• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJA SAMA INTERNASIONAL DAN BANTUAN HUKUM

Dalam dokumen Statuta Roma HUKUM ACARA DAN PEMBUKTIAN (Halaman 78-85)

Bagian I

Permohonan Kerja Sama Berdasarkan Ketentuan Pasal 87

Aturan 176

Badan-Badan Mahkamah yang Bertanggung Jawab dengan Penyerahan dan Penerimaan Berbagai Bentuk Komunikasi yang Berkaitan dengan Kerja Sama Internasional dan Bantuan Hukum

1. Berdasarkan dan menyusul pendirian atau pembentukan Mahkamah, Panitera harus

mendapatkan dari Sekretaris Jenderal PBB berbagai komunikasi yang dibuat oleh Negara-Negara (Pihak) sesuai dengan ketentuan pasal 87, ayat 1 (a) dan ayat 2.

2. Panitera harus meneruskan atau menyerahkan permintaan untuk kerja sama yang dibuat

oleh Sidang-Sidang di Mahkamah dan harus mendapatkan jawaban, informasi dan dokumentasi dari Negara-Negara yang diminta itu. Kantor Penuntut Umum harus meneruskan atau menyerahkan permintaan-permintaan untuk kerja sama itu yang dibuat oleh Penuntut Umum dan harus mendapatkan jawaban, informasi dan dokumen- dokumen yang dibutuhkan dari Negara-Negara yang dimintai itu.

3. Panitera harus menjadi pihak penerima berbagai komunikasi dari Negara-Negara

menyangkut perubahan-perubahan yang terjadi selanjutnya dalam penentuan saluran- saluran nasional yang dituduhkan dengan menerima permintaan kerja sama, juga berbagai perubahan dalam bahasa yang dengan itu permintaan kerja sama harus dibuat, dan harus, berdasarkan permintaan, membuat informasi seperti itu tersedia bagi Negara-Negara Pihak sepanjang diperlukan dan dipandang tepat.

4. Ketentuan sub-aturan 2 di atas diterapkan secara mutatis mutandis di mana Mahkamah

meminta informasi, dokumen, atau bentuk-bentuk kerja sama lainnya dan bantuan dari organisasi antar-pemerintahan.

5. Panitera harus meneruskan atau menyerahkan berbagai komunikasi yang dimaksudkan

dalam sub-aturan 1 dan 3 di atas, aturan 77, sub-aturan 2, sejauh dipandang tepat, kepada Dewan Ketua atau Kantor Penuntut Umum, atau keduanya.

Aturan 177

Saluran Komunikasi

1. Komunikasi-komunikasi menyangkut otoritas nasional yang dituntut dengan menerima

permintaan kerja sama yang dibuat berdasarkan ratifikasi, akseptasi (acceptance),

persetujuan (approval) atau aksesi harus menyediakan berbagai informasi yang relevan

tentang otoritas-otoritas semacam itu.

2. Ketika suatu organisasi antar-pemerintahan diminta untuk membantu Mahkamah

berdasarkan pasal 87, ayat 6, Panitera harus, jika dianggap perlu, memeriksa atau menyelidiki saluran-saluran komunikasinya yang telah ditetapkan olehnya dan perlu mendapatkan informasi relevan menyangkut hal tersebut.

Aturan 178

Bahasa yang Dipilih untuk Digunakan oleh Negara-Negara Pihak Berdasarkan Ketentuan Pasal 87, Ayat 2

1. Ketika suatu Negara Pihak yang dimintai itu telah memiliki lebih dari satu bahasa

resmi, itu berarti bahwa ratifikasi, acceptance, approval atau aksesi yang berkenaan

dengan permohonan atau permintaan kerja sama dan berbagai dokumen pendukung lainnya dapat dibuat dalam salah satu bahasa resminya.

2. Jika Negara Pihak yang dimintai itu belum memilih salah satu bahasa untuk

komunikasi dengan Mahkamah menyangkut soal ratifikasi, acceptance, approval atau

aksesi, maka permintaan kerja sama harus diterjemahkan atau dilengkapi dengan versi terjemahannya ke dalam salah satu bahasa kerja Mahkamah sesuai dengan ketentuan pasal 87, ayat 2.

Aturan 179

Bahasa yang Digunakan dalam Membuat Permintaan kepada Negara yang Bukan Negara Pihak dari Statuta

Jika sebuah Negara yang bukan Negara Pihak dari Statuta telah menyetujui untuk menyediakan bantuan terhadap Mahkamah berdasarkan ketentuan pasal 87, ayat 5, dan belum membuat pilihan soal bahasa untuk permintaan semacam itu, maka permintaan kerja sama harus diterjemahkan atau dilengkapi dengan versi terjemahannya dalam salah satu bahasa kerja Mahkamah.

Aturan 180

Perubahan-Perubahan dalam Saluran Komunikasi atau Bahasa yang Digunakan dalam Membuat Permintaan untuk Kerja Sama

1. Perubahan-perubahan menyangkut saluran komunikasi atau bahasa yang sudah dipilih

oleh sebuah Negara untuk digunakan sesuai dengan ketentuan pasal 87, ayat 2, harus dikomunikasikan secara tertulis kepada Panitera pada kesempatan pertama.

2. Perubahan-perubahan yang dimaksudkan dalam sub-aturan 1 di atas harus

mendatangkan hasil dalam hal permintaan kerja sama yang dibuat oleh Mahkamah pada waktu yang telah disepakati antara Mahkamah dan Negara yang bersangkutan atau, jika tak ada kesepakatan semacam itu, 45 hari setelah Mahkamah menerima komunikasi dan, dalam segala hal, tanpa prejudis atau pelanggaran terhadap permintaan yang sedang diproses atau permintaan yang akan diajukan.

Bagian II

Penyerahan, Pemindahan dan Berbagai Permintaan yang Bersamaan Berdasarkan Ketentuan Pasal 89 dan 90

Aturan 181

Keberatan terhadap Diterimanya Sebuah Kasus di Suatu Pengadilan Nasional

Jika situasi atau keadaan yang digambarkan dalam pasal 89, ayat 2, muncul, dan tanpa melanggar ketentuan pasal 19 dan aturan 58 hingga 62 tentang prosedur yang diterapkan untuk keberatan terhadap jurisdiksi Mahkamah atau soal dapat diterimanya sebuah perkara, Sidang yang menangani kasus tersebut – jika kewenangan soal dapat diterimanya sebuah perkara tetap ditunda – harus mengambil langkah-langkah untuk mendapatkan dari Negara

yang dimintai itu semua informasi yang relevan tentang keberatan menyangkut ne bis in

Aturan 182

Permintaan Pemindahan Berdasarkan Ketentuan Pasal 89, Ayat 3 (e)

1. Dalam situasi yang digambarkan dalam pasal 89, ayat 3 (e), Mahkamah bisa

menyerahkan permintaan tersebut untuk pemindahan dengan media apa pun yang bisa dipakai dalam penyampaian hasil rekaman tertulis.

2. Ketika batas waktu yang telah ditetapkan dalam pasal 89, ayat 3 (e), telah berakhir dan

orang yang bersangkutan telah dibebaskan, maka pelepasan tersebut harus dilakukan tanpa melanggar atau tidak bertentangan dengan penangkapan selanjutnya terhadap orang itu dalam kaitan dengan ketentuan pasla 89 atau pasal 92.

Aturan 183

Penyerahan Sementara yang Mungkin

Mengikuti konsultasi yang dimaksudkan dalam pasal 89, ayat 4, Negara yang dimintai kerja samanya itu bisa sesewaktu menyerahkan orang yang dicari berkenaan dengan syarat-syarat yang ditentukan antara Negara yang dimintai itu dan Mahkamah. Dalam kasus tersebut orang yang dicari itu harus dijaga di negara atau tempat penahanannya yang sementara selama ia dihadirkan di hadapan Mahkamah dan harus dipindahkan ke Negara yang dimintai kerja sama itu ketika kehadirannya di hadapan Mahkamah tidak dibutuhkan lagi, paling akhir ketika proses persidangan telah dilakukan hingga tahap akhir.

Aturan 184

Pengaturan untuk Penyerahan

1. Negara yang dimintai kerja samanya itu harus segera menginformasikan kepada

Panitera kapan orang yang dicari atau diinginkan Mahkamah itu bisa diserahkan.

2. Orang tersebut harus diserahkan kepada Mahkamah pada tanggal dan dengan cara yang

disepakati antara pejabat-pejabat berwenang dari Negara yang dimintai kerja samanya itu dan Panitera.

3. Jika keadaan menghalangi penyerahan orang tersebut pada tanggal yang telah

disepakati itu, pejabat yang berwenang dari Negara yang dimintai kerja samanya itu dan Panitera harus menyepakati tanggal dan cara baru bagaimana orang tersebut diserahkan.

4. Panitera harus terus membangun kontak dengan pejabat-pejabat dari Negara “tuan

rumah” dalam kaitan dengan pengaturan penyerahan orang tersebut ke Mahkamah.

Aturan 185

Pembebasan Seseorang dari Tahanan Mahkamah Kecuali Sedang Memenuhi Hukuman

1. Tunduk pada ketentuan sub-aturan 2, di mana seseorang yang diserahkan kepada

Mahkamah dibebaskan dari tahanan Mahkamah karena Mahkamah tidak memiliki jurisdiksi, kasus tersebut tidak dapat diterima berdasarkan ketentuan pasal 17, ayat 1 (b), (c) atau (d), tuduhan-tuduhan belum dikonfirmasikan berdasarkan ketentuan pasal 61, orang yang dituduh tersebut telah dinyatakan tidak bersalah atau diputus bebas pada sidang pengadilan atau sidang tingkat banding, atau karena berbagai alasan lainnya, maka Mahkamah harus, sesegera mungkin, membuat semacam pengaturan yang

dipertimbangkannya sebagai cara yang tepat untuk memindahkan orang tersebut, dengan meminta dan menerima pandangan dari orang yang bersangkutan, kepada suatu Negara yang diwajibkan untuk menerimanya, kepada Negara lain yang setuju untuk menerimanya, atau kepada suatu Negara yang telah meminta ekstradisinya (ekstradisi orang bersangkutan) dengan persetujuan atau izin dari Negara yang menyerahkannya pertama kali. Dalam hal ini, Negara tuan rumah harus memfasilitasi penyerahan dalam kaitan dengan persetujuan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 3, ayat 2, dan pengaturan-pengaturan terkait lainnya.

2. Jika Mahkamah telah menentukan bahwa kasus tersebut tidak dapat diterima

berdasarkan ketentuan pasal 17, ayat 1 (a), Mahkamah harus membuat pengaturan- pengaturan, sejauh dipandang tepat, untuk pemindahan orang tersebut kepada suatu Negara yang penyelidikannya atau penuntutannya telah membentuk dasar keberatan yang sukses terhadap soal dapat diterimanya sebuah perkara, kecuali kalau Negara yang pertama sekali menyerahkan orang tersebut meminta pengembalian orang yang telah diserahkannya itu.

Aturan 186

Berbagai Permintaan yang Bersamaan dalam Konteks Adanya Keberatan Perihal Diterimanya Sebuah Kasus

Dalam situasi yang digambarkan dalam pasal 90, ayat 8, Negara yang dimintai kerja samanya itu harus membuat pemberitahuan soal keputusannya kepada Penuntut Umum supaya memampukan dia (Penuntut Umum) mengambil tindakan berkenaan dengan ketentuan pasal 19, ayat 10.

Bagian III

Dokumen yang Diperlukan untuk Melakukan Penahanan dan Penyerahan Berdasarkan Ketentuan Pasal 91 dan 92

Aturan 187

Penerjemahan Dokumen yang Melengkapi Permintaan untuk Penyerahan

Untuk memenuhi maksud ketentuan pasal 67, ayat 1 (a), dan berkenaan dengan ketentuan aturan 117, sub-aturan 1, permintaan berdasarkan ketentuan pasal 91 harus dilengkapi, sejauh dipandang tepat, dengan suatu terjemahan dari surat penangkapan atau pertimbangan yang melahirkan keputusan bersalah dan dengan suatu terjemahan teks berbagai ketentuan yang relevan dari Statuta, dalam suatu bahasa yang sepenuhnya dimengerti dan dipergunakan sebagai bahasa wicara oleh orang yang bersangkutan.

Aturan 188

Batas Waktu untuk Mengajukan Dokumen Setelah Penahanan Sementara

Untuk memenuhi maksud ketentuan pasal 92, ayat 3, batas waktu untuk penerimaan oleh Negara yang dimintai kerja samanya itu soal permintaan penyerahan orang bersangkutan dan dokumen-dokumen yang mendukung permintaan tersebut harus dalam tempo 60 hari sejak tanggal penahanan sementara itu.

Aturan 189

Jika seseorang telah setuju untuk menyerahkan diri berkenaan dengan ketentuan-ketentuan pasal 92, ayat 3, dan Negara yang dimintai kerja samanya itu terus memproses penyerahan orang tersebut kepada Mahkamah, maka Mahkamah tersebut tidak perlu diharuskan untuk menyerahkan dokumen-dokumen yang dimaksudkan dalam pasal 91 kecuali kalau Negara yang dimintai kerja samanya itu menunjukkan indikasi sebaliknya.

Bagian IV

Kerja Sama Berdasarkan Ketentuan Pasal 93

Aturan 190

Arahan tentang Mengakui Kejahatan Sendiri yang Melengkapi Permintaan untuk Menghadirkan Saksi

Ketika membuat permintaan berdasarkan ketentuan pasal 93, ayat 1 (e), berkaitan dengan kepentingan saksi, maka Mahkamah harus menambahkan sebuah perintah, berkenaan dengan aturan 74 tentang mengakui kejahatan sendiri atau tindakan yang memberatkan diri

sendiri (self-incrimination), yang ditujukan kepada saksi yang dimintai keterangannya,

dalam bahasa yang sepenuhnya dipahami dan bisa dijadikan bahasa wicara oleh orang bersangkutan.

Aturan 191

Jaminan yang Diberikan Mahkamah Berdasarkan Ketentuan Pasal 93. Ayat 2

Sidang yang menangani kasus tersebut, berdasarkan mosinya sendiri atau berdasarkan permintaan Penuntut Umum, pembela atau saksi atau ahli berkenaan dengan kasus yang sedang ditangani itu, bisa memutuskan, setelah mempertimbangkan pandangan Penuntut Umum dan saksi atau ahli bersangkutan, untuk memberikan atau menyediakan jaminan sebagaimana digambarkan dalam ketentuan pasal 93, ayat 2.

Aturan 192

Pemindahan Seseorang ke dalam Tahanan

1. Pemindahan seseorang yang berada dalam tahanan sementara ke Mahkamah berkenaan

dengan ketentuan pasal 93, ayat 7, harus diatur secara bersama atau dengan kerja sama antara pejabat berwenang Negara di mana orang tersebut ditahan sementara, Panitera dan pejabat berwenang di Negara “tuan rumah” (negara di mana Mahkamah berada).

2. Panaitera harus menjamin bahwa pemindahan tersebut dilakukan dengan cara yang

telah disepakati itu, termasuk pengawasan terhadap orang tersebut selama ia berada dalam tahanan sementara Mahkamah.

3. Orang yang berada dalam tahanan Mahkamah harus dijamin haknya untuk

mempertanyakan masalah-masalah berkenaan dengan kondisi-kondisi penahanannya kepada Sidang yang menangani kasusnya itu.

4. Berkaitan dengan ketentuan pasal 93, ayat7 (b), jika tujuan pemindahan telah diisi atau

dicantumkan, Panitera harus mengatur pengembalian orang yang ada dalam tahanan sementara itu ke Negara yang dimintai kerja samanya itu.

Aturan 193

1. Sidang yang menangani kasus tersebut bisa memerintahkan pemindahan sementara dari Negara yang menuntut ke Mahkamah terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman oleh Mahkamah yang kesaksiannya atau bantuan lainnya diperlukan oleh atau di hadapan Mahkamah. Ketentuan pasal 93, ayat 7, harus diterapkan.

2. Panitera harus menjamin bahwa pemindahan tersebut dilakukan dengan cara yang telah

ditetapkan, yang dilakukan dalam kerja sama dengan pejabat-pejabat berwenang dari Negara yang menuntut itu dan pejabat-pejabat berwenang dari Negara di mana Mahkamah berada atau Negara tempat dipindahkannya orang tersebut. Jika tujuan pemindahan telah dicantumkan, Mahkamah harus mengembalikan orang yang dihukum tersebut ke Negara yang menuntut itu.

3. Orang yang dijatuhi hukuman itu harus diamankan dalam tahanan sementara selama ia

dihadirkan di hadapan Mahkamah. Keseluruhan masa penahanan yang dihabiskan selama kehadirannya di hadapan Mahkamah harus dikurangi dengan masa atau lama hukuman yang masih harus ditempuhnya.

Aturan 194

Kerja Sama yang Diminta dari Mahkamah

1. Berkenaan dengan ketentuan pasal 93, ayat 10, dan sesuai dengan ketentuan pasal 96,

secara mutatis mutandis, suatu Negara bisa menyerahkan ke Mahkamah permintaan

kerja sama atau untuk mendapatkan bantuan dari Mahkamah, yang diajukan dalam bahasa kerja Mahkamah atau bisa juga dalam bahasa asli pengaju permohonan yang dilengkapi dengan terjemahan versi bahasa kerja Mahkamah.

2. Permintaan yang digambarkan dalam sub-aturan 1 di atas dikirimkan kepada Panitera,

yang akan meneruskan permohonan tersebut, sejauh dipandang tepat, kepada Penuntut Umum atau Sidang yang menangani perkara itu.

3. Jika tindakan-tindakan protektif yang termasuk dalam cakupan ketentuan pasal 68 telah

diadopsi atau diterima, Penuntut Umum atau Sidang, sejauh dipandang tepat, harus mempertimbangkan pandangan dari Sidang yang memerintahkan diambilnya tindakan- tindakan itu termasuk juga pandangan atau komentar dari korban atau saksi yang relevan, sebelum memberikan keputusan menyangkut permintaan tersebut.

4. Jika permintaan tersebut memiliki kaitan dengan dokumen atau bukti-bukti yang

digambarkan dalam pasal 93, paragraf 10 (b) (ii), Penuntut Umum atau Sidang, sejauh dipandang tepat, harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Negara yang relevan sebelum memproses permintaan tersebut.

5. Jika Mahkamah memutuskan untuk menerima atau menyetujui permintaan kerja sama

atau bantuan dari suatu Negara, permintaan tersebut harus dilaksanakan, sepanjang memungkinkan, dengan mengikuti berbagai prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Negara yang mengajukan permintaan tersebut dan dengan membiarkan atau mengizinkan orang-orang yang disebutkan dalam permohonan tersebut untuk hadir.

Bagian V

Kerja Sama Berdasarkan Ketentuan Pasal 98

Aturan 195

1. Jika Negara yang dimintai kerja sama memberitahukan kepada Mahkamah bahwa permintaan untuk menyerahkan diri atau permintaan soal bantuan akan menimbulkan masalah eksekusi atau pelaksanaan berkenaan dengan ketentuan pasal 98, maka Negara yang dimintai kerja sama itu harus menyediakan berbagai informasi yang relevan untuk membantu Mahkamah dalam menerapkan ketentuan pasal 98. Negara ketiga yang terkait atau Negara yang mengirimkan hal-hal yang disebutkan dalam aturan ini bisa juga menyediakan informasi tambahan untuk membantu Mahkamah.

2. Mahkamah tidak boleh memproses suatu permintaan untuk menyerahkan seseorang

tanpa persetujuan dari Negara yang mengirimkannya jika, berdasarkan ketentuan pasal 98, ayat 2, permintaan semacam itu akan berakibat pada ketidaksesuaian dengan kewajiban sebagaimana telah ditetapkan dalam persetujuan internasional yang relevan yang dengan itu persetujuan dari Negara yang mengirimkan itu diperlukan sebelum penyerahan seseorang dari Negara tersebut kepada Mahkamah.

Bagian VI

Aturan tentang Kekhususan Berdasarkan Ketentuan Pasal 101

Aturan 196

Ketentuan tentang Pandangan atau Pendapat Berkaitan dengan Pasal 101, Ayat 1

Seseorang yang diserahkan kepada Mahkamah bisa memberikan pandangan menyangkut pelanggaran atau kesalahan penafsiran atau pemahaman terhadap ketentuan pasal 101, ayat 1.

Aturan 197

Hal-Hal Tambahan bagi Penyerahan

Jika Mahkamah telah meminta penangguhan atau penghapusan hal-hal yang menjadi syarat dalam ketentuan pasal 101, ayat 1, maka Negara yang dimintai kerja samanya itu bisa meminta Mahkamah untuk mendapatkan dan menyediakan pandangan dari orang yang diserahkan kepada Mahkamah.

BAB 12

Dalam dokumen Statuta Roma HUKUM ACARA DAN PEMBUKTIAN (Halaman 78-85)