• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DATA

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisa yang diuraikan pada Bab IV. Pada bab ini juga diuraikan saran-saran untuk pengembangan penelitian dan bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

V. A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara umum kategori etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim Kantor Departemen Agama kota Medan yang paling banyak adalah kategori sedang, yaitu 74 orang (69,2%), yang memiliki etos kerja tinggi sebanyak 22 orang (20,6%) dan etos kerja rendah sebanyak 11 orang (10,3%).

2. Berdasarkan aspek-aspek etos kerja, etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim Kantor Departemen Agama kota Medan diperoleh hasil:

a. Kategori aspek keahlian interpersonal Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama kota Medan yang paling banyak adalah kategori sedang, yaitu 77 orang (72%), kategori tinggi sebanyak 19 orang (17,8%), dan kategori rendah sebanyak 11 orang (10,3%).

b. Kategori aspek inisiatif Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama kota Medan yang paling banyak adalah kategori sedang, yaitu 79 orang

(73,8%), kategori tinggi sebanyak 18 orang (16,8%), dan kategori rendah sebanyak 10 orang (9,3%).

c. Kategori aspek dapat diandalkan Pegawai Negeri Sipil muslim

Departemen Agama kota Medan yang paling banyak adalah kategori sedang, yaitu 77 orang (72%), kategori tinggi sebanyak 19 orang (17,8%), dan kategori rendah sebanyak 11 orang (10,3%).

3. Berdasarkan karakteristik subjek, gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama kota Medan diperoleh hasil: etos kerja tertinggi terdapat pada subjek dengan karakteristik kelompok usia diatas 50 tahun (193,85), laki-laki (186,25), latar belakang pendidikan S2 (195,5), dan lama kerja diatas 20 tahun (187,67).

V. B. Diskusi

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan secara umum etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama kota Medan tergolong sedang. Dari 107 subjek penelitian, 22 orang (20,6%) memiliki etos kerja yang tinggi, 11 orang (10,3%) memiliki etos kerja yang tergolong rendah, dan 74 orang (69,2%) memiliki etos kerja yang tergolong sedang.

Dari hasil penelitian diatas, ternyata mayoritas Pegawai Negeri Sipil muslim Kantor Departemen Agama kota Medan memiliki etos kerja yang sedang. Hanya 22 orang (20,6%) yang tinggi.. Hal ini dapat terjadi karena Pegawai Negeri Sipil muslim Kantor Departemen Agama kota Medan masih sedikit yang menganggap kerja sebagai bagian dari ibadah. Menurut Subekti (dalam Kusnan,

2004) salah satu ciri orang yang memiliki etos kerja yang tinggi adalah menganggap bekerja sebagai bentuk ibadah. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan terjadi. Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama kota Medan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang Agama Islam karena pekerjaannya secara langsung meyangkut tentang agama Islam sehingga diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang Islam dan dapat mengaplikasikannya, termasuk dalam hal bekerja. Sehingga diharapkan memiliki etos kerja yang tinggi.

Berdasarkan aspek keahlian interpersonal, ketegori etos kerja yang terbanyak adalah sedang yaitu 77 orang (72%), kategori tinggi sebanyak 19 orang (17,8%), dan kategori rendah sebanyak 11 orang (10,3%). Islam mengajarkan kepada umatnya agar selalu membina hubungan yang baik dengan sesama manusia (hablum minannas).

Berdasarkan observasi yang dilakukan, terdapat beberapa pegawai yang kurang bersahabat dalam melayani masyarakat yang datang.

Berdasarkan aspek inisiatif, kategori etos kerja yang terbanyak adalah kategori sedang, yaitu 79 orang (73,8%), kategori tinggi sebanyak 18 orang (16,8%), dan kategori rendah sebanyak 10 orang (9,3%). Aspek inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas dengan kinerja yang biasa. Dari data diatas hanya 18 orang (16,8%) yang memiliki etos kerja yang tinggi. Padahal Islam mengajarkan kepada umatnya agar memiliki inisiatif

dalam bekerja dan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya Allah menyukai dari kamu orang yang apabila ia mengerjakan suatu pekerjaan, ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh (sempurna).” (HR. Bukhari)

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, terdapat beberapa pegawai yang tidak bersemangat dalam kerja. Hal ini dapat dilihat pada saat jam kerja mereka tidak berada di ruangannya untuk meyelesaikan pekerjaan, namun berada di kantin atau terdapat juga beberapa yang tidur-tiduran di mushollah.

Berdasarkan aspek dapat diandalkan, kategori etos kerja yang terbanyak adalah kategori sedang, yaitu 77 orang (72%), kategori tinggi sebanyak 19 orang (17,8%), dan kategori rendah sebanyak 11 orang (10,3%). Menurut data diatas hanya 19 orang (17,8%) yang memiliki etos kerja yang tinggi. Hal ini juga tidak sesuai dengan yang diharapkan terjadi pada Pegawai Negeri Sipil muslim. Salah satu karakteristik dari dapat diandalkan adalah mematuhi peraturan. Islam mengajarkan agar umatnya menaati aturan yang telah dibuat oleh seorang pimpinan. Sebagaimana firman Allah SWT:

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul- (Nya), dan ulil amri diantara kamu.”( Qur’an surat An Nisa’: 59)

Salah satu aturan yang terdapat di Kantor Departemen Agama adalah tentang jam kerja. Anoraga (2001) juga menambahkan bahwa seorang pekerja yang memiliki etos kerja yang baik akan memiliki sikap positif pada pekerjaannya, semangat datang ke kantor, jarang absen dan memiliki inisiatif dalam bekerja.

Berdasarkan observasi peneliti masih dijumpai adanya Pegawai Negeri Sipil muslim yang terlamat datang ke kantor, tidak mengikuti apel pagi, telah meningggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir. Kemudian pada beberapa KUA, ada beberapa Pegawai Negeri Sipil muslim yang tidak masuk kantor. Hal ini seperti yang terjadi pada KUA Medan Kota. Dari 6 Pegawai Negeri Sipil hanya 2 orang yang masuk. Kemudian juga, pada satu KUA setiap hari rata-rata ada saja PNS yang tidak masuk dengan berbagai alasan.

Adanya PNS yang tidak mematuhi peratuan kantor Menurut Pak Yazib Bustami, Analis Kepegawaian Kantor Departemen Agama kota Medan, antara lain disebabkan pemberian sanksi yang kurang berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh sanksi dan aturan tentang disiplin pegawai cenderung tidak tegas dan terdapat celah-celah yang dapat dimanfaatkan oleh PNS. Menurut UU No.10 tentang Disiplin Kepegawaian, sanksi berupa penundaan kenaikan gaji dan penurunan nilai DP3 akan dikenakan kepada PNS yang 2 bulan berturut tidak masuk kantor tanpa alasan yang jelas. Jika dalam 2 bulan tersebut dia ada masuk kantor maka sanksi tersebut tidak bisa diberlakukan. Hal inilah yang terkadang membuat PNS tidak mematuhi peratuhan kantor dalam hal kehadiran dan masalah jam kerja. Hal ini menunjukkan bahwa sistem dipsiplin kepegawaian masih perlu diperbaiki.

Penelitian ini juga melihat gambaran etos kerja ditinjau dari karakteristik subjek penelitian, yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan lama kerja. Berdasarkan karakteristik usia subjek, etos kerja yang tertinggi terdapat pada kelompok usia diatas 50 tahun (193,85) yang merupakan kelompok usia

tertua dalam penelitian ini. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Buchholz’s dan Gooding’s (dalam Boatwright dan Slate, 2000) yang menyatakan bahwa pekerja yang berusia di bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi daripada pekerja yang berusia diatas 30 tahun.

Menurut Kohlberg (dalam Sjabadhani, 2001) semakin dewasa usia seseorang dan semakin banyak pengalaman hidupnya, ia akan memiliki pola pikir moral mengenai apa yang baik dan benar pada tingkat yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratt et. al (dalam Sjabadhani, 2001) yang menemukan bahwa orang yang lebih tua cenderung lebih konsisten dan tetatur dalam berpikir moralnya. Mereka lebih mampu berpikir reflektif daripada yang lebih muda. Bila hal ini dihubungkan dengan etos kerja, maka seseorang yang berusia lebih tua akan lebih dapat menilai apa yang baik dan benar dalam pekerjaannya sehingga dia akan cenderung bersikap dan memiliki pandangan yang baik dan benar tentang pekerjaannya sehingga mewujud nyata dalam perilaku kerjanya.

Berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil bahwa Pegawai Negeri Sipil muslim laki-laki memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian Boatwright dan Slate (2000) yang mengadakan penelitian terhadap 112 laki-laki dan 195 perempuan. Hasil penelitian Boatwright dan Slate (2000) menyatakan bahwa perempuan memiliki etos kerja yang labih tinggi daripada laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedayaan budaya. Pada masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam, laki-laki adalah pihak yang berkewajiban bekerja atau mencari

nafkah bagi anggota keluarganya. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam Qur’an surat An Nisa: 34

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka...”

Menurut Qutbh (2005) makna menafkahkan sebagian dari harta mereka adalah kaum laki-laki merupakan pihak menafkahi anggota keluarganya dengan bekerja. Nilai ini mengakibatkan laki-laki akan berusaha sebaik-baiknya dalam bekerja karena ini adalah kewajibannya. Pegawai Negeri Sipil Departemen Agama kota Medan yang menjadi subjek penelitian merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan keislaman yang lebih baik di bandingkan dengan Pegawai Negeri Sipil yang lain oleh karena pekerjaan mereka berhubungan langsung dengan agama Islam. Sehingga etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim laki-laki Kantor Departemen Agama lebih tinggi daripada yang perempuan. Hal ini karena etos kerja didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu (Harsono & Santoso, 2006).

Berdasarkan latar belakng pendidikan, subjek yang memiliki latar belakang pendidikan S2 (195,5) memperoleh skor etos kerja tertinggi. Menurut Loevinger dan Gareth (dalam Sumitro & Anggraeni, 2001) seorang sarjana lebih unggul daripada seorang lulusan SMU dalam beberpa hal, seperti kepercayaan diri terhadap lingkungan, profesionalisme, optimisme, rasional, keuletan, dan kreativitas. Menurut Brogli (dalam Sumitro & Anggraeni, 2001) pendidikan

seseorang memberikan kontribusi yang esensial pada kapabilitas yang dimilikinya untuk menghadapi tantangan karir.

Kemudian Ancok (1997) menyatakan tingkat pendidikan formal merupakan faktor penting untuk mengetahui tingkat sumberdaya manusia. Makin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin rasional pola berfikirnya, dan daya nalarnya. Pendidikan merupakan sarana belajar untuk meningkatkan pengetahuan, yang selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap dan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat bertindak yang lebih rasional sehingga semakin tinggi penerimaannya terhadap suatu inovasi. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku dan dengan adanya pengetahuan tentang suatu hal juga akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Sikap atau pandangan tersebut juga termasuk sikap atau pandangan tentang kerja.

Berdasarkan lama kerja, etos kerja tertinggi diperoleh subjek yang telah bekerja diatas 20 tahun (187,67). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Boatwright dan Slate (2000) yang menyatakan etos kerja tertinggi terdapat pada pekerja sudah bekerja selama 1-2 tahun. Menurut Hull dan Kolstadz (dalam Sanmustari, 2001), seorang pekerja memiliki sikap dan kepuasan kerja yang meningkat secara relatif pada awal masa kerja, kemudian menurun secara perlahan diatas tahun kelima atau kedelapan, dan meningkat lagi pada tahun berikutnya.

V. C. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis ingin mengemukakan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi penelitian selanjutnya dan juga bermanfaat bagi Kantor Departemen Agama kota Medan.

V. C. 1. Saran Metodologis

1. Penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan pada Pegawai Negeri Sipil muslim di instansi yang lain dan dengan sampel yang lebih banyak agar dapat melihat secara menyeluruh bagaimana gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim khususnya di kota Medan. Hal ini karena penelitian tentang etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim masih jarang dilakukan.

V.C. 2. Saran Praktis

1. Pihak pimpinan Kantor Departemen Agama kota Medan agar lebih sering melakukan pengawasan dan kunjungan ke bagian-bagian yang ada di kantor dan juga ke Kantor Urusan Agama yang ada di Medan agar permasalahan keterlambatan datang ke kantor dapat diatasi.

Dokumen terkait