• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DAFTAR PUSTAKA

2.3 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut dipilah, yaitu kesejahteraan dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sejahtera berarti aman, sentosa, maknur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman dan keselamatan hidup, dan kemakmuran. Di dalam kamus ilmu kesejahteraan sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja.

Dalam undang-Undang No.11 tahun 2009 tentang Kesejateraan Sosial menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

PBB mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan-kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud supaya memungkinkan individu-individu, kelompok-kelompok, maupun komunitas-komunitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.

Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial, keuangan, kesehatan, rekreasi semua individu dan masyarakat. Kesejahteraan sosial berupaya meningkatkan keberfungsian semua kelompok usia, tanpa memandang status sosial setiap individu. Ketika institusi lain dalam masyarakat, seperti ekonomi pasar atau keluarga pada suatu waktu gagal memenuhi kebutuhan dasar individu atau kelompok masyarakat, maka dibutuhkan bentuk pelayanan sosial untuk membantu mereka.

Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan indonesia. Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun substansinya tetap sama dan mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kenutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang meyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera.

Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti tingkat kehidupan (levels of livings), pemenuhan kebutuhan pokok (basic needs fulfillment),kualitas hidup (quality of life), dan pembangunan manusia (human development). Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah berbagai uasaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, kehhidupan spritual agar terwujud kehidupan yang layak dan bermartabat.

Kesejahteraan sosial dalam arti luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi, dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spritual. Kesejahteraan sosial dapat dilihat dari empat sudut pandang yaitu:

1. Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan (kondisi).

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi, kesejahteaan sosial dapat dilihat dari rumusan Undang-Undanng No. 11 tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial adalah sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohanian dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

2. Kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu.

Sebagi suatu ilmu, pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, baik dari level mikro, mezzo, maupun makro dengan mengembangkan metode intervensi termasuk didalamnya aspek strategi dan teknik.

3. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan.

Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat dilihat antara lain dari defenisi yang dikembangkan oleh Friedlander “Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari berbagai institusi dan usaha-usaha

kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu individu atau kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan”. Pengertian ini sekurang-kuranya menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem pelayanan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Meskipun dalam pengertian yanng dikemukakan Friedlander secara eksplisif menyatakan bahwa target dari kegiatan tersebut adalah individu dan kelompok, tetapi dalam arti luas pengertian Friedlander juga melihat masyarakat sebagai suatu totalitas.

4. Kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan

Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas hampir ke seluruh penjuru dunia sehingga menjadi gerakan tersendiri yang bertujuan memberitahukan kepada dunia bahwa masalah kesejahteraan sosial merupakan hal yang perlu diperhatikan secara seksamaoleh masyarakat dunia, baik secara global maupun parsial. Oleh karena itu, muncullah berbagai macam gerakan dalam wujud organisasi lokal, regional, maupun internasional yang berusaha menangani isu kesejahteraan sosial ini (Adi, 2013: 40).

Okamura (2005) menjabarkan tujuh karakteristik di dalam kesejahteraan sosial, diantaranya:

1. Ekonomi yang stabil 2. Pekerjaan yang layak 3. Keluarga yang stabil 4. Jaminan kesehatan 5. Jaminan pendidikan

6. Kesempatan dalam masyarakat 7. Kesempatan budaya atau rekreasi

Hal-hal di atas menjadi tuntutan dasar dalam masyarakat sosial. ketika semua karakteristik atau tuntutan dasar dalam kehidupan bermasyarakat sudah terpenuhi, secara otomatis kesejahteraan sosial juga sudah didapat (Lubis, Suwardi. 2013 Program Sumut Sejahtera GusMan: Waspada, hal 20).

Selain kesejateraan secara umum, kesejateraan keluarga juga sangat penting dalam masyarakat. Karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat luas. Ole karena itu dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluaraga Sejahtera memberikan batasan mengenai keluarga sejahtera, yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan sah, mampu memenuhi kebutuhan material dan spritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan sembang antara anggota dan anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Taraf kesejahteraan sosial dapat dilihat dari ukuran-ukuran berikut ini:

1. Economical well-being, yaitu kesejahteraan ekonomi. Indikator yang digunakan adalah pendapatan yaitu, pendapatan per bulan, nilai asset. 2. Social well-being, yaitu kesehajteraan sosial. Indikator yang digunakan

yaitu prestasi pendidikan (SD, SMP, SMA, PT, pendidikan non formal paket A, B, C, melek aksara atau buta aksara), jenis pekerjaan (white collar = elit/ profesional dan blue collar = proletar/ buruh pekerja, memiliki pekerjaan tetap atau pengangguran).

3. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik. Indikator yang digunakan adalah status gizi, status kesehatan (Puspitawati, 2012:7).

Untuk menentukan suatu keluarga sejahtera secara material didasarkan atas pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan selalu diartikan sebagai tingkat pendapatan yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar

minimum. Suatu keluarga yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan material sehingga digolongkan pada keluarga miskin. BPS menghitung angka kemiskinan lewat tingkat komsumsi penduduk atas kebutuhan dasar.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat suatu kriteria kesejateraan sosial keluarga yang didasarkan atas:

a. Kebutuhan dasar (basic needs) yang terdiri dari variabel pangan, sandang, papan, dan kesehatan.

b. Kebutuhan Sosial psikologis (social psyhological needs) yang terdiri dari variabel pendidikan, rekreasi, ttransportasi, interaksi sosial internal dan eksternal.

c. Kebutuhan pengembangan (developmental needs) yang terdiri dari variabl tabungan, pendidikan khusus, dan akses terhadap imformasi.

Sedangkan klasifikasi kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (2011), yaitu : a. Keluarga pra sejahtera (pra-KS) sering dikelompokkan sebagai “sangat

miskin”, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:

1. Indikator ekonomi:

a. Makan dua kali atau lebih dalam sehari

b. Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya untuk di rumah, bekerja/sekolah, dan bepergian).

c. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah 2. Indikator non-ekonomi:

a. Melaksanakan ibadah

b. Keluarga sejahtera I (KS-I) sering dikelompokkan sebagai “miskin”, adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator, meliputi:

1. Indikator ekonomi:

a. Paling sedikit sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telur b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang

satu stel pakaian baru

c. Luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap penghuni 2. Indikator non-ekonomi:

a. Ibadah teratur

b. Sehat tiga bulan terakhir c. Mempunyai penghasilan tetap

d. Usia 10-6- tahun dapat baca tulis huruf latin e. Usia 6-15 tahun bersekolah

f. Mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

c. Keluarga sejahtera II (KS-II) adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:

1. Memiliki tabungan keluarga

2. Makan bersama sambil komunikasi 3. Mengikuti kegiatan dalam masyarakat 4. Rekreasi bersama (6 bulan sekali) 5. Meningkatkan pengetahuan agama

6. Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan majalah

d. Keluarga sejahtera III (KS-III) adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa indikator yang meliputi:

1. Memiliki tabungan keluarga

2. Makan bersama sambil komunikasi 3. Mengikuti kegiatan dalam masyarakat 4. Rekreasi bersama (6 bulan sekali) 5. Meningkatkan pengetahuan agama

6. Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan majalah

7. Menggunakan sarana transportasi

Belum dapat memenuhi beberapa indikator meliputi:

1. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur 2. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan

e. Keluarga sejahtera III Plus (KS-III Plus) adalah keluarga yang sudah memenuhi beberapa indikator meliputi:

1. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur 2. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan

(http://mediaedukasi.com/ketahanan-dan-kesejahteraan-keluarga diakses pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 17.12 WIB).

Dokumen terkait