KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT
YASRI SYARIFATUL AINI
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB and NANDI KOESMARYANDI.
Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah strategis, serta berada diantara daerah tujuan wisata yang populer dan banyak dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara yaitu Pangandaran, Garut dan Bandung. Hal tersebut merupakan peluang pengembangan daya tarik wisata alam Kabupaten Tasikmalaya.
Penelitian dilaksanakan di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Agustus – September 2012. Alat dan bahan yang digunakan yaitu alat tulis, kamera digital, GPS, ArcGis 9.3, Microsoft Office
2007, kuisioner, panduan wawancara dan pedoman analisis daerah operasi obyek dan daya tarik wisata alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003. Pengembangan wisata berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA, analisis keinginan dan harapan pengunjung, kesiapan menerima kunjungan serta keinginan dan harapan masyarakat; analisis stakeholeder dan rencana strategis pengelolaan pariwisata alam; serta penentuan prioritas pengembangan wisata alam.
Hasil penilaian ADO-ODTWA, kriteria pengembangan Gunung Galunggung (3325) dan Karaha Bodas (3095) sangat potensial. Pantai Sindangkerta (2885), Pantai Pamayangsari (2755), Karangtawulan (2750) dan Pantai Cipatujah (2740) potensial. Harapan dan keinginan pengunjung adalah perbaikan, pemeliharaan, dan pengadaan fasilitas penunjang, aksesibilitas, variasi kegiatan, pelayanan pengunjung, dan manajemen pengelolaan. Masyarakat kurang menyambut dengan baik kunjungan dan pengembangan wisata terutama masyarakat Karah Bodas (tidak setuju). Keinginan dan harapan masyarakat yaitu meningkat kesejahteraannya, mendapatkan sosialisasi mengenai wisata secara berkala untuk merubah persepsi masyarakat yang tidak siap, menjadi terbuka untuk menerima kunjungan. Dibuktikan dalam pelaksanaannya di lapangan, pengelola membuat konsep wisata yang agamis, sesuai dengan sikap dan budaya masyarakat. Rencana pengembangan pengelolaan wisata adalah pengembangan potensi keparwisataan, SDM, serta perlindungan dan koservasi sumberdaya.
kemitraan; (7) pengembangan promosi dan pemasaran wisata melalui media elektronik (internet atau website) dan cetak (leaflet, booklet, dan peta wisata),secara periodik diadakan pembaharuan sesuai dengan paket wisata yang dikembangkan serta mengikuti dan membuat even yang mengenalkan obyek wisata alam dan budaya lokal (pameran, lokakarya dan lainnya).
Tourism Tasikmalaya Regency West Java Province. Under Supervision of E.K.S. HARINI MUNTASIB and NANDI KOESMARYANDI.
Tasikmalaya Regency is a strategic area, are among the popular tourist destinations and frequently visited by domestic and foreign tourist, such as Pangandaran, Garut and Bandung. It is an opportunity for development the natural tourism attraction of Tasikmalaya Regency.
The research was carried out in the strategic area of tourism Tasikmalaya Regency during August until September 2012. The tools and materials used, such as stationery, digital cameras, GPS, ArcGis 9.3, Microsoft Office 2007, questionnaire, interview guidelines and analysis of the operating guidelines and objects of natural tourist attraction (ADO-ODTWA) General Directorate of PHKA 2003. The development of tourism based on the assessment ADO-ODTWA, analysis of the visitors wishes and expectations; the readiness to receive visits and thecommunity wishes and expectations; stakeholeder analysis and the strategic plan of natural tourism management.
Based on the result of ADO-ODTWA assesment, the depelopment criteria of Galunggung (3325) and Karaha Bodas (2963) are very potential. Sindangkerta Beach (2885), Pamayangsari Beach (1777), Karangtawulan (2750) and Cipatujah Beach (2740) are potential. The visitors wishes and expectations are the repair, maintenance, and the provision of supporting facilities, accessibility, variety of activities, management of services, and management of visitors. The community less welcomed with the tourist visits and the tourism development especially Karah Bodas community (disagree). Wishes and expectations of the community such as increasing well-being, getting the socialization about tourism periodically to change community perception who are not ready, becoming open minded to receive visits. Demonstrated in the implementation of tourist destination, the depelopment organize the consept of religion tourism, appropriate to attitude and culture of the community. The development plan for tourism management are the development of potential tourism, human resources, along protection and resources coservation.
booklet,and tourism map) periodically held a renewal according to developed by tour packages, and follow and create events that introduce attractions of nature tourism and local culture.
KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT
YASRI SYARIFATUL AINI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
Yasri Syarifatul Aini
Nama : Yasri Syarifatul Aini
NIM : E34080021
Menyetujui: Pembimbing I
Prof. Dr. E. K. S. Harini Muntasib, MS. NIP. 19550410 198203 2 002
Pembimbing II
Dr. Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F NIP. 19660628 199802 1 001
Mengetahui:
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat melaksanakan penelitian sampai dengan menyelesaikan penulisan skripsi. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan September 2012 dengan judul Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan wisata alam serta mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Perum Perhutani KPH Tasikmalaya dan semua pihak yang bersangkutan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2013
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 22 Februari 1990 dari ayah Drs. H. Suryana, M.Si. dan ibu Hj. Keuis Susilawati, S.Pd. Penulis adalah putri pertama dari empat bersaudara. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu SDN Citapen I Tasikmalaya (2002), SMP Negeri 2 Tasikmalaya (2005), tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 6 Tasikmalaya dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Selama di IPB. penulis aktif sebagai anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE), bendahara umum Kelompok Pemerhati Mamalia (KPM) serta anggota Himpunan Mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode kepengurusan 2009 – 2010 dan 2010 - 2011. Penulis juga aktif sebagai anggota International Forestry Student Association Local Commite
IPB (IFSA LC-IPB).
Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Gunung Sawal - Pangandaran. Tahun 2011 penulis melaksanakan
Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan desa sekitarnya, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan tempat pengelolaan Hasil Hutan Perhutani di Kabupaten Bandung dan Sukabumi. Bulan Februari – Maret 2012, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Rinjani Lombok Nusa Tenggara Barat.
Pada tahun 2009 dan 2010 penulis mengikuti Ekspedisi Ilmiah yaitu Studi Lingkungan Konservasi (SURILI) di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah dan Taman Nasional Kerinci Seblat Jambi. Tahun 2010 penulis mengikuti Eksplorasi Flora dan Fauna (RAFFLESIA) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Prestasi yang pernah diraih penulis adalah juara 1 lomba tari kreasi di IPB
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis banyak mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Keluarga besar penulis: Drs. H. Suryana, M.Si (Ayah), Hj. Keuis Susilawati, S.Pd. (Ibu), Hj. Ocoh (Nenek), Samrotul Fuadah (Adik), Nida Humaida Zahra (Adik), Fadlah Muhamad Insan (Adik), dan Fitri Nur Azizah (Bibi) atas doa dan kasih sayang.
2. Prof Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. (Pembimbing I), Dr. Ir. Nandi Koesmaryandi, M.Sc.F (Pembimbing II), Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc. (Penguji) dan Dr. Ir Siti Badriyah R., M.Si. (Ketua Sidang) yang telah banyak memberi ilmu dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi.
3. BAPPEDA Kabupaten Tasikmalaya; Dinas Kesatuan Bangsa dan Linmas Kabupaten Tasikmalaya; Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya; Perum Perhutani KPH Tasikmalaya; Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tasikmalaya; Angkatan Udara Lanud Wiryadinata; aparatur Kecamatan dan Desa serta masyarakat Desa yang telah membantu selama pengumpulan data.
4. Eka Satria Permana Putra yang telah memberi doa, kasih sayang, bantuan,
dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
5. Keluarga Ustadz Robandi, Ibu Siti Maryam, Bapak Toha, Doni Ilham, S.Sos.I. dan M. Juan Ardha yang telah membantu penulis selama penelitian dan pengolahan data.
6. Keluarga besar KSHE 45 “Edelweiss”, HIMAKOVA periode 2009-2010 dan 2010-2011, KPE “Tapak”, KPM “Tarsius”, Fahutan 45, IFSA LC IPB dan Pondok Jaika I Badoneng.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Wisata Alam ... 3
2.2 Obyek Daya Tarik Wisata Alam ... 4
2.3 Wisatawan ... 5
2.4 Masyarakat ... 6
2.5 Pengelola (Pemerintah dan Stakeholder Terkait)... 7
2.6 Pengembangan Wisata Alam ... 9
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 13
3.2 Alat dan Bahan ... 13
3.3 Metode Penelitian ... 13
3.4 Pengolahan dan Analisis Data... 16
3.4.1 Obyek daya tarik wisata (ODTWA) ... 16
3.4.2 Pengunjung obyek wisata alam ... 18
3.4.3 Masyarakat sekitar obyek wisata alam... 18
3.4.4 Pengelola obyek wisata alam ... 19
3.5 Pengembangan wisata alam ... 19
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Gunung Galunggung ... 21
4.1.1 Danau kawah ... 22
4.1.2 Pemandian air panas ... 23
4.2 Karaha Bodas ... 24
4.2.1 Wana Wisata Geologi Geothermal ... 25
4.2.2 Agrowisata Strawberry ... 25
4.3 Pantai Sindangkerta ... 26
4.3.2 Kesenian tradisional Seni Rengkong ... 27
4.3.3 Kampung nelayan (Pamoekan) ... 28
4.3.4 Hajat Lembur Mapag Taun ... 29
4.4 Pantai Pamayangsari ... 30
4.4.1 Keindahan Pantai Pamayangsari ... 30
4.4.2 Kawasan Konservasi Penyu Hijau ... 31
4.5 Pantai Cipatujah ... 33
4.6 Karangtawulan ... 33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) ... 36
5.1.1 Penilaian obyek dan daya tarik wisata alam ... 36
5.1.1.1 Daya tarik wisata alam ... 36
A. Daya tarik wisata berbentuk darat ... 36
B. Daya tarik wisata berbentuk pantai ... 38
5.1.1.2 Aksesibilitas ... 40
5.1.1.3 Fasilitas penunjang ... 42
5.1.1.4 Kondisi sekitar kawasan ... 43
5.1.1.5 Iklim ... 47
5.1.1.6 Ketersediaan air bersih ... 49
5.1.2 Rekapitulasi kriteria penilaian ODTWA... 52
5.2 Pengunjung ... 53
5.2.1 Karakteristik pengunjung ... 53
5.2.2 Tujuan kunjungan ... 56
5.2.3 Pola kunjungan ... 57
5.2.4 Penilaian pengunjung ... 59
5.2.5Keinginan dan harapan pengunjung ... 61
5.3 Masyarakat ... 62
5.3.1 Karakteristik masyarakat... 62
5.3.2 Kesiapan menerima kunjungan ... 63
5.3.3 Keinginan dan harapan masyarakat ... 64
5.4 Pengelola Obyek Wisata Alam ... 65
5.4.1 Pihak pengelola ... 66
5.4.2 Rencana pengelola ... 68
5.5 Pengembangan Wisata Alam ... 71
5.5.1 Keberlanjutan/kelestarian obyek daya tarik wisata alam dan faktor pembatas ... 71
5.5.2 Kesesuaian pengembangan ... 74
5.5.3 Arahan pengembangan wisata alam ... 98
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 100
6.2 Saran ... 101
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Pengaruh atau dampak pengembangan wisata alam ... 7
2 Metode penelitian ... 14
3 Klasifikasi pengembangan setiap unsur ... 16
4 Skala penilaian obyek daya tarik wisata berbentuk darat ... 17
5 Skala penilaian obyek daya tarik wisata berbentuk perairan (pantai) ... 17
6 Skala prioritas rekomendasi obyek wisata berbentuk darat ... 17
7 Skala prioritas rekomendasi obyek wisata berbentuk perairan (pantai) ... 17
8 Kategori responden, strata umur, jumlah sampel pengunjung obyek wisata alam ... 18
9 Kategori responden, strata umur, jumlah sampel masyarakat sekitar obyek wisata alam ... 19
10 Hasil penilaian daya tarik obyek wisata berbentuk darat ... 37
11 Hasil penilaian daya tarik obyek wisata berbentuk kawasan perairan pantai) ... 40
12 Hasil penilaian aksesibilitas ... 41
13 Hasil penilaian fasilitas penunjang ... 43
14 Data fisik obyek wisata alam ... 45
15 Hasil penilaian kondisi sekitar kawasan ... 46
16 Hasil penilaian terhadap iklim ... 48
17 Hasil penilaian ketersediaan air bersih ... 50
18 Skor seluruh kriteria penilaian obyek wisata ... 51
19 Jumlah pengunjung wisata alam 2008 - 2012 (wisatawan nusantara (N) dan mancanegara (M)) ... 52
20 Matriks keinginan dan harapan pengunjung ... 61
21 Matriks hasil wawancara dengan masyarakat sekitar obyek wisata alam . 65 22 Pengelola obyek wisata di Kawasan Strategis Kabupaten Tasikmalaya ... 66
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Skema penentuan prioritas pengembangan wisata alam ... 20 2 Peta daya tarik wisata alam di Kawasan Strategis Kabupaten
Tasikmalaya ... 21 3 Obyek wisata Gunung Galunggung (a) Danau kawah (b) ±620 anak
tangga menuju danau kawah ... 22 4 Pemandian air panas (a) kolam renang air panas buatan (b) bak
pemandian dari sungai air panas ... 23 5 Fasilitas dalam kawasan (a) camping ground (b) area bermain anak ... 24 6 Daya tarik Karaha Bodas (a) lokasi yang dijadikan tempat wisata (b)
hutan pinus ... 25 7 Agroforestry masyarakat Kecamatan Kadipaten (a) kebun strawberry (b)
strawberry yang telah dipanen dan akan dipasarkan ... 26 8 Kondisi Pantai Sindangkerta (a) gapura sekaligus benteng penahan
ombak (b) pantai yang dapat digunakan untuk berenang (c) suasana pantai siang haridan (d) suasana pantai saat sunset ... 27 9 Penampilan seni tradisional Rengkong (a) Rengkong (b) Hatong ... 28 10 Pamoekan (a) perahu nelayan (b) rumah nelayan di sekitar pantai ... 29 11 Ritual Hajat Lembur Mapag Taun (menyambut Tahun Baru) (a)
Upacara Adat Sunda (b) pelepasan Jampana ke laut lepas ... 29 12 Suasana Pantai Pamayangsari (a) tempat perahu nelayan (pelabuhan) (b)
pembangunan pelabuhan Pantai Pamayangsari, menara pengamat, kantor dan tempat pelelangan hasil tangkapan laut ... 31 13 Pantai Pamayangsari (a) Kawasan Konservasi Penyu (sekitar3 km) yang
menjadi tempat penyu makan, reproduksi dan bertelur (b) bak penetasan semi alami di dekat pantai ... 32 14 Penangkaran Penyu Hijau di bak khusus setelah penetasan (a) umur tiga
minggu setelah penetasan (b) umur 3 – 6 bulan ... 32 15 Suasana Pantai Cipatujah (a) pemandangan laut lepas Cipatujah dengan
pasir pantai yang luas (b) pemadangan laut lepas dan benteng batu ... 33 16 Obyek wisata Karangtawulan (a) keindahan ombak besar yang
menabrak karang (b) Nusa Manuk ... 34 17 Kondis pantai dan goa yang sejajar karang (a) pantai (b) Goa Parat ... 34 18 Obyek wisata spiritual makam keramat Syech Abdul Rahman Abdul
Rahim (a) tampak dalam (b) tampak luar ... 35 19 Jumlah pengunjung wisata alam tahun 2008 -2011 (wisatawan
20 Jumlah pengunjung wisata alam tahun 2008 – 2011 (wisatawan mancanegara) ... 53 21 Karakteristik pengunjung obyek wisata alam ... 54 22 Tujuan pengunjung dalam melakukan perjalanan wisata ke kawasan
wisata alam ... 57 23 Pola kunjungan pengunjung dalam melakukan perjalanan wisata ke
kawasan wisata alam ... 58 24 Penilaian pengunjung terhadap obyek daya tarik wisata alam dan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat bagian selatan dengan luas wilayah 2.563,35 km2. Letaknya strategis karena merupakan jalur perlintasan dan transit dari berbagai daerah di Jawa Barat ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur atau sebaliknya, serta berada diantara daerah tujuan wisata yang popular dan banyak dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara yaitu Pangandaran, Garut dan Bandung. Hal tersebut menjadi peluang pengembangan daya tarik wisata alam di Kabupaten Tasikmalaya.
Dalam upaya pengembangan ODTWA, dibuat kebijakan berupa Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya (RTRW) serta Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya. RTRW Kabupaten Tasikmalaya sebagai arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah salah satunya kawasan strategis pariwisata. Disamping itu telah ditetapkan kawasan strategis pariwisata sebagai kawasan dengan prioritas utama pengembangan pariwisata berdasarkan keterkaitan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi.
Obyek daya tarik wisata alam yang termasuk dalam kawasan strategis pariwisata Kabupaten Tasikmalaya yaitu Gunung Galunggung berupa kawah yang berbentuk danau, hutan pegunungan dengan kekayaan flora dan fauna, dan sumber mata air panas. Karaha Bodas berupa hutan pinus dan geologi geotermal (ketersediaan hidrotermal yang muncul dalam bentuk mata air panas), dan agrowisata. Pantai Cipatujah, Pantai Sindangkerta, Pantai Pamayangsari, dan Karangtawulan memiliki daya tarik berbentuk pantai, merupakan satu rangakaian pantai selatan (Samudra Hindia) dengan jarak antar obyek cukup dekat.
banyak kekurangan, sehingga dibutuhkan rekomendasi bagi pengembangan wisata alam di Kawasan Strategis Kabupaten Tasikmalaya kedepannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun pengembangan wisata alam di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya dengan langkah sebagai berikut:
1. Inventarisasi potensi obyek daya tarik wisata alam di Kawasan Strategis Kabupaten Tasikmalaya.
2. Inventarisasi keinginan dan harapan pengunjung terhadap pengembangan wisata alam di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya.
3. Inventarisasi kesiapan, keinginan, dan harapan masyarakat dalam menerima kegiatan wisata alam di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya.
4. Identifikasi rencana pengelolaan pengembangan wisata alam oleh pengelola wisata alam di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya.
5. Menyusun arahan pengembangan wisata alam di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai acuan dalam mengembangkan potensi wisata alam di Kabupaten Tasikmalaya.
2. Sebagai masukan dan rekomendasi kepada pengelola (stakeholder) terkait pengembangan wisata alam di Kabupaten Tasikmalaya secara luas.
3. Sebagai acuan kepada masyarakat sekitar kawasan wisata alam untuk berperan serta dalam pengembangan wisata sehingga kesejahteraannya meningkat. 4. Sebagai sarana penyampaian informasi kepada pembaca mengenai wisata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wisata dan Wisata Alam
Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Wisata alam merupakan usaha pemanfaatan sumberdaya alam dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.
Pariwisata adalah bentuk kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik serta usaha yang terkait dengan wisata alam (PP Nomor 36 Tahun 2010). Pariwisata alam mendapatkan penilaian tinggi karena kemampuannya dalam memberikan dampak positif terhadap konservasi dan tujuan pembangunan di atau dekat kawasan lindung (Figgis & Bushell 2007). Menurut Honey (1999) diacu dalam Hakim (2004), dalam aktivitasnya wisata alam harus menjawab dan menunjukan
parameter berikut:
1. Perjalanan ke kawasan alamiah.
2. Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan rendah. 3. Membangun kepedulian terhadap lingkungan.
4. Memberikan dampak keuntungan ekonomi secara langsung bagi konservasi. 5. Memberikan dampak keuangan dan pemberdayaan masyarakat lokal.
6. Adanya penghargaan terhadap budaya setempat.
7. Mendukung hak asasi manusia dan gerakan demokrasi .
secara teoritis dapat diartikan memberikan pengaruh positif bagi perekonomian lokal dan pendidikan konservasi pengunjung.
2.2Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)
Dalam Rencana Pengembangan Pariwisata Alam Nasional Ditjen PHKA (2001), potensi kekayaan alam Indonesia merupakan potensi ODTWA yang dalam perkembangannya diperlukan penanganan serius agar tetap terjaga kelestarian dan keberadaannya. Pemanfaatan potensi kekayaan alam yaitu dengan melakukan pengelolaan kegiatan wisata alam yang dinilai memiliki prospek menjanjikan. Hal tersebut dikaitkan dengan upaya pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat dalam rangka menekan laju kerusakan hutan.
Menurut Warpani dan Warpani (2007) daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi pemicu kunjungan wisatawan, destinasi atau tujuan wisata yang bisa berupa sasaran atau obyek ragawi atau fisik serta pemicu kunjungan destinasi wisata niragawi (kebiasaan hidup dan adat istiadat). Berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daerah tujuan pariwisata atau destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi untuk terwujudnya kepariwisataan.
Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Ditjen PHKA Tahun 2003, antara lain sebagai berikut:
1. Flora dan fauna, yaitu potensi flora dan fauna secara umum dan diutamakan informasi mengenai flora dan fauna khas yang ada serta penyebarannya, yang memiliki daya tarik wisata alam.
3. Keindahan alam yaitu obyek-obyek yang memiliki keindahan alam baik darat, laut dan danau. Keindahan alam dapat dilihat dari pandangan lepas, variasi
pandangan, keserasian warna dan pandangan lingkungan obyek.
4. Keunikan sumberdaya alam, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas sumber alam dalam suatu lokasi yang tidak dimiliki oleh lokasi lain.
5. Panorama, yaitu obyek-obyek yang memiliki pemandangan alam dalam suatu areal yang terbuka dan luas yang mempunyai daya tarik wisata alam.
6. Peninggalan sejarah, yaitu obyek-obyek yang memiliki nilai sejarah, dikeramatkan dan lain-lain.
7. Atraksi budaya spesifik, yaitu adat istiadat, kesenian, yang memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri.
Menurut Kodhyat (2007), ODTWA merupakan komponen yang paling utama karena merupakan pendorong atau motivasi utama bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Walaupun demikian, komponen lainnya tidak kalah penting dari ODTWA, dimana keberadaan obyek dan daya tarik wisata harus dilengkapi dan ditunjang secara proporsional oleh komponen lainnya, yaitu fasilitas yang memadai, jasa layanan yang profesional, suasana yang kondusif serta menciptakan kesan mendalam bagi wisatawan sehingga ingin kembali mengunjungi tempat tersebut.
2.3Wisatawan
Wisatawan dibagi menjadi dua (Warpani & Warpani 2007), antara lain: 1. Wisatawan mancanegara.
2. Wisatawan nasional (domestik): wisatawan nusantara dan domestik asing. Motivasi yang mendorong wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata adalah sebagai berikut (Warpani & Warpani 2007):
1. Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi. 2. Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian. 3. Dorongan kebutuhan keagamaan.
4. Dorongan kebutuhan kesehatan.
7. Dorongan kepentingan hubungan keluarga. 8. Dorongan kepentingan politik.
Wisata alam memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mendapatkan pengalaman berkaitan dengan alam, kebudayaan dan belajar tentang pentingnya konservasi keanekaragaman hayati (Raharjo 2004). Pengukuran perkembangan yang terus menerus pada pariwisata merupakan kebutuhan dan interaksi antara perlindungan sumberdaya alam, pembangunan ekonomi dan kepuasan pengunjung atau wisatawan (Simion et al. 2010).
Menurut Borges et al. (2011), kenaikan jumlah pengunjung dapat menjadi masalah jika mekanisme perlindungan kawasan tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah tekanan dari pertumbuhan jumlah pengunjung yang tidak dapat diminimalisasi, invasif atau destruktif dalam pembangunan infrastruktur, terjadi polusi dan dampak sosial. Dibutuhkan pengembangan tujuan dan strategi pariwisata yang terencana dengan baik sehingga dapat memberikan dampak positif bagi konservasi dan berbagai pihak (pengelola, pengunjung dan masyarakat).
2.4 Masyarakat
Upaya pengembangan wisata sejauh mungkin diarahkan bukan hanya pemberdayaan sumberdaya alam juga pemberdayaan sumberdaya manusia yaitu
masyarakat sekitar kawasan. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat menjadi bagian dari kegiatan pariwisata dalam arti luas, bukan sekedar menjadi obyek melainkan juga menjadi subyek.
Menurut Raharjo (2004), keterlibatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat lokal adalah sebagai berikut:
1. Membentuk joint venture dengan tour operator dimana masyarakat menyediakan lebih banyak service sedangkan pihak swasta atau pemerintah hanya fokus pada promosi dan pemasaran.
2. Menyediakan layanan kepada tour operator, misalnya menyediakan bahan makanan, menjadi guide lokal, menyediakan transport dan akomodasi lokal. 3. Menyewakan lahan kepada pihak tour operator. Dalam hal ini masyarakat
masih memungkinkan untuk melakukan monitoring atas dampak dari aktifitas wisata.
4. Mengembangkan program sendiri secara mandiri.
5. Bekerja sebagai staf tour operator baik full time atau part time.
Menurut Raharjo (2004), terdapat pengaruh atau dampak pengembangan wisata alam bagi masyarakat dan kawasan itu sendiri (Tabel 1), adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Pengaruh atau dampak pengembangan wisata alam
Positif (bila ada partisipasi) Negatif (bila tidak ada partisipasi) Bagi Masyarakat Bagi Kawasan
Lindung
Bagi Masyarakat Bagi Kawasan Lindung
Erosi budaya Perubahan pola pemanfaatan sumberdaya alam
2.5Pengelola (Pemerintah dan Stakeholder Terkait)
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, pelaku wisata alam adalah
pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat yang bergerak dibidang wisata. Berdasarkan Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Ditjen PHKA Tahun 2003, pengelolaan obyek dan pelayanan pengunjung merupakan hal yang perlu ditingkatkan secara terus menerus dalam pemanfaatan suatu ODTWA, karena berpengaruh langsung dengan kepuasan pengunjung dan pelestarian obyek itu sendiri. Selain itu, dalam implementasinya perlu ditunjang oleh tenaga profesional dibidang pariwisata alam, bahasa dan mampu melakukan pelayanan kepada pengunjung.
Kurangnya pengaruh pihak luar terhadap kawasan wisata, mengharuskan pengelola (pemerintah daerah dan pengelola wisata) perlu membangun hubungan yang kuat dengan investor, swasta maupun LSM terkait dalam mendukung pembangunan wisata alam yang berkelanjutan. Diperlukannya rencana strategis dalam pengembangan pariwisata yang terus dikembangkan, dipantau dan dievaluasi secara berkala (The Lake District World Heritage Project dalam Borges et al. (2011)).
Industri jasa mempunyai kewajiban untuk bersama-sama dengan pemerintah daerah mengemas paket-paket wisata. Aktivitas pariwisata tidak tersekat pada satu obyek wisata saja. Aktivitas pariwisata memerlukan ruang
2.6 Pengembangan Wisata Alam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 menyatakan pembangunan
kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2006, pengembangan pariwisata alam adalah rencana yang memuat kebijakan pengembangan kepariwisataan Jawa Barat dari aspek perwilayahan pariwisata, aspek pengembangan produk wisata, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan sumberdaya manusia (SDM) kepariwisataan, dan pengembangan kelembagaan pariwisata.
Pengembangan adalah suatu usaha perubahan yang dilakukan untuk meningkatkan keuntungan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Muntasib et al. (2004) menyebutkan ada tujuh prinsip pengembangan wisata alam, yaitu:
1. Berhubungan langsung dengan alam (touch the nature).
2. Pengalaman yang bermanfaat, baik secara pribadi ataupun secara sosial. 3. Wisata alam bukan wisata massal.
4. Interaksi dengan masyarakat dan budaya setempat. 5. Adaptif sesuai dengan akomodasi pedesaan.
6. Pengalaman lebih utama dari kenyamanan.
Ditjen PHKA (2003), dasar penilaian potensi pengembangan wisata alam adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi kepada kepentingan konservasi kawasan.
2. Memberikan pemahaman pendidikan konservasi bagi kawasan. 3. Memberdayakan atau meningkatkan peran masyarakat.
4. Memberikan nilai ekonomi dan kesinambungan usaha kepada pihak ketiga dan pemerintah.
1. Perencanaan, meliputi identifikasi, inventarisasi dan analisis data, identifikasi konflik sumberdaya, analisis data, penetapan posisi perkembangan,
pengelolaan pengunjung, pemasaran dan promosi, sumberdaya manusia, pengelolaan dampak, pembangunan sarana dan prasarana, pengusahaan pariwisata alam dan kelembagaan.
2. Pelaksanaan, meliputi koordinasi, sosialisasi dan kerjasama. 3. Monitoring dan evaluasi.
Menurut Ditjen PHKA (2003), pengembangan obyek wisata alam dilakukan berdasarkan skala prioritas dan rekomendasi. Pengembangan dikatagorikan dalam beberapa katagori, yaitu sebagai berikut:
1. Sangat potensial, yaitu daerah yang memiliki ODTWA layak untuk dikembangkan berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA melalui urutan prioritas.
2. Potensial, yaitu daerah yang memiliki potensi, namun memiliki hambatan dan kendala untuk dikembangkan dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang memerlukan pembinaan lebih lanjut berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA.
3. Kurang potensial, yaitu daerah yang tidak dapat dikembangkan atas dasar hasil penilaian ADO-ODTWA.
Berasarkan Ditjen PHKA (2002), program pengembangan wisata alam
secara berkelanjutan bisa dilakukan dengan melihat beberapa faktor diantaranya: 1. Pengembangan lokasi obyek (Potensi ODTWA), yaitu rencana kegiatan
pengembangan obyek sesuai analisis, dengan urutan prioritas baik yang menyangkut lokasi obyek maupun jenis-jenis kegiatan yang dikaitkan dengan rencana pengelola kawasan tersebut.
2. Fasilitas penunjang, yaitu kegiatan pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan di luar obyek dengan prioritas pengembangan lokasi obyek.
3. Keadaan Pengunjung, yaitu jumlah pengunjung, perilaku pengunjung yang terdiri dari wisatawan luar negeri dan wisatawan dalam negeri.
dan pelestarian obyek itu sendiri. Selain itu dalam implementasinya perlu ditunjang oleh tenaga yang professional di bidang pariwisata alam, bahasa dan
mampu melakukan pelayanan terhadap pengunjung.
5. Kegiatan wisata alam, yaitu: rencana dan realisasi pengembangan kegiatan wisata alam, baik oleh pengelola, masyarakat maupun pemerintah.
Menurut Hakim (2004), strategi dalam pengembangan wisata alam harus mendorong tindakan konservasi sehingga tujuan dari wisata berkelanjutan tetap tercapai dalam industri pariwisata yang terus berkembang. Pariwisata yang terjadi di kawasan lindung harus dikelola dengan benar dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Selain itu, tidak boleh dilupakan bahwa tujuan keseluruhan dari kawasan lindung adalah konservasi dan perlindungan. Pada pengembangan pengelolaan wisata alam, keanekaragaman hayati dapat dieksplorasi sampai batas tertentu (daya dukung lingkungan) hubungan antara pariwisata dan kawasan lindung (IUCN 2009).
Menurut The International Ecotourism Society (2004) dan Pemerintah Propinsi Jawa Barat (2007) pelayanan terhadap pelanggan wisata alam dapat dilakukan dengan cara mengembangkan potensi wisata alam dengan indikator: 1) Keadaan fisik kawasan (luas, ketinggian).
2) Potensi biotik kawasan (flora fauna).
3) Potensi wisata yang meliputi: (a) wisata alam dengan kegiatannya berupa
hiking, berkemah, berkuda, bersepeda; wisata santai sambil berolahraga (berenang (air panas), lintas alam dan lain-lain); (b) wisata konvensi dengan kegiatan berupa wisata sambil melakukan seminar, rapat, konferensi; (c) wisata budaya dengan kegiatan berupa pergelaran seni tradisional.
4) Sarana prasarana seperti pembuatan pusat informasi, pondok kerja, sarana olahraga, camping ground, tempat bermain anak anak, sarana pemandian air panas, shelter, fasilitas penginapan, tempat ibadah, ruang pertemuan.
5) Aksesibilitas (kemudahan mencapai tempat wisata). Pengembangan Wisata Alam Berbentuk Pantai
konsep ekowisata bahari yang berbasis pada pemadangan dan keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat
sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Selanjutnya kegiatan ekowisata lain yang juga dapat dikembangkan, antara lain: berperahu, berenang, snorkling, menyelam, memancing, kegiatan olahraga pantai dan piknik menikmati atmosfer laut (Satria 2009).
Orientasi pemanfaatan pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dan saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. Suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan pada empat aspek, antara lain:
b. Mempertahankan kelestarian lingkungan.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut. d. Menjamin kepuasan pengunjung.
e. Meningkatkan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zona pengembangannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pengembangan ekowisata bahari (Satria 2009), antara lain:
a. Aspek ekologis, daya dukung ekologis merupakan tingkat penggunaan maksimal suatu kawasan.
b. Aspek fisik, daya dukung fisik merupakan kawasan wisata yang menunjukkan jumlah maksimum penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan dalam area tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas.
c. Aspek sosial, daya dukung sosial adalah kawasan wisata yang dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan dimana apabila melampaui batas akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas pengalaman atau kepuasan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu Agustus - September 2012, di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya dengan cakupan obyek wisata alam dalam sudut pandang ekonomi dan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Obyek wisata alam tersebut yaitu Gunung Galunggung di Kecamatan Sukaratu; Karaha Bodas di Kecamatan Kadipaten; Pantai Cipatujah, Pantai Sidangkerta, dan Pantai Pamayangsari di Kecamatan Cipatujah; dan Karangtawulan di Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
3.2Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis 2. Kamera digital
3. GPS (Global Positioning System) 4. ArcGIS 9.3
5. Microsoft Office 2007 6. Literatur
7. Kuisioner
8. Panduan wawancara
9. Pedoman analisis daerah operasi obyek dan daya tarik wisata alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003
3.3Metode Penelitian
Tabel 2 Metode penelitian
No Jenis Data Data yang Dibutuhkan Metode Sumber Data
1 Obyek dan daya tarik wisata
Daya tarik obyek wisata berbentuk darat, berupa keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol, jenis kegiatan wisata, kebersihan lokasi, dan keamanan kawasan; daya tarik obyek wisata berbentuk pantai, berupa keindahan, keselamatan dan keamanan pantai, jenis dan warna pasir, variasi kegiatan, kebersihan dan kenyamanan, dan kenyamanan; aksesibilitas, berupa kondisi dan jarak jalan darat dari terminal bus Tipe A, waktu yang digunakan untuk mencapai obyek wisata alam dari terminal bus Tipe A; fasilitas penunjang, berupa sarana dan prasarana penunjang wisata; kondisi sekitar kawasan, berupa tata ruang wilayah obyek, mata pencarian penduduk, pendidikan, tingkat kesuburan tanah, dan sumberdaya alam; iklim, berupa parameter curah hujan, parameter udara, dan kelembaban udara; ketersediaan air bersih, berupa volume, jarak lokasi air bersih terhadap lokasi obyek, dapat tidaknya air dialirkan ke obyek, kebanyakan dikonsumsi dan ketersediaan. Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya meliputi Gunung Galunggung, Karaha Bodas, Pantai Cipatujah, Pantai Sindangkerta, Karangtawulan, dan Pantai Pamayangsari.
2 Pengunjung Karakteristik pengunjung, aktifitas, waktu kunjungan, penilaian terhadap obyek wisata alam, keinginan dan harapan bagi pengembangan wisata kedepannya
Kuisioner dan wawancara. Metode purposive sampling
berdasarkan klasifikasi kategori responden, strata umur dan jenis kelamin dengan jumlah sampel 30 orang pada masing-masing obyek wisata.
Tabel 2 Metode penelitian (Lanjutan)
No Jenis Data Data yang Dibutuhkan Metode Sumber Data
3 Masyarakat sekitar obyek wisata alam
Pemanfaatan kawasan oleh masyarakat sekitar, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata, peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata, kesiapan menerima kunjungan, dampak adanya wisata bagi masyarakat sekitar, serta keinginan dan harapan bagi pengembangan wisata kedepannya.
Wawancara menggunakan metode snowball sampling dan
purposive sampling berdasarkan klasifikasi kategori responden, strata umur dan jenis kelamin dengan jumlah sampel 30 orang pada masing-masing obyek wisata.
Masyarakat sekitar obyek wisata alam yang terlibat langsung dan dilaksanakan, status obyek wisata, perencanaan pengembangan wisata yang sudah dan akan dilaksanakan, kebijakan-kebijakan yang berlaku di dalam kawasan, kerjasama yang dilakukan, permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan serta solusi yang diupayakan di kawasan obyek wisata.
Studi pustaka dan wawancara dengan menggunakan metode
snowball sampling.
3.4 Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1 Obyek daya tarik wisata (ODTWA)
Data mengenai potensi obyek dan daya tarik wisata alam diolah dengan menggunakan pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA tahun 2003 yang telah dimodifikasi. Modifikasi dilakukan terhadap sub unsur untuk menyesuaikan dengan kondisi obyek wisata alam yang dinilai. Penilaian obyek dan daya tarik wisata dilakukan untuk mendapatkan bobot dari penilain setiap unsur terhadap setiap obyek wisata. Bobot setiap obyek wisata digunakan untuk menentukan skor setiap obyek wisata berdasarkan enam kriteria penilaian, yaitu daya tarik wisata, aksesibilitas, fasilitas penunjang kondisi sekitar kawasan, iklim, ketersediaan air bersih, dan daya dukung kawasan. Skor diperoleh dari jumlah nilai setiap unsur yang dikalikan dengan bobot dari setiap kriteria penilaian tersebut.
Pengembangan obyek wisata alam dilakukan dengan mengklasifikasikan obyek wisata berdasarkan skor dari seluruh kriteria yang dinilai. Oktadiyani (2006) menjelaskan bahwa untuk menentukan selang setiap obyek wisata bisa dilakukan dengan cara mengurangi skor tertinggi dengan skor terendah dan membaginya dengan selang yang digunakan, secara rumus bisa dinyatakan yaitu:
Keterangan: Selang = Nilai selang dalam penetapan klasifikasi pengembangan Smaks = Nilai skor tertinggi
Smin = Nilai skor terendah
K = Banyaknya klasifikasi pengembangan
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh klasifikasi pengembangan pengembangan setiap unsur (Tabel 3).
Tabel 3 Klasifikasi pengembangan setiap unsur No Penilaian ODTW Nilai 1 Daya tarik wisata berbentuk
darat
900 60 60-340 ≥340-620 ≥620-900
2 Daya tarik wisata berbentuk kawasan perairan (pantai)
Tabel 3 Klasifikasi pengembangan setiap unsur (Lanjutan)
Nilai setiap unsur penilaian dijumlahkan dari nilai terendah sampai tertinggi untuk menentukan skala prioritas pengembangan. Daya tarik obyek wisata berbentuk darat dan berbentuk kawasan perairan (pantai) dibedakan karena jumlah nilai dan skornya berbeda menghasilkan klasifikasi penilaian
tertinggi dan terendah (Tabel 4 dan Tabel 5).
Tabel 4 Skala penilaian obyek daya tarik wisata berbentuk darat Klasifikasi Nilai
Pengembangan wisata alam di Kabupaten Tasikmaya dilakukan dengan cara melihat skala penilaian dan klasifikasi pengembangan. Nilai tersebut dijumlahkan mulai dari nilai terendah sampai tertinggi. Hasil skala prioritas rekomendasi dibagi menjadi tiga klasifikasi pengembangan (Tabel 6 dan Tabel 7).
Tabel 6 Skala prioritas rekomendasi obyek wisata berbentuk darat
Unsur Nilai Tabel 7 Skala prioritas rekomendasi obyek wisata berbentuk kawasan perairan
Hasil dari klasifikasi pengembangan digunakan untuk menentukan obyek wisata alam yang akan dikembangkan. Obyek wisata alam yang
termasuk dalam klasifikasi sangat potensial merupakan obyek wisata yang direkomendasikan atau diutamakan dalam pengembangannya. Obyek wisata yang termasuk dalam kategori potensial dan kurang potensial dapat dikembangkan setelahnya karena perlu banyak perencanaan dalam perbaikan kawasan dan pengembangan ke depannya. Dirjen PHKA (2002) menjelaskan bahwa pengembangan obyek wisata dilakukan dengan melihat obyek yang sangat potensial untuk dikembangkan dilihat dari berbagai unsur.
3.4.2 Pengunjung obyek wisata alam
Responden adalah pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata alam yang ditemukan pada waktu pengambilan data lapang. Sampel yang diambil dibagi berdasarkan jenis kelamin yaitu responden laki-laki dan perempuan. Menurut Nasution (2007), sampel berdasarkan umur dibagi menjadi remaja (15 - 24 tahun), dewasa (25 – 50 tahun) dan tua (>50 tahun). Hasil kuisioner diolah melalui tabulasi dalam bentuk table, grafik, dianalisis secara deskriftif serta ditampilkan dalam bentuk matriks (Tabel 8). Tabel 8 Kategori responden, strata umur, jumlah sampel pengunjung obyek
wisata alam No Kategori
Responden
Strata umur Jenis Kelamin
Laki-laki (orang) Perempuan (orang)
1 Remaja 15-24 tahun 4 4
2 Dewasa 25-50 tahun 6 6
3 Tua >50 tahun 5 5
Jumlah Total 15 15
3.4.3 Masyarakat sekitar obyek wisata alam
berdasarkan hasil wawancara dianalisis secara deskriptif serta ditampilkan dalam bentuk matriks (Tabel 9).
Tabel 9 Kategori responden, strata umur, jumlah sampel masyarakat sekitar obyek wisata alam
No Kategori Responden
Strata umur Masyarakat yang terlibat langsung
Masyarakat yang tidak terlibat langsung Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki (orang)
Perempuan (orang)
1 Remaja 15-24 tahun 2 2 3 2
2 Dewasa 25-50 tahun 3 3 3 3
3 Tua >50 tahun 3 2 2 2
Jumlah Total 8 7 8 7
3.4.4 Pengelola obyek wisata alam
Pengelola merupakan pemerintah, Dinas terkait (berhubungan dengan pengembangan dan kegiatan wisata alam serta kawasan potensial untuk pengembangan wisata), swasta, penyedia jasa wisata dan jasa transportasi. Data dan informasi hasil wawancara pengelola dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pihak yang terlibat dalam kegiatan wisata serta rencana strategis pengembangan pengelolaan wisata alam.
3.5 Pengembangan wisata alam
Penentuan prioritas pengembangan wisata dilakukan untuk mencapai optimalisasi pengembangan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh langsung meliputi penilaian berdasarkan ADO-ODTWA Dirjen PHKA Tahun 2003, kesesuaian pengembangan, dan keberlanjutan/kelestarian obyek daya tarik wisata
Gambar 1 Skema penentuan prioritas pengembangan wisata alam. Kelestarian geothermal
Kelestarian Penyu Hijau (Chelonia mydas) Mitigasi bencana dan
pola aktifitas letusan gunung api dan tsunami
Rencana strategis pengelola Sosial budaya dan kesiapan masyarakat menerima kunjungan
Keberlanjutan/ kelestarian obyek
daya tarik wisata alam dan faktor
pembatas ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003
Prioritas Pengembangan
Wisata Alam
Pelayanan pengunjung
Kesesuaian pengembangan Daya tarik wisata alam
(darat dan kawasan perairan (pantai)
Aksesibilitas
Fasilitas penunjang
Kondisi sekitar kawasan
Iklim
BAB IV
KONDISI LOKASI PENELITIAN
Obyek daya tarik wisata alam yang termasuk kedalam Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut:
Gambar 2 Peta daya tarik wisata alam di Kawasan Strategis Kabupaten Tasikmalaya.
4.1Gunung Galunggung
bermotor dari Jalan Bantar dan Kecamatan Sukaratu; Kecamatan Indihiang dan Cisayong; atau Kecamatan Singaparna serta melewati Desa Linggajati.
Obyek daya tarik wisataberupa kawasan Wana wisata dalam hutan lindung Gunung Galunggung RPH Cisayong, BKPH Tasikmalaya, KPH Tasikmalaya,
terletak pada ketinggian 1.250 mdpl dan suhu udara rata‐rata 25 °C. Perum
Perhutani membangun wana wisata Cipanas Galunggung sejak tahun 1988. Setelah itu, Pemerintah Daerah ikut berperan serta dalam pengelolaan wisata Gunung Galunggung.Obyek daya tarik wisata alam di Gunung Galunggung antara lain:
4.1.1Danau kawah
Setelah meletus terakhir tahun 1982 dengan mengeluarkan lahar panas, pasir dan bebatuan, Gunung Galunggung membentuk lekukan yang tergenang air yang biasa disebut danau kawah. Danau kawah memiliki luas ±40 ha dengan kondisi air yang jernih dan tenang yang dapat digunakan sebagai tempat rekreasi dan pemancingan. Danau kawah ini dikelilingi oleh hutan pegunungan hasil suksesi dari letusan Gunung Galunggung yang terakhir dan memiliki kekayaan flora dan fauna. Danau kawah dapat dicapai dengan menaiki kendaraan sampai batas akhir jalan, kemudian dilanjutkan dengan menaiki ±620 buah anak tangga (Gambar 3).
(a) (b)
Gambar 3 Obyek wisata Gunung Galunggung (a) Danau kawah (b) ±620 anak tangga menuju danau kawah.
bau belerang. Pada saat cuaca yang cerah, wisatawan dapat melihat air sungai yang turun dari bukit Gunung Galunggung. Pemandangan ini merupakan
potensi daya tarik wisata alam lainnya selain menikmati danau kawah dan pemandian air panas. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah hiking, camping, maupun sekedar berekreasi, menikmati pemandangan alam (sightseeing), dan fotografi di danau kawah dan Gunung Galunggung.
4.1.2Pemandian air panas
Pemandian air panas dari mata air Gunung Galunggung yang mengalir didalam kawasan, perkampungan dan persawahan milik masyarakat sekitar menjadi obyek daya tarik yang dapat dinikmati pengunjung. Sumber mata air panas tersebut memiliki kandungan belerang yang bermanfaat untuk pengobatan dan kesehatan. Pemandian air panas memiliki luas tiga hektar berupa obyek air terjun, sungai air panas, kolam renang air panas, bak rendam dan tempat pemandian (Gambar 4). Memasuki obyek sungai dan air terjun yang dikelola Perum Perhutani, diharuskan membayar tiket sebesar Rp.10.000.
(a) (b)
Gambar 4 Pemandian air panas (a) kolam renang air panas buatan (b) bak pemandian dari sungai air panas.
(a) (b)
Gambar 5 Fasilitas dalam kawasan (a) camping ground (b) area bermain anak.
Obyek lainnya adalah keindahan panorama hutan lindung dan aktivitas satwaliar yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan babi hutan
(Sus scrofa) yang dapat dijumpai di dekat pemandian air panas. Umumnya pengunjung obyek wisata Galunggung adalah wisatawan lokal/domestik,
khususnya yang datang dari wilayah Priangan Timur. Pengunjung biasanya memanfaatkan hari libur nasional dam pada akhir pekan. Kedatangan pengunjung yang melebihi jumlah biasanya (peak season) terjadi hanya beberapa kali dalam setahun, yaitu sebelum puasa (munggahan), setelah Lebaran dan Tahun Baru.
4.2Karaha Bodas
Karaha Bodas terletak di perbatasan antara Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya. Salah satu potensi wisata alam menarik yang termasuk kedalam batas administratif Kabupaten Tasikmalaya adalah wisata alam terpadu Karaha Bodas di Kecamatan Kadipaten. Karaha Bodas berasal dari bahasa Sunda, yaitu karaha atinya karatan, bodas artinya putih. Jadi Karaha Bodas adalah bukit yang terlihat seperti lapangan luas, ditumbuhi tumbuhan bawah dengan tanah sulfur berwarna putih yang terlihat seperti berkarat (menguning).
dari turunan Gentong atau Malangbong jika dari arah Bandung menuju Tasikmalaya. Jarak dari pusat Kota Tasikmalaya dan terminal tipe A ke Karaha
Bodas sejauh ±30 km. Obyek daya tarik wisata Karaha Bodas antara lain: 4.2.1Wana Wisata Geologi Geothermal
Konsep inti wisata Karaha Bodas adalah berupa wana wisata serta geowisata. Wana wisata merupakan bentuk wisata alam yang dibentuk oleh keindahan hutan sekitar Karaha Bodas (Gambar 6). Potensi wisata yang dapat dikembangkan di wana wisata ini adalah pembuatan camping ground, jogging track, outbond, pembuatan meeting room, wisata kuliner, pertunjukan seni budaya serta agrowisata. Potensi geowisata di Karaha Bodas dikembangkan berdasar pada ketersediaan potensi hidrotermal yang muncul dalam bentuk mata air panas. Dapat dikembangkan dalam bentuk pemandian air panas, lanskap bentang alam geologi, paket wisata geothermal, serta area ekskursi geologi/field trip.
(a) (b)
Gambar 6 Daya tarik Karaha Bodas (a) lokasi yang dijadikan tempat wisata (b) hutan pinus.
4.2.2Agrowisata strawberry
komoditas lain yaitu strawberry. Strawberry menjadi pilihan karena cocok untuk ditanam dalam kondisi iklim dan ketinggian di daerah tersebut, tidak
membutuhkan banyak air untuk penyiraman tanaman dan pemanenan dapat dilakukan setiap hari selama musim kemarau. Terbukti dari kegiatan pertanian
strawberry, kesejahteraan petani meningkat. Kegiatan pertanian strawberry dapat dijadikan sebagai salah satu potensi wisata yaitu agrowisata (Gambar 7).
(a) (b)
Gambar 7 Agroforestry masyarakat Kecamatan Kadipaten (a) kebun
strawberry (b) strawberry yang telah dipanen dan akan dipasarkan. Atraksi wisata yang dapat dilakukan adalah memanen buah strawberry, trekking ke area kebun strawberry, mengenal strawberry, sehari menjadi petani strawberry, dan wisata kulier berbagai hasil olahan strawberry. Kegiatan agrowisata ini belum direncanakan karena pemerintah lebih terkonsentrasi terhadap pengembangan wisata di Karaha Bodas.
4.3Pantai Sindangkerta
Nama Sindangkerta berasal dari cerita seorang bernama mang Kerta yang
berasal dari kampung Sindang kemudian singgah (sindang) dan tinggal di kampung Cisaat yang sekarang bernama Sindangkerta. Pantai Sindangkerta berlokasi ±78 km dari pusat Kota Tasikmalaya atau ±3-4 jam waktu tempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor dan ±205 km dari Kabupaten Bandung serta ±4 km dari Pantai Cipatujah ke arah timur. Obyek daya tarik wisata alam di Pantai Sindangkerta antara lain:
4.3.1Wisata Pantai (Taman Lengsar)
yang luas (Gambar 14). Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di dalam kawasan yaitu berenang, bermain air dengan perahu karet, rekreasi, piknik,
wisata kuliner, menikmati keindahan pantai, dan fotografi. Fasilitas dalam kawasan wisata diantaranya adalah gazebo, mesjid, kios wisata, WC umum, tempat sampah, tempat untuk membakar ikan, dan wisma Mutiarasari atau mess Pemda.
(a) (b)
(c)
(d)
Gambar 8 Kondisi Pantai Sindangkerta (a) gapura sekaligus benteng penahan ombak (b) pantai yang dapat digunakan untuk berenang (c) suasana pantai
siang hari dan (d) suasana pantai saat sunset.
4.3.2Kesenian tradisional Seni Rengkong
Ungkapan rasa syukur masyarakat Sunda terhadap Tuhan akan hasil panen menjadi ritual dan dilakukan secara adat dengan menggabungkan unsur kesenian dan kebudayaan. Pada mulanya padi dipanen, lalu “dipangkek” yakni
pangkalnya dibuat lekukan melingkar untuk letak tali pemikul (salang) dan dibuatkan lubang resonator (bunyi). Apabila orang yang memikul berjalan
atau bergerak, maka lekukan angguk dengan tali yang dibebani padi akan menimbulkan suara diakibatkan terjadinya pergeseran. Jenis kesenian inilah
yang disebut “Seni Rengkong” (Gambar 9).
Pemainnya menggunakan busana yang terdiri dari baju kampret, celana pangsi, ikat kepala, dan tidak menggunakan alas kaki. Biasanya dalam perayaaan pesta rakyat, instrumen seni rengkong dibantu ditambah dengan hatong, sebuah alat tiup yang terbuat dari bambu, yang jenisnya beragam seperti hatong ijen (hong-hong), hatong sekaran, dan hatong (Gambar 9b).
(a) (b)
Gambar 9 Penampilan seni tradisional Rengkong (a) Rengkong (b) Hatong.
Kesenian ini dipertunjukan dalam perayaan seperti khitanan, perkawinan, hiburan rakyat, termasuk pergelaran di kota besar. Seni
tradisional Rengkong ditampilkan oleh masyarakat asli dari Desa Sindangkerta untuk perayaan atau permintaan khusus dari wisatawan (rombongan) yang berkunjung ke tempat wisata tersebut. Pementasan seni tradisional Rengkong sudah banyak dikenal masyarakat luas dan sering dipentaskan di berbagai kota di Indonesia dan beberapa Negara di Asia Tenggara.
4.3.3Kampung nelayan (Pamoekan)
rumah, bentuk rumah (rumah panggung adat Sunda), bahan pembuat rumah (dari bilik bambu, kayu, tripleks dan genteng), serta lantainya dari tanah.
Setiap hari nelayan melakukan aktivitasnya seperti membuat jaring, memperbaiki kapal yang rusak, serta melakukan kegiatan menangkap ikan di laut. Aktivitas atau kegiatan nelayan tersebut merupakan salah satu potensi daya tarik wisata yang dapat dikembangkan (Gambar 10).
(a) (b)
Gambar 10 Pamoekan (a) perahu nelayan (b) rumah nelayan di sekitar pantai.
4.3.4Hajat Lembur Mapag Taun
Setiap tanggal 1 Januari, di Pantai Sindangkerta selalu diadakan upacara ritual keagamaan yaitu Hajat Lembur Mapag Taun (perayaan Desa menyambut Tahun Baru). Ritual ini dilaksanakan pada pagi hari setelah melakukan kegiatan pesta kembang api pada tengah malam tahun baru. Kegiatan tersebut merupakan even tahunan yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya bersama masyarakat sekitar Pantai Cipatujah, Pantai Sindangkerta, dan Pantai Pamayangsari (Gambar 11).
(a) (b)
Kegiatan tersebut biasanya dihadiri dan disaksikan oleh Pejabat Daerah dan masyarakat sekitar serta pengunjung yang datang dari berbagai daerah
Even tersebut merupakan seni pertunjukan atau atraksi budaya dari berbagai kesenian masyarakat desa yaitu upacara adat yang berarti pembukaan dan penyambutan. Pada upacara adat terdapat berbagai seni Sunda yaitu penampilan si Gareng, Tari Jaipong “penyambutan”, dan iringan pengantin yang mengalungkan bunga pada yang dituakan atau dihormati. Kemudian
yang dituakan didaulat untuk menyipratkan air “kahuripani” kepada semua
orang yang hadir dalam acara tersebut dan melakukan prosesi pelepasan jampana ke laut lepas. Pelepasan jampana mengartikan ucapan rasa syukur terhadap Tuhan. Setelah itu diakhiri makan besar sajian tumpeng oleh semua orang yang hadir. Dilanjutkan dengan pagelaran budaya seni tradisional Rengkong dan Aseuk Hatong serta kesenian tradisional lainnya.
4.4Pantai Pamayangsari
Nama Pantai Pamayangsari terbentuk berdasarkan sejarah pantai yang merupakan tempat hidup penyu, tetapi sekarang berubah fungsi menjadi tempat pelabuhan perahu nelayan penangkap ikan yaitu pamayang. Meskipun demikian, Pantai Pamayangsari masih memiliki Kawasan Konservasi Penyu sebagai tempat perlindungan dan peneluran penyu. Pantai Pamayangsari berlokasi ±8 km dari
Pantai Cipatujah dan ±4 km dari Pantai Sindangkerta. Obyek daya tarik wisata alam adalah sebagai berikut:
4.4.1Keindahan Pantai Pamayangsari
(a) (b)
Gambar 12 Suasana Pantai Pamayangsari (a) tempat perahu nelayan (pelabuhan) (b) pembangunan pelabuhan Pantai Pamayangsari, menara
pengamat, kantor dan tempat pelelangan hasil tangkapan laut.
4.4.2Kawasan Konservasi Penyu Hijau
Sebelah barat Pantai Pamayangsari terdapat Kawasan Konservasi Penyu dengan panjang pantai sekitar tiga kilometer. Tujuan BKSDA Jawa Barat mengelola Kawasan Konservasi Penyu untuk perlindungan dan pelestarian penyu yang langka dan dilindungi. Terdapat tiga jenis penyu yang dikonservasi dan ditangkarkan yaitu penyu hijau, penyu sisik dan penyu lekang. Namun saat ini penyu sisik dan penyu lekang sudah jarang bertelur sehingga hanya penyu hijau saja yang masih bertelur di Pantai Pamayangsari. Hal tersebut dikarena adanya perburuan penyu (daging, telur dan bagian lainnya) serta gangguan atau kerusakan habitat sehingga penyu tidak datang kembali ke tempat tersebut untuk berkembangbiak dan bertelur.
Pantai Pamayangsari didatangi oleh penyu karena tempatnya yang tertutup/terisolasi oleh daratan yang menjorok ke laut dari bagian kanan dan kirinya sehingga tidak tidak terhubung dengan bagian pantai yang lain. Selain itu, pantai ini ditutupi oleh tumbuhan dan semak-semak yang cukup tinggi jenis padan-pandanan yang merupakan pakan penyu. Penyu datang pada musim kawin dan musim bertelur yaitu pada bulan Maret – Agustus. Dalam satu musim, penyu dapat bertelur hingga enam kali dengan jarak peneluran satu ke peneluran selanjutnya selama ±12 – 20 hari. Setiap malam sampai
penetasan semi alami dengan kedalaman lubang 60 cm dan dibiarkan selama satu minggu (Gambar 13b).
(a) (b)
Gambar 13 Pantai Pamayangsari (a) Kawasan Konservasi Penyu (±3 km) yang menjadi tempat penyu makan, reproduksi dan bertelur (b) bak penetasan semi
alami di dekat pantai.
Dalam suhu inkubasi 25 – 32 °C, telur penyu akan menetas selama ±55 hari, dan suhu inkubasi 24 – 26 °C terlur penyu akan menetas selama ±80 hari. Setelah telur menetas, penyu dengan sendirinya akan naik ke permukaan dan dipindahkan ke penangkaran selama tiga bulan (Gambar 14). Setelah itu, penyu dilepaskan kembali ke laut. Pelepasan penyu biasanya dilakukan oleh siswa sekolah sekitar kawasan konservasi penyu, BKSDA Jawa Barat serta petugas lapangan. Kawasan Konservasi Penyu tidak dikhususkan untuk kegiatan wisata alam meskipun cukup banyak wisatawan berkunjung ke Kawasan Konservasi Penyu dan penangkarannya disela-sela kegiatan wisata ke Pantai Sindangkerta.
(a) (b)
Gambar 14 Penangkaran Penyu Hijau di bak khusus setelah penetasan (a) umur tiga minggu setelah penetasan (b) umur 3 – 6 bulan.
4.5Pantai Cipatujah
lepas bagian dari Samudra Hindia). Obyek daya tarik wisata yang perlu dijaga kelestariannya adalah keindahan pantai (laut lepas). Pantai Cipatujah berjarak ±74
km dari pusat kota Tasikmalaya dan ±60 km dari Pantai Pangandaran. Setelah semua fasilitas dan perumahan warga hancur karena Tsunami tahun 2006, Pantai Cipatujah mulai diperbaiki kembali sedikit demi sedikit. Fasilitas dalam kawasan adalah kios wisata, gazebo, area bermain anak, menara pandang, mesjid, panggung terbuka, penginapan, area parkir, dan Tourism Information Center
(Gambar 15).
(a) (b)
Gambar 15 Suasana Pantai Cipatujah (a) pemandangan laut lepas Cipatujah dengan pasir pantai yang luas (b) pemadangan laut lepas dan benteng batu.
Lokasinya sangat strategis karena berada di bibir pantai yang menghubungkan antara Pantai Pangandaran dengan Pelabuhan Ratu Sukabumi. Setiap tanggal 1 Januari, di Pantai Cipatujah selalu diadakan upacara ritual keagamaan yaitu Hajat Lembur Mapag Taun dan balap kerbau serta kesenian tradisional lainnya (calung, kentongan dan debus).
4.6Karangtawulan
Karangtawulan di Desa Cimanuk Kecamatan Cikalong dan berjarak ±97 km dari pusat kota Tasikmalaya, ±40 km dari Pantai Pangandaran dan ±20 km dari Pantai
Cipatujah (Gambar 16).
(a) (b)
Gambar 16 Obyek wisata Karangtawulan (a) keindahan ombak besar yang menabrak karang (b) Nusa Manuk.
Karangtawulan memiliki dua goa yaitu Goa Parat dan Goa Lalay yang sering digunakan untuk bertapa. Dalam goa terlihat bekas tikar dan sesaji yang digunakan petapa. Goa Parat diambil dari bahasa Sunda, parat yaitu selesai yang berarti goa tersebut tidak dalam hanya lubang kecil yang melekuk kedalam hanya dapat dimasuki 1-2 orang saja. Goa Lalay diambil dari bahasa Sunda, lalay berarti kelelawar yaitu goa yang dihuni oleh kelelawar. Jarak antara Goa Parat dan Goa Lalay cukup dekat, berjarak ±80 meter dan terhalangi oleh karang dan jalan yang menuju ke dua goa tersebut. Goa-goa tersebut sejajar pantai sehingga apabila laut sedang pasang, air laut dapat masuk kedalam goa (Gambar 17).
(a) (b)
Gambar 17Kondis pantai dan goa yang sejajar karang (a) pantai (b) Goa Parat.
yang diketahui merupakan keturunan dari Wali Songo dan keturunan Prabu Siliwangi Raja Galuh Pakuan. Jarak antara dua makam tersebut ±100 meter
(Gambar 18).
(a) (b)
Gambar 18 Obyek wisata spiritual makam keramat Syech Abdul Rahman Abdul Rahim (a) tampak dalam (b) tampak luar.
Banyak wisatawan berkunjung untuk berziarah ke dua makam tersebut (wisata rohani/spiritual). Saat ini kondisi bangunan rumah dan makam sangat memprihatinkan sehingga dikhawatirkan dapat roboh dan membahayakan peziarah
Seluruh obyek wisata alam di Kabupaten Tasikmalaya termasuk kedalam pengembangan wisata tingkat III berdasarkan Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2005. Pembayaran tiket pengunjung sebesar Rp. 2.000 dan untuk retribusi Rp.200. Khusus untuk obyek wisata Gunung Galunggung, pengunjung diharuskan membayar Rp.4.200 karena dikelola oleh dua stakeholder. Parkir untuk kendaraan roda dua, jeep dan sedan Rp.1.000, untuk kijang dan sejenisnya Rp. 2.000, mini
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) 5.1.1Penilaian obyek dan daya tarik wisata alam
5.1.1.1 Daya tarik obyek wisata alam
A. Daya tarik obyek wisata berbentuk darat
Daya tarik merupakan modal utama yang menarik perhatian wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata. Kriteria daya tarik wisata alam di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya yaitu daya tarik obyek wisata berbentuk darat dan berbentuk perairan (pantai). Terdapat lima unsur daya tarik obyek wisata berbentuk darat, yaitu:
1) Keunikan sumberdaya alam
Gunung Galunggung memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 25 poin karena memiliki empat jenis keunikan sumberdaya alam yaitu sumber mata air panas yang berasal dari mata air Gunung Galunggung, danau kawah, air terjun panas dan dingin yang mengalir ke sungai sekitar kawasan, serta flora hutan pegunungan berdasarkan hasil suksesi dari letusan terakhir.
2) Jenis sumberdaya alam yang menonjol
Gunung Galunggung memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 20 poin karena memiliki tiga jenis sumberdaya alam yang menonjol yaitu flora hutan alami yang terbentuk dari hasil suksesi dari letusan terakhir, air (mata air, sumber air panas, danau kawah, air terjun panas dan dingin, dan sungai), dan gejala alam (danau kawah yang terbentuk dari hasil letusan terakhir Gunung Galunggung dan pemandangan seluruh kawasan obyek wisata alam Gunung Galunggung).
3) Jenis kegiatan wisata alam