• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII)

DAFTAR LAMPIRAN

TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII)

Dalam mendorong tercapainya kondisi hutan yang mampu berfungsi secara optimal, produktif, serta dikelola dengan efektif dan efisien. Departemen Kehutanan akan mengembangkan sistem silvikultur intensif dalam pemanfaatan sumberdaya hutan. Sistem silvikultur adalah cara-cara penyelenggaraan dan pemeliharaan hutan, serta penerapan praktek-praktek pengaturan komposisi dan pertumbuhan hutan (Departemen Kehutanan, 2002). Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) ini merupakan penyempurnaan dari sistem-sistem sebelumnya, yaitu Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ). Keunggulan dari sistem TPTII :

1. Kontrol pengelolaan baik oleh perusahaan sendiri, maupun pihak luar lebih efisien, murah, dan mudah.

2. Pada awal pembangunannya telah menggunakan bibit dengan jenis terpilih dan pada rotasi berikutnya telah menggunakan bibit dari hasil pemuliaan, sehingga produktivitas bisa meningkat minimal 5 kali, kualitas produk lebih baik.

3. Target produksi bisa fleksibel tergantung pada investasi tanaman (kayu. produk metabolisme sekunder).

4. Keanekaragaman hayati, kondisi lingkungan lebih baik. 5. Kemampuan perusahaan semakin meningkat.

Dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif ini hampir sama dengan pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) hanya saja perbedaannya terletak pada limit diameter pohon yang ditebang dan juga jalur tanam untuk permudaannya. Dalam Sistem Silvikultur TPTII yaitu pohon-pohon yang ditebang adalah pohon-pohon komersil yang berdiameter 45 cm keatas, sedangkan Sistem Silvikultur TPTJ pohon yang ditebang adalah pohon komersil yang berdiameter 40 cm keatas. Pada sistem TPTJ jalur tanam selebar 10 m yang merupakan jalur bebas naungan harus bersih dari pohon-pohon yang menaungi dan pada jarak 1,5 m masing-masing dari kiri kanan sumbu jalur tanam harus bersih dari semak belukar (jalur bersih selebar 3 m), dan pada jalur tanam tidak boleh dilewati alat berat, kecuali pada pinggir jalur sebelum

15 ada tanaman. Jalur bersih sama sekali tidak boleh dilewati angkutan kayu. Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) jalur tanam hanya berupa jalur bebas naungan selebar 3 m dimana di tengah jalur tanam tersebut terdapat sumbu tanam untuk anakan semai permudaan.

Apabila sistem TPTII mengacu kepada sistem TPTJ, maka tata urutan pelaksanaan kegiatan sistem silvikultur TPTII adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Tahapan Kegiatan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur

No TahapanKegiatan TPTI WaktuPelaksanaan

(dalamtahun) 1 Rencana Penataan Areal Kerja dan

Risalah t – 2

2 Pembukaan Wilayah Hutan

(pembuatan jalan/sarana)

t – 1

3 PengadaanBibit t – 1

4 Penebangan pohon berdiameter 40

cm ke atas t + 0

5 PenyiapanJalurBersih t + 0

6 Penanaman t + 0

7 PemeliharaanTanaman t + 1 s/d panen

8 PerlindunganTanaman Terus menerus setiap tahun s/d panen (Sumber Departemen Kehutanan, 1999).

Keterangan: t adalah simbol tahun penebangan.

Menurut Sutisna (2005) sistem silvikutur TPTII memiliki beberapa ciri yang mendasar, diantaranya yaitu :

1. Diterapkan sistem Reduce Impact Logging (RIL)

2. Ruang tumbuh tegakan dibuka mendekati tingkat optimal dengan fleksibilitas dalam menetapkan batas limit diameter pohon yang ditebang sedemikian rupa sehingga kepentingan pertumbuhan, produksi dan lingkungan dapat cukup terakomodasi secara seimbang.

3. Dilakukan penanaman sistem jalur secara intensif dengan masukan teknologi yang memadai, dengan jarak antar jalur tanam 20 m.

4. Dilakukan kegiatan bina pilih pada pohon-pohon inti tertentu pada tegakan alam yang terletak diantara jalur-jalur tanaman.

16 2.10 Analisis Gerombol

Analisis gerombol adalah analisis statistik peubah ganda yang digunakan apabila ada N buah individu atau objek yang mempunyai p peubah dan N objek tersebut ingin dikelompokkan ke dalam k kelompok berdasarkan sifat-sifat yang diamati sehingga individu atau objek yang terletak dalam satu gerombol memiliki kemiripan sifat yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang terletak dalam gerombol lain (Dillon & Goldstein, 1984).

Pengukuran jarak yang paling dikenal yaitu jarak Euclidean yang digunakan jika tidak ada korelasi antar peubah yang diminati. Jika terjadi korelasi antar peubah maka perlu dilakukan Analisis Komponen Utama / Principle Component terlebih dahulu atau dapat juga menggunakan konsep jarak lain seperti jarak Mahalanobis, dan sebagainya.

Teknik penggerombolan terdiri dari hirarki dan tidak berhirarki. Teknik hirarki digunakan untuk mencari struktur penggabungan dari objek-objek, sedangkan teknik tidak berhirarki digunakan apabila jumlah gerombol yang diinginkan diketahui.

Teknik hirarki terdiri atas dua yaitu secara agglomerative (penggabungan), dimana masing-masing objek dianggap satu kelompok kemudian antar kelompok yang jaraknya berdekatan bergabung menjadi satu kelompok, dan secara divise

(pemecahan) yaitu pada awalnya semua objek berada dalam satu gerombol setelah itu sifat paling beda dipisahkan dan membentuk satu gerombol yang lain. Proses berlanjut sampai semua objek tersebut masing-masing membentuk satu gerombol.

Dalam proses penggabungan gerombol dengan metode hirarki selalu diikuti dengan perbaikan matriks jarak / matriks kesamaan. Metode perbaikan jarak antara lain :

1. Single Lingkage

Metode ini mengelompokkan dua objek yang mempunyai jarak terdekat terlebih dahulu.

2. Complete Lingkage

Metode ini justru akan mengelompokkan dua objek yang mempunyai jarak terjauh terlebih dahulu.

17 3. Average Lingkage

Metode ini akan mengelompokkan objek berdasar jarak rata-rata yang didapat dengan melakukan rata-rata semua jarak objek terlebih dahulu.

4. Ward’s Method

Pada metode ini, jarak antar dua cluster yang terbentuk adalah sum of squares

di antara dua cluster tersebut. 5. Centroid Method

Pada metode ini, jarak antar dua cluster adalah jarak di antara centroid cluster- cluster tersebut. Centroid adalah rata-rata jarak yang ada pada sebuah cluster, yang didapat dengan melakukan rata-rata pada semua anggota suatu cluster

tertentu. Dengan metode ini, setiap terjadi cluster baru, segera terjadi perhitungan ulang centroid, sampai terbentuk cluster tetap.

Hasil dari analisis disajikan dalam bentuk dendogram. Pemotongan dendogram dapat dilakukan pada selisih jarak penggabungan yang terbesar.Asumsi dari analisis gerombol adalah :

1. Data bebas dari oulier/pencilan.

BAB III

Dokumen terkait