Apa jaminan bahwa umat Tuhan pasti dilindungi Tuhan dari musuh-musuhnya? Pertama, pasti kemahakuasaan Tuhan. Kedua, kasih setia Tuhan. Yang pertama, digambarkan dengan Tuhan bagaikan gunung-gunung yang mengelilingi Yerusalem (2), sebagai benteng alami dari serbuan musuh. Yang kedua, Tuhan yang setia telah memilih Sion sebagai tempat kehadiran-Nya di tengah-tengan umat (1).
Bukan hanya kuat kuasa Tuhan melindungi umat-Nya, tetapi juga keperkasaan-Nya akan mengenyahkan musuh (3). Musuh itu mungkin Sanherib dari Asyur, yang sedang mengepung Yerusalem dan merasa yakin kota itu pasti tunduk kepadanya (2Raj. 18; namun lih. Yes. 9:3). Bisa juga menunjuk kepada Babel (Yes. 14:4-5). Yang menarik ialah, tindakan penyelamatan Tuhan termasuk menyelamatkan umat-Nya dari godaan berbuat jahat menuruti para musuhnya (3b). Penjelasannya seperti ini, ketika orang jahat berkuasa, orang benar pasti akan digoda untuk kompromi dengan kejahatan agar bisa selamat. Dalam kasus Asyur, pengepungan yang
berkepanjangan bisa membuat penduduk Yerusalem menyerah kalah dan mengkompromikan imannya. Demikian juga dengan penawanan di Babel, orang Yehuda yang ditawan bisa tergoda untuk menyembah dewa Marduk yang dianggap lebih berkuasa daripada Tuhan.
Seruan permohonan dikumandangkan. Yaitu, agar orang baik dan tulus hati beroleh kebaikan Tuhan, sedangkan orang yang hatinya berbelit-belit, dienyahkan. Hal ini menunjukkan bahwa si musuh masih menjadi ancaman yang nyata, sehingga pertolongan Tuhan pun diperlukan.
Iblis melalui dunia ini menyatakan otoritas palsunya. Yaitu, hanya dengan ikut cara dunia, kita bisa mendapatkan hidup yang nyaman dan aman. Orang percaya juga bisa goyah dengan godaan di sekelilingnya. Penting sekali kita menaruh iman hanya pada Tuhan yang berkuasa dan penuh kasih setia.
Diskusi renungan ini di Facebook:
56 Senin, 10 Februari 2014 Bacaan : Imamat 1:1-17
(10-2-2014)
Imamat 1:1-17
Kurban bakaran
Judul: Kurban bakaranSelama beberapa hari mendatang ini kita akan merenungkan bagian pertama dari kitab Imamat (1-7). Bagian ini membahas jenis-jenis utama persembahan kurban umat Israel kepada Tuhan.
Imamat 1 mulai dengan kurban bakaran.
Perikop ini tidak menjelaskan apa fungsi kurban bakaran. Ketentuan yang diberikan ini bersifat generik. Di bagian Alkitab lainnya, kita menemukan bahwa persembahan bakaran
dipersembahkan antara lain sebagai persembahan rutin dan untuk pemenuhan nazar. Dengan beragamnya fungsi kurban bakaran, perikop ini ditulis untuk memastikan bahwa umat Israel mengerti bagaimana kurban bakaran itu seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan agar berkenan kepada-Nya.
Dibandingkan dengan semua persembahan kurban lainnya, kurban bakaran adalah persembahan yang paling mahal. Tidak ada bagian yang bisa digunakan karena seluruh kurban tersebut harus dibakar habis sebagai "kurban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan". Walaupun perikop tidak menyebutkan secara spesifik fungsi kurban bakaran ini, satu hal yang pasti adalah setiap kurban yang dipersembahkan harus berkenan kepada Tuhan, maka tata cara ini diberikan. Sebagai binatang kurban, Tuhan menyediakan tiga alternatif: lembu jantan yang tidak bercela (3), kambing atau domba jantan yang tidak bercela (10), dan burung tekukur atau anak burung merpati (14). Ketiganya memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Lembu jantan paling mahal dan sebagai hewan ternak memiliki kegunaan yang banyak dalam bercocok tanam. Burung tekukur atau anak burung merpati, di sisi lain, sangat murah dan praktis bisa dijangkau oleh siapa pun dalam masyarakat. Namun, selama dipersembahkan dengan benar, semuanya adalah "korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan". Dengan demikian, setiap orang di antara umat Israel mempunyai akses yang sama kepada Tuhan. Yang Tuhan tuntut bukanlah harga atau bendanya, melainkan kesungguhan hati dalam memberikan yang terbaik kepada Tuhan, sesuai kemampuan dan gaya hidup kita.
Diskusi renungan ini di Facebook:
57 Selasa, 11 Februari 2014 Bacaan : Imamat 2:1-16
(11-2-2014)
Imamat 2:1-16
Kurban sajian
Judul: Kurban sajianKurban sajian berupa tepung biasanya dipersembahkan bersama dengan kurban lainnya. Setelah membaca berbagai pilihan persembahan dalam Imamat 1, kurban berupa tepung mungkin terasa sepele dan sekunder. Namun, kita perlu mengingat bahwa saat di Mesir umat Israel hidup dari beternak dan selama satu generasi di padang gurun mereka juga tidak mungkin bercocok tanam. Artinya, tepung, gandum, serta berbagai hasil bumi yang terlibat dalam persembahan ini
merupakan barang berharga bagi mereka yang tidak bisa begitu saja mereka peroleh dengan mudah. Mempersembahkan tepung yang terbaik serta berbagai macam olahan hasil bumi lainnya merupakan sebuah langkah iman tersendiri bagi umat Israel, menyerahkan kepada Tuhan salah satu harta mereka yang paling berharga, yang sulit didapat, dan yang sebenarnya mereka sendiri bisa nikmati.
Persembahan yang manis maupun asam dilarang. Seorang penafsir menulis bahwa ragi dilarang karena dengan iklim Timur Tengah yang panas, roti beragi akan cepat rusak; dengan demikian ragi dipandang sebagai lambang kerusakan moral dan kemunafikan. Penafsir lain menjelaskan bahwa konsumsi madu bersama dengan olahan tepung dapat menimbulkan asam sehingga bisa menimbulkan masalah pencernaan. Mengingat barang-barang yang dipersembahkan sebagai korban sajian ini akan menjadi bagian dari konsumsi rutin para imam (10), dapat dipahami bahwa ada kewaspadaan praktis maupun seremonial di balik pelarangan pemakaian ragi dan madu untuk persembahan korban sajian.
Sebaliknya, garam adalah elemen yang mengawetkan. Maka, garam boleh dipakai sebagai bagian dari persembahan, bahkan ayat 13 mengingatkan agar garam � yang disebut sebagai "garam perjanjian Allahmu" � jangan sampai dilalaikan. Melalui esensi maupun simbolisme persembahan, inilah cara Tuhan untuk mendidik umat-Nya. Baiklah kita mengingat didikan ini, agar uang dan barang yang kita berikan untuk pekerjaan Tuhan benar-benar yang terbaik dan tanpa cacat dalam segala esensi dan simbolismenya.
Diskusi renungan ini di Facebook:
58 Rabu, 12 Februari 2014 Bacaan : Imamat 3:1-17
(12-2-2014)
Imamat 3:1-17
Kurban keselamatan
Judul: Kurban keselamatanKurban keselamatan dipersembahkan sebagai bentuk pengucapan syukur, pemenuhan nazar, atau secara sukarela. Penjelasan ini, memberi instruksi yang sama untuk hewan persembahan yang berbeda (1, 6, 12). Ayat 17 menegaskan agar umat Israel tidak memakan lemak dan darah. Memang tidak mungkin semua lemak diharamkan karena tak terhindarkan akan ada lemak yang bercampur dengan daging. Lemak yang tidak boleh dimakan oleh umat Israel adalah lemak pada bagian-bagian yang telah dijabarkan pada ayat 3-4, 9-10, 14-15. Lemak dipahami sebagai bagian yang terbaik. Dalam Bilangan 18:12, misalnya, ungkapan "yang terbaik" dari antara minyak, anggur, dan gandum dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari kata yang juga berarti "lemak" dalam bahasa Ibrani. Secara ritual, lemak sebagai bagian istimewa, bagian yang terbaik dari sebuah hewan, dikhususkan untuk bagiannya Tuhan.
Darah dipahami sebagai tempat bersemayamnya kehidupan (lih. Im. 17:10-16; Ul. 12:23). Darah dikhususkan bagi keperluan penebusan dan karenanya sama sekali tidak boleh dikonsumsi oleh orang Israel. Ada dimensi misteri dan sakral dalam larangan mengkonsumsi darah. Kita juga melihat bahwa larangan mengkonsumsi darah ini mengantisipasi pengurbanan Tuhan melalui penumpahan darah-Nya di kayu salib.
Kurban keselamatan yang dinikmati bersama oleh Tuhan, imam, dan orang yang
mempersembahkan kurban ini (lih. Im. 7:11-21, orang tersebut boleh ikut memakan daging persembahannya) menggambarkan sebuah persekutuan bersama yang mesra. Dengan
penumpahan darah terjadi penebusan dan melalui penebusan terjadi rekonsiliasi antara umat dengan Tuhan. Di dalam simbolisme yang Tuhan tetapkan sejak awal kehidupan Israel sebagai bangsa, kita telah melihat bahwa Tuhan menyiapkan segala sesuatunya yang kelak akan dipenuhi dalam diri Tuhan Yesus. Yaitu, sebuah penebusan yang final dengan korban yang Tuhan sendiri sediakan bagi kita sehingga kita hanya perlu menerimanya dengan iman.
Diskusi renungan ini di Facebook:
59
Kamis, 13 Februari 2014
Bacaan : Imamat 4:1-21