• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMP ULAN DAN SARAN

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 44-128)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) di bagian farmasi di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, yaitu:

a. Petugas menerima obat dari gudang farmasi Kabupaten/Kota sesuai slip penerimaan obat.

b. Petugas menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan, kemudian abjad nama obat dengan memperhatikan waktu kadaluarsa (bila ada).

c. Petugas mencatat setiap jenis obat dalam kartu stok obat.

d. Petugas mendistribusikan obat ke unit pelayanan dalam bentuk buku register harian.

e. Petugas membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) setiap akhir bulan.

2. Alur pengelolaan obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur yaitu sama dengan alur pengelolaan obat di puskesmas pada umumnya, yaitu meiputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan, dan pelaporan. Namun, oleh karena Puskesmas Kramat Jati berada di Provinsi DKI Jakarta dimana sistem pemerintahan saat ini bersifat desentralisasi maka proses pengadaan obat dilakukan secara mandiri, yang dananya bersumber dari APBD dan BLUD.

3. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Pemberian informasi mengenai obat ke sasaran PIO, baik pasien, tenaga kesehatan yang ada di puskesmas, maupun pegawai yang bekerja di puskesmas sudah dilakukan secara lisan. Hanya saja kegiatan pendokumentasian PIO belum dilaksanakan secara tertib sehingga kegiatan PIO tidak dapat dievaluasi secara maksimal.

37

Universitas Indonesia 5.2. Saran

1. Meningkatkan kerapian dalam mengelola arsip maupun dokumen yang dimiliki oleh bagian farmasi.

2. Meningkatkan kualitas dalam mengelola obat, terutama dalam tahap penyimpanan di gudang induk agar mutu obat tetap terjaga. Misalnya dengan menambahkan penyejuk udara.

3. Melaksanakan pelayanan informasi obat yang bersifat pasif, seperti membuat bulletin, brosur, atau pun leaflet agar cakupan manfaat dari informasi yang diberikan dapat lebih meluas.

4. Membuat dokumentasi secara rapi dan tertib dari pelayanan informasi obat yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

5. Menambah jumlah apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sehingga mampu mengurangi beban kerja yang ada. Diharapkan, dengan pengurangan beban kerja ini tenaga kefarmasian yang ada di Puskesmas Kramat Jati mampu menjalani tugas dan kewajibannya lebih optimal dan efisien.

38 Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 7 – 29, 58 – 64.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2008. (2008). Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. (2012). Profile Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Tahun 2011. Jakarta.

Undang-undang No. 22 Tahun 1999. (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

ΚΕΠΑΛΑ

ΠΥΣΚΕΣΜΑΣ

ΣΕΚΣΙ ΠΕΛΑΨΑΝΑΝ

ΚΕΣΕΗΑΤΑΝ

1. Υνιτ Πελαψαναν Υµυµ 2. Υνιτ Κεσεηαταν Γιγι 3. Υνιτ Κεσεηαταν ΚΙΑ 4. Υνιτ Κεσεηαταν ΚΒ 5. Υνιτ Κεσεηαταν Σεµι Σπεσιαλισ 6. Υνιτ Κεεηαταν Ραωατ Ιναπ ΡΒ 7. Υνιτ Πελαψαναν 24 ϑαµ 8. Πολι ΜΤΒΣ 9. Πολι ΤΒ Παρυ 10. Πολι Γιζι 11. Πελαψαναν Ηαϕι

ΠΥΣΚΕΣΜΑΣ

ΚΕΛΥΡΑΗΑΝ

ΣΕΚΣΙ ΚΕΣΕΗΑΤΑΝ

ΜΑΣΨΑΡΑΚΑΤ

1. Πενψακιτ Μενυλαρ 2. Πενψακιτ Τιδακ Μενυλαρ 3. Γιζι δαν ΠΠΣΜ 4. Συρϖειλανχε 5. Κεσωα δαν Ναπζα 6. Υνιτ Φαρµασι 7. Υνιτ Λαβορατοριυµ 8. Υνιτ Ραδιολογι 9. Υνιτ Πεµελιηαρααν Αλκεσ 10. Πενψεηαταν Λινγκυνγαν & Κεσεϕαητερααν

ΣΥΒΒΑΓ ΤΑΤΑ ΥΣΑΗΑ &

ΚΕΥΑΝΓΑΝ

1. Μαναϕεµεν Μυτυ 2. Κευανγαν δαν Περενχανααν 3. Κεπεγαωαιαν 4. Συρατ/µενψυρατ 5. Πενγαδααν 6. Ρυµαη Τανγγα 7. Πεµελιηαρααν 8. ΣΙΚ/ΣΑΤΚΕΡ Lampiran 1. Strukur organisasi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

40

Lampiran 2. Data nama item obat berdasarkan anggaran APBD untuk pengadaan 2012

No. Nama Barang Spesifikasi Vol Satuan 1 Alopurinol 100 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 288 Kotak 2 Ambroksol 30 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 1.040 Kotak 3 Ambroksol Sirup 15 mg/ml Botol 60 ml 400 Botol 4 Aminofilin 200 mg tablet Botol 100 tablet 200 Botol 5 Amitriptilin HCl 25 mg tablet salut Kotak 10 x 10 tablet 120 Kotak 6 Amlodipin 10 mg tablet Kotak 5 x 10 tablet 500 Kotak 7 Amoksisilin 250 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 188 Kotak 8 Amoksisilin 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 1.205 Kotak 9 Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml Botol 60 ml 7.990 Botol 10 Antalgin (Metampiron) 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 740 Kotak 11 Antasida Doen tablet Kotak 10 x 10 tablet 3.000 Kotak 12 Anti haemoroid doen supositoria Kotak 10 supp 200 Kotak 13 Anti migrain Doen komb / Ergotamin tablet Botol 100 tablet 200 Botol 14 AntifungiDoen komb salep: As bez 6% + As. Salisil 3% Kotak 24 pot @ 30 gr 95 Kotak 15 Aquadest steril Kolf 500 ml 850 Kolf 16 Asam Folat 1 mg tablet Botol 100 tablet 65 Botol 17 Asam mefenamat 500 mg kaplet Kotak 10 x 10 kaplet 1.400 Kotak 18 Asiklovir 200 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 200 Kotak 19 Asiklovir 400 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 300 Kotak 20 Asiklovir krim 5 % Ktk 25 tube @ 5 gr 100 Kotak 21 Betahistin Mesilat tablet 6 mg Kotak 3 x 10 tablet 15 Kotak 22 Betametason 0,1% krim kulit Tube 5 gram 2.600 Tube 23 Bisoprolol 5 mg tablet Kotak 3 x 10 tablet 130 Kotak 24 Boraks Glyserin 5 % Botol 8 ml 1.810 Botol 25 C T M / Chlorpheniramin maleat 4 mg tablet Botol 1000 tablet 418 Botol 26 Captopril 12,5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak 27 Captopril 25 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 400 Kotak 28 Carbamazepin 200 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak 29 Cefadroxil 500 mg kapsul Kotak 5 x 10 kapsul 200 Kotak 30 Chloramfenicol 1% salep mata Tube 5 gram 3.185 Tube 31 Chloramfenicol 2% salep kulit Tube 15 gram 1.310 Tube 32 Chloramfenikol 0,5 % tetes mata Botol 5 ml 935 Botol 33 Chloramfenikol 20 mg + Hidrocortison 10 mg salep kulit Tube 5 gram 1.170 Tube 34 Chloramfenikol 250 mg kapsul Botol 250 kapsul 190 Botol 35 Chloramfenikol 3% tetes telinga Botol 5 ml 2.025 Botol 36 Cimetidin Kotak 10 X 10 550 Kotak 37 Ciprofloksasin 500 mg tablet Kotak 5 x 10 tablet 300 Kotak 38 Deksametason 0,5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 4.000 Kotak 39 Deksametason 5 mg/ml injeksi i.v. Kotak 100 ampul @ 1 ml 14 Kotak 40 Dextromethorpan 15 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 1.200 Kotak 41 Dextromethorpan HBr 10 mg / 5 ml syrup Botol 60 ml 3.000 Botol

42 Difenhidramin 10 mg/ml inj. i.m. Kotak 30 ampul @ 1ml 26 Kotak 43 Digoksin 0.25 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 25 Kotak 44 Doksisiklin 100 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 45 Kotak 45 Efedrin HCl 25 mg tablet Botol 250 tablet 300 Botol 46 Epinefrin HCl/Bitartrat (Adrenalin) 0,1% injeksi Kotak 30 ampul @ 1ml 16 Kotak 47 Erythromycin 200 mg/5 ml sirup Botol 60 ml 1.855 Botol 48 Erythromycin 250 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 116 Kotak 49 Erythromycin 500 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 300 Kotak 50 Etakridin / Rivanol larutan 0,1 % Botol 100 ml 1.200 Botol 51 Etanol 70% Botol 1000 ml 300 Botol 52 Fenobarbital 30 mg tablet Botol 250 tablet 450 Botol 53 Fenol gliserol tetes telinga 10 % Kotak 24 botol @ 5 ml 46 Kotak 54 Furosemid 40 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 45 Kotak 55 Garam Oralit Ktk @ 25 Sachet 1.500 Kotak 56 Gentamisin sulfat 0,1% salep kulit Tube 5 gram 3.000 Tube 57 Gentian violet larutan 1 % Botol 10 ml 35 Botol 58 Glibenklamid 5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 450 Kotak 59 Gliseril guayakolat 100 mg tablet Botol 1000 tablet 357 Botol 60 Glukose 5% Infus steril Kolf 500 ml 180 Kolf 61 Griseofulfin 125 mg Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak 62 Haloperidol 0,5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 20 Kotak 63 Haloperidol 1,5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 90 Kotak 64 Haloperidol 5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 60 Kotak 65 Hidroklortiazid ( H C T ) 25 mg tablet Botol 1000 tablet 34 Botol 66 Hidrokortison 2,5% krim kulit Tube 5 gr 4.000 Tube 67 Ibuprofen 200 mg tablet Botol 100 tablet 600 Botol 68 Ichtamol 10% salep bisul Pot 28 gr 390 Pot 69 Isoniazid 100 mg tablet Botol 1000 tablet 30 Botol 70 Isosorbit Dinitrat (ISDN) Kotak 10 x 10 tablet 49 Kotak 71 Kalsium laktat 500 mg tablet Botol 1000 tablet 225 Botol 72 Kaolin 550 mg + Pectin 20 mg Kotak 500 Tab 200 Kotak 73 Ketokonazol tablet 200 mg Kotak 5 x 10 tablet 50 Kotak 74 Klorpromazin 100 mg tablet salut Botol 250 tablet 100 Botol 75 Kotrimoksazol 200 mg/40 mg suspensi Botol 60 ml 6.435 Botol 76 Kotrimoksazol dewasa 400 mg / 80 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 1.712 Kotak 77 Kotrimoksazol pediatrik 100 mg / 20 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 406 Kotak 78 Lidokain 2 % + efinefrin 1 : 80.000 inj(Pehacain) Kotak 20 Vial @ 1 ml 315 Kotak 79 Lincomycin 500 mg kapsul Kotak 5 x 12 kapsul 133 Kotak 80 Loratadin tablet 10 mg Kotak 5 x 10 tablet 100 Kotak 81 Metformin HCl 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 600 Kotak 82 Metoklopramid 10 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 600 Kotak 83 Metronidazole 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 300 Kotak 84 Mikonazol 2% salep kulit Tube 10 gram 2.600 Tube 85 Na Diklofenak 25 mg tablet Kotak 5 x 10 tablet 200 Kotak 86 Na Diklofenak 50 mg tablet Kotak 5 x 10 tablet 200 Kotak

42

87 Natrium klorida 0,9 % larutan infus Botol 500 ml 150 Botol 88 Nistatin 100.000 IU/g Tab Vaginal Kotak 10 x 10 tablet 40 Kotak 89 Nistatin 500.000 IU/g tablet Kotak 10 x 10 tablet 19 Kotak 90 Obat batuk hitam ( O B H ) Botol 100 ml 15.000 Botol 91 Oksitetrasiklin 1% salep mata Ktk 25 tube @ 3.5 gr 60 Kotak 92 Oksitetrasiklin 3% salep kulit Ktk 25 tube @ 5 gr 200 Kotak 93 Omeprazol 20 mg Kapsul Botol 7 kapsul 400 Botol 94 Papaverin HCl 40 mg tablet Botol 1000 tablet 60 Botol 95 Parasetamol 120 mg / 5 ml sirup Botol 60 ml 3.555 Botol 96 Parasetamol 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 7.000 Kotak 97 Pirantel tab. Score (base) 125 mg Kotak 25 x 4 tablet score 24 Kotak 98 Piroxicam 10 mg Kotak 10 x 10 tablet 305 Kotak 99 Polikresulen 360 mg / gram Botol 10 ml 110 Botol 100 Povidon Iodii 10% 1000 ml Botol 1000 ml 70 Botol 101 Povidon Iodii 10% 30 ml Botol 30 ml 220 Botol 102 Prednison 5 mg tablet Botol 1000 tablet 95 Botol 103 Ranitidin 150 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 420 Kotak 104 Rifampisin 300 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 50 Kotak 105 Rifampisin 450 mg tablet salut Kotak 10 x 10 tablet salut 50 Kotak 106 Rifampisin 600 mg kaplet Kotak 10 x 10 kaplet 50 Kotak 107 Ringer laktat larutan infus steril Botol 500 ml 450 Botol 108 Salbutamol 2 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 230 Kotak 109 Salep luka bakar minyak ikan 10% Pot 30 gr 250 Pot 110 Salisil talk 2 % Kotak 50 gram 5.500 Kotak 111 Simvastatin 10 mg tablet Kotak 3 x 10 tablet 285 Kotak 112 Tiamfenikol 500 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 325 Kotak 113 Tramadol 50 mg Kapsul Kotak 5 x 10 kapsul 70 Kotak 114 Trifluoperazine 5 mg( Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak 115 Triheksifenidil 2 mg tablet(Artane) Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak 116 Vitamin B compleks tablet Botol 1000 tablet 535 Botol 117 Vitamin B1 50 mg (Tiamin) tablet Botol 1000 tablet 350 Botol 118 Vitamin B12 (Cyanocobalamin) 50 mcg tablet Botol 1000 tablet 330 Botol 119 Vitamin B6 (Piridoksin ) 10 mg tablet Botol 1000 tablet 120 Botol 120 Vitamin C (asam ascorbat) 250 mg tablet Botol 250 tablet 250 Botol 121 Vitamin C (asam ascorbat) 50 mg tablet Botol 1000 tablet 430 Botol 122 Vitamin K 2 mg / ml injeksi ( Vit K Injeksi Untuk Bayi) Kotak 5 ampul @ 1ml 120 Kotak 123 Vitamin K1 (Fitomenadion) 10 mg tablet Botol 100 tablet 100 Botol 124 Zink 20 mg tablet dispersibel Kotak 10 x 10 tablet 250 Kotak

Lampiran 3. Prosedur tetap proses distribusi obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

44

Lampiran 4. Label warna di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sebagai penanda masa daluarsa obat

Lampiran 5. Prosedur tetap pelaksanaan kegiatan pelayanan di Apotek Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

46

i

UNIVERSITAS INDONESIA

REKAPITULASI LAPORAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR) DI PUSKESMAS KECAMATAN KRAMAT

JATI JAKARTA TIMUR PERIODE OKTOBER – DESEMBER 2012

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

KECAMATAN KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR JL. RAYA INPRES NO. 48

PERIODE 8 JANUARI – 18 JANUARI 2013

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

RIZKI JAKA GUSTIANSYAH, S.Farm. 1206313633

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK

ii HALAMAN JUDUL... .. i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL...iii DAFTAR LAMPIRAN ... iv BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1. Penggunaan Obat Rasional. ... 3 2.2. Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional ... 8 2.3. Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional ... 10 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ... 16 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ... 16 3.2. Metode Pengumpulan Data ... 16 3.3. Cara Kerja ... 16 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1. Tujuan Pelaporan Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati ... 18 4.2. Sistem Pelaporan Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati ... 19 4.3. Laporan Penggunaan Obat Rasional Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati Periode Oktober – Desember 2012 ... 19 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 23 5.1. Kesimpulan ... 23 5.2. Saran ... 24 DAFTAR PUSTAKA ... 25

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Contoh hasil anamnesis, diagnosis, beserta terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis amoebiasi... 4 Tabel 2.2 . Contoh hasil anamnesis, diagnosis, beserta terapi yang

iv

Lampiran 1. Formulir indikator peresepan ... 26 Lampiran 2. Data penggunaan obat rasional Bulan Oktober 2012 di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati ... 27 Lampiran 3. Data penggunaan obat rasional Bulan November 2012 di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati………. . …..…40 Lampiran 4. Data penggunaan obat rasional Bulan Desember 2012 di

1 Universitas Indonesia BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk. Untuk mencapai visi tersebut, puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat sehat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu. Ruang lingkup pelayanan kefarmasian yaitu meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Paradigma pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah dari semula berorientasi pada obat kini menjadi berorientasi pada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Oleh karena paradigma pelayanan kefarmasian saat ini berorientasi pada pasien maka segala kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan di puskesmas harus mengarah untuk memprioritaskan agar pasien mendapatkan pelayanan yang

Universitas Indonesia terbaik dan optimal. Cakupan pelayanan kefarmasian yang dimaksud yaitu mendapatkan pengobatan yang rasional, dimana subjek yang dijadikan fokus pengamatan yaitu penggunaan antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) non spesifik dan diare non spesifik serta penggunaan sediaan injeksi pada pasien myalgia di puskesmas. Dengan demikian, diperlukan adanya pencatatan terhadap sampel resep yang masuk di apotek puskesmas untuk mendapatkan gambaran mengenai pola peresepan obat untuk pasien dengan diagnosis di atas. Data tersebut disebut sebagai POR (Penggunaan Obat Rasional).

Sebagai tenaga kefarmasian yang ada di pukesmas, apoteker maupun asisten apoteker mempunyai peran dalam hal pencatatan data-data yang terkait untuk melakukan pelaporan data POR ke Suku Dinas Kesehatan di tingkat Kota/Kabupaten pada masing-masing wilayah. Data yang ada mampu merepresentasikan kerasionalan penggunaan obat di suatu puskesmas. Oleh karena itu, mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diberikan tugas khusus mengenai rekapitulasi Laporan Penggunaan Obat Rasional (POR) Puskesmas Kecamatan Kramat Jati periode Oktober – Desember Tahun 2012.

1.2. Tujuan

Pelaksanaan PKPA di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur, khususnya di bagian Farmasi (Apotek) bertujuan agar mahasiswa calon apoteker mampu:

1. Mengetahui tujuan dan sistem pelaporan POR di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur.

2. Mengetahui dan mengkaji data POR periode Oktober – Desember 2012 di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur.

3 Universitas Indonesia BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penggunaan Obat Rasional (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010)

2.1.1. Deskripsi

Penggunaan obat secara rasional menurut WHO (1985) adalah jika pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya untuk periode yang adekuat dengan harga yang terjangkau untuknya dan masyarakat. Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah penting yang dapat menimbulkan dampak cukup besar dalam penurunan mutu pelayanan kesehatan, misalnya peningkatan resistensi akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.

Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medik (medically inappropriate), baik menyangkut ketepatan jenis, dosis, dan cara pemberian obat.

Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi persyaratan tertentu. Masing-masing persyaratan mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kekeliruan dalam menegakkan diagnosis akan memberi konsekuensi berupa kekeliruan dalam menentukan jenis pengobatan.

2.1.2. Kriteria Penggunaan Obat Rasional 2.1.2.1. Tepat Diagnosis

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya. Sebagai contoh, dapat dilihat pada tabel 2.1. dan 2.2. di bawah ini

Universitas Indonesia Tabel 2.1. Contoh hasil anamnesis, diagnosis, beserta terapi yang diberikan pada

pasien dengan diagnosis amoebiasis

Anamnesis Diagnosis Terapi

1. Diare

2. Disertai darah dan lendir 3. Serta gejala tenesmus

Amoebiasis Metronidazol

Tabel 2.2. Contoh hasil anamnesis, diagnosis, beserta terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis bukan amoebiasis

Anamnesis Diagnosis Terapi

1. Diare

2. Disertai gejala tenesmus Bukan Amoebiasis

Bukan Metronidazol

Pada tabel 2.2., jika pemeriksa tidak jeli untuk menanyakan adanya darah dalam feses, maka bisa saja diagnosis yang dibuat menjadi kolera. Untuk yang terakhir ini obat yang diperlukan adalah tetrasiklin. Akibatnya penderita amoebiasis di atas terpaksa mendapat tetrasiklin yang sama sekali bukan antibiotik pilihan untuk amoebiasis.

2.1.2.2. Tepat Indikasi Penyakit

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik, misalnya antibiotik yang diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian pemberian obat ini tidak dianjurkan untuk pasien yang tidak menunjukkan adanya gejala infeksi bakteri.

2.1.2.3. Tepat Pemilihan Obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit. Sebagai contoh, gejala demam terjadi pada hampir semua kasus infeksi dan inflamasi. Untuk sebagian besar demam, pemberian parasetamol lebih dianjurkan karena di samping efek

5

Universitas Indonesia antipiretiknya, obat ini relatif paling aman dibandingkan dengan antipiretik yang lain. Pemberian antiinflamasi non steroid (misalnya asam mefenamat dan ibuprofen) hanya dianjurkan untuk demam yang terjadi akibat proses peradangan atau inflamasi.

2.1.2.4. Tepat Dosis

Agar suatu obat dapat memberikan efek terapi yang maksimal diperlukan penentuan dosis, cara, dan lama pemberian yang tepat. Besar dosis, cara, dan frekuensi pemberian umumnya didasarkan pada umur dan/atau berat badan pasien. Sebagai contoh, pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat dengan rentang terapi yang sempit misalnya teofilin, digitalis, dan aminoglikosida akan sangat berisiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan.

2.1.2.5. Tepat Cara Pemberian

Obat harus digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, waktu, dan jangka waktu terapi sesuai anjuran. Sebagai contoh, obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan untuk mempercepat munculnya efek lokal di lambung. Demikian pula tetrasiklin tidak boleh diminum bersama susu karena akan membentuk ikatan sehingga tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivitasnya.

2.1.2.6. Tepat Pasien

Mengingat respon individu terhadap efek obat sangat beragam maka diperlukan pertimbangan yang seksama, mencakup kemungkinan adanya kontraindikasi, terjadinya efek samping, atau adanya penyakit lain yang menyertai. Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada penderita dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindarkan karena risiko terjadinya nefrotoksik pada kelompok ini meningkat secara bermakna.

Beberapa kondisi berikut harus dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian obat :

Universitas Indonesia a. blocker (misalnya propranolol) hendaknya tidak diberikan pada penderita

hipertensi yang memiliki riwayat asma karena obat ini memberi efek bronkhospasme.

b. Antiinflamasi Non Steroid (AINS) sebaiknya juga dihindari pada penderita asma, karena obat golongan ini terbukti dapat mencetuskan serangan asma. c. Peresepan kuinolon (misalnya siprofloksasin dan ofloksasin), tetrasiklin,

doksisiklin, dan metronidazol pada ibu hamil sama sekali harus dihindari karena memberi efek buruk pada janin yang dikandung.

2.1.2.7. Tepat Informasi

Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Tenaga kefarmasian harus mampu menyediakan dan memberikan informasi kepada pasien dan tenaga kesehatan lain untuk menunjang penggunaan obat yang rasional dalam rangka mencapai keberhasilan terapi. Informasi yang diberikan meliputi nama obat, aturan pakai, lama pemakaian, efek samping yang ditimbulkan oleh obat tertentu, dan interaksi obat tertentu dengan makanan. Contoh :

a. Peresepan rifampisin akan mengakibatkan urin penderita berwarna merah. Jika hal ini tidak diinformasikan, penderita kemungkinan besar akan berhenti meminum obat karena menduga obat tersebut yang menyebabkan urinasi disertai darah. Padahal untuk penderita tuberculosis, terapi dengan rifampisin harus diberikan secara terus menerus dalam jangka panjang selama satu kurun waktu pengobatan.

b. Peresepan antibiotik harus disertai informasi bahwa obat tersebut harus diminum sampai habis selama satu kurun waktu pengobatan (1 course of treatment), meskipun gejala-gejala klinik sudah mereda atau hilang sama sekali. Interval waktu minum obat juga harus tepat, bila 4 kali sehari berarti tiap 6 jam. Hal ini sangat penting agar kadar obat dalam darah berada diatas kadar minimal yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit.

7

Universitas Indonesia 2.1.2.8. Waspada terhadap efek samping

Pemberian obat berpotensi menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. Sebagai contoh, pemberian atropin dapat menimbulkan efek samping vasodilatasi pembuluh darah di wajah sehingga wajah memerah. Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12 tahun karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh.

2.1.2.9. Cost effectiveness

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian obat untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat, jelas merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien. Di sini termasuk pula peresepan obat yang mahal padahal alternatif obat yang lain dengan manfaat dan keamanan sama dan harga lebih murah tersedia. Sebagai contoh, pemberian antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik, serta penggunaan injeksi pada pasien myalgia. Hal ini merupakan pemborosan karena sebenarnya pasien tidak memerlukan antibiotik dan injeksi.

2.1.3. Pendekatan Penggunaan Obat Rasional

Terdapat tiga cara, yang disebut sebagai pendekatan penggunaan obat rasional, yang dapat dilakukan agar penggunaan obat rasional dapat dicapai. Pendekatan penggunaan obat rasional yang dimaksud adalah melakukan penerapan konsep obat esensial, penggunaan oba generik, dan promosi penggunaan obat rasional.

2.1.3.1. Penerapan Konsep Obat Esensial

Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 44-128)

Dokumen terkait