Bagian I
Pelanggaran terhadap Administrasi Pengadilan Berdasarkan Ketentuan Pasal 70
Aturan 162
Penerapan/Pelaksanaan Jurisdiksi
1. Sebelum memutuskan soal pelaksanaan jurisdiksi, Mahkamah bisa berkonsultasi
dengan Negara-Negara Pihak yang mungkin memiliki jurisdiksi atas pelanggaran atau kejahatan yang dituntut itu.
2. Dalam membuat keputusan apakah menerapkan atau melaksanakan jurisdiksinya atau
tidak, Mahkamah bisa mempertimbangkan, secara khusus, hal-hal sebagai berikut:
(a) Kemungkinan dan efektivitas penuntutan di suatu Negara Pihak;
(b) Tingkat keseriusan suatu pelanggaran;
(c) Penggabungan yang mungkin dari dakwaan berdasarkan ketentuan pasal 70 dengan
dakwaan berdasarkan ketentuan pasl 5 hingga 8;
(d) Kebutuhan untuk mempercepat proses persidangan;
(e) Kaitannya dengan penyelidikan yang sedang berlangsung atau pengadilan yang
sedang diproses di Mahkamah; dan
(f) Pertimbangan-pertimbangan soal pembuktian
3. Mahkamah harus membuat pertimbangan yang mengutamakan sebuah permintaan dari
Negara “tuan rumah” untuk menangguhkan atau mengesampingkan kekuasaan Mahkamah dalam melaksanakan jurisdiksinya dalam kasus-kasus yang menurut anggapan Negara “tuan rumah” tersebut bahwa penangguhan semacam itu memang perlu karena ada kepentigan khusus.
4. Jika Mahkamah memutuskan untuk tidak melaksanakan jurisdiksinya, maka ia
[Mahkamah tersebut] bisa meminta suatu Negara Pihak untuk melaksanakan jurisdiksi yang sesuai dengan ketentuan pasal 70, ayat 4.
Aturan 163
Penerapan Statuta dan Hukum Acara
1. Kecuali kalau kebalikan dari yang dimaksudkan dalam sub-aturan 2 dan 3 dalam aturan
ini (163), aturan 162, dan aturan 164 hingga aturan 169, ketentuan Statuta dan Hukum
Acara dan Pembuktian ini harus berlaku secara mutatis mutandis terhadap penyelidikan
Mahkamah, penuntutan dan penghukuman atas pelanggaran yang digambarkan dalam pasal 70.
2. Ketentuan Bagian 2 dari Statuta, dan berbagai aturan yang ditimbulkannya, tidak boleh
diterapkan atau tidak berlaku, dengan pengecualian pasal 21.
3. Ketentuan Bagian 10 dari Statuta, dan berbagai aturan yang ditimbulkannya, tidak
boleh diterapkan atau tidak berlaku, dengan pengecualian pasal 103, 107, 109 dan 111.
Aturan 164
1. Jika Mahkamah memutuskan untuk tidak menerapkan jurisdiksinya sesuai dengan ketentuan aturan 162, maka ia [Mahkamah] harus memberlakukan batasan jangka waktu yang ditentukan dalam aturan ini.
2. Pelanggaran yang digambarkan dalam pasal 70 harus tunduk pada batasan jangka
waktu selama lima tahun sejak tanggal terjadinya atau dilakukannya pelanggaran tersebut, dengan ketentuan bahwa selama jangka waktu tersebut tidak boleh ada penyelidikan ataupun penuntutan yang dilakukan. Batasan jangka waktu harus dipotong jika penyelidikan atau penuntutan telah dilakukan selama jangka waktu tersebut, entah di hadapan Mahkamah atau oleh suatu Negara Pihak dengan jurisdiksi terhadap kasus sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 70, ayat 4 (a).
3. Pemberian atau pemberlakuan sanksi yang diberikan berkenaan dengan pelanggaran
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 70 tersebut harus tunduk pada batasan jangka waktu selama 10 tahun sejak tanggal penetapan final sanksi tersebut. Batasan jangka waktu harus dipotong dengan penghukuman orang yang dinyatakan bersalah atau selama orang yang bersangkutan berada di luar wilayah Negara-Negara Pihak.
Aturan 165
Penyelidikan, Penuntutan dan Persidangan
1. Penuntut Umum bisa memulai dan melakukan penyelidikan berkenaan dengan
pelanggaran yang dimaksudkan dalam pasal 70 atas inisiatifnya sendiri, berdasarkan pada informasi yang dikomunikasikan oleh suatu Sidang atau sumber-sumber lain yang terpercaya.
2. Pasal 53 dan 59, dan berbagai aturan yang ditimbulkannya, tidak boleh berlaku.
3. Untuk tujuan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 61, Sidang Pra-Peradilan bisa
membuat berbagai ketentuan atau penetapan sebagaimana dinyatakan dalam pasal tersebut berdasarkan pengajuan secara tertulis, tanpa acara dengar-pendapat, kecuali kalau kepentingan keadilan menjadi taruhannya.
4. Suatu Sidang Pengadilan bisa, sejauh tepat dan sejauh mempertimbangkan atau
mengutamakan hak-hak pembelaan, mengatur bahwa bisa dilakukan penggabungan dakwaan atau tuntutan berdasarkan ketentuan pasal 70 dengan tuntutan berdasarkan ketentuan pasal 5 hingga 8.
Atuan 166
Sanksi Berdasarkan Ketentuan Pasal 70
1. Jika Mahkamah memberikan sanksi berkenaan dengan ketentuan pasal 70, maka aturan
ini berlaku.
2. Pasal 77, dan berbagai aturan yang ditimbulkannya, tidak berlaku, dengan pengecualian
atas perintah pemberian tebusan berdasarkan ketentuan pasal 77, ayat 2 (b), yang bisa diperintahkan sebagai tambahan terhadap hukuman penjara atau denda atau keduanya.
3. Masing-masing pelanggaran bisa didenda secara terpisah dan denda-denda tersebut bisa
bersifat kumulatif. Tak satu pun alasan yang membolehkan jumlah total melebihi 50 persen dari nilai keseluruhan aset yang dapat diidentifikasi dari orang yang dinyatakan bersalah itu, cair atau dapat diraba, dan harta milik, setelah pengurangan jumlah yang tepat yang akan memenuhi kebutuhan finansial orang yang bersalah tersebut dan orang- orang lain yang menjadi tanggungannya.
4. Dalam menetapkan denda, Mahkamah harus memberikan orang yang bersalah tersebut
pembayaran lump sum [pembayaran tunggal untuk beberapa item yang terpisah-pisah] atau dengan cara terpisah-pisah/berangsur selama jangka waktu yang telah ditentukan itu.
5. Jika orang yang bersalah tersebut tidak membayar denda yang telah ditetapkan sesuai
dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam sub-aturan 4 di atas, maka tindakan yang perlu dan tepat bisa diambil oleh Mahkamah sesuai dengan ketentuan aturan 217 hingga 222 dan sesuai dengan ketentuan pasal 109. Jika, dalam hal berlanjutnya keengganan untuk membayar, Mahkamah, atas mosinya sendiri atau atas permintaan Penuntut Umum, menuntut bahwa semua tindakan penerapan yang tersedia telah dilakukan secara maksimal, maka Mahkamah sebagai sebagai sandaran terakhir menetapkan hukuman pemenjaraan sesuai dengan ketentuan pasal 70, ayat 3. Dalam
penentuan soal hukuman pemenjaraan semacam itu, Mahkamah harus
mempertimbangkan juga jumlah denda yang dibayarkan.
Aturan 167
Kerja Sama Internasional dan Bantuan Hukum
1. Berkenaan dengan pelanggaran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 70, Mahkamah
bisa meminta suatu Negara untuk menyediakan berbagai bentuk kerja sama internasional atau bantuan judisial yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kerja sama yang ditetapkan dalam Bagian 9 Statuta. Dalam hal permintaan semacam itu, Mahkamah harus menunjukkan indikasi bahwa dasar pengajuan permintaan tersebut adalah soal penyelidikan atau penuntutan atas pelanggaran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 70.
2. Syarat-syarat penyediaan kerja sama internasional atau bantuan judisial tersebut bagi
Mahkamah berkenaan dengan pelanggaran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 70 itu haruslah berupa syarat yang dimaksudkan dalam pasal 70 ayat 2.
Aturan 168
Ne Bis in Idem
Menyangkut pelanggaran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 70, tidak seorang pun boleh diadili oleh atau di hadapan Mahkamah berkenaan dengan tindakan yang dibentuk oleh dasar dari suatu pelanggaran yang untuk itu orang tersebut telah dijatuhi keputusan bersalah atau diputuskan tidak bersalah oleh Mahkamah atau pengadilan lainnya.
Aturan 169
Penahanan Langsung
Dalam hal adanya tuduhan pelanggaran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 70 yang dilakukan di hadapan sebuah Sidang, Penuntut Umum bisa secara lisan meminta Sidang bersangkutan untuk memerintahkan penahanan langsung terhadap orang yang melakukan pelanggaran tersebut.
Bagian II
Pelecehan terhadap Mahkamah Berdasarkan Ketentuan Pasal 71
Aturan 170
Berkenaan dengan pasal 63, ayat 2, Hakim Ketua dari Sidang yang menangani suatu perkara yang sedang dalam proses pengadilannya bisa, setelah memberikan peringatan:
(a) Memerintahkan seseorang yang mengacaukan proses persidangan di hadapan
Mahkamah itu untuk meninggalkan atau dipindahkan dari ruangan sidang; atau
(b) Jika terjadi pengulangan tindakan yang sama, memerintahkan pengucilan atau
pencabutan hak orang bersangkutan supaya tidak bisa lagi menghadiri proses persidangan tersebut dan selanjutnya.
Aturan 171
Penolakan untuk Mematuhi Petunjuk-Petunjuk Mahkamah
1. Jika tindakan pelecehan mengandung penolakan secara sengaja dalam mematuhi
petunjuk-petunjuk Mahkamah baik yang disampaikan secara lisan maupun tertulis, yang tidak tercakup oleh aturan 170, dan petunjuk tersebut dilengkapi dengan suatu peringatan akan sanksi jika terjadi pelanggaran, maka Hakim Ketua dari Sidang yang menangani perkara tersebut bisa memerintahkan pengucilan terhadap atau melarang orang yang bersangkutan agar tidak menghadiri proses persidangan untuk jangka waktu tidak lebih dari 30 hari atau, jika pelecehan yang dilakukannya bersifat lebih serius lagi, Hakim Ketua menetapkan denda baginya.
2. Jika orang yang melakukan tindakan pelecehan sebagaimana digambarkan dalam sub-
aturan 1 di atas adalah petugas atau pegawai Mahkamah, atau seorang penasihat terdakwa, atau kuasa hukum korban, maka Hakim Ketua dari Sidang yang menangani perkara tersebut bisa memerintahkan pengucilan terhadap atau melarang orang tersebut untuk menjalankan tugas dan perannya dalam Mahkamah selama jangka waktu tidak lebih dari 30 hari.
3. Jika Hakim Ketua, dalam hal-hal menyangkut ketentuan sub-aturan 1 dan 2 di atas,
mempertimbangkan bahwa pemberian waktu yang lebih lama atas pengucilan atau pelarangan seseorang dipandang lebih tepat, maka Hakim Ketua itu harus membicarakan hal itu dengan Dewan Ketua, yang bisa menyelenggarakan acara dengar-pendapat untuk menentukan apakah perlu memerintahkan pemberian waktu pengucilan atau pelarangan yang lebih lama atau bahkan permanen.
4. Denda yang ditetapkan berdasarkan ketentuan sub-aturan 1 di atas tidak boleh melebihi
2.000 euros, atau sebanding dengan jumlah yang sama dalam mata uang lain, dengan syarat bahwa jika terjadi tindakan pelecehan lebih lanjut, maka pemberian denda yang baru bisa ditetapkan setiap hari saat tindakan pelecehan itu terjadi, dan denda seperti itu harus dihitung secara kumulatif.
5. Orang yang dimaksud harus diberikan kesempatan untuk didengarkan sebelum
penetapan sanksi atas tindakan pelecehan yang dituduhkan terhadapnya itu, sebagaimana dinyatakan dalam aturan ini.
Aturan 172
Perihal Perbuatan atau Tindakan Sebagaimana Termaktub dalam Pasal 70 dan 71
Jika tindakan yang tercakup dalam pasal 71 juga serupa dengan salah satu pelanggaran sebagaimana digambarkan dalam pasal 70, maka Mahkamah harus memprosesnya sesuai dengan ketentuan pasal 70 dan aturan 162 hingga 169.