• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA NETRA

J. Kerjasama

Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi melakukan berbagai

kegiatan dan kerjasama dengan berbagai instansi baik Pemerintah maupun Swasta, diantaranya :8

1. Kerjasama dengan Pemerintah Kota Bekasi dalam hal ini dengan Walikota Bekasi dalam bentuk penyelenggaraan Program Pembinaan Sosial Metode Terapeutik Penguluran Jaringan Lunak untuk Penyandang Disabilitas Netra dengan seluruh anggaran berasal dari Pemerintah Kota Bekasi

7

Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial

Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi2013 (Bekasi, PSBN “Tan Miyat” Bekasi, 2013), h. 3 8

Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial

2. Kerjasama dengan para pengusaha melalui Coorperate Social Responsibility (CSR) dengan memberikan kegiatan berupa : a. Pelatihan Kebugaran oleh Merpati Putih, bertujuan untuk:

melatih kepekaan para penyandang disabilitas netra, mendeteksi penyakit, mengenal lingkungan, dll.

b. Pemberian pembinaan mental dari Yayasan Darul Mustafa berupa : Siraman Rohani, Pelajaran Dakwah, Akidah, Akhlak, dll.

3. Kerjasama dengan Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Kementerian Pertahanan dan Keamanan RI dalam bentuk Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas Netra.

4. Kerjasama dengan Dinas Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangka Tengah, Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangka Induk, Dinas Sosial Propinsi Lampung, Dina Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Serang, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Brebes, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pandeglang dalam bentuk Penyaluran Tenaga Kerja yang telah selesai mengikuti bimbingan

Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat”

5. Kerjasama dengan (Persatuan Tuna Netra Indonesia) Pertuni dalam bidang assesment penglihatan bagi penerima manfaat yang low vision.

6. Kerjasama dengan pihak JICA dalam bentuk penempatan tenaga yunior Expert dibidang keterampilan massage dan shiatsu.

7. Kerjasana dengan Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center dalam bentuk rujukan penyakit mata.

76 A. Identitas Informan

1. Pembimbing

Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengetahui tentang

identitas pembimbing yang berada di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Pembimbing selaku subjek penelitian yang dilakukan penulis berjumlah 3 orang pembimbing. Dimana 2 orang pembimbing Agama yang disebut ustad/ustadzah, 1 orang pembimbing mental yang juga sebagai Staff Bimbingan dan Penyaluran, dan 1 pembimbing umum.

Adapun Indentitas para pembimbing Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi adalah sebagai berikut:

a.Ustad Son Haji

Ustad Son Haji adalah salah satu pembimbing Agama di Panti

Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi yang bertempat tinggal di

perumahan Zamrud blok DT 13 no 34. Ustadz kelahiran Jakarta 7 Oktober 1971 ini sangat menghargai kehidupan. banyak pembelajaran yang bisa didapat. Sebagai seorang muslim beliau senantiasa berusaha menjalankan kewajibannya, baginya hidup adalah anugrah yang wajib disyukuri dengan berserah diri kepadanya melalui ibadah. Melalui itulah

Ustadz Son Haji merasa telah menemukan pentingnya memahami Agama. Beliau sudah menjadi pembimbing rohani di Panti Sosial Bina

Netra “Tan Miyat” Bekasi selama hampir 12 tahun. Dari bimbingan Agama yang dilakukan, beliau berharap agar setiap disabilitas netra yang beragama Islam dapat mengetahui dan memahami agama, karena agama dapat membuat manusia hidup lebih bermakna dan bisa menjauhkan dari segala hal yang dapat merugikannya. Beliau mengatakan mereka memang buta namun jangan sampai mereka buta juga akan agama.1

a. Ustadzah Tasuah

Ustadzah Tasuah lahir di jakarta 7 mei 1965 adalah salah satu pembimbing Agama perempuan di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat”

Bekasi Mulia Tahun 1988 sampai sekarang.sebelumnya beliau sempat bekerja di PT Yuparin Kebayoran sebagai Staff Adminitrasi selama 2 tahun. Beliau bertempat tinggal di Komplek Depsos Blok 1 no 12 rt 02/01 Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur. Beliau lulusan STISIP Widuri S1 Jakarta Barat tahun 1985/1986. Menurutnya kecerdasan spiritual adalah seseorang sudah tahu mana yang baik dan yang buruk untuk dirinya, serta menjalani setiap kehidupannya semata-mata mendapatkan keridhoan Allah SWT.2

1

Wawancara pribadi dengan bapak Son Haji, pembimbing agama di Panti Sosial Bina

Netra “Tan Miyat” Bekasi, Senin, 10 Juni 2013.

2

Wawancara pribadi dengan ibu Tasuah S.Sos , pembimbing agama di Panti Sosial Bina

b. Ibu Prasetiawati

Ibu Prasetiawati adalah salah satu pembimbing mental spiritual di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Ibu Prasetiawati kelahiran Semarang 17 Juli 1959, sempat mengenyam pendidikan sampai jenjang S1 di IKIP Jakarta. Beliau beralamat di di Komplek Depsos Blok 1 rt 02/01 Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur.Beliau setelah lulus SMA langsung bekerja di PSBN. Menurutnya kecerdasan spiritual hasil dari pembelajaran dan pemahaman tentang Agama yang diberikan oleh para pembimbing Agama, yang mampu memebrikan perubahan yang baik kepada disabilitas netra.3

c. Ibu Tri Putri Kurnianingsiharani

Ibu Tri Putri Kurnianingsiharani adalah salah satu pembimbing umum di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Beliau kelahiran 10 Desember 1972, sempat mengenyam pendidikan di SMA Budi Mulya. Beliau beralamat di Perumahan Duren Jaya, Jl. Manggis 407 Blok A Bekasi.Beliau sempat bekerja di Pusdiklat Depsos tahun 1986 sebagai pegawai/staff, setelah itu beliau mulai bekerja di PSBN tahun 2000. Menurutnya kecerdasan spiritual itu di dapat melalui pemahaman yang mendalam tentang agamanya bukan sekedar teori namun bisa

3

Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Prasetiawati, pembimbing mental spiritual di

dipraktekan di kehidupannya, serta senantiasa bersyukur dan berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa.4

2. Terbimbing

Setelah melakukan wawancara dengan terbimbing atau disabilitas

netra di panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, maka penulis

mendapatkan identitas terbimbing yang berjumlah 6 orang sebagai berikut:

a. IS lahir di Jakarta 19 Juli 1996, mengalami disabilitas saat usia 5 tahun, penyebab kebutaannya adalah mendapatkan siksaan dari orangtua angkatnya yang biasa dia sebut ibu suri, matanya di beri perasan air cabai, awalnya dia berada di RSPA bambu apus setelah mentalnya sudah membaik dia di bawa ke Panti Sosial Bina Netra

“Tan Miyat” Bekasi pada tahun 2006 sampai sekarang, waktu

pertama kali masuk panti banyak sekali yang dia takuti, pemurung, dan sedikit emosional. Hal aneh yang biasa dia lakukan yaitu mengumpat di bawah kasur atau malah tidur kolong kasur. Lambat laun keadaan ismi membaik berkat bimbingan yang di berikan oleh panti, sekarang dia sudah bisa mengetahui potensi yang miliki yaitu dia pandai berlari tahun ini dia mendapat juara 1 perlombaan lari

4

Wawancara pribadi dengan ibu Tri Putri Kurnianingsiharani, pekerja sosial di Panti

yang diadakan di bandung mengalahkan penyandang disabilitas lain.5

b. LH lahir di Karawang 10 November 1992, mengalami disabilitas saat usia 3 bulan, penyebabnya kebutaannya adalah kelainan bentuk mata, lukman berasal dari keluarga yang kurang mampu, orangtuanya bekerja sebagai pengepul barang-barang bekas. Namun, itu bukan menjadi kendala lagi bagi dia karena Panti Sosial Bina

Netra “Tan Miyat” Bekasi membebaskan biaya sekolah dan tempat

tinggal selama anak itu masih mengikuti pelajaran dan bimbingan di panti ini, prestasi yang dia dapat dalam akademis adalah lomba puisi juara 1 di bandung, kemampuan yang dia miliki adalah bisa memainkan alat musik marawis, itu salah satu fasilitas yang diberikan panti untuk anak disabilitas netra.6

c. Ar lahir di Tanggerang 20 Juli 1992, penyebab kebutaannya total dari lahir dan tidak ada penjelasan yang jelas. Dia pernah mengalami permasalahan di panti, yang hampir membuat resah seluruh panti, dan sekarang dia sudah membaik saat di berikan bimbingan agama secara menyeluruh serta bimbingan mental untuk memperbaiki penyimpangannya, dia menyenangi kegiatan pramuka yang di

5

Wawancara pribadi dengan IS, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum’at, 25 Juli 2013

6

Wawancara pribadi dengan LH, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum’at, 18 Juli 2013

adakan di panti, dia cukup mahir di kegiatan tersebut dan itu di akui juga oleh pembimbingnya yaitu ibu Putri.7

d. AP lahir di Jakarta 17 agustus 1990, kebutaan total saat usia 19 tahun yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, dia anak kedua dari tiga bersaudara, pernah kuliah di jayabaya jurusan ekonomi sampai semester 2, dia menjabat sebagai ketua organisasi dari anak-anak panti, dan dia pun membuka keterampilan komputer untuk disabilitas netra.8

e. MFF lahir di tanggerang 4 Desember 1998, buta sejak usia 1 tahun di sebabkan sakit panas, dia anaknya pemalu namun memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik, dengan menggunakan irama yang biasa disebut Qori.9

f. TS lahir di Jakarta 13 November 1993, mengalami penurunan penglihatan saat kelas 3 SMA dan kebutaan total saat lulus SMA, dia terkena virus rubella yang menyebabkan seseorang terkena penyakit glukoma, dia mengambil kelas massage, karena bagi dia keterampilan tersebut berguna untuk dia di masa mendatang.10

7Wawancara pribadi dengan Ar, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum’at, 25 Juli 2013

8

Wawancara pribadi dengan AP, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum’at, 18 Juli 2013

9

Wawancara pribadi dengan MFF, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra

“Tan Miyat” Bekasi, Jum’at, 26 Juli 2013

10

Wawancara pribadi dengan TS, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan

B. Analisis Peran Pembimbing Agama Dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual Pada Disabilitas Netra

Seorang anak terlahir dalam keadaan bersih walaupun anak tersebut tidak terlahir dengan sempurna, biasanya diumpamakan sebagai kertas kosong yang mana perlu diisi dengan hal-hal yang baik seperti pemahaman agama sejak kecil agar anak tersebut memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan harapan setiap orang tua. Pemahaman tentang Agama mampu mengarahkan seorang disabilitas netra untuk menjadi manusia yang lebih baik. Begitu pula dengan tugas seorang pembimbing untuk bisa mengarahkan, membantu, dan memberikan solusi dalam setiap masalah yang sedang dihadapi oleh anak didiknya.

Perhatian yang kurang kepada setiap kebutuhan disabilitas netra bisa membuat mereka kehilangan arah dan merasa inferior. Disabilitas netra yang hidup tanpa arahan serta bimbingan dapat menimbulkan keputus asaan dalam menjalankan kehidupan karena buta akan pemahaman Agama. Dengan itu disini diperlukannya pembimbing yang dapat membantu mengarahkan dan membimbing mereka untuk bisa memberikan pemahaman tentang Agama, karena orang yang memahami agama mampu mengendalikan setiap perbuatan yang dilakukan agar terhindar dari hal-hal yang tercela. Orang yang buta tentang agama akan mengalami krisis spiritual yang mana mampu membuat seseorang melakukan hal-hal yang diluar batas.

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Panti Sosial Bina

Agama dalam penanaman kecerdasan spiritual bagi disabilitas netra di Panti

Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi adalah dengan cara diberikan

bimbingan Agama setiap harinya baik secara pendidikan formal maupun nonformal, bukan hanya bimbingan agama saja yang diberikan, namun adapula bimbingan keterampilan, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan mental yang mana dapat membantu disabilitas netra untuk tidak tergantung kepada orang lain dan mampu melakukan semua hal yang bisa dilakukan orang normal lainnya, dan berharap agar disabilitas netra senantiasa Mengingat tuhannya agar bisa menjauhkan dari perbuatan-perbuatan yang dapat merugikannya.

Anak-anak dan remaja panti di bina secara mental dan fisik. Di panti ini bagi anak usia sekolah diberikan pendidikan formal karena panti ini memiliki fasilitas pendidikan formal untuk anak-anak disabilitas netra. Menurut Kasie. Rehabilitasi Sosial PSBN Bapak Arimurti para disabilitas netra yang berusia 6-18 tahun wajib mengikuti kegiatan pendidikan formal sesuai dengan keputusan dari pemerintah untuk bisa mencerdaskan anak bangsa. Tenaga pengajar sebagian besar adalah pekerja sosial/ staff yang berada di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama hampir dua bulan bimbingan yang sering diterapkan dalam panti sosial ini adalah bimbingan agama. Penanaman kecerdasan spirirual dalam kehidupan disabilitas netra akan memberikan pengaruh yang baik saat mereka berada di luar panti atau mereka telah kembali kepada keluarganya.

Pembimbing yang selalu menerapkan nilai-nilai agama dalam panti akan senantiasa membawa efek baik bagi disabilitas netra. Dalam proses penanaman kecerdasan spiritual, di panti sosial ini sangat mengutamakan penanaman nilai-nilai agama dikeseharian disabilitas netra, selama penulis mengadakan penelitian di panti sosial tersebut, bimbingan yang sering terlihat realitanya adalah bimbingan agama walaupun banyak bimbingan lain yang ada di panti ini. Penanaman kecerdasan spiritual atau nilai-nilai keagamaan

dilakukan setiap senin sampai jum’at jam 2 siang. Kegiatan ini dinamakan

bimbingan agama dan diselingi bimbingan mental spiritual, pada kegiatan ini tidak semua disabilitas netra mengikutinya, karena ada yang mengikuti praktek vokasional atau keterampilan shiatzhu dan massage untuk disabilitas dewasa pada jam tersebut. Kegiatan ini guna untuk membantu disabilitas netra memahami agamanya yang mana hal tersebut adalah sebagai pedoman dalam hidupnya. Bimbingan agama yang diberikan yaitu selain menanamkan nilai-nilai agama, memberikan pengajaran tentang shalat, membaca Al-Qur’an Brile

dan Fiqih.11

Bimbingan keterampilan yang dilakukan di panti ini dilaksanakan setiap hari jam 4 sore. Dalam kegiatan bimbingan keterampilan ini memang tidak semua mengikutinya karena ada beberapa yang mulai praktek shiatzhu diluar lingkungan panti. Bimbingan keterampilan ini dilakukan agar setiap

11

Wawancara pribadi dengan bapak Son Haji, pembimbing agama di Panti Sosial Bina

disabilitas netra memiliki bakat sehingga jika mereka keluar atau dikembalikan kepada keluarga sudah memiliki kemampuan khusus.12

Disabilitas netra yang sudah lulus atau sudah menyelesaikan

pendidikan di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi diberikan pilihan

kemana mereka ingin melanjutkan pendidikan ataupun membuka pekerjaan. kadang ada beberapa yang ingin kembali pada keluarganya dan kadang pula ada yang membuat kelompok dengan disabilitas lain untuk bersama-sama membuka usaha sendiri seperti membuka praktek shiatzhu dan massage sesuai dengan kemampuan mereka, dan itu juga ada campur tangan dari pihak panti untuk terus mengontrol mereka selama setahun, bila mereka sudah dinilai mampu untuk mandiri berarti panti telah berhasil, namun bila sebaliknya maka panti akan menyalurkan mereka ke lembaga-lembaga terkait yang mampu membantu menyalurkan bakat mereka.13

Pembimbing Agama yang ada di PSBN memiliki tingkatan sosial yang berbeda-beda. Disabilitas netra berpendapat bahwa pembimbing agama di panti tersebut mempunyai sikap yang baik dan sangat memahami keadaan mereka, malah salah satu pembimbing Agama ada yang mempunyai keadaan fisik yang sama yaitu sama-sama penyandang disabilitas netra. Karena memiliki keadaan yang sama pembimbing mampu memberikan pengalaman-pengalaman hidup kepada mereka yang nantinya bisa menjadi pembelajaran

12

Wawancara pribadi dengan ibu Tri Putri Kurnianingsiharani, pekerja sosial di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Kamis, 25 Juli 2013

13

Wawancara pribadi dengan ibu Tri Putri Kurnianingsiharani, pekerja sosial di Panti

atau bekal mereka nanti, adapula yang meminta saran atau nasihat kepada pembimbing Agama tersebut. Bagi pembimbing Agama bila ingin memberikan pengetahuan kepada seorang disabilitas netra terlebih dahulu kita harus bisa menjadi panutan dan tidak menjaga jarak jadikan mereka sebagai teman maka apa yang kita sampaikan akan lebih mudah untuk di tanam ke diri mereka masing-masing.14

Penanaman Kecerdasan Spiritual selama bulan Ramadhan di laksanakan seperti kegiatan pesantren kilat bukan hanya pada jam 07.30 sampai selesai, adapula setelah shalat tarawih di adakan pengajian dan setiap hari rabu rutinitas pemberiaan bimbingan Agama diisi oleh sukarelawan dari pesantren Darul Mustofa. Kegiatan bimbingan Agama ini bertujuan untuk bisa membantu disabilitas netra dalam meningkatkan kualitas keagamaannya dan utamakan dalam hal ini yaitu Bimbingan Agama Islam. Mengajarkan disabilitas netra menjadi muslim yang seutuhnya, senantiasa melakukan sesuatu yang dianjurkan oleh agama dan selalu menjauhi setiap perbuatan yang dilarang oleh Agamanya.15

Peran pembimbing Agama dalam penanaman kecerdasan spiritual bagi disabilitas netra memberikan tujuan penting sebagai seorang muslim yang baik yaitu selalu menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, selalu menjaga sikap dan tingkahlakunya kepada sesama muslim,

14

Wawancara pribadi dengan bapak Son Haji, pembimbing agama di Panti Sosial Bina

Netra “Tan Miyat” Bekasi, Senin, 10 Juni 2013.

15

Wawancara pribadi dengan ibu Tasuah S.Sos , pembimbing agama di Panti Sosial

senantiasa bersyukur, menjauhi semua tindakan yang akan merugikannya, dan menjalani kehidupannya sesuai dengan aturan-aturan yang ada baik dari segi Agama, masyarakat maupun negara. Jadi, dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa peran pembimbing Agama dalam penanaman kecerdasan spiritual bagi disabilitas netra sangat berperan peran penting untuk dapat mengubah yang tadinya seorang disabilitas netra berpikiran pasif atau merasa rendah diri dan mereka sekarang jadi mempunyai semangat hidup dan tujuan yang akan di capainya.

Dalam proses penanaman kecerdasan spiritual bagi disabilitas netra, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh para pembimbing Agama di Panti Sosial tersebut. Kendala yang dihadapi adalah pada disabilitas netra, dikarenakan ada beberapa anak yang sulit untuk di ajak mengikuti kegiatan bimbingan Agama, adapula yang kurang serius/fokus mengikuti kegiatan bimbingan tersebut seperti ada yang mengobrol ataupun bercanda karena yang mengikuti ada yang masih anak-anak. Kendala terhadap disabilitas netra juga dipaparkan oleh Ibu Tasuah sebagai pembimbing Agama dan Bapak Son Haji juga sebagai pembimbing Agama. Menurut mereka disabilitas netra mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada anak yang aktif, ada yang pendiam, ada yang patuh ada pula yang sedikit kurang baik. Dan adapula kendala dari latarbelakang keluarga yang berbeda dan perbedaan sukupun bisa menjadi kendala.16

16

Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Prasetiawati, pembimbing mental spiritual di

Adapun hasil wawancara penulis dengan disabilitas netra adalah sebagai berikut :

AR mengakui bahwa ia mengikuti bimbingan Agama selama berada di panti dan ia bersyukur banyak perubahan yang didapat pada awalnya ia agak sedikit tempramental dan kurang mengenal hukum-hukum agama, belum begitu mengerti mana yang baik dan buruk. Namun, semenjak mengikuti bimbingan Agama ia mampu mengendalikan emosinya serta sedikit memahami hukum-hukum ajaran islam sehingga mampu menjauhi ia dari perbuatan yang mungkin akan merugikan, mampu membantu untuk belajar mandiri khususnya memenuhi kebutuhan diri sendiri, dan tidak mudah menyerah.

Selama berada di panti ini, pembimbing Agama biasanya menyampaikan materi seperti ceramah atau dijelaskan dulu topiknya, baru setelah itu diadakannya sesi tanya jawab kepada anak disabilitas netra.17

Menurut LH berharap agar pembimbing bisa mengarahkan ia untuk lebih baik lagi, bisa mandiri untuk diri sendiri terutama dan bisa membesarkan hatinya untuk bisa menerima keadaan, memiliki keinginan yang kuat dalam hidup, makanya ia mengatakan bahwa bimbingan agama di panti sangat penting di sana diselipkan pengalaman-pengalaman kehidupan yang diberhubungan dengan agama. Dan karena pembimbing juga netra jadi dapat

17

Wawancara pribadi dengan Ar, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum’at, 25 Juli 2013

mengerti bagaimana cara mengarahkan, sekarang selain ia sudah bisa mengaji, ia juga memiliki keterampilan seperti marawis.18

LH mengatakan pembimbing secara langsung memberikan bimbingan Agama contohnya bimbingan shalat atau bimbingan wudhu, karena disabilitas netra mempunyai keterbatasan, pembimbing menuntun dan memantau secara langsung dan di bantu dengan pekerja sosial yang lain. Dan saat mengajipun satu persatu di tes saat membaca ayat Al-Qur’an braile, ia masih harus di

bimbing lagi dalam membaca Al-Qur’an braile, karena berbeda sekali

tulisannya dengan Al-Qur’an yang pada umumnya.

Lain halnya lagi AP menurutnya Pembimbing membantu disabilitas netra menghindari kemungkinan terjadinya hambatan. beberapa anak disabilitas netra mengatakan mereka menginginkan sosok seorang pembimbing yang benar-benar bisa mengarahkan, memahami dan mengerti, bisa menjadi sahabat, orang tua, dan guru, sosok pembimbing yang bisa memberikan kasih sayang dan mengajarkan ilmu-ilmu agama supaya bisa membedakan mana yang hak dan yang bathil, ilmu-ilmu umum dan Agama, serta keterampilan bermanfaat bagi diri sendiri untuk bekal ia nantinya setelah

tidak lagi tinggal di panti sosial bina netra “Tan Miyat” ini.19

Namun, TS memberitahukan tugas pembimbing di panti ini bahwa pembimbing tugasnya ialah memberikan kita bekal, agar nanti kita bisa siap

Dokumen terkait