• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesamaan Komunitas Tingkat Permudaan Hutan 1 Sema

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.3 Pengelompokan Plot Penelitian Berdasarkan INP

5.1.3.2 Kesamaan Komunitas Tingkat Permudaan Hutan 1 Sema

Hasil analisis gerombol menurut ukuran kesamaan komunitas tingkat semai dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Kesamaan komunitas tingkat semai dengan menggunakan jarak Euclidean pada areal TPTJ umur 4-9 tahun.

Jarak TJ9 TJ8 TJ7 TJ6 TJ5 TJ4 TJ9 0 51,51 88,18 72,49 87,61 89,31 TJ8 0 104,79 61,19 71,75 81,07 TJ7 0 56,56 62,3 50,29 TJ6 0 15,2 20,01 TJ5 0 13,77 TJ4 0 Keterangan : TJ9 = Tanaman 9 tahun TJ8 = Tanaman 8 tahun TJ7 = Tanaman 7 tahun TJ6 = Tanaman 6 tahun TJ5 = Tanaman 5 tahun TJ4 = Tanaman 4 tahun

37 Tabel 15 Menunjukkan bahwa jarak terbesar adalah antara TJ8 dengan TJ7 yaitu sebesar 104,79 sedangkan jarak terkecil terdapat antara TJ5 dengan TJ4 sebesar 13,77. Jumlah pembagian gerombol yang ada dalam kesamaan komunitas tingkat semai ini adalah sebanyak 4 buah gerombol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Dendogram tingkat kesamaan komunitas semai

Pada dendogram terlihat bahwa gerombol pertama terdiri dari plot TJ9 dimana plot ini memiliki INP jenis Non-Dipterocarpaceae Komersial tertinggi namun untuk nilai INP Dipterocarpaceae Komersial merupakan yang terendah dibandingkan plot lainnya. Selanjutnya, gerombol kedua terdiri dari plot TJ8 dimana plot ini memiliki INP jenis Dipterocarpaceae Komersial, INP Non- Dipterocarpaceae Komersial dan INP Non-Komersial yang hampir merata didalam plot tersebut. Untuk gerombol ketiga terdiri dari plot TJ7 dimana plot ini memiliki INP jenis Non-Komersial paling tinggi bila dibandingkan dengan plot penelitian lainnya. Dan terakhir, gerombol keempat terdiri dari plot TJ4, TJ5, dan TJ6 dimana pada gerombol ini terdapat nilai terendah untuk jenis Non- Dipterocarpaceae. Observations Di st a n ce 6 5 4 3 2 1 61,19 40,79 20,40 0,00

38 Tabel 16. Nilai rataan masing-masing gerombol untuk tiap peubah semai.

Peubah Rataan Total Rataan Gerombol I II III IV INP DK 44,31 6,49 44,8 26,9 62,56 INP NDK 37,96 80,38 76,25 12,75 19,47 INP NK 117,3 113,13 78,94 160,35 117,98 Keterangan :

INP DK = Indeks Nilai Penting Dipterocarpaceae Komersial INP NDK = Indeks Nilai Penting Non-Dipterocarpaceae Komersial INP NK = Indeks Nilai Penting Non-Komersial

2. Pancang

Hasil analisis gerombol untuk ukuran kesamaan komunitas tingkat pancang dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Kesamaan komunitas tingkat pancang dengan menggunakan jarak Euclidean pada areal TPTJ umur 4-9 tahun.

Jarak TJ9 TJ8 TJ7 TJ6 TJ5 TJ4 TJ9 0 39,76 6,03 11,58 51,09 63,45 TJ8 0 45,71 29,63 69,46 66,62 TJ7 0 17,47 51,49 64,14 TJ6 0 49,23 66,69 TJ5 0 114,45 TJ4 0 Keterangan : TJ9 = Tanaman 9 tahun TJ8 = Tanaman 8 tahun TJ7 = Tanaman 7 tahun TJ6 = Tanaman 6 tahun TJ5 = Tanaman 5 tahun TJ4 = Tanaman 4 tahun

Tabel 17 menunjukkan bahwa jarak terbesar pada seluruh areal penelitian untuk tingkat pancang terdapat pada TJ5 ke TJ4 yaitu 114,45, sedangkan untuk jarak terkecil terdapat pada TJ9 ke TJ7 yaitu sebesar 6,03. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

39 Observations Di st a n ce 6 5 2 4 3 1 63,45 42,30 21,15 0,00

Dendrogram with Single Linkage and Euclidean Distance_pancang

Gambar 7. Dendogram tingkat kesamaan komunitas pancang

Pada dendogram dapat dilihat bahwa terdapat 3 cluster berdasarkan jarak Euclidean terbesar. Untuk gerombol pertama terdiri dari plot TJ6, TJ7, TJ8, dan TJ9 dimana nilai INP Dipterocarpaceae Komersial dan Non-Komersial lebih tinggi dibandingkan dengan rataan totalnya yaitu 27,91 dan 104,19. Sedangkan gerombol kedua terdiri dari TJ5 dengan nilai INP Non-Dipterocarpaceae melebihi nilai rataan total yaitu sebesar 115,42. Untuk gerombol ketiga terdiri dari TJ6 dengan nilai tertinggi gerombol ini adalah INP Dipterocarpaceae Komersial dan Non-Komersial yang juga melebihi rataan totalnya yaitu sebesar 25,51 dan 75,33.

Tabel 18. Nilai rataan masing-masing gerombol untuk tiap peubah pancang. Peubah Rataan Total Rataan Gerombol I II III INP DK 24,20 27,91 8,04 25,51 INP NDK 71,62 59,74 115,42 75,33 INP NK 104,19 112,36 76,54 99,15 Keterangan :

INP DK = Indeks Nilai Penting Dipterocarpaceae Komersial INP NDK = Indeks Nilai Penting Non-Dipterocarpaceae Komersial INP NK = Indeks Nilai Penting Non-Komersial

3. Tiang

Hasil analisis gerombol untuk ukuran kesamaan komunitas tingkat pancang dapat dilihat pada Tabel 19.

40 Tabel 19. Kesamaan komunitas tingkat tiang dengan menggunakan jarak

Euclidean pada areal TPTJ umur 4-9 tahun.

Jarak TJ9 TJ8 TJ7 TJ6 TJ5 TJ4 TJ9 0 118,78 143,66 104,33 44,75 109,66 TJ8 0 169,6 17,12 102,16 13,01 TJ7 0 154,45 103,6 172,28 TJ6 0 85,26 18,3 TJ5 0 97,37 TJ4 0 Keterangan : TJ9 = Tanaman 9 tahun TJ8 = Tanaman 8 tahun TJ7 = Tanaman 7 tahun TJ6 = Tanaman 6 tahun TJ5 = Tanaman 5 tahun TJ4 = Tanaman 4 tahun

Jarak terbesar yang terjadi pada jenis tiang ini adalah plot TJ7 ke TJ4 yaitu sebesar 172,28 sedangkan untuk jarak terkecilnya terjadi pada plot TJ8 ke TJ4 sebesar 13,01. Untuk melihat pengelompokan yang terjadi akibat jarak Euclidean ini, disajikan pada gambar 8.

Gambar 8. Dendogram tingkat kesamaan komunitas tiang

Pada dendogram dapat dilihat bahwa terdapat 3 pengelompokan (clustering) yaitu plot TJ9 dan TJ5 untuk cluster pertama, plot TJ8, TJ6 dan TJ4 untuk cluster kedua, dan plot TJ7 untuk cluster ketiga. Pada cluster pertama nilai INP untuk Dipterocarpaceae komersial lebih tinggi dibandingkan dengan cluster

lainnya. Dan nilai INP Dipterocarpaceae terbesar terdapat didalamnya yaitu 94,13. Sedangkan untuk cluster kedua merupakan cluster yang mewakili nilai INP Non-Komersial yang lebih besar dibandingkan dengan cluster lainnya untuk jenis

Observations Di st a n ce 3 4 6 2 5 1 103,60 69,07 34,53 0,00

41 tiang. Selain itu, nilai INP terbesar untuk jenis Non-Komersial terdapat pada

cluster kedua yaitu 197,8. Pada cluster ketiga adalah cluster dimana nilai INP Non-Dipterocarpaceae komersial merupakan yang terbesar dibandingkan dengan

cluster lainnya yaitu 208,63 dan nilai INP untuk Dipterocarpaceae komersial dan Non-Komersial merupakan yang terendah dibandingkan dengan cluster lainnya.

Tabel 20. Nilai rataan masing-masing gerombol untuk tiap peubah tiang. Peubah Rataan Total Rataan Gerombol I II III INP DK 39,63 76,44 28,39 0 INP NDK 112,75 113,75 80,12 208,63 INP NK 147,58 109,82 191,49 91,37 Keterangan :

INP DK = Indeks Nilai Penting Dipterocarpaceae Komersial INP NDK = Indeks Nilai Penting Non-Dipterocarpaceae Komersial INP NK = Indeks Nilai Penting Non-Komersial

5.2 PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi jenis komersial pada seluruh plot studi secara umum lebih kecil dibandingkan dengan jenis non- komersial kecuali pada plot TJ7 dan TJ9. Namun, penurunan kelompok komersial khususnya jenis Dipterocarpaceae pada plot TPTJ belum begitu nyata karena fokus penebangan masih diberlakukan terhadap kelompok Non-Dipterocarpaceae komersial. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamoengkas (2006) terhadap evaluasi sistem TPTJ dengan limit diameter tebang 40 cm di Kalimantan Tengah yang menyatakan bahwa proporsi jenis komersial lebih rendah dibandingkan dengan jenis non komersial dimana kontribusi jenis komersial dari kelompok Dipterocarpaceae tingkat pohon setelah penebangan untuk umur 4 tahun dan 5 tahun adalah sebesar 16,3% dan 16,7%. Kondisi ini juga dimiliki oleh Riyanto (1995) yang melakukan penelitian evaluasi terhadap sistem TPTI di Jambi dimana dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa kontribusi jenis komersial dari kelompok Dipterocarpaceae pada 5 tahun setelah penebangan sebesar 16,6%.

Pada plot TJ7 dan TJ9, kontribusi jenis komersial kelompok Dipterocarpaceae mempunyai nilai sebesar 58,33% dan 58,11% yang menunjukkan bahwa fokus penebangan dengan limit diameter 40 cm pada plot

42 tersebut telah difokuskan kepada kelompok Dipterocarpaceae komersial. Sedangkan pada plot studi lainnya, penebangan dengan limit diameter 40 cm masih diberlakukan terhadap kelompok Non-Dipterocarpaceae jenis komersial. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi jenis komersial kelompok Non- Dipterocarpaceae yang lebih besar dibandingkan dengan jenis komersial kelompok Dipterocarpaceae.

Penyebaran tingkat pohon pada areal TPTJ berfluktuasi menurut kelas diameter, tidak menunjukkan adanya peningkatan atau penurunan yang konsisten. Plot TJ9 memiliki kontribusi jenis yang sangat rendah untuk jumlah pohon dengan kelas diameter > 60 cm, hal ini disebabkan oleh dampak penebangan yang sangat besar terhadap kelas diameter tersebut atau memang keberadaan jumlah pohon pada kelas tersebut sangat sedikit.

Apabila mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.18/Menhut-II/2004 Tentang Kriteria Hutan Produksi, dapat dikatakan bahwa jumlah pohon inti pada seluruh plot studi sudah melebihi batas minimal yang ditetapkan. Untuk jumlah pohon inti terbesar ditemukan pada plot TJ9 sebesar 43 individu/ha, sedangkan jumlah pohon inti terkecil ditemukan pada plot TJ4 sebesar 27 individu/ha. Jika diperhatikan, maka jumlah pohon inti yang ditemukan sangat kritis karena harus diperhatikan faktor kematian pohon (potential mortality) selama jangka waktu rotasi tebangan berikutnya. Namun, areal TPTJ mempunyai peluang untuk menambah jumlah pohon inti menjadi lebih banyak melalui perkembangan dari permudaan tingkat tiang.

Dalam semua plot studi penelitian, jumlah jenis tanaman yang paling banyak ditemukan terdapat pada plot TJ5 sebanyak 84 jenis dan terendah ditemukan pada plot TJ4 sebanyak 55 jenis. Sedangkan, jenis famili yang paling banyak ditemukan terdapat pada plot TJ5 sebanyak 18 famili dan terendah terdapat pada plot TJ7 sebanyak 14 famili. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun jenis yang ditemukan cukup banyak namun masih dalam satu famili sehingga menyebabkan jumlah familinya rendah. Medang (Litsea firma) dan Meranti merah (Shorea leprosula) adalah dua jenis tanaman komersial yang tersebar merata di seluruh plot penelitian sehingga kedua jenis tanaman ini harus menjadi prioritas dalam penanaman untuk tebangan selanjutnya selain tanaman yang sudah

43 dikembangkan selama ini terutama untuk jenis Meranti Merah (Shorea leprosula) karena memiliki nilai jual yang tinggi dan mudah beradaptasi dengan lingkungan di plot penelitian.

Keanekaragaman jenis tingkat pohon yang terdapat pada plot penelitian termasuk cukup tinggi yaitu berada pada kisaran 2-3. Untuk tingkat permudaan baik dari pancang dan tiang, keanekaragaman yang ada termasuk kedalam tingkatan sedang yaitu berada pada kisaran 2. Namun untuk tingkat semai keanekaragamannya berada pada kisaran 1,8. Hal ini disebabkan karena ada beberapa jenis yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada.

Jumlah luas pohon pada kelas diameter dibawah 60 cm (< 60 cm) lebih besar dibandingkan dengan kelas diameter diatas 60 cm (> 60 cm). Menurut Pamoengkas (2006) terdapat tiga alasan untuk menjelaskan data tersebut, yaitu pertama tingkat kerusakan vegetasi akibat penebangan pada kelas diameter kurang dari 60 cm relatif kecil. Hal ini disebabkan oleh intensitas penebangan (logging intensity) yang relatif rendah dan terkait juga dengan periode recovery atau tahun setelah penebangan di tiap-tiap tegakan berbeda. Alasan kedua adalah diterapkannya prinsip penebangan reduced impact logging (RIL) di lapangan. Alasan ketiga adalah jumlah pohon besar (> 60 cm) memang relatif sedikit.

Pada hampir seluruh plot penelitian jumlah permudaan dari jenis komersial lebih rendah dibandingkan dengan jenis non-komersial kecuali pada TJ8 karena kondisi lokasi pada plot ini cukup sesuai untuk permudaan dari jenis komersial baik dari kelompok Dipterocarpaceae maupun Non-Dipterocarpaceae. Apabila dilihat dari TJ4 hingga TJ7 jumlah permudaan semai kelompok Dipterocarpaceae lebih tinggi dibandingkan Non-Dipterocarpaceae menunjukkan bahwa kondisi lokasi pada plot tersebut sesuai dengan tempat tumbuh tanaman kelompok Dipterocarpaceae. Namun, secara umum jumlah permudaan tingkat semai pada seluruh plot penelitian tergolong diatas rata-rata jika mengacu pada peraturan TPTI yang menyebutkan angka 1000 semai per ha sebagai syarat kecukupan permudaan semai.

Sistem TPTJ memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap regenerasi tingkat semai untuk kelompok Dipterocarpaceae pada TJ4 hingga TJ7 karena

44 jumlahnya lebih tinggi dibandingkan jumlah jenis dari kelompok Non- Dipterocarpaceae. Sedangkan pada TJ8 dan TJ9, jumlah tingkat permudaan semai dari kelompok Dipterocarpaceae lebih rendah daripada jumlah permudaan semai dari kelompok Non-Dipterocarpaceae. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tanaman Dipterocarpaceae yang mati akibat adanya penyiangan atau perlakuan silvikultur lainnya karena jumlah permudaan semainya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok Non-Dipterocarpaceae dan Non-Komersial. Namun, jumlah permudaan tingkat semai secara kesuluruhan cukup baik dikarenakan pada seluruh plot penelitian menunjukkan jumlah jenis yang lebih tinggi daripada syarat minimal yang ditetapkan didalam peraturan TPTI yaitu sebesar 1000 semai per ha. Begitupun dengan permudaan untuk tingkat pancang dan tiang, sistem TPTJ tidak memberikan pengaruh yang begitu nyata karena jumlah kelompok Dipterocarpaceae lebih rendah dibandingkan dengan kelompok Non- Dipterocarpaceae dan Non-Komersial. Hal ini disebabkan oleh jumlah permudaan semai yang memang sedikit sehingga ketika menuju tingkat perkembangan selanjutnya tidak memberikan pengaruh pada tingkat pancang dan tiang. Akan tetapi, secara umum jumlah permudaan tingkat pancang dan tiang lebih tinggi dibandingkan persyaratan TPTI untuk tingkat pancang sebanyak 240 per ha dan tiang sebanyak 75 per ha.

Dari hasil pengamatan regenerasi, didapatkan bahwa jumlah maksimum untuk tingkat semai dan pancang dicapai pada plot penelitian umur 4 tahun sebesar 39.750 individu/ha untuk tingkat semai dan 6.440 individu/ha untuk tingkat pancang. Hal ini sesuai dengan penelitian Pamoengkas (2006) yang juga menyatakan bahwa jumlah maksimum untuk regenerasi pada tingkat semai dan pancang dicapai pada umur 4 tahun. Maka sebaiknya perlakuan silvikultur pada jalur antara sebaiknya dilakukan pada periode tersebut untuk menghindari atau memperkecil kematian permudaan akibat kompetisi yang begitu berat antar jenis.

Untuk pengelompokan plot berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) maka didapatkan 4 kelompok untuk tingkat semai yaitu gerombol I yang terdiri dari plot TJ9; gerombol II terdiri dari plot TJ8; gerombol III terdiri dari plot TJ7 dan gerombol IV yang terdiri dari TJ4, TJ5, dan TJ6. Berdasarkan pengelompokan ini maka plot TJ4, TJ5, dan TJ6 memiliki kemiripan yang paling dekat dibandingkan

45 dengan plot lain. Kemiripan yang terjadi didasarkan nilai rataan peubah INP Dipterocarpaceae Komersial dan INP Non-Komersial pada gerombol IV yang terdiri dari plot-plot tersebut sebesar 62,56 dan 117,93 dimana nilai ini melebihi rataan keseluruhan yang menyatakan bahwa ketiga plot tersebut memiliki kemiripan dalam jenis tanaman Dipterocarpaceae Komersial dan Non-Komersial. Untuk tingkat pancang terdapat 3 kelompok yaitu gerombol I terdiri dari TJ6, TJ7, TJ8, dan TJ9 ; gerombol II terdiri dari TJ5 dan gerombol III terdiri dari TJ4. Dari pengelompokan tingkat pancang ini maka dapat diketahui bahwa plot TJ6, TJ7, TJ8, dan TJ9 memiliki kemiripan yang paling dekat dalam jenis tanaman Dipterocarpaceae Komersial dan Non-Dipterocarpaceae Komersial. hal ini disebabkan nilai peubah rataan INP Dipterocarpaceae Komersial dan Non- Dipterocarpaceae Komersial gerombol I dimana terdapat plot-plot itu memiliki nilai yang melebihi dari rataan keseluruhan sebesar 101,53 dan 72,29. Selanjutnya, pada tingkat tiang maka didapatkan 3 kelompok yaitu gerombol I yang terdiri dari TJ5 dan TJ9; gerombol II yang terdiri dari TJ4, TJ6 dan TJ8; gerombol III terdiri dari TJ7. Berdasarkan hal ini maka plot TJ4, TJ6, dan TJ8 memiliki kemiripan yang dekat karena berada dalam satu gerombol dimana nilai peubah rataan INP Non-Komersial yang sebesar 191,49 melebihi rataan keseluruhan. Maka, plot-plot tersebut memiliki kemiripan dalam jenis tanaman Non-Komersial. Lalu, pada tingkat pohon terdapat 2 kelompok yaitu gerombol I yang terdiri dari TJ9 dan gerombol II yang terdiri dari TJ4, TJ5, TJ6, TJ7, dan TJ8. Maka, kemiripan paling dekat terdapat pada plot-plot yang tergabung dalam gerombol II dimana plot-plot ini memiliki kemiripan dalam komposisi jenis tanaman Dipterocarpaceae Komersial dan Non-Komersial. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rataan peubah untuk INP Dipterocarpaceae Komersial dan Non- Komersial sebesar 55,126 dan 175,98 melebihi rataan keseluruhan dari masing- masing jenis tersebut.

Pertumbuhan tanaman Dipterocarpaceae Komersial berkembang dengan baik dalam sistem TPTJ yang diterapkan karena terdapatnya kemiripan jenis tanaman Dipterocarpaceae Komersial untuk minimal 3 plot penelitian pada tiap tingkatan kecuali pada tingkat tiang. Hal ini disebabkan selain teknik silvikultur yang digunakan memberikan kesempatan bagi tanaman untuk memperoleh cahaya

46 yang cukup juga jenis tanaman Dipterocarpaceae dapat tumbuh dengan baik karena ketinggian pada tempat penelitian yang dilakukan adalah ± 300 m dpl dan curah hujan yang terdapat pada tempat penelitian berkisar 282,33 mm/bln sehingga mendukung tanaman jenis Dipterocarpaceae untuk berkembang. Ketinggian tempat dan tingginya curah hujan ini sesuai dengan pernyataan Rasyid, dkk (1991) yang menyatakan bahwa sebagian besar jenis-jenis famili Dipterocarpaceae terdapat pada daerah beriklim basah dan kelembaban tinggii dibawah ketinggian tempat 800 m dpl, yaitu pada curah hujan di atas 2000 mm per tahun dengan musim kemarau yang pendek.

BAB VI

Dokumen terkait