• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesiapan anak : Morrison (2009:67) dan Community Pediatric Review (2005) menunjukkan bahwa karakteristik beberapa anak ketika mereka sudah (2005) menunjukkan bahwa karakteristik beberapa anak ketika mereka sudah

B. Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar

1. Kesiapan anak : Morrison (2009:67) dan Community Pediatric Review (2005) menunjukkan bahwa karakteristik beberapa anak ketika mereka sudah (2005) menunjukkan bahwa karakteristik beberapa anak ketika mereka sudah

24

mulai sekolah yang dapat menggambarkan kesiapan sekolah mereka adalah sebagai berikut.

a. Kesehatan fisik dan perkembangan; terdiri dari perkembangan fisik anak, status kesehatan dan kemampuan fisik yang sesuai dengan perkembangan jaman. Anak-anak diharapkan memiliki kemampuan untuk menggunakan alat-alat tulis dan kegiatan lain yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata. Anak-anak juga harusnya memiliki gizi yang baik dan kesehatan fisik sehingga mereka dapat berpartisipasi secara optimal dalam proses pembelajaran.

b. Perkembangan sosial emosi; yaitu bagaimana pemahaman anak-anak tentang konsep diri mereka sendiri dan orang lain. Kemampuan mereka untuk membentuk hubungan dengan orang lain. Adanya minat dan keterampilan untuk memiliki hubungan positif dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya. Keterampilan ini akan mendukung proses pembelajaran di kelas. Sebagai contoh belajar melalui observasi dan mengembangkan sikap positif terhadap sekolah.

c. Sikap belajar; ini termasuk independensi, yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki rasa ingin tahu, menikmati proses belajar, percaya diri dan kreativitas. Anak-anak seharusnya mampu melakukan tugas-tugas akademik dengan pengawasan minimal dari orang dewasa. d. Bahasa dan kemampuan membangun komunikasi; ini adalah cara reseptif

dan ekspresif, baik kemampuan verbal maupun non verbal. Kemampuan ini penting untuk memahami percakapan, mengikuti instruksi dan

25

memahami materi belajar. Kebermaknaan kata akan menjadi dasar untuk keterampilan membaca, sementara kosakata akan menjadi dasar untuk keterampilan komunikasi dan keterampilan kognisi yang lebih baik lagi. e. Pengembangan pengetahuan kognisi dan umum; termasuk pengetahuan

umum tentang lingkungan hidup, matematika dasar dan keterampilan memecahkan masalah sederhana. Kemampuan pada pemahaman numerik, warna, bentuk dan ukuran adalah bagian dari perkembangan kognisi. Pengalaman yang telah didapat anak-anak akan membantu mereka untuk membentuk kerangka pengetahuan umum dan mengembangkan kemampuan kognisi mereka.

Kriteria indikator-indikator untuk melihat tingkat kesiapan anak menurut Yuni Dhamayanti (2014: 84)

a. Motorik kasar : gerak tubuh yang membutuhkan keseimbangan, kelenturan, kelincahan, dan koordinasi antara anggota tubuh.

b. Motorik halus: dilihat dari gerakan sebagian anggota tubuh tertentu yang menggunakan otot-otot halus, yang merupakan kemampuan koordinasi persepsi visual (mata) dengan ketepatan dalam memanipulasi gerakan (koordinasi mata-tangan). Indikatornya : menggunakan alat tulis, memotong dan menempel, memanipulasi dan membentuk suatu objek, tahapan main pembangunan dan konstruksi.

c. Kognisi : anak memahami benda di sekitarnya menurut bentuk dan jenis, anak memahami konsep waktu, anak memahami konsep penjumlahan dan

26

pengurangan, anak memahami konsep sains sedrhana, mengungkapkan sebab akibat.

d. Bahasa: perkembangan bahasa, menceritakan pengalaman pribadi, mampu bertanya dan menjawab serta berpendapat.

e. Sosial emosi: mampu menyesuaikan diri, menunjukkan rasa percaya diri, mengikuti aturan.

Hasil penelitian Sulistiyaningsih (2005)menyatakan bahwa kesiapan bersekolahmenjadi penting artinya karena anak yang telahmemiliki kesiapan untuk bersekolah akanmemperoleh keuntungan dan kemajuan dalamperkembangan selanjutnya. Sementara ituanak yang tidak memiliki kesiapan, justru akanfrustrasi bila ditempatkan di lingkunganakademis. Berbagai bentuk perilaku sebagaicerminan frustrasi ini diantaranya adalahmenarik diri, berlaku acuh tak acuh, menunjukkan gejala-gejala fisik, atau kesulitanmenyelesaikan tugasnya di sekolah. Jika anak kesulitan menyelesaikan tugasnya di sekolah tentu akan menghambat belajar anak dan berpengaruh terhadap kesiapan anak di jenjang sekolah selanjutnya.

Pada saat mengikuti prosesbelajar mengajar sudah memiliki kesiapan, diantaranya sudah mengenal huruf, sudahmampu menulis, menghitung jumlah gambar,berani mencoba memecahkan masalah,menceritakan dan mengurutkan cerita darigambar-gambar. Ditambahkan juga bahwarata-rata anak-anak ini sudah mampu duduktenang dan menyelesaikan tugas-tugasakademik di sekolah SD.

Puji Lestari Prianto (2011: 11-15), mengungkapkan bahwa ciri-ciri anak siap sekolah adalah sebagai berikut.

27 a. Dari perkembangan fisik:

1) Anak dapat meniti. Kalau berjalan di titian, ia tidak jatuh karena sudah lebih bisa mengontrol keseimbangan dirinya.

2) Anak dapat memegang alat tulis dengan benar, misalnya ketika ia menulis atau menggambar sesuatu. Perhatikan tahapan bagaimana anak memegang alat tulis.

3) Anak mulai bisa memusatkan pandangannya pada benda-benda kecil. Itulah sebabnya anak dapat mengoordinasikan mata dan tangannya. Misal, anak bisa mengancingkan baju sendiri, menyusun balok-balok, atau memasukkan balok sesuai dengan bentuknya.

b. Dalam menggambar, Anak dapat membuat coretan-coretan yang lebih bermakna. Gambaran yang tadinya hanya garis-garis tidak beraturan sudah dapat dibuat dalam bentuk tertentu seperti orang, rumah, mobil, roda, bunga, dan lainnya.

c. Ketergantungan pada ibu-ayah atau orang dewasa lain mulai berkurang.Anak mulai mandiri dan menunjukkan rasa tanggung jawabnya. Contoh, anak bisa makan sendiri, habis bermain membereskan mainan sendiri, dan bisa mandi sendiri meskipun belum bersih betul.

d. Anak sangat menyukai kegiatan yang dipilih sendiri dan ia sangat menikmatinya.

e. Anak mulai bisa lebih berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya pada suatu hal. Itulah sebabnya dalam mengerjakan sesuatu anak terlihat lebih tekun.

28

f. Anak dapat berbagi dan bermain bersama-sama dengan temannya. Contoh, waktu bermain balok-balok, anak bisa bermain bersama-sama dengan temannya membangun sesuatu.

g. Anak senang berbicara, pertanyaan anak juga sudah lebih rumit. Pertanyaan yang diajukan tidak lagi menggunakan kata tanya “apa”, tetapi sudah berkembang menjadi “mengapa”. Contoh, “Ayah, mengapa ayam kalau darijauh menjadi kecil?” Anak juga cepat tanggap jika ada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang sudah ibu-ayah ucapkan, “Kata Ibu,

sebelum makan harus cuci tangan dulu, tapi kok Ayah boleh makan

padahal belum cuci tangan?”

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, indikator kesehatan fisik anak usia 5-6 tahun adalah: 1) memiliki kesesuaian antara usia dengan berat badan 2) memiliki kesesuaian antara usia dengan tinggi badan 3) memiliki kesesuaian antara tinggi dengan berat badan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa perkembangan fisik anak mempengaruhi kesiapan anak masuk sekolah. Jika fisik anak tidak mempunyai kesesuaian antara usia, berat badan, tinggi badan dikhawatirkan anak akan mengalami kesulitan dalam proses belajar. Misalnya anak menjadi sakit-sakitan sehingga tidak dapat mengikuti proses belajar dengan maksimal.

Indikator sosial emosional anak usia 5-6 tahun adalah: 1) bersikap kooperatif dengan teman 2) menunjukkan sikap toleran 3) memahami peraturan 4) menunjukkan rasa empati 5) memiliki sikap gigih (tidak murah menyerah.

29

Untuk mengetahui pengembangan kognisi dan pengetahuan umum, dapat dilihat dari indikator: 1)mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah.) 2) memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar

Kesiapan anak memasuki sekolah adalah topik yang menarik bagi orangtua, guru, dan pembuat kebijakan. Dua hal yang biasanya perlu diperhatikan sebelum anak masuk sekolah dasar adalah kematangan masuk sekolah (school maturity) dan kesiapan masuk sekolah (school readiness) (Edia, 2012:2). Kematangan mengacu pada pertumbuhan biologis yang perlu dicapai sebelum masuk sekolah, misalnya kematangan otak untuk memahami konsep membaca, menulis, berhitung, dan memahami sudut pandang orang lain.

Menurut Fitzgerald dan Strommen (dalam Wiwik Sulistyaningsih, 2005: 2) mengungkapkan bahwa kesiapan bersekolah sebagai kemampuan anak mencapai tingkat perkembangan emosi, fisik, dan kognisi yang memadai sehingga anak mampu atau berhasil dengan baik. Sedangkan menurut Hurlock (1974) kesiapan bersekolah ini terdiri dari kesiapan secara fisik dan kesiapan secara psikologis, yang meliputi kesiapan emosi, sosial dan mental.

Kematangan secara biologis ini selain ditunggu juga perlu didukung oleh stimulasi yang sesuai sehingga akhirnya mewujudkan suatu kesiapan. Stimulasi yang sangat gencar tidak bisa mempercepat kesiapan karena menunggu kematangan. Efek timbal balik terjadi antara nature (alami) dan nurture (stimulasi). Pada akhirnya kesiapan anak masuk sekolah tidak ada yang sama

30

persis kapan akan dicapai. Hal ini sangat tergantung pada stimulasi dan kematangan yang dicapai.

Lita Edia ( 2012 : 5 ) mengungkapkan, ada empat aspek yang bisa menjadi acuan kesiapan anak. Keempat aspek itu adalah sebagai berikut.

a. Perkembangan fisik dan motorik.

Gerak atau juga dikenal dengan motorik terjadi akibat adanya koordinasi antara organ-organ pada tubuh. Pada manusia gerak terjadi melalui rangsangan yang diterima saraf yang dikirim keotak dan otak memerintah pada otot untuk bergerak. Menurut Ariyani dan

Rini (209: 12) “motorik merupakan perkembangan pengendalian

gerak tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, dan spinalcord. Menurut Heri Rahyubi (2012: 208) motorik adalah suatu proses belajar yang mengarah pada dimensi gerak yang diwujudkan melalui respons-respons otot yang di ekspresikan dalam gerakan tubuh yang spesifik untuk meningkatkan kualitas gerak tubuh. Oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan gerak yang sesuai dengan masa perkembangannya.

31

Bahasa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1990: 103) yaitu sistem lambang bunyi yang dipakai suatu masyarakat untuk berinteraksi; percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun.

Senada dengan hal tersebut, Abdul Chaer (2006: 1) mendefinisikan bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Dari uraian yang ada, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi dalam suatu percakapan dengan orang lain secara sopan santun.

c. Perkembangan sosial emosi.

Secara umum perkembangan emosi dan sosial kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Dapat mengadakan ikatan dengan orang dewasa yang lain dan anak sebaya, serta lingkungan sosialnya makin meluas.

2) Egosentrisme sudah agak berkurang, tetapi melihat kenyataan masih berdasarkan informasi yang terbatas.

3) Mempunyai keinginan kuat menjadi anggota kelompok.

4) Konformisme, tetapi karena sifat-sifat pribadi dan faktor situasional. 5) Emosi relatif lebih tenang dan bentuk ungkapannya berbeda dengan masa

anak awal.

6) Bermain masih penting, tetapi waktunya sudah berkurang (Christiana, 2012: 266)

d. Perkembangan kognitif (intelektual).

Sujiono (2014: 1.7) mengatakan perkembangan kognitif adalah perubahan yang terjadi dalam berpikir, kecerdasan dan bahasa anak untuk memberikan alasan sehingga anak dapat memecahkan masalah dan dapat

32

menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna (meaningfull).

Lentschner (dalam Berk 2007: 9) mengatakan perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan intelektual termasuk perhatian, memori, akademik, pengetahuan sehari-hari, pemecahan masalah, imajinasi, kreativitas dan bahasa.

Keempat aspek ini perlu terpenuhi secara keseluruhan, karena satu sama lain akan saling menguatkan keberhasilan anak mengikuti aktivitas belajar di sekolah.Dengan berkembangnya semua aspek perkembangan anak, diharapkan dapat mendukung proses belajar anak pada jenjang selanjutnya.