• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.3 Tatalaksana Usahaternak

5.3.5 Kesehatan Hewan dan Reproduksi 1) Kesehatan Hewan

Sapi perah yang terserang penyakit bisa menimbulkan kerugian besar terlebih bila penyakit menular. Walaupun penyakit menular tidak selalu mematikan secara langsung, namun dapat mengganggu kesehatan sapi perah secara berkepanjangan. Oleh karena itu perlu diupayakan penanggulangan secara

dini dan komprehensif. Kesehatan sapi selalu dipantau langsung oleh tenaga medis dari Koperasi Giri Tani dan Medis dari Kelompok Ternak sehingga ketika sapi terkena penyakit dapat langsung dilakukan penanganan lebih lanjut. Penanganan yang dilakukan antara lain memberi suntikan obat dengan dosis tertentu sesuai dengan jenis penyakitnya. Penyakit yang pernah menyerang ternak sapi yang ada di Desa Cibeureum antara lain:

a) Mastitis.

Mastitis adalah penyakit pada ambing akibat dari peradangan kelenjar susu yang dapat menyerang satu atau lebih perempatan ambing bahkan seluruh ambing, yang disebabkan oleh kuman, luka termis dan mekanis. Penyebabnya adalah Streptococcus cocci dan Staphylococcus cocci. Bakteri ini masuk melalui puting dan kemudian berkembangbiak di dalam kelenjar susu. Hal ini terjadi karena puting yang habis diperah terbuka kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah yang terkontaminasi bakteri. Penanganan yang dilakukan untuk penyakit ini adalah dengan diberi suntikan antibiotik seperti

penicilin dan sulfamethazine melalui mulut, diberikan penicilin mastitis, ointment/chlortetracycline ointment atau oxytetracycline mastitis.

b) Pneumonia ( paru-paru basah)

Gejala yang ditimbulkan bila sapi terserang Pneumonia adalah keluar cairan berbau dari lubang hidung, batuk, tidak nafsu makan, dan perut kembung. Penanganan yang dilakukan untuk penyakit ini adalah dengan memberikan suntikan antibiotik dengan dosis 20 cc per ekor setiap dua hari sekali. c) Brucellosis (gugur menular)

Penyebabnya adalah bakteri Brucella abortus. Bakteri tersebut merusak alat reproduksi, terutama dinding rahim (uterus), foetus, selaput lendir, ambing atau testes bagi sapi jantan. Penularan penyakit ini pada umumnya melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi. Penularan juga dapat melalui kulit yang lecet atau luka dan selaput lendir pernapasan. Selain itu, bisa juga melalui pejantan yang menderita saat melakukan perkawinan. Pencegahan yang dilakukan untuk penyakit ini adalah vaksinasi dengan vaksin “Strain 19”, terutama sapi-sapi muda berumur 4-6 bulan. Sapi yang umurnya kurang dari empat bulan belum boleh divaksin.

d) Pilek

Gejala yang ditimbulkan bila sapi terserang pilek dapat dilihat dari nafsu makan yang berkurang, badan lemah, keluar cairan dari lubang hidung. Penanganan yang dilakukan untuk penyakit ini adalah memberikan antibiotik dengan dosis 20 cc setiap kali pemberian.

e) Diare

Gejala yang ditimbulkan bila sapi terserang diare dapat dilihat dari kotorannya sedikit cair dan terkadang bercampur darah. Penanganan yang dilakukan untuk penyakit ini adalah dengan memberikan antibiotik dengan dosis 20 cc dan injectamin dengan dosis 10 cc setiap kali pemberian.

2) Reproduksi

Metode pengawinan sapi perah yang diterapkan oleh para peternak di Desa Cibeureum adalah metode pengawinan sapi secara Inseminasi Buatan (IB). Kedewasaan tubuh bagi sapi perah rata-rata dicapai pada umur 15-18 bulan dan mereka akan tumbuh terus dengan baik sampai umur 4-5 tahun. Oleh karena itu, sapi-sapi dara dapat dikawinkan yang pertama pada umur 18 bulan, sehingga mereka beranak pada umur sekitar 2,5 tahun. Sedangkan batas maksimum sapi induk dapat dikawinkan pada umur 10-12 tahun, sebab pada saat tersebut produksi susu sudah sangat menurun.

Sapi yang sedang birahi harus segera dikawinkan, karena jika telat kawin harus menunggu datangnya masa birahi berikutnya. Akibat yang ditimbulkan dari kejadian tersebut akan berimbas pada produksi susu yang dihasilkan yaitu akan menurun. Biasanya pada sapi dara lama masa birahi 15 jam sedangkan untuk sapi betina dewasa 18 jam dengan periode birahi yang bervariasi yaitu 17 - 26 hari. Adapun tanda-tanda birahi pada sapi perah, yaitu :

1) Sapi tampak gelisah, sering mengeluarkan suara khas, dan melenguh- lenguh.

2) Mengibas-ngibaskan ekor dan jika ekor itu dipegang akan diangkat ke atas.

3) Nafsu makan berkurang, dan jika sapi digembalakan sebentar-sebentar akan berhenti merumput.

5) Sering menaiki temannya atau membiarkan dinaiki kawannya. 6) Dari vagina keluar cairan putih, bening, dan pekat.

7) Vulva (kemaluan) berwarna merah, bengkak, dan terasa hangat.

Perkawinan yang tepat bagi sapi yang sedang birahi dilakukan pada masa- masa subur. Masa subur yang dialami sapi perah berlangsung selama 15 jam. Masa subur dicapai sembilan jam sesudah tanda-tanda birahi terlihat, dan enam jam sesudah birahi itu berakhir. Ovulasi terjadi 10 – 12 jam sesudah birahi berakhir. Pergeseran tiga jam ke belakang masih memberikan angka konsepsi (pembuahan) yang baik, akan tetapi lebih awal atau terlambat dari saat-saat tersebut akan menghasilkan angka konsepsi yang rendah. Apabila perkawinan terlambat, 10 – 12 sesudah berakhirnya tanda-tanda birahi, maka sel telur tidak dapat dibuahi. Hal ini berhubungan erat dengan proses terjadinya ovulasi dan masa hidup sperma dalam alat reproduksi (24-30 jam). Oleh karena itu, sel jantan harus sudah siap enam jam sebelum terjadi pembuahan. Sebaliknya, apabila sapi dikawinkan terlalu lambat, telur yang diovulasikan telah mati sebelum dibuahi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Pedoman Cara Mengawinkan Sapi Perah Berdasarkan Waktu Birahi Birahi mulai nampak pada : Perkawinan yang tepat pada :

- Pagi hari - Sore hari

- Siang hari - Siang hari berikutnya

- Sore hari - Sore hari berikutnya

Sumber : Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi - Bogor (2008)

Beberapa hari setelah sapi tersebut melahirkan, tepatnya 60 sampai 90 hari sesudah melahirkan, mereka harus sudah dikawinkan kembali. Penundaan perkawinan kembali pada sapi perah yang terlalu lama akan berakibat jarak kelahiran (calving internal) berikutnya telalu panjang. Sebaliknya, mengawinkan kembali sapi-sapi yang habis melahirkan terlalu awal, kurang dari 50 hari misalnya, kurang bijaksana karena pada saat itu jaringan alat reproduksi yang rusak/robek akibat sapi itu melahirkan, kemungkinan belum pulih kembali. Jarak

antara kelahiran pertama dan jarak kelahiran berikutnya harus diupayakan tidak lebih dari satu tahun. Hal ini dapat diatur atau dijadwalkan dengan mempertimbangkan data-data teknis sebagai berikut:

1) Lama birahi kira-kira 18 jam.

2) Siklus birahi selalu terulang kembali pada setiap 21 hari sekali. 3) Masa laktasi 10 bulan = 305 hari.

4) Masa kering delapan minggu (dua bulan).

5) Lama kebuntingan lebih kurang sembilan bulan = 280 hari.

Masa kering adalah masa-masa dimana sapi yang sedang berproduksi dihentikan pemerahannya untuk mengakhiri masa laktasi. Masa kering bertujuan untuk mempersiapkan induk yang akan melahirkan kembali dalam kondisi tubuh yang kuat, sehat, dan produksi susu yang lebih tinggi. Masa kering sebagai masa istirahat dan persiapan untuk melahirkan kembali, minimal memerlukan waktu selama 6-8 minggu. Selama masa kering dimaksudkan agar tubuh induk dapat mengisi kembali vitamin-vitamin dan mineral untuk kebutuhan induk sendiri sehingga akan memberikan jaminan kelangsungan produksi susu tetap baik dan bahkan dapat meningkat.

Masa laktasi adalah masa sapi sedang berproduksi. Sapi mulai berproduksi setelah melahirkan anak. Kira-kira setengah jam setelah melahirkan, produksi susu sudah keluar. Saat itulah disebut masa laktasi dimulai. Namun sampai dengan 4-5 hari yang pertama produksi susu tersebut masih berupa kolostrum yang tidak boleh dikonsumsi manusia. Tetapi kolostrum tersebut khusus untuk pedet, karena kandungan zat-zatnya sangat sesuai untuk pertumbuhan dan kehidupan awal. Masa laktasi dimulai sejak sapi itu berproduksi sampai masa kering tiba. Masa laktasi tersebut berlangsung selama 10 bulan atau kurang lebih 305 hari, setelah dikurangi hari-hari untuk memproduksi kolostrum. Dengan demikian semasa yang berlangsung 309 hari ini diawali dengan produksi kolostrum 4-5 hari, sehingga produksi susu biasa berlangsung 305 hari.

Dokumen terkait