• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesejahteraan Sosial

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 35-40)

PERTUMBUHAN EKONOMI

2.2.1.2 Kesejahteraan Sosial

2.2.1.2.1 Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Angka Rata-Rata Lama Sekolah (mean years school/mys) merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki, dan pendidikan yang ditamatkan. Tetapi, jumlah tahun bersekolah ini tidak mengindahkan kasus-kasus tidak naik kelas, putus sekolah yang kemudian melanjutkan kembali, dan masuk sekolah dasar di usia yang terlalu muda atau sebaliknya.

Angka ini bisa memberikan gambaran secara sederhana pemenuhan penduduk terhadap akses pendidikan. Keterbandingan besaran rata-rata lama sekolah antar wilayah atau waktu, dapat mengetahui perbedaan atau perkembangan tingkat kualitas sumber daya manusia. angka rata-rata lama sekolah memberikan gambaran tingkat pendidikan penduduk suatu wilayah.

Tabel 2.20

Angka Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Gorontalo Tahun 2016-2019

Indikator Tahun

2016 2017 2018 2019

Rata-rata Lama

Sekolah (tahun) 7,12 7,28 7,46 7,69

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, 2020

Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Lamanya sekolah atau years of schooling adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah pada sekolah formal seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhirnya.

Meskipun mengalami peningkatan setiap tahunnya, rata-rata lama sekolah di provinsi gorontalo, masih relatif sama selama 3 tahun terakhir. Rata-rata lama sekolah provinsi gorontalo berada pada kisaran 7-8 tahun.

2.2.1.2.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pada hakekatnya pembangunan ditujukan untuk mensejahterakan masyarakat. Pembangunan yang hakiki tidak hanya dinikmati oleh segelintir kelompok tetapi secara holistik dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Bisa dianalogkan, pembangunan yang pro kepada kualitas manusia itu bercirikan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam mewujudkan pembangunan yang hakiki, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah telah melakukan berbagai kebijakan dan program untuk meningkatkan kualitas manusia. Pemerintah Provinsi Gorontalo juga telah melakukan upaya serius dengan program peningkatan kualitas manusia baik dari sisi kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan ekonomi. Masyarakat merasa sejahtera, jika pembangunan memberikan implikasi tercapainya umur panjang dan sehat, masyarakat semakin berpengetahuan dan dapat hidup layak secara ekonomi. Potret implikasi pembangunan terhadap kualitas manusia dapat dilihat dari hasil capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH), yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Sementara Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (purchasing power parity).

Hasil perhitungan IPM dengan metode baru tahun dasar 2010 diuraikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.21

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Tahun 2018-2019 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, 2020

Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo tahun 2019 sebesar 68,49 persen, meningkat dibanding tahun 2018 sebesar 67,71 persen. Pada tahun 2019 capaian Pembangunan Manusia di Provinsi Gorontalo masih berstatus “sedang”, dan berada diatas rata-rata Nasional. Tahun 2019 IPM Gorontalo mencapai target yang ditetapkan sebesar 67,93 persen.

Tingkat kabupaten/kota, pencapaian Indeks Pembangunan Manusia cukup bervariasi. Kota Gorontalo merupakan wilayah dengan Indeks Pembangunan Manusia tertinggi sebesar 77,08, atau berstatus Tinggi, sedangkan terendah adalah Kabupaten Gorontalo Utara sebesar 64,06 persen atau berstatus rendah.

2.2.1.2.3 Indeks Pembangunan dan Pemberdayaan Gender

Salah satu pengembangan dari penghitungan IPM adalah Indeks Pembangunan Gender. Baik metodologi maupun konsep definisi yang dipakai dalam penghitungan Indeks Pembangunan Gender sama dengan penghitungan IPM. Perbedaannya, penghitungan ini dibedakan menurut gender. Tujuan penghitungan IPG adalah untuk mengetahui seberapa jauh pembangunan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah, berimplikasi kepada pembangunan perempuan.

Peran perempuan dalam perekonomian suatu daerah dari waktu ke waktu semakin tinggi.

Namun demikian, masih dirasakan adanya diskriminasi perlakuan terhadap perempuan dalam kancah sosial ekonomi. Upah kerja perempuan masih lebih rendah dibanding laki- laki. Selain itu, masih berlaku budaya menempatkan perempuan pada ususan dapur rumah tangga.

Sehingga kesempatan pendidikan perempuan relatif rendah dan berpengaruh pada rendahnya daya saing di masyarakat. Dengan melihat angka IPG, diharapkan ada perhatian dari berbagai pihak khususnya Pemerintah Daerah, untuk memajukan perempuan di masa mendatang.

Evaluasi untuk meningkatkan pembangunan perempuan diperlukan agar posisi perempuan semakin sejajar setara dengan laki-laki. Sehingga peran perempuan dalam memberikan nilai tambah di masyarakat akan semakin nyata. Penghitungan IPG ini juga memakai metodologi yang dipakai pada penghitungan IPM metode baru.

Tabel 2.22

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Gorontalo Tahun 2018

Provinsi/ Kab/Kota Indeks Pembangunan Gender

2017 2018 2019

Kabupaten Boalemo 86,64 86,63 86,83

Kabupaten Gorontalo 80,36 80,82 81,14

Kabupaten Pohuwato 80,98 81,18 81,33

Kabupaten Bone Bolango 91,31 91,11 91,46

Kabupaten Gorontalo Utara 86,71 86,96 87,71

Kota Gorontalo 80,44 81,16 81,25

PROVINSI GORONTALO 86,09 86,06 86,25

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, 2019

Indeks Pembangunan Gender Provinsi Gorontalo Tahun 2019 sudah cukup baik yaitu sebesar 86,25 persen. Kondisi IPG terus membaik (mendekati 100) mengindikasikan semakin kecil kesenjangan pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Daerah yang maju dan madani, selain ditopang dari peran SDM penduduk laki- lakinya, juga ditopang oleh peran perempuan.

Pemerintah Provinsi Gorontalo sendiri berupaya terus agar peran perempuan semakin banyak

muncul dalam kancah pembangunan sosial ekonomi. Sehingga disparitas SDM antar laki-laki dan perempuan dari waktu ke waktu semakin menyempit. Pada akhirnya, kinerja pembangunan di segala bidang bisa dinikmati siapa saja baik penduduk laki-laki maupun perempuan.

Selain Indeks Pembangunan Gender, terdapat indikator lainnya dalam rangka mengukur sejauh mana keterlibaran perempuan dalam pembangunan, yaitu melalui Indeks Pemberdayaan Gender. Indeks Pemberdayaan Gender merupakan indeks komposit yang dihitung berdasarkan keterwakilan perempuan di parlemen, dalam angkatan kerja, dalam pekerjaan ditempat manajerial, dan upah pekerja perempuan disektor non pertanian.

Tabel 2.23

Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) Provinsi Gorontalo Tahun 2018

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, 2018

Indeks Pemberdayaan Gender Provinsi Gorontalo Tahun 2018 sebesar 71,09, dengan indikator pendukungnya yaitu Perempuan sebagai tenaga Profesional sebesar 57,73 persen, keterlibatan perempuan di Parlemen sebesar 29,55 persen dan Sumbangan Pendapatan Perempuan sebesar 26,10 persen. Indeks Pemberdayaan Gender tertinggi berada di Kota Gorontalo sebesar 70,64, dan terrendah adalah Kabupaten Bone Bolango sebesar 46,97 persen.

2.2.1.2.4 Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja yang meningkat setiap tahunnya idealnya didukung dengan penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya. Jumlah angkatan kerja Provinsi Gorontalo pada tahun 2019 sebanyak 585.896 orang, naik 7.016 orang dibanding tahun 2018. Komponen pembentuk Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Jumlah penduduk bekerja tahun 2019 sebanyak 562.087 orang meningkat 6.554 orang. sementara penduduk yang menganggur sebanyak 23.809 orang menganggur, yang juga mengalami peningkatan sebanyak 462 orang dibanding tahun sebelumnya.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja.

TPT tahun 2019 4,06 persen, naik tipis dibanding periode tahun sebelumnya yakni 4,03 persen.

Pendorong hal ini adalah terjadinya peningkatan TPT di wilayah perkotaan (0,60 poin) menjadi 5,68 persen. Wilayah perkotaan sebagai pusat perekonomian menjadi tujuan utama mencari

pekerjaan terutama bagi penduduk yang berpendidikan menengah-tinggi. Akan tetapi tidak seluruh pencari kerja di perkotaan dapat terserap oleh pasar kerja.

Tabel 2.24

Penduduk usia 15 tahun keatas menurut Jenis kegiatan

STATUS KEADAAN Penduduk Usia Kerja 828.131 845.564 859.601 869.195 876.735

Angkatan Kerja 562.196 547.766 578.880 629.591 585.896

Bekerja 546.668 524.316 555.533 607.736 562.087

Pengangguran 15.528 23.450 23.347 21.855 23.809

Bukan Angkatan Kerja 265.935 297.798 280.721 239.604 290.839

Sekolah 75.928 76.421 69.552 67.704 73.481

Mengurus Rumah

Tangga 168.119 191.902 182.091 147.120 184.652

Lainnya 21.888 29.475 29.078 24.780 32.706

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, 2020

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerja formal mencakup status berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2019 sebanyak 58,04 persen penduduk bekerja pada kegiatan informal dan sebanyak 41,96 persen bekerja pada kegiatan formal. Selama setahun terakhir, status pekerja formal tahun 2019 mengalami peningkatan 3,22 ppersen dibanding tahun sebelumnya.

Tabel 2.25

Penduduk Berumur 15 tahun ke Atas yang Bekerja di Sektor Formal-Informal Provinsi Gorontalo, 2016-2019

Sektor Formal-Informal

2016 2017 2018 2019

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Formal 176,523 183,333 222.185 207.052 225.901 215.213 244.918 235.852 Informal 341,164 310,354 346.354 317.264 373.943 340.320 362.818 326.235 Jumlah 541.549 546.668 568.539 524.316 599.844 555.533 607.736 562.087

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo, 2020

Dari seluruh penduduk berkerja pada Agustus 2019, status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai (38,34 persen). Diikuti status berusaha sendiri (22,82 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (16,51 persen), dan pekerja keluarga (9,50 persen). Sementara penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 3,61 persen.

Sementara Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2018 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah sebanyak 51,77 persen, sedangkan penduduk bekerja berpendidikan tinggi sebanyak 13,61 persen. Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah dan SMP menurun masing-masing sebesar 2,81 poin dan 0,62 poin. Sementara pada persentase penduduk bekerja berpendidikan lainnya meningkat.

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 35-40)

Dokumen terkait