Alkitab mencatat sejumlah kesalahan fatal yang berakibat fatal juga bagi umat Tuhan.Harun yang membuatkan umat Israel lembu emas, mengakibatkan umat Israel menyembah patung itu dan mereka harus dihukum mati (Kel. 32).
Nadab dan Abihu melakukan kesalahan fatal melanggar kekudusan Tuhan dengan menyalakan perbaraan mereka dengan api yang bukan berasal dari mezbah ukupan di kemah suci. Padahal sejak pendirian kemah suci (Kel. 40), api di mezbah persembahan ukupan telah dinyalakan (ayat 26-27). Api yang menyala terus itu, menjadi sumber dan tempat persembahan ukupan dilakukan. Kesalahan fatal mereka dibayar mahal. Kematian!
Mengapa hukumannya begitu berat? Umat Israel baru saja merayakan keimaman Harun dan anak-anaknya dengan begitu serius dan kudus. Semua instruksi Tuhan melalui Musa dipatuhi secara mendetail. Ternyata, kini kedua putra Harun ini justru sembarangan bertindak. Sebagai pemimpin tindakan ngawur mereka akan berdampak besar bagi umat. Kalau tidak mendapatkan hukuman keras akan menjadi preseden bahwa melayani Tuhan di kemah suci Tuhan boleh sembarangan! Seharusnya yang membakar ukupan ialah imam besar, dalam hal ini Harun. Ada penafsir yang mengatakan bahwa tindakan Nadab dan Abihu merupakan kudeta halus
kepemimpinan Harun.
Mengapa Nadab dan Abihu bertindak sembrono? Sangat mungkin mereka mabuk. Itu sebabnya larangan keras untuk minum anggur dikeluarkan untuk imam selama ia melayani (9). Seorang yang mabuk kehilangan kendali atas dirinya, sehingga ia dapat berbuat apa saja, termasuk yang membahayakan diri dan orang lain, dan terutama yang melanggar kekudusan Tuhan.
Melayani Tuhan yang kudus tidak cukup dengan niat kudus, melainkan juga harus sesuai dengan firman Tuhan yang kudus. Kesembarangan kita melayani Tuhan menunjukkan kita tidak
menghargai kekudusan Tuhan, berarti juga tidak menghargai karya Kristus yang mati disalib demi menguduskan kita.
Diskusi renungan ini di Facebook:
72 Rabu, 26 Februari 2014 Bacaan : Imamat 10:12-20
(26-2-2014)
Imamat 10:12-20
Mewakili umat
Judul: Mewakili umatPeraturan-peraturan berikut sebenarnya mengulang dan menegaskan kembali bagian
persembahan kurban yang merupakan hak imam yang mempersembahkannya.Sekaligus menutup rangkaian kedua kitab Imamat, yang dimulai dari pasal 8, yaitu peneguhan dan inagurasi
pelayanan keimaman.
Sepertinya rangkaian upacara persembahan kurban yang dilakukan Harun dan anak-anaknya belum sepenuhnya selesai. Ada bagian terakhir yaitu, kewajiban imam untuk memakan bagian yang menjadi haknya dalam persembahan kurban tersebut. Maka, di perikop ini, Musa memberi instruksi agar upacara itu dituntaskan.
Dari berbagai kurban yang dipersembahkan ada bagian yang ditentukan untuk dinikmati oleh para imam.Dari kurban sajian, roti-roti yang dipersembahkan harus dimakan di tempat kudus karena roti sajian itu disebut juga sebagai persembahan maha kudus (12-13, bdk 6:25,
7:1).Sedangkan dada dan paha sebagai persembahan khusus bagi Tuhan boleh dimakan oleh para imam yang ditahbiskan itu di tempat yang tahir (14-15).Kedua persembahan yang boleh dimakan imam-imam tersebut disebut juga sebagai persembahan unjukan. Melalui memakan persembahan itu, para imam mewakili umat menanggung dosa mereka (17). Ternyata, karena insiden yang baru terjadi sebelumnya, bagian yang diperuntukkan para imam telah terbakar habis (16). Perasaan duka yang harus ditekan Harun dan kedua anaknya yang tersisa, mungkin membuat mereka lalai dengan aturan yang sudah dijelaskan sebelumnya secara mendetail. Walaupun Musa mula-mula marah, tetapi ia bisa mengerti kelalaian tersebut dan memaafkannya.
Tuhan penuh dengan kemurahan. Ketidaksengajaan Harun dan kedua anaknya tersebut dapat dimengerti dan tidak mendapatkan hukuman. Hukum Taurat dengan segala detail ketatnya tidak dimaksudkan sebagai hukum yang kaku dan hanya bertujuan mengekang kehidupan umat. Sebaliknya hukum itu diberikan untuk mengatur umat menjaga kekudusan hidup agar dapat menikmati Allah yang kudus.
Diskusi renungan ini di Facebook:
73 Kamis, 27 Februari 2014 Bacaan : Imamat 11:1-47
(27-2-2014)
Imamat 11:1-47
Menjaga makanan
Judul: Menjaga makananPasal 11-15 merupakan bagian baru yang mengatur mengenai najis-tahir atau haram-halal dalam kehidupan sehari-hari umat. Baik yang menyangkut makanan maupun kondisi tertentu seseorang. Pasal 11 berbicara panjang lebar mengenai binatang yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan. Dimulai dengan binatang darat (2-8), dilanjutkan binatang laut (9-12), binatang udara (13-20), dan binatang merayap dan bersayap (21-23). Penjelasannya berikutnya ada yang seperti mengulang dan menambahkan larangan sebelumnya (28-38), juga larangan untuk menyentuh bangkai binatang dan apa yang harus dilakukan ketika tersentuh bangkai tersebut (24-27, 39-43). Peraturan-peraturan ini ditutup penjelasan bahwa Tuhan menuntut umat-Nya hidup kudus
sebagaimana Dia kudus (44-45).
Tidak ada penjelasan rasional mengapa binatang tertentu haram dan yang lainnya halal. Ada penafsir yang mengatakan bahwa sebagian binatang yang dinyatakan haram digunakan sebagai persembahan kurban dalam ibadah-ibadah nonIsrael yang jelas-jelas menyembah berhala. Ada pula yang berpendapat bahwa larangan itu menyangkut masalah higienis. Beberapa binatang tertentu yang disebut haram, telah diketahui merupakan binatang yang dapat mengganggu kesehatan manusia yang memakannya.
Kita tidak bisa memastikan apakah alasan itu yang menjadi dasar larangan di pasal 11 ini. Yang jelas, ini adalah perintah Allah bagi umat Israel. Mungkin orang Israel mengerti larangan itu dalam konteks sosial masyarakat masa itu. Yang paling penting buat kita ialah percaya bahwa Allah punya alasan yang tepat untuk larangan tersebut, dan selalu ada dalam kemahatahuan dan kemahabijakan-Nya. Percaya dan taat kepada perintah Allah merupakan sikap tunduk kepada kedaulatan-Nya. Israel perlu menjaga kehidupan mereka sehari-hari, mulai dari makanan, kebersihan tubuh, dst., agar mereka layak menghampiri kemah suci yang merupakan kehadiran Allah yang kudus di tengah-tengah umat-Nya. Prinsip yang berlaku di sini ialah kuduslah kamu, sebab AKu Tuhan Allahmu, kudus!
Diskusi renungan ini di Facebook:
74
Jumat, 28 Februari 2014
Bacaan : Imamat 12:1-8