian

Tidak ada batasan mengenai berapa jumlah sampel ideal yang harus

digunakan dalam suatu penelitian. Menurut Azwar (2000), secara tradisional

statistika menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah

cukup banyak. Hadi (2000) menyatakan bahwa menetapkan jumlah sampel yang

banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 107 orang degan perincian

sebagai berikut: 35 orang pada Kantor Departemen Agama kota Medan, 4 orang

pada Kantor Urusan Agama Medan Amplas, 6 pada orang Kantor Urusan Agama

Medan Area, 2 pada orang Kantor Urusan Agama Medan Barat, 4 orang pada

(42)

Deli, 7 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Denai, 4 orang pada Kantor

Urusan Agama Medan Helvetia, 7 orang pada Kantor Urusan Agama Medan

Johor , 6 orang Kantor Urusan Agama Medan Kota, 3 orang Kantor Urusan

Agama Medan Perjuangan, 3 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Petisah, 3

orang pada Kantor Urusan Agama Medan Polonia, 5 orang pada Kantor Urusan

Agama Medan Selayang, 7 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Sunggal,

dan 6 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Tembung. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti membuat daftar 22 daftar yang terdiri dari 21 Kantor Urusan

Agama yang ada di Medan dan pada Kantor Departemen Agama Kota Medan.

Kemudian peneliti mengambil 16 daftar dari 22 daftar tersebut.

III. D. Alat Ukur Yang Digunakan

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala psikologi yang berbentuk skala Likert dengan

beberapa pilihan, yaitu dengan cara menyebarkan skala yang berisi daftar

pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga subjek

penelitian dapat mengisi dengan mudah (Azwar, 2000).

Hadi (2000) mengemukakan bahwa skala psikologis mendasarkan diri

pada laporan-laporan pribadi (self report). Selain itu skala psikologis memiliki

kelebihan dengan asumsi sebagai berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat

(43)

3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sama dengan

apa yang dimaksud peneliti.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Etos Kerja yang

disusun berdasarkan teori etos kerja Petty (1993) yang akan mengukur

aspek-aspek etos kerja yang terdiri dari aspek-aspek keahlian interpersonal, Inisiatif, dan dapat

diandalkan.

Tabel 1

Blue print Skala Etos Kerja sebelum uji coba

(44)

- Dedikasi

3. Dapat diandalkan

- Mengikuti petunjuk

- Mematuhi

peraturan

- Dapat diandalkan - Dapat dipercaya - Berhati-hati

Skala sikap yang digunakan dalam mengukur etos kerja ini menggunakan

model skala likert yang berjumlah 74 aitem yang terdiri dari aitem favorable dan

unfavorable, dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat sesuai

(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian

skor untuk skala ini bergerak dari 4 sampai 1 untuk aitem favorable, sedangkan

untuk aitem unfavorable bergerak dari 1 sampai 4.

Tabel 2

Bobot nilai pernyataan skala etos kerja

Bobot nilai STS TS S SS

Favorable 1 2 3 4

(45)

III. E. Uji Coba Alat Ukur

III. E. 1. Validitas Alat Ukur

Untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut mampu menghasilkan data

yang akurat yang sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian

validitas. Suatu alat tes atau istrumen pengukuran dapat dikatakan memiliki

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

tersebut (Azwar, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini ádalah

content validity (validitas isi) dimana peneliti meminta pendapat profesional

(profesional judgement) dari dosen pembimbing dalam proses telaah soal baik

dari isinya maupun validitas muka (face validity).

III. E. 2. Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Hadi (2000) reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan

atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada

kesempatan berbeda. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor

yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu

lebih ditentukan oleh kesalahan daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya

(Azwar, 2000). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan Alpha Cronbach melalui bantuan SPSS for Windows 15.0 version.

III. E. 3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan terhadap 70 Pegawai Negeri Sipil muslim

pada Kantor Pengadilan Tinggi Agam Medan dan Pengadilan Agama Medan.

(46)

korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2000).

Hasil uji coba alat ukur diperoleh reliabilitas sebesar 0,95. dari 74 item yang diuji

cobakan terdapat 59 item yang memenuhi r ≥ 0,3.

Tabel 3

Blue print Skala Etos Kerja Setelah Uji Coba

(47)

- Gigih

3. Dapat diandalkan

- Mengikuti petunjuk

- Mematuhi

peraturan

- Dapat diandalkan - Dapat dipercaya - Berhati-hati

Blue print Skala Etos Kerja yang Akan digunakan Dalam Penelitian

(48)

- Ambisius

3. Dapat diandalkan

- Mengikuti petunjuk

- Mematuhi

peraturan

- Dapat diandalkan - Dapat dipercaya - Berhati-hati

III. F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut

adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

III. F. 1. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini peneliti mempersiapkan alat ukur berupa skala etos kerja

sebanyak 74 item yang berupa skala likert. Pada tahap ini, alat ukur berupa skala

etos kerja yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori etos kerja Petty

(1993) yang akan mengukur aspek-aspek etos kerja yang terdiri dari aspek

(49)

bentuk buku yang terdiri dari 4 alternatif jawaban, di mana di samping pernyataan

telah disediakan tempat untuk menjawab sehingga memudahkan subjek dalam

memberikan jawaban.

Setelah melakukan persiapan alat ukur, persiapan selanjutnya adalah

mengurus perizinan. Proses perizinan dimulai dari Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara, dalam hal ini pihak Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utaramengirimkan surat permohonan izin pengambilan data kepada Kantor

Departemen Agama Kota Medan. Setelah mendapatkan izin dari Departemen

Agama Kota Medan, peneliti kemudian melakukan pengambilan data

Uji coba penelitian dilakukan pada tanggal 15-22 Agustus 2008 pada

Kantor Pengadilan Tinggi Agama Medan dan Kantor Pengadilan Agama Medan.

Jumlah item yang digunakan sebanyak 74 item dengan sampel sebanyak 70 orang.

III. F. 2. Tahap Pelaksanaan

Setelah diujicobakan, maka selanjutnya peneliti melakukan pengambilan

data dengan memberikan skala etos kerja kepada Pegawai Negeri Sipil muslim

pada kantor Departemen Agama Kota Medan dan pada 15 Kantor Urusan Agama

di Kota Medan.

Pengambilan data berlangsung pada tanggal 25 Agustus-2 September 2008

dengan jumlah subjek sebanyak 107 orang.

III. F. 3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh hasil skor etos kerja masing-masing subjek, maka untuk

pengolahan data selanjutnya diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS for

(50)

III. G. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan analisa

statistik. Pertimbangan penggunaan analisa statistik dalam penelitian ini adalah

karena analisa statistik bekerja dengan angka-angka, bersifat objektif, bersifat

universal, dalam arti dapat digunakan pada hampir semua bidang penelitian (Hadi,

2000).

Azwar (1999) menyatakan bahwa pengolahan data penelitian yang sudah

diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian

rupa sehingga dapat dibaca (readable) dan dapat ditafsirkan (interpretable).

Pengolahan data hasil skala dilakukan dengan menggunakan program SPSS for

windows 15.0 version.

Dalam penelitian ini, analisis statistik yang digunakan ialah statistik

deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran atau memberikan deskripsi

mengenai subjek penelitian berdasarka data dari variabel yang diperoleh untuk

(51)

BAB IV

ANALISA DATA

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil

penelitian yang berkaitan dengan analisa data penelitian yang sesuai dengan

permasalahan yang ingin dilihat pada penelitian ini.

IV. A. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 107 orang yang merupakan

Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama kota Medan dan

pada 15 Kantor Urusan Agama di kota Medan. Dari skala yang dibagikan kepada

subjek, diperoleh gambaran umum mengenai etos kerja, gambaran aspek-aspek

etos kerja, dan gambaran etos kerja ditinjau dari karakteristik subjek penelitian

yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan lama kerja.

IV. A. 1. Usia Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil pada Kantor

Departemen Agama kota Medan dan Kantor Urusan Agama di kota Medan. Usia

subjek termuda dalam penelitian ini adalah 21 tahun dan tertua adalah 55 tahun.

Tabel 5

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

N Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21-25 tahun 2 1,9 1,9 1,9

26-30 tahun 4 3,7 3,7 5,6

(52)

36-40 tahun 27 25,2 25,2 37,4

41-45 tahun 31 29,0 29,0 66,4

46-50 tahun 23 21,5 21,5 87,9

>50 tahun 13 12,1 12,1 100,0

Total 107 100,0 100,0

Tabel 5 menunjukkan bahwa usia subjek penelitian yang paling rendah

adalah usia antara 21-25 tahun dan usia yang paling tinggi adalah usia di atas 50

tahun. Usia yang paling banyak menjadi subjek penelitian ini adalah usia antara

41-45 tahun yaitu 31 orang (29%) dan usia yang paling sedikit menjadi subjek

penelitian adalah usia antara 21-25 tahun yaitu 2 Orang (1,9%).

Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat

pada Grafik 1 berikut:

Grafik 1

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia

>50 tahun 46-50 tahun

41-45 tahun 36-40 tahun

31-35 tahun 26-30 tahun

21-25 tahun 40

30

20

10

0

(53)

IV. A. 2. Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu laki-laki dan

perempuan, dengan penyebaran sebagai berikut:

Tabel 6

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

N Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 44 41,1 41,1 41,1

Perempuan 63 58,9 58,9 100,0

Total 107 100,0 100,0

Berdasarkan data pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah subjek

perempuan lebih banyak dari pada subjek laki-laki. Jumlah subjek laki-laki 44

orang (41,1%) sedangkan jumlah subjek perempuan 63 orang (58,9%).

Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada Grafik 2 berikut:

Grafik 2

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

perempuan Laki-laki

60

40

20

0

(54)

IV. A. 3. Latar Belakang Pendidikan Subjek Penelitian

Berdasarkan latar belakang pendidikan, penyebaran subjek penelitian

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Latar belakang Pendidikan

N Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Smu 37 34,6 34,6 34,6

DI/DIII 0 0 0 0

S1 68 63,6 63,6 98,1

S2 2 1,9 1,9 100,0

Total 107 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 7 latar belakang pendidikan terendah subjek penelitian

adalah SMU dan tertinggi adalah S2. Subjek penelitian yang paling banyak dalam

penelitian ini adalah dengan latar belakang pendidikan S1 yaitu 68 orang (63,6%)

dan yang paling sedikit adalah dengan latar belakang pendidikan S2 yaitu 2 orang

(1,9%). Subjek dengan latar belakang pendidikan SMU sebanyak 37 orang

(34,6%), dan tidak ada subjek dengan latar belakang pendidikan DI/DIII.

Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan latar belakang

(55)

Grafik 3

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

IV. A. 4. Lama Kerja Subjek Penelitian

Berdasarkan lama kerja, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama bekerja

N Percent Valid Percent

Tabel 8 menunjukkan pembagian subjek penelitian berdasarkan lama

kerja, yaitu lama kerja 1-2 tahun sebanyak 2 orang (1,9%), 3-10 tahun sebanyak

(56)

25 orang (23,4%), 11-20 tahun sebanyak 59 orang (55,1%), diatas 20 tahun

sebanyak 21 orang (19,6%), dan tidak ada subjek penelitian yang bekerja dibawah

1 tahun.

Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan lama kerja dapat

dilihat pada Grafik 4 berikut:

Grafik 4

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Kerja

IV. B. Hasil Utama Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umum Etos

Kerja Pegewai Negeri Sipil muslim pada Departemen Agama kota Medan, serta

gambaran dari aspek-aspek etos kerja

Lama bekerja

>20 tahun 11-20 tahun

3-10 tahun 1-2 tahun

60

50

40

30

20

10

0

>1 tahun

Gambar

Tabel 2 Bobot nilai pernyataan skala etos kerja
Tabel 4  Skala Etos Kerja  yang Akan digunakan Dalam Penelitian
Tabel 5 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Grafik 1 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Intervensi bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga,mengkaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan citra diri berhubungan dengan keadaan anggota

Akan tetapi, dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tidak menjabarkan secara jelas bagaimana peran pengawasan yang bersifat preventif yang dilakukan oleh Komisi Yudisial

Dari bahasan tersebut dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sekaligus proposisi penting: 1) Titik krusial siklus kebijakan dalam penyelesaian konflik etnik

3) Di Pulau Lombok diketahui bahwa Bappeda adalah pihak yang paling aktif dalam program pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Sedangkan di Sumba DKP memiliki peran yang paling

[r]

Dari teorema di atas, dapat kita pahami bahwa jika m suatu bilangan asli, maka untuk. sebarang bilangan bulat n dapat

membahas pengaruh antara faktor pendorong berobat pasien Indonesia khususnya warga Semarang yaitu persepsi berkaitan tentang pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, kualitas

Walaupun yang melahirkan manusia itu Tuhan (=ibu hanya mampu mengandung saja karena bila sudah tiba saat melahirkan maka ia tak akan mampu menahanya. Atau walaupun seorang ibu