• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Daya tarik wisata berbentuk pantai

5.4 Pengelola Obyek Wisata Alam

5.5.2 Kesesuaian pengembangan

Pengembangan obyek daya tarik wisata

Obyek yang menjadi daya tarik wisata alam harus dijaga kelestarian dan kealamiannya dan terus digali potensinya serta meningkatkan dan menyajikan spesifikasi penampilan atraksi utama masing-masing obyek wisata, diversifikasi dan kontinuitas penyelenggaraaan aktivitas khusus (Budiyanto 2010). Berdasarkan perspektif konservasi, pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi untuk perlindungan sumberdaya alam, meningkatkan kesadaran terhadap pengunjung mengenai isu keanekaragaman hayati dan konservasi serta memberikan mata pencaharian kepada masyarakat secara berkelanjutan (Borges et al. 2011). Pemerintah Daerah menyusun perencanaan dan pengelolaan dengan melakukan penataan obyek dan daya tarik wisata, sarana rekreasi dan kawasan pariwisata sehingga pariwisata yang berwawasan lingkungan dapat terselenggara.

Pengembangan kegiatan

Mengembangkan kegiatan wisata alam dengan cara menggali potensi secara maksimal berdasarkan daya tarik wisata berupa gejala alam, keindahan alam, keunikan sumberdaya alam, panorama, peninggalan sejarah, atraksi budaya masyarakat (ADO-ODTWA Ditjen PHKA 2003). Potensi yang ada dibuat menjadi kegiatan dan produk wisata (paket wisata) yang dapat menarik perhatian pengunjung untuk datang ke daerah tujuan wisata. Mengembangkan wisata alam harus memperhatikan prinsip berkelanjutan yang aktivitasnya tetap memperhatikan keseimbangan alam, lingkungan, budaya dan ekonomi sehingga dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan.

Pengembangan fasilitas (sarana prasarana)

Sarana prasarana merupakan suatu fasilitas yang dapat menonjolkan potensi dari obyek daya tarik wisata (menambah daya tarik obyek utama) dan melengkapi kekurangannya. Pengembangan sarana prasarana penunjang merupakan salah satu hal yang penting yang dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung. Sarana prasarana penunjang harus disesuaikan berdasarkan selera penunjung yang semakin kompleks sehingga mampu memenuhi harapan penunjung. Pembangunan sarana prasarana harus tetap mengutamakan kealamian dan kelestarian lingkungan serta dibangun dengan kokoh di lokasi yang tepat (jauh dari laut lepas berdasarkan jarak terjauh dari pasang dan surut air laut serta aliran lahar panas dan erupsi gunung berapi).

Sarana prasarana penunjang wisata harus diberi pemeliharaan secara berkala sehingga ketahanan bangunan lebih lama serta dapat meminimalkan penggunaan negatif yang ditimbulkan. Pembangunan fasilitas penginapan ditiadakan karena masyarakat memandang akan terjadi dampak negatif meskipun pengunjung berkeinginan menambah fasilitas tersebut. Salah satu alternatif adalah rumah masyarakat dijadikan sebagai tempat menginap (homestay) dengan memberikan keramahtamahan dan pelayanan pengunjung. Alternatif lainnya adalah pengunjung menginap di hotel/penginapan yang terdekat dengan obyek wisata.

Pengembangan aksesibilitas

Kemudahan pengunjung untuk mengakses daerah tujuan wisata merupakan hal yang sangat penting, baik dari kondisi jalan yang baik serta kemudahan sarana transportasi dari tempat pemberhentian (terminal, statsiun kereta api dan lainnya) menuju daerah tujuan wisata alam. Kondisi jalan menuju seluruh obyek wisata dalam kondisi rusak dan berlubang (sepanjang ±5 km), karena rata-rata digunakan sebagai jalur bagi truk pengangkut pasir khususnya di Gunung Galunggung dan Pantai Cipatujah. Sudah ada tindak lanjut dari Pemerintah Daerah berupa pengaspalan jalan, namun masih tertunda dan belum maksimal. Lokasi obyek wisata alam jauh dari pusat kota yaitu di daerah terpencil. Sehingga untuk mengakses daerah tersebut harus

menggunakan kendaraan pribadi atau sewa karena sarana transportasi umum jarang dan bahkan tidak ada.

Pengembangan pengelolaan

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, pelaku wisata alam adalah pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat yang bergerak dibidang wisata. Menurut Damanik dan Weber (2006), pelaku yang penting dalam penentuan otoritas pengaturan, penyediaan dan peruntukan infrastruktur terkait kebutuhan pariwisata, tujuan perjalan wisata serta kebijakan terkait wisata adalah pemerintah dan stakeholder terkait. Pemerintah belum serius dalam melakukan pengembangan dan pengelolaan obyek wisata. Kerjasama bersama masyarakat dan investor belum terealisasi sehingga belum ada kesepahaman antara seluruh pihak dan menyebabkan pelayanan keamanan, kenyamanan dan kepuasan pengunjung belum terpenuhi.

Pengembangan pelayanan

Upaya yang ditempuh untuk memberikan kepuasan terhadap pengunjung adalah memberikan pelayanan yang unggul (service excellence) kepada wisatawan. Secara garis besar adala empat unsur yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan dan kenyamanan (Tjiptono 2002). Pelayanan harus memenuhi indikator perasaan dan empati, keinginan untuk beristirahat, menemukan ide baru, dapat memanjakan diri, bergembira, bahkan tidak tertutup kemungkinan ada wisatawan yang ingin menyelesaikan konfliknya. Perasaan tersebut harus didukung dengan keramahtamahan pengelolaa atau petugas lapangan dan masyarakat terhadap pengunjung memberikan layanan yang ramah dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan wisatawan (Martaleni 2011).

Pengembangan sumberdaya manusia

Menurut Rahardjo (2004), pariwisata alam perlu ditunjang oleh tenaga profesional, mampu berbicara beberapa bahasa dan mampu melakukan pelayanan kepada pengunjung. Ditunjang dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia pengelola dan masyarakat (yang bersedia berperan aktif

dalam pengelolaan wisata) dengan memberikan pendidikan, pelatihan dan aktifitas-aktifitas lain secara berkala sehingga dapat menunjang peningkatan pelayanan kepada wisatawan. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar menjadi masyarakat sadar wisata, dapat dilakukan dengan memberikan edukasi melalui media yang dapat diterima (pendekatan sosial budaya) yaitu organisasi formal (sekolah) maupun informal (majelis taklim, tempat-tempat ibadah, pertemuan RT/RW, dan sebagainya).

Pengembangan promosi

Produk wisata diperkenalkan kepada masyarakat luas dengan kegiatan promosi yang baik dan terencana sehingga obyek daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Tasikmalaya dapat dikenal dan diminati. Promosi yang dilakukan melalui media cetak/elektronik, pembuatan leaflet, booklet, panduan wisata alam dan papan interpretasi besar berupa peta pariwisata Kabupaten Tasikmalaya, pemantapan pasar wisata, pemantapan Pusat Pelayanan Informasi Pariwisata, penyelenggaraan dan partisipasi dalam pameran dan even pariwisata serta bekerjasama dengan investor, agen wisata dan angkutan umum (bus, kereta wisata dll) dalam pengembangan wisata.

Berkaitan dengan informasi yang didapatkan pengunjung mengenai obyek wisata alam adalah dari mulut ke mulut, maka promosi dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan maksimal kepada pengunjung. Pelayanan yang memuaskan dapat memberikan kesan mendalam mengenai obyek wisata yang dikunjungi. Dengan demikian pengunjung akan datang kembali serta memberikan informasi kepada orang yang dikenalnya untuk mengunjungi tempat wisata tersebut.

Arahan pengembangan setiap obyek wisata alam di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Gunung Galunggung

Pengembangan obyek daya tarik wisata alam:  Menjaga keaslian dan kelestarian kawasan.

 Pembatasan penggunaan kawasan sebagai obyek wisata alam pada blok pemanfaatan.

 Pembatasan jalur untuk wisata ke danau kawah (tidak berada pada koridor/jalur satwa dan keberadaan tumbuhan langka/dilindungi).

 Pembatasan jumlah pengunjung sesuai daya dukung lingkungan untuk obyek danau kawah.

 Pembuatan peta dan jalur evakuasi dan relokasi daerah rawan bencana alam (gempa bumi dan gunung meletus).

 Menyusun perencanaan dan pengelolaan dengan melakukan penataan obyek dan daya tarik wisata, sarana rekreasi dan kawasan pariwisata sehingga pariwisata yang berwawasan lingkungan dapat terselenggara.

Pengembangan kegiatan dan atraksi wisata:

 Membuat atraksi wisata alam dan budaya yang menarik baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara.

a. Atraksi utama: pemadian dari sumber mata air panas Gunung Galunggung yang mengalir ke kolam renang, bak rendam, air terjun dan sungai (wisata kesehatan), menikmati pemandangan (sightseeing), fotografi. Atraksi pendukung: pagelaran seni budaya Sunda (tari jaipong, permainan alat kentongan, angklung dan lainnya), areal permainan anak, trekking mengamati babi hutan dan monyet ekor panjang di sekitar area pemandian air panas, penyediaan rumah sehat (sauna, spa, refleksi dan lainnya).

b. Danau kawah Gunung Galunggung yaitu trekking menuju danau kawah menyusuri jalan besar; kereta wisata menuju pemadian air panas dan danau kawah dari Desa Linggajati; camping area sebelum tangga menuju danau kawah; menikmati pemandangan danau kawah, Gunung Galunggung, mata air yang mengalir ke sungai, desa, dan lainnya, pemandangan kota Tasikmalaya pada siang ataupun malam hari.

c. Desa Wisata (melakukan kegiatan sehari-hari masyarakat) yaitu menginap di rumah penduduk sekitar (homestay) dengan menikmati kuliner khas Sunda hasil dari kegiatan bertani dan berkebun tanaman pangan dan sayuran di sawah, serta memanen ikan dari tambak ikan), serta membawa oleh-oleh dari kegiatan wisata belanja berupa kerajinan atau anyaman khas daerah (bermacam-macam hiasan dari bambu dan rotan) serta sayuran segar dan ikan dari kebun dan tambak milik masyarakat.

 Memberikan unsur pendidikan dan penyadartahuan mengenai kelestarian lingkungan melalui pendidikan koservasi kepada wisatawan berupa arahan untuk menjaga kebersihan, kelestarian dan kealamian obyek dan lingkungan sekitarnya (membuang sampah plastik dan bekas makanan; menggunakan sabun, sampo, pasta gigi; mencorat-coret (vandalism), mencabut, mengambil atau merusak flora dan fauna di dalam kawasan).

 Mengenal sejarah kawasan Gunung Galunggung melalui papan interpretasi atau pembuatan galeri Gunung Galunggung.

 Pembuatan area outbound di luar obyek wisata. Pengembangan sarana prasarana penunjang wisata:  Penyediaan penyewaan alat camping, hiking dan outbound.

 Membuat papan interpretasi berupa manfaat sumber air panas Gunung Galunggung, sejarah Gunung Galunggung, sejarah danau kawah, flora dan fauna Gunung Galunggung, peta wisata kawasan secara keseluruhan, ketertiban dan kebersihan lingkungan dan kawasan, peta wisata alam kabupaten Tasikmalaya permanen dalam bentuk plang di tempat-tempat strategis, peta daerah rawan bencana dan papan penunjuk jalur evakuasi dan relokasi bencana.

 Membuat pusat informasi dan pelayanan pengunjung baik di dalam lokasi wisata atau di pusat kota dengan lokasi yang strategis (pusat kota, jalan lintas kota dan provinsi, jalan menuju obyek wisata alam) dengan media video (pemutaran tayangan untuk mengenalkan obyek wisata); penyebaran leaflet, booklet, dan peta wisata, serta pengaduan dan informasi wisata); galeri sejarah Gunung Galunggung, galeri rumah sehat (spa, pijat refleksi, dan sauna) dan fasilitas outbound.

 Akomodasi/penginapan berupa wisma atau hotel yang paling dekat dengan wisata dan pengembangan homestay (rumah masyarakat yang dijadikan tempat menginap).

 Memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan tahan gempa seperti shelter, tempat istirahat, pusat informasi, menara

pengamatan dan lainnya serta menghindari wilayah bencana dengan cara membuat bangunan jauh dari lokasi bencana dengan memperhatikan RTRW Kabupaten Tasikmalaya.

 Pengadaan SPBU, warung makan, tempat hiburan, wartel, warnet, warung pulsa, dan tempat belanja oleh-oleh atau cendramata dari tempat pemberhentian transportasi umum di setiap jalur menuju daerah tujuan wisata. Pengembangan aksesibilitas:

 Penyediaan sarana transportasi dari tempat pemberangkatan tertentu (terminal bus, statsiun kereta api dan lain-lain) sampai di tempat tujuan (daerah tujuan wisata).

 Perbaikan jalan dan penerangan menuju daerah tujuan wisata alam.

 Pembuatan papan penunjuk arah yang memudahkan pengunjung mencapai daerah tujuan wisata

 Pengembangan promosi dan informasi mengenai obyek daya tarik wisata alam yang sangat menarik melalui berbagai media yang dapat menarik minat pengunjung seperti internet, spanduk, baliho dan lainnya.

Pengembangan Sumberdaya Manusia:

Pengembangan sumberdaya manusia perlu ditingkatkan antara lain berupa pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan, menjadi tuan rumah yang baik, menyajikan berbagai bentuk atraksi, makanan dan souvenir, serta tanggap bencana. Pengembangan sumberdaya manusia yang perlu ditingkatkan secara rinci adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan kemampuan pelayanan yaitu memberikan perasaan aman dan kenyamanan berwisata (tidak mengganggu kegiatan wisata yang sedang berlangsung, menjaga keamanan daerah tujuan wisata dari gangguan yang datang dari luar, menjaga kebersihan kawasan), menjadi tuan rumah yang baik (memberikan layanan yang ramah dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan wisatawan, pelayanan, menyediakan akomodasi dan transportasi lokal).

 Menyediakan berbagai produk wisata yaitu makanan dan oleh-oleh khas daerah Sunda (wajit, ranginang, opak, sale dan lainnya) yang memperhatikan faktor higienis, sanitasi dan pelayanan; kerajinan dan souvenir (anyaman

pandan); membentuk dan menampilkan atraksi budaya lokal seperti tari jaipong, atraksi musik tradisional (calung/angklung, kentongan dan lainnya).  Tanggap bencana alam yaitu gunung meletus, gempa bumi dan tsunami. Pengembangan Pengelolan:

 Pengembangan pengelolaan melalui manajemen wisata yang baik, yang dipersiapkan dari tingkat daerah (Kabupaten Tasikmalaya) dan dipadupadankan dengan masing-masing lokasi wisata.

 Pemerintah Daerah memfasilitasi supaya pengelola di setiap lokasi wisata memiliki koordinasi yang baik.

 Membangun kemitraan dengan dinas terkait, swasta, investor, jasa pelayanan wisata, jasa transportasi dan masyarakat.

Pengembangan promosi dan pemasaran:

 Pengembangan promosi dan pemasaran obyek wisata alam melalui media elektronik (internet (website), radio dan TV) dan media cetak (leaflet, booklet, selebaran, peta wisata, serta iklan di koran dan majalah), secara periodik diadakan pembaharuan sesuai dengan paket wisata yang dikembangkan a. Penawaran paket-paket wisata yang menarik, penyediaan sarana

transportasi, dan penginapan/homestay yang dapat dipesan secara online

melalui website resmi dari pengelola wisata.

b. Membuat leaflet, booklet, selebaran dan peta wisata kabupaten Tasikmalaya.

 Mengikuti dan membuat even-even pariwisata yang mengenalkan obyek wisata alam dan budaya lokal daerah melalui pameran, lokakarya dan lainnya.

2. Karangtawulan

Pengembangan obyek daya tarik wisata alam:  Menjaga keaslian dan kelestarian kawasan

 Pembatasan penggunaan kawasan sebagai obyek wisata alam pada blok pemanfaatan.

 Pembatasan jalur untuk wisata ke danau kawah (tidak berada pada koridor/jalur satwa dan keberadaan tumbuhan langka/dilindungi).

 Pembatasan jumlah pengunjung sesuai daya dukung lingkungan untuk obyek danau kawah.

 Pembuatan peta dan jalur evakuasi dan relokasi daerah rawan bencana alam (gempa bumi dan gunung meletus).

 Menyusun perencanaan dan pengelolaan dengan melakukan penataan obyek dan daya tarik wisata, sarana rekreasi dan kawasan pariwisata sehingga pariwisata yang berwawasan lingkungan dapat terselenggara.

Pengembangan kegiatan dan atraksi wisata:

 Membuat atraksi wisata alam dan budaya yang menarik baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara

a. Atraksi utama: pemadangan Pantai Karangtawulan (sightseeing) pada saat

sunrise dan sunset, fotografi, pemandangan tiga pulau karang (Nusa Batu Nunggal, Nusa Batu Kolotok, dan Nusa Manuk), ombak besar yang memecah karang, dan karang besar di sekitar pantai.

Atraksi pendukung: pagelaran seni budaya Sunda, pengamatan burung laut di Nusa Manuk, telusur goa Parat dan goa Lalay, pemanenan rumput laut dan udang lobster, kuliner hasil laut, belanja oleh-oleh khas Sunda, hasil tangkapan laut, kerajinan/anyaman dari pandan.

b. Trekking sekitar pantai dengan pemandangan lepas pantai, tumbuhan pantai, dan tumpukan karang besar di sepanjang pantai.

c. Wisata rohani ke makam Syech Abdul Rahman Abdul Rahim dan Eyang Garuda Ngupuk (wisata sejarah dan rohani).

 Memberikan unsur pendidikan dan penyadartahuan mengenai kelestarian lingkungan melalui pendidikan koservasi kepada wisatawan berupa arahan untuk menjaga kebersihan, kelestarian dan kealamian obyek dan lingkungan sekitarnya (membuang sampah plastik dan bekas makanan; menggunakan sabun, sampo, pasta gigi; mencorat coret (vandalism), mencabut, mengambil atau merusak flora dan fauna di dalam kawasan).

Pengembangan sarana prasarana dalam kawasan:

 Penyediaan alat untuk pengamatan burung dan kawasan karst/goa yaitu

filguide burung dan buku mengenai kawasan karst, teropong atau binokuler; serta alat memancing udang lobster, ember, dan sarung tangan.

 Membuat papan vandalism dimana pengunjung dapat memberikan kesan dan pesan dalam papan tersebut dan penyampaian edukasi kepada pengunjung untuk tidak melakukan corat-coret dan merusak fasilitas penunjang wisata.  Membuat papan interpretasi: informasi Karangtawulan dan sejarahnya, flora

fauna khas pantai, peta wisata kawasan secara keseluruhan serta peta pantai sepanjang pantai selatan, ketertiban dan kebersihan lingkungan dan kawasan, peta wisata alam Kabupaten Tasikmalaya permanen dalam bentuk plang di tempat-tempat strategis, peta daerah rawan bencana dan papan penunjuk jalur evakuasi dan relokasi bencana.

 Membuat pusat informasi dan pelayanan pengunjung baik di dalam lokasi wisata atau di pusat kota dengan lokasi yang strategis (pusat kota, jalan lintas kota dan provinsi, jalan menuju obyek wisata alam) dengan media video (pemutaran tayangan untuk mengenalkan obyek wisata); penyebaran leaflet, booklet, dan peta wisata, serta pengaduan dan informasi wisata); dan fasilitas

outbound.

 Akomodasi/penginapan berupa homestay (rumah masyarakat yang dijadikan tempat menginap).

 Memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan tahan gempa dan tsunami seperti shelter, tempat istirahat, pusat informasi, menara pengamatan dan lainnya serta menghindari wilayah bencana dengan cara membuat bangunan jauh dari lokasi bencana dengan memperhatikan RTRW Kabupaten Tasikmalaya.

 Pengadaan SPBU, warung makan, tempat hiburan, wartel, warnet, warung pulsa, dan tempat belanja oleh-oleh atau cendramata dari tempat pemberhentian transportasi umum di setiap jalur menuju daerah tujuan wisata. Pengembangan aksesibilitas:

 Penyediaan sarana transportasi dari tempat pemberangkatan tertentu (terminal bus, statsiun kereta api dan lain-lain) sampai di tempat tujuan (daerah tujuan wisata).

 Pembuatan papan penunjuk arah yang memudahkan pengunjung mencapai daerah tujuan wisata.

 Pengembangan promosi dan informasi mengenai obyek daya tarik wisata alam yang sangat menarik melalui berbagai media yang dapat menarik minat pengunjung seperti internet, spanduk, baliho dan lainnya.

Pengembangan Sumberdaya Manusia:

Pengembangan sumberdaya manusia perlu ditingkatkan antara lain berupa pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan, menjadi tuan rumah yang baik, menyajikan berbagai bentuk atraksi, makanan dan souvenir, serta tanggap bencana. Pengembangan sumberdaya manusia yang perlu ditingkatkan secara rinci adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan kemampuan pelayanan yaitu memberikan perasaan aman dan kenyamanan berwisata (tidak mengganggu kegiatan wisata yang sedang berlangsung, menjaga keamanan daerah tujuan wisata dari gangguan yang datang dari luar, menjaga kebersihan kawasan), menjadi tuan rumah yang baik (memberikan layanan yang ramah dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan wisatawan, pelayanan, menyediakan akomodasi dan transportasi lokal).

 Menyediakan berbagai produk wisata yaitu makanan dan oleh-oleh khas daerah Sunda (wajit, ranginang, opak, sale dan lainnya) yang memperhatikan faktor higienis, sanitasi dan pelayanan; kerajinan dan souvenir (anyaman pandan); membentuk dan menampilkan atraksi budaya lokal seperti tari jaipong, atraksi musik tradisional (calung/angklung, kentongan dan lainnya).  Tanggap bencana alam yaitu gunung meletus, gempa bumi dan tsunami. Pengembangan Pengelolan:

 Pengembangan pengelolaan melalui manajemen wisata yang baik, yang dipersiapkan dari tingkat daerah (Kabupaten Tasikmalaya) dan dipadupadankan dengan masing-masing lokasi wisata.

 Pemerintah Daerah memfasilitasi supaya pengelola di setiap lokasi wisata memiliki koordinasi yang baik.

 Membangun kemitraan dengan dinas terkait, swasta, investor, jasa pelayanan wisata, jasa transportasi dan masyarakat.

Pengembangan promosi dan pemasaran:

 Pengembangan promosi dan pemasaran obyek wisata alam melalui media elektronik (internet (website), radio dan TV) dan media cetak (leaflet, booklet, selebaran, peta wisata, serta iklan di koran dan majalah), secara periodik diadakan pembaharuan sesuai dengan paket wisata yang dikembangkan a. Penawaran paket-paket wisata yang menarik, penyediaan sarana

transportasi, dan penginapan/homestay yang dapat dipesan secara online

melalui website resmi dari pengelola wisata.

b. Membuat leaflet, booklet, selebaran dan peta wisata kabupaten Tasikmalaya.

 Mengikuti dan membuat even-even pariwisata yang mengenalkan obyek wisata alam dan budaya lokal daerah melalui pameran, lokakarya dan lainnya.

3. Pantai Sindangkerta

Pengembangan obyek daya tarik wisata alam:  Menjaga keaslian dan kelestarian kawasan

 Pembatasan penggunaan kawasan sebagai obyek wisata alam pada blok pemanfaatan.

 Pembatasan jalur untuk wisata ke danau kawah (tidak berada pada koridor/jalur satwa dan keberadaan tumbuhan langka/dilindungi).

 Pembatasan jumlah pengunjung sesuai daya dukung lingkungan untuk obyek danau kawah.

 Pembuatan peta dan jalur evakuasi dan relokasi daerah rawan bencana alam (gempa bumi dan gunung meletus).

 Menyusun perencanaan dan pengelolaan dengan melakukan penataan obyek dan daya tarik wisata, sarana rekreasi dan kawasan pariwisata sehingga pariwisata yang berwawasan lingkungan dapat terselenggara.

Pengembangan kegiatan dan atraksi wisata:

 Membuat atraksi wisata alam dan budaya yang menarik baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara

a. Atraksi utama berupa pemadangan Pantai Sindangkerta (sightseeing) dan fotografi yaitu sunrise dan sunset; taman laut “Taman Lengsar” seluas 20

ha terdapat berbagai jenis biota laut, karang laut, dan ikan hias; ombak besar di ujung karang. Atraksi pendukung berupa pagelaran seni budaya Sunda (Hajat Lembur Mapag Taun, tari jaipong dan seni Rengkong dan Hatong), areal permainan anak dan permainan pasir, permainan perahu karet, berenang, memancing di laut, piknik bersama keluarga.

b. Tempat tinggal nelayan “Pamoekan” berupa rumah-rumah panggung terbuat dari bambu atau bilik sebanyak 20 rumah serta tempat penyimpanan perahu nelayan dan alat tangkap ikan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengikuti kegiatan nelayan, membuat alat untuk menangkap ikan, wisata kuliner dan wisata belanja oleh-oleh khas Sunda dan hasil tangkapan laut.

 Memberikan unsur pendidikan dan penyadartahuan mengenai kelestarian lingkungan melalui pendidikan koservasi kepada wisatawan berupa arahan untuk menjaga kebersihan, kelestarian dan kealamian obyek dan lingkungan sekitarnya (membuang sampah plastik dan bekas makanan; menggunakan sabun, sampo, pasta gigi; mencorat coret (vandalism), mencabut, mengambil atau merusak flora dan fauna di dalam kawasan).

Pengembangan sarana prasarana dalam kawasan:

 Penyediaan alat berenang yaitu kacamata renang, pelampung dan ban karet; penyewaan tikar untuk kegiatan piknik.

 Membuat pagar pembatas untuk area yang aman untuk kegiatan berenang  Membuat papan interpretasi: informasi Pantai Sindangkerta, flora fauna khas

pantai, peta wisata kawasan secara keseluruhan serta peta pantai selatan, ketertiban dan kebersihan lingkungan dan kawasan, peringatan area berenang  Membuat pusat informasi dan pelayanan pengunjung serta tempat outbound.

 Akomodasi/penginapan berupa homestay (rumah masyarakat yang dijadikan tempat menginap).

 Memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk

Dokumen terkait