• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

1. Undang-undang perpajakan membagi tindak pidana yang dilakukan oleh wajib pajak dalam 2 (dua) jenis yaitu pidana pelanggaran, dan pidana kejahatan. Pelanggaran dalam ajaran hukum pidana sering dipadankan dengan kejahatan yang ringan, dalam hal ini terlihat ada kesamaan dengan pelanggaran dibidang perpajakan. Ancaman pidana yang dikenakan yakni, pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda sebesar 2 (dua) kali pajak terhutang, bahkan dapat juga dikenakan sanksi administrasi saja apabila pelanggaran yang dilakukan hanya menyangkut tindakan administrasi saja. Penjelasan pasal 38 Undang-undang Perpajakan menyebutkan kualifikasi daripada kealpaan itu sendiri adalah tidak sengaja, lalai, tidak hati- hati, dan tidak memperdulikan kewajibannya sehingga perbuatannya mengakibatkan kerugian bagi Negara. Kejahatan, jika pelanggaran merupakan kejahatan yang ringan maka kejahatan dapat dipadankan sebagai pelanggaran yang berat dikarenakan ancaman pidananya jauh lebih berat dbandingkan dengan ancaman pelanggaran, yakni penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun dan denda setinggi-tingginya 4 (empat) kali dari jumlah pajak terhutang. Dan bagi pelaku pengulangan kejahatan (residive) ancaman pidana

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, pertanggung jawaban pidana ditentukan berdasarkan subjek atau pelaku tindak pidana. Adapun 3 kategori pertanggungjawaban pidana tersebut yakni:

a. Pertanggung jawaban pidana bagi wajib pajak yang melakukan tindak pidana perpajakan

b. Pertanggung jawaban pidana bagi pegawai pajak yang melakukan tindak pidana perpajakan

c. Pertanggung jawaban pidana bagi pejabat pajak yang melakukan tindak pidana perpajakan.

2. Penerapan pidana bersyarat dalam amar putusan kasus tindak pidana perpajakan ini hakim lebih menitikberatkan pada alasan point 3 dimana dalam hal menyangkut denda, maka pidana bersyarat dapat dijatuhkan, dengan batasan bahwa hakim harus yakin bahwa pembayaran denda betul-betul akan dirasakan berat oleh terdakwa. Hal ini diambil pertimbangan oleh hakim karena hakim pada amar putusannya menetapkan bahwa pidana tersebut tidak akan dijalani, kecuali jika di kemudian hari ada perintah lain dalam putusan hakim karena terdakwa dipersalahkan melakukan sesuatu kejahatan atau tidak mencukupi suatu syarat yang ditentukan sebelum berakhirnya masa percobaan selama 3 (tiga) tahun, dengan syarat khusus dalam waktu 1 (satu) tahun, 14 (empat belas) perusahaan yang tergabung dalam AAG/Asian Agri Group yang pengisian SPT tahunan diwakili oleh Terdakwa untuk membayar

denda 2 (dua) kali pajak terutang yang kurang dibayar masing-masing yang keseluruhannya berjumlah 2 x Rp. 1.259.977.695.652,- = Rp. 2.519.955.391.304,- (dua trilyun lima ratus sembilan belas milyar Sembilan ratus lima puluh lima juta tiga ratus sembilan puluh satu ribu tiga ratus empat rupiah) secara tunai. Hakim memberikan syarat jangka waktu satu tahun untuk melunasi semua pajak terhutang atas 14 (empat belas) perusahaan yang ada dalam naungan PT. AAG, jangka waktu ini diberikan agar semua perusahaan yang mempunyai pajak terutang kepada Negara, mampu untuk menyicil pajak terutang mulai dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 sebanyak 2 kali lipat dari total pajak terutang.

B. Saran

1. Sebaiknya dalam undang-undang perpajakan ini harus lebih jelas dan detail diatur mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi dengan maksud untuk menguntungkan korporasi itu sendiri. Hal tersebut harus diatur lebih detail agar kejadian serupa tidak terulang dilain waktu.

2. Sebaiknya hakim dalam memberikan putusan bersyarat harus disertai dengan alasan mengapa pidana tersebut diberikan kepada terdakwa, dan juga harus disertai dengan perintah eksekusi apabila terdakwa tidak melakukan amar putusan pidana bersyarat ini. Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul kerancuan bagi aparat penegak hukum untuk melakukan langkah selanjutnya setelah putusan MA ini inkraht.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku

Amiruddin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004.

Andi. Matalatta, “santunan bagi korban”dalam J.E. sahetapy (ed.)…Victimilogy sebuah Bunga rampai 9 Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 19870.

Bambang, Waluyo, Tindak Pidana Perpajakan, Jakarta: Pradnya Paramita, 1994.

C.S.T. Kansil, Engelien, R. Palandeng, dan Altje, Agustin Musa, Tindak Pidana Dalam Undang-undang Nasional, Jakarta: Jala Permata Aksara. 2009.

Djoko Prakoso .Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia . Edisi Pertama. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta , 1987.

H.M.A. Kuffal, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, UMM Press, Malang, 2008.

Johnny, Ibrahim, Teori dan metodelogi penelitian hukum normative, Malang: Bayumedia Publishing, 2006.

Lexy J. Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999.

Marlina, Hukum Penitensir, Bandung: PT. Reflika Aditama. 2011. Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Mohammad, Eka Putra. & Abul Khair, Percobaan dan Penyertaan, Medan:, USU press, 2009.

Mohammad, Eka Putra, Dasar-dasar Hukum Pidana, (Medan, USU Press. 2010.

Muhammad, Djafar Saidi, Kejahatan dibidang perpajakan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 2012.

Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat. Bandung: Penerbit Alumni. 1985. Penjelasan Buku Kesatu angka 4 Konsep KUHP Baru.

Prodjohamidjojo, Martiman, Memahami dasar-dasar hukum Pidana Indoesia

Jakarta :PT. Pradnya Paramita, 1997.

Roscoe Pound. “ introduction to the phlisophy of law” dalam Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana.Cet.II, Bandung:Mandar Maju, 2000.

Sajipto, Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996.

Soerjono, Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009.

S.R Sianturi .Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya,Cet IV, Jakarta :Alumni Ahaem-Peteheam, 1996.

Sutrisna, I Gusti Bagus, “Peranan Keterangan Ahli dalam Perkara Pidana ( Tijauan terhadap pasal 44 KUHP),” dalam Andi Hamzah (ed.), Bunga Rampai HUkum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta :Ghalia Indonesia ,1986

T.N. Syamsah, Tindak Pidana Perpajakan. Bandung: P.T. Alumni, 2011.

B. Undang-undang

Undang-undang Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan

Undang-undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan

Putusan Mahkamah Agung Atas Perkara Pidana Nomor 2239 K/Pid.Sus/2012

C. INTERNET

http://www.Mahkamah Agung.go.id. diakses pada hari senin, tanggal 29 April 2013 pukul 12.30

http://www.ombar.net/2009/10/pertanggungjawaban-terhadap-pelaku.html. Diakses pada tanggal 24 April 2014.

Dokumen terkait