• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesiapan PT Lestari Samudera Menghadapi MEA

Pendekatan yang dipakai untuk mengukur kesiapan PT Lestari Samudera dalam memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 adalah dengan mengacu pada penelitian Tambunan yang menyebutkan tujuh faktor pendorong daya saing perusahaan.

Tabel 6. Kesiapan PT Lestari Samudera Ditinjau Berdasarkan Kriteria Tambunan

Kriteria Sangat

Siap

Siap Kurang Siap

Alasan

Manajemen dan Organisasi Manajemen masih sederhana, belum ada spesifikasi tugas yang jelas dan belum ditangani oleh profesional, masih ditangani oleh owner dan plan manager.

Keahlian Pengusaha Owner dan plan manager mampu mengelola

perusahaan berskala besar dengan manajemen yang sederhana. Pengusaha mampu mengembangkan perusahaan dari yang tadinya hanya mengekspor ikan utuh menjadi produk olahan ikan.

31 Sistem Produksi dan

Teknologi Pengolahan

Sistem produksi yang efisien dan sesuai dengan tuntutan buyer. Teknologi penangkapan dan pengolahan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan sesuai dengan standar internasional. Serta mampu untuk menghasilkan produk turunan.

Sumber daya manusia (Keahlian pekerja)

SDM yang ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Misalnya lulusan sekolah tinggi perikanan yang ditempatkan di departemen QC, dan lulusan teknologi pangan yang ditempatkan di lab. Dept.

Ketersediaan Modal Modal yang digunakan adalah milik

perusahaan. Perusahaan juga memiliki modal untuk menambah armada kapal demi kelancaran proses produksi.

Ketersediaan Informasi Salah satu dukungan buyer pada perusahaan adalah dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan perusahaan. Perusahaan juga memperoleh informasi dari mengikuti conference atau pameran dan melalui Asosiasi Tuna Longline Indonesia.

Kepemilikan Sertifikat (Ketersediaan input lainnya)

Perusahaan telah memiliki sertifikat-sertifikat sebagai persyaratan masuk ke pasar internasional seperti SHTI (Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan), HACCP, sertifikasi SNI, dan Health Certificate (HC). Sertifikat ini juga yang menjadi tuntutan buyer.

Fasilitas Produksi

(Ketersediaan input lainnya)

Perusahaan juga rutin menghadiri

conference atau pameran dan ikut serta menjadi anggota dalam Asosiasi Tuna Longline Indonesia. Perusahaan juga selalu mendapat update informasi dari buyer.

32 Mutu Produk

(Ketersediaan input lainnya)

Mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan pasar Internasional.

Diversivikasi Produk

(Ketersediaan input lainnya)

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir perusahaan berhasil mengembangkan enam jenis produk berbahan baku ikan tuna yang diekspor ke luar pasar ASEAN

Manajemen dan Organisasi

Dalam hal manajemen, manajemen dalam perusahaan masih sederhana, juga menyebabkan ada beberapa pekerjaan yang ditangani oleh satu orang. Misalnya quality control manager yang juga berperan sebagai export manager dan document controller manager. Sedangkan manager filet membawahi dua departemen yaitu laboratory department dan supervisor. Processing manager beranggung jawab terhadap seluruh proses produksi. Adanya rangkap tugas ini menjadikan tidak adanya spesialisasi dalam tugas, seorang manajer bisa merangkap beberapa peran sekaligus. Seluruh manejer bertanggung jawab langsung kepada plan manager yang dalam perusahaan pada umumnya setara dengan chief executive manager (CEO). Beberapa pengembangan dan inovasi telah dilakukan, namun kontribusi manager maupun karyawan dalam pengambilan keputusan dan penyampaian pendapat masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga yang langsung ditangani oleh pemiliknya. Latar belakang tenaga kerja di perusahaan juga beragam, mulai dari sarjana, lulusan sekolah perikanan, sampai dengan lulusan SMA/SMK. Semua tenaga kerja ditempatkan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Seperti para buruh yang bekerja di unit factory tidak harus bergelar sarjana, namun minimal pendidikannya adalah SMA/SMK. Sedangkan yang bekerja pada laboratory depatment semuanya adalah lulusan sarjana atau master teknologi pangan. Sebagian besar dari lulusan sekolah perikanan di tempatkan di departemen quality control.

33

Gambar 5. Struktur organisasi PT Lestari Samudera

Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa meskipun manajemen dalam perusahaan masih sederhana, namun proses bisnis tetap berjalan. Hal ini karena proses bisnis yang tidak terlalu rumit dan kemampuan plan manager dalam mengelola perusahaan, juga karena para manejer adalah orang yang ahli di bidangnya masing-masing. Kerjasama tim yang saling membantu, membuat banyak pekerjaan yang harus kerjakan menjadi lebih mudah. Selama ini belum ada masalah yang serius dalam bidang manajemen perusahaan, dan jika tahun 2015 diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN, perusahaan tidak merasa terancam akan masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia yang akan menyaingi tenaga kerja di Indonesia. Hal ini karena meskipun SDM dalam bidang perikanan cukup rendah, namun yang dimiliki oleh perusahaan cukup untuk mengembangkan perusahaan kedepannya. Perusahaan juga berkomitmen akan melakukan pengembangan SDM, terutama SDM di bidang perikanan.

Kesiapan PT Lestari Samudera ditinjau dari aspek sumber daya dan manajemen perusahaan masih dibutuhkan pengembangan lebih lanjut. Meskipun untuk saat ini manajemen perusahaan masih dalam posisi aman namun kedepannya dalam rangka menghadapi persaingan di pasar yang sangat ketat perusahaan membutuhkan manajemen dengan spesialisasi tugas yang jelas. Dan juga penting bagi perusahaan untuk mengembangkan SDM terutama SDM dibidang perikanan dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan menghadapi persaingan tenaga kerja yang ketat di pasar ASEAN.

34 Sistem Produksi dan Teknologi Pengolahan

Dalam hal memproduksi produknya, PT Lestari Samudera sangat peduli dengan kualitas produk olahannya. Hal ini juga karena tuntutan buyer dari Amerika dan Jepang yang sangat ketat mengenai kualitas produk. Bahkan perusahaan mengklaim dirinya sebagai perusahaan dengan tingkat sanitasi yang tinggi dalam memproduksi produk olahan ikan. Perusahaan memperoduksi beberapa jenis produk olahan dengan bahan dasar ikan tuna yaitu saku, loin, steak, cube cut (CC), chunks meat (CM), dan daging lumat (ground meat/GM). Saku dan loin adalah jenis potongan tuna yang biasanya digunakan untuk sashimi dan sushi. Sedangkan steak, cube cut, chunks meat, biasanya untuk steak tuna dan masakan lainnya. Daging lumat (ground meat) nantinya bisa diolah lagi menjadi produk sejenis nugget.

Metode penangkapan tuna sangat penting artinya untuk mendapatkan nilai jual ikan tuna yang tinggi. Untuk menjaga konsistensi kualitas produk, perusahaan sangat memperhatikan mengenai penanganan dan pengolahan ikan tuna di atas kapal. Karena perusahaan menyadari bahwa untuk mendapatkan kualitas tuna yang baik, penanganannya sudah dimulai sejak dilakukan penangkapan.

Kerja sama dengan buyer juga sangat bermanfaat karena buyer memberi masukan dan informasi bagaimana seharusnya produk ikan tuna ditangani. Buyer juga memberi informasi mengenai update teknologi seperti apa yang lebih efisien dan bisa diterima di pasar internasional.

Pada dasarnya, dalam sistem produksi perusahaan dibagi menjadi dua yaitu, produksi tangkapan dan produksi pengolahan. Sesuai dengan tuntutan buyer baik dari Amerika, Jepang maupun dari Eropa yang sangat peduli dengan hal sustainable fishing practices maka sejak memulai produksi produk olahan perusahaan menggunakan teknologi penangkapan ramah lingkungan yaitu dengan menerapkan longline fishing pada semua armada penangkapan ikan yang ada, baik itu untuk ikan maupun untuk cumi-cumi. Penerapan longline fishing juga sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan yang bertanggung jawab menurut Food and Agriculture Organization of United Nations(FAO Code of conduct for Responsible Fisheries/CCRF).

Longline fishing adalah metode dengan menggunakan alat pancing sebagai teknologi utama dalam penangkapan ikan. Pada armada kapal dipasang alat tangkap yang menggunakan ratusan sampai ribuan pancing dalam satu rangkaian. Dalam satu rangkaian paling sedikit ada ratusan pancing sampai paling banyak ribuan pancing. Pada satu kapal, panjang tali pancing bisa 80 kilometer sampai 100 kilometer. Dan biasanya digunakan untuk

35

penagkapan ikan di laut lepas. Kelebihan dari metode ini ialah ketika melakukan penagkapan ikan, penyu atau ikan kecil lainnya jarang tertangkap. Kelebihan lainnya kemungkinan bisa menangkap tuna yang lebih besar. Alat penangkapan longline ini cukup efektif, dari segi lingkungan hidup juga longline fishing lebih ramah lingkungan.

Dalam proses produksi pengolahan, perusahaan menerapkan sistem rantai dingin dan sanitasi hygiene. Sistem rantai dingin merupakan salah satu metode penanganan yang menggunakan suhu rendah pada semua rantai produksi dan distribusi sehingga kesegaran ikan dapat dipertahankan. Penerapan sistem rantai dingin dan sanitasi hygiene ini menjaga kesegaran ikan sejak ditangkap sampai ke tangan konsumen, mengurangi tingkat kerusakan ikan (losses), meningkatkan nilai jual ikan dan menjadikan mutu hasil olahan yang lebih baik. Salah satu sumber daya perusahaan yang mendukung sistem produksi ini adalah dengan tersedianya sarana cold storage milik perusahaan. Perusahaan memiliki lima cold storage dengan daya tampung 500 ton per cold storage.

Selain dengan penerapan sistem rantai dingin, dalam pengolahannya perusahaan menggunakan metode hand cutting. Metode hand cutting ini memang bukan dengan teknologi yang modern yang dengan waktu yang singkat dapat menghasilkan output yang banyak. Namun perusahaan tetap menggunakan metode hand cutting dalam pemrosesan produknya karena metode ini dianggap lebih higienis dan sesuai dengan permintaan buyer yang menginginkan produk dengan kualitas terbaik. Dalam hal ini metode hand cutting menghasilkan produk dengan tingkat sanitasi yang tinggi, yang juga merupakan salah satu keunggulan perusahaan. Perusahaan lebih mengutamakan kualitas yang dihasilkan dari pada kuantitasnya. Perusahaan menganggap lebih baik dapat memproduksi sepuluh jenis produk olahan sesuai dengan permintaan buyer, dari pada mengejar banyaknya jumlah order namun dengan kualitas yang buruk.

“Kepercayaan adalah hal yang sangat penting dalam berbisnis. Semaksimal mungkin kami berusaha menjaga kepercayaan buyer dengan memenuhi semua standar yang diminta,

termasuk dalam proses pengolahan.” (Quality Control Manager)

Ikan adalah komoditi yang sangat mudah rusak. Jika tidak ditangani secara benar pasca penangkapan akan sangat berbahaya untuk kesehatan melalui pertumbuhan mikroba, dan perubahan kimia. Kemampuan perusahaan dalam menyadari pentingnya proses penanganan, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan yang benar dalam rangka menjamin

36

keamanannya, menjaga kualitas dan menghindari kerusakan ikan merupakan kekuatan tersendiri bagi perusahaan dalam menghadapi pemberlakuan MEA 2015. Komitmen perusahaan dalam memproduksi produk olahan yang berkualitas tinggi juga menjadi salah satu keunggulan perusahaan. Perusahaan juga telah memenuhi syarat pengolahan untuk bersaing di pasar Internasional. Hampir tidak ada hambatan yang berarti bagi perusahaan untuk masuk ke pasar ASEAN dan menghadapi persaingan di pasar MEA.

Meskipun kesiapan perusahaan dari segi sistem produksi dan pengolahan telah sesuai dengan standar internasional, penting bagi perusahaan untuk selalu meningkatkan dan memperbaharui sistem produksinya sesuai dengan tuntutan buyer agar bisa tetap kompetitif di pasar. Pada dasarnya ditinjau dari segi sistem produksi dan pengolahan perusahaan telah siap untuk bersaing di pasar MEA.Namun dengan kondisi bisnis perusahaan saat ini, dimana global buyer yang mendominasi permintaannya, maka tidak terlalu menguntungkan bagi perusahaan untuk memasarkan produknya ke pasar ASEAN. Karena itu perusahaan memutuskan untuk tetap fokus ke pasar yang dilayani saat ini sambil mengembangkan kapasitas produksi perusahaan kedepan.

Internal dan Pemasaran

Proses bisnis dalam perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting. Keadaan internal perusahaan dapat mendorong perusahaan untuk berkembang dan bersaing di pasar. Kemampuan pihak internal untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi menjadi faktor pendorong daya saing perusahaan. Memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, kekuatan internal perusahaan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan.

Keseluruhan produksi baik itu dari tangkapan maupun pengolahan yang dilakukan perusahaan adalah untuk ekspor. Dari awal berdirinya perusahaan memang hanya melayani buyer dari luar negeri. Dan untuk produk olahan hanya dipasarkan di luar ASEAN karena pasar dalam negeri maupun pasar ASEAN tidak terlalu menguntungkan bagi perusahaan.

Proses bisnis PT Lestari Samudera difokuskan pada buyer-buyer yang sudah pernah bekerja sama dengan perusahaan dan new buyer. Perusahaan biasanya melayani buyer dari Amerika, Jepang dan negara di Eropa seperti Belanda dan Jerman, maupun negara-negara di ASEAN seperti Thailand dan Malaysia, serta Cina. Gambar 8 menunjukan bahwa untuk produk olahannya perusahaan hanya melayani buyer dari Amerika, Jepang dan Eropa, dengan tujuan ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat. Buyer perusahaan untuk produk

37

olahan biasanya adalah retail-retail besar, perusahaan lain, maupun restoran. Buyer Jepang biasanya dinominasi oleh retail dan restoran. Meskipun dari awal berdirinya Jepang merupakan buyer yang pertama, namun seiring berjalannya waktu justru Amerika yang mendominasi jumlah permintaan akan produk olahan ikan tuna ini.

Gambar 6. Presentase Ekspor Produk Olahan PT Lestari Samudera Menurut Negara Tujuan Tahun 2013

Sumber: PT Lestari Samudera

Sejak awal perusahaan memproduksi produk olahan, perusahaan melakukan dircet selling ke buyer tanpa melalui agent. Bagi buyer yang sudah pernah bekerja sama dengan perusahaan, biasanya akan ada reorder dari buyer tersebut. Ada buyer yang menandatangani kontrak kerjasama jangka panjang untuk beberapa tahun ke depan dan perusahaan hanya menjalankan apa yang telah disepakati bersama. Ada juga buyer hanya bekerja sama dengan perusahaan untuk jenis produk tertentu seperti produk ground meat, karena nantinya produk tersebut akan diolah lagi menjadi makanan siap saji.

Untuk new buyer, berbeda dengan jenis usaha lainnya yang membutuhkan usaha lebih untuk memasarkan dan memperkenalkan produknya ke pasar atau kepada buyer lainnya, pada industri perikanan di Indonesia khususnya pengolahan hasil perikanan buyer yang datang sendiri untuk mencari produknya. Hal ini karena jumlah industri pengolahan hasil perikanan, khususnya ikan tuna di Indonesia tidak sebanding dengan permintaan yang semakin bertambah tiap tahunnya. Di industri pengolahan ikan tuna ini, lebih sulit buyer mencari perusahaan yang mampu mengolah ikan tuna sesuai dengan permintaan costumer di pasar internasional, dari pada perusahaan mencari buyer di luar negeri. Hal ini disebabkan oleh

45% 40% 15% Amerika Serikat Jepang Eropa

38

sulitnya perusahaan memenuhi standar internasional, terutama standar penangkapan dan pengolahan, juga yang terutama adalah masalah bahan baku yang semakin sulit didapat.

Rata-rata order yang diterima perusahaan dari new buyer adalah hasil rekomendasi dari buyer yang sudah pernah bekerja sama dengan perusahaan sebelumnya. Tentunya tuntutan buyer dari setiap negara berbeda-beda, disesuaikan dengan persyaratan masuk pasar di setiap negara. Berikut adalah syarat-syarat masuk ke pasar Amerika, Jepang, dan Uni Eropa.

Tabel 7. Persyaratan Masuk Pasar Untuk Produk Tuna

Negara Tujuan Jenis Produk Tuna Persyaratan USA Frozen/Canned Tuna

Setiap perusahaan yang mengekspor produk tuna beku dan tuna kaleng harus mengisi NOAA Form 370 Fisheries Certificate of Origin dan disampaikan kepada U.S. Customs and Border Protection (CBP). Form ini tidak disyaratkan kepada fresh tuna.

Sejak 13 Juli 2013 telah berlaku efekti Dolphin Safe

labeling regulations.

Setiap perusahaan harus mengisi Harmonized tariff

Schedule for selected tuna and tuna products HACCP Certificate sesuai dengan 123.12 special

requirements for imported products Importer verification

Health certificate

Sertifikat pendukung lainnya sebagai extra

guarantee bisa seperti BRC and/or IFS certification dll. Jepang Fresh/Frozen/ Canned Import approval Certificate of statistics Fishing certificate

Certificate of re-export to obtain acknowledgment by customs.

Memenuhi syarat-syarat food safety act dan lulus test

inspection.

Uni Eropa Fresh/Frozen/ Canned

Harus merupakan Approved Country Establishments

Produk harus dilengkapi dengan catch

certificate sebagai bukti pendukung combat illegal fishing

Kandungan bakterial harus memenuhi persyaratan sebagaimana Regulation (EC) No 2073/2005.

Contamination restricted and tested Produk tuna

pada umumnya harus diuji sebelum dikapalkan, dimungkinkan diuji di laboratorium buyer atau yang

39 ditunjuk oleh buyer. Jenis uji heavy metals lead,

cadmium, mercury; dioxins.

Memiliki food safety certification yang merupakan implementasi HACCP dan sertifikat pendukung lainnya sebagai extra guarantee bisa seperti BRC

and/or IFS certification

Health certificate yang dikeluarkan sebagai official guarantee

Eco-labelled fishery products sebagai sertifikat

pendukung. Seperti MSC (Marine Stewardship

Council) sebagai major certification scheme.

Dapat dilihat dari tabel bahwa HACCP Certificate disyaratkan untuk memasuki pasar Amerika, Jepang dan Uni Eropa.Yang juga tentunya menjadi standar umum untuk semua perusahaan yang ingin mengekspor produk olahannya ke pasar internasional. Dan perusahaan telah memiliki sertifikat HACCP sejak dimulainya ekspor produk olahan. Negara-negara di Eropa secara umum memiliki persyaratan yang lebih ketat dari negara lainnya, sehingga sampai dengan saat ini masih sedikit perusahaan yang bisa menembus pasar Eropa. Merupakan sebuah pencapaian besar bagi PT Lestari Samudera bahwa dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun telah berhasil memasuki pasar Eropa. Meskipun jangkauan pasarnya kecil, namun strategi pengembangan yang sedang direncanakan perusahaan diharapkan dapat memperluas pasar di Eropa.

Sebagian persyaratan masuk pasar menuntut perusahaan untuk memiliki food safety certification yang merupakan implementasi HACCP dan sertifikat pendukung lainnya sebagai extra guarantee bisa seperti BRC (British Retail Consortium) certification atau IFS (International Featured Standards) certification. Namun terlepas dari persyaratan masuk pasar tersebut, ada juga buyer yang tidak menuntut sertifikat pendukung seperti BRC atau IFS, cukup dengan sertifikat HACCPkarena di Indonesia belum ada perusahaan yang mempunyai sertifikat tersebut.

Meskipun Uni Eropa mensyaratkan adanya eco-labelled fishery products namun belum diterapkan pada perusahaan.Ecolabel pada produk tuna merupakan salah satu bentuk pengakuan dalam melakukan praktik penangkapan dan produksi yang baik pada industri tuna (good practices). Meskipun belum mempunyai setifikat ecolabel namun buyer dapat mengetahui bahwa praktik penangkapan ikan oleh perusahaan adalah penangkapan yang (Lanjutan)

Tabel 7. Persyaratan Masuk Pasar Untuk Produk Tuna

40

ramah lingkungan dari teknologi penangkapan yang digunakan yaitu longline fishing. Aturan yang baru diterapkan ini masih bersifat bersifat sukarela (voluntary).Tentunya hal ini tetap menjadi agenda perusahaan ke depannya, untuk memperoleh sertifikat pendukung lainnya.

Perusahaan telah mempunyai setifikat standar yang dituntut buyer seperti SHTI (Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan), HACCP, sertifikasi SNI, Health Certificate (HC), dan food safety certification. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi standar-standar yang ditetepkan buyer menunjukan keunggulan tersendiri perusahaan.

Setelah buyer merasa perusahaan dapat memenuhi standar yang ditetapkan, akan ada order pertama dan biasanya buyer datang sendiri untuk memantau dan mengevaluasi proses produksinya. Setelah adanya perjanjian kerjasama maka perusahaan akan menerima order selanjutnya secara bertahap. Sebelum memulai proses produksi perusahaan memastikan ketersediaan bahan baku. Karena perusahaan menggunakan armada sendiri untuk memperoleh bahan baku maka butuh waktu untuk memperoleh bahan baku untuk proses produksi. Biasanya buyer memberi batas waktu beberapa bulan untuk perusahaan memenuhi seluruh jumlah order.

Setelah produk melewati proses produksi, lalu sampel produk yang hari itu diproduksi akan diuji di laboratorium milik perusahaan. Jika ditemukan ada indikasi senyawa berbahaya atau produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan kualitas yang diminta maka seluruh produk yang diproduksi hari itu akan ditolak oleh bagian laboratorium. Perusahaan beranggapan bahwa lebih baik menolak seluruh produk yang diproduksi hari itu dan menggantinya dari pada produk yang ada ditolak oleh buyer. Produk olahan ikan tuna ini melewati beberapa kali uji laboratorim sebelum akhirnya dipasarkan di retail-retail atau diolah lebih lanjut. Setelah lulus uji laboratorium milik perusahaan, produk olahan ikan tuna ini dapat melalui proses ekspor lalu dikirim dengan container ke negara tujuan ekspor. Sesampainya produk ini di negara tujuan, Amerika misalnya, produk akan diuji lagi oleh Food and Drug Administration (FDA).

Perusahaan tetap menjalin hubungan baik dengan buyer karena perusahaan menyadari pentingnya komunikasi dalam sebuah bisnis. Selama ini tidak ada keluhan atau komplain dari final costumer maupun dari buyer mengenai produk perusahaan. Sebaliknya perusahaan terus menyempurnakan produknya berkat dukungan dari buyer. Meskipun produk perusahaan yang dipasarkan belum dibranding nama perusahaan, namun perusahaan tetap memperhatikan

41

trace buyer di luar negeri. Dengan memantau trace buyer di luar negeri, perusahaan menjamin mutu produk yang diekspor tetap sama sampai ke final costumer.

Karena perusahaan menggunakan armadanya sendiri untuk memperoleh bahan baku, maka supplier tidak terlalu berperan penting dalam perusahaan. Sampai dengan saat ini armada yang dimiliki perusahaan dapat memenuhi permintaan dari buyer yang ada. Untuk jangka panjang perusahaan mencoba untuk menambah armada kapal untuk penangkapan ikan. Untuk hal ini, kondisi permodalan tidak menjadi masalah bagi perusahaan. Perusahaan memperoleh modal dari milik perusahaan sendiri.

Menurut perusahaan jika bergantung pada supplier maka akan sulit untuk memenuhi permintaan yang banyak karena supplier tidak hanya memenuhi permintaan dari satu perusahaan saja. Selain itu bahan baku ikan tuna semakin hari semakin sulit diperoleh, sehingga bahan baku yang diperoleh dari supplier bisa saja tidak sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Hal ini karena semakin banyak illegal fishing dan semakin jauh daerah tangkapan ikan. Karena itu supplier cenderung untuk mengejar kuantitas ikan yang ditangkap. Apalagi dengan diberlakukannya larangan transshipment5 oleh pemerintah, maka semakin lama proses penangkapan ikan. Saat ini buyer lebih mengutamakan perusahaan yang memiliki armada sendiri untuk menjamin ketersediaan bahan baku. Selain di Benoa, perusahaan milik

Dokumen terkait