• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) dari kontribusi gabungan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP) terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD) selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 adalah rendah sekali yaitu sebesar 8,11%. Dan rata-rata DDF dari Sumbangan dan Bantuan (SB) terhadap TPD dari tahun 2001 sampai dengan 2008 adalah tinggi yaitu sebesar 64,24 %. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan keuangan daerah Kabupaten Pasuruan sehingga pola hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah Kabupaten Pasuruan bersifat instruktif, yang berarti pemerintah Kabupaten Pasuruan masih tergantung terhadap sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), sehingga dapat dikatakan belum mampu melaksanakan otonomi daerah atau disebut tidak mandiri.

2. Rata-rata rasio Tingkat Kemandirian Daerah (TKD) Kabupaten Pasuruan selama tahun 2001 sampai dengan 2008 adalah rendah sekali

yaitu sebesar 18,01 % yang tidak mencapai 25%, menunjukkan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Pasuruan rendah sekali. Pola hubungan yang terjadi antara pemerintah pusat dengan pemerintah Kabupaten Pasuruan bersifat instruktif, artinya pemerintah pusat memegang peranan yang dominan dalam bidang keuangan daerah. Ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah pusat di satu sisi dan rendahnya kontribusi PAD dan BHPBP dalam penerimaan daerah di sisi lain membawa konsekuensi terhadap rendahnya kemampuan PAD dan BHPBP dalam membiayai pengeluaran daerah. Dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya kemampuan PAD dan BHPBP dalam membiayai pengeluaran daerah adalah rendahnya kemampuan daerah dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Dengan demikian menunjukkan rendahnya kualitas otonomi Kabupaten Pasuruan. Dengan pola hubungan instruktif tersebut dapat dikatakan bahwa Kabupaten Pasuruan Belum mampu melaksanakan otonomi daerah atau disebut tidak mandiri.

3. Inelastisnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pasuruan selama kurun waktu delapan tahun (2001-2008) dilihat dari sisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) yaitu sebesar 0,81 %, menunjukkan bahwa tidak pekanya perubahan PAD terhadap perubahan PDRB. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi perubahan PAD. Inelastisitasnya PAD Kabupaten Pasuruan tersebut menunjukkan pula

bahwa struktur PAD Kabupaten Pasuruan semakin buruk. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan elastisitas PAD Kabupaten Pasuruan adalah meningkatkan PAD sejalan dengan upaya-upaya untuk meningkatkan derajat desentralisasi fiskal.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan, maka saran bagi pemerintah Kabupaten Pasuruan untuk menumbuhkan kemandirian keuangan daerahnya pada era otonomi daerah adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pasuruan melalui :

a. Intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak, antara lain :

1) Pendataan kembali wajib pajak dan obyek pajak yang sudah ada dalam rangka penggalian potensi daerah.

2) Melakukan perhitungan efisiensi dan efektifitas pemungutan pajak, sehingga biaya pemungutan dapat diperhitungkan sebelumnya.

3) Pemberian insentif kepada petugas dalam menagih pajak terhadap masyarakata sebelum jatuh tempo serta pemberian sanksi terhadap penunggak pajak.

4) Meningkatkan kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan sehingga kebocoran dapat dikurangi.

5) Perluasan basis penerimaan yaitu dengan menambah subyek dan obyek pajak.

6) Modernisasi sistem administrasi perpajakan dengan cara mengoptimalkan jaringan teknologi informasi, sehingga wajib pajak dalam membayar pajaknya dapat dilakukan dimana saja tanpa harus datang ke kantor pelayanan pajak.

b. Berkaitan dengan struktur ekonomi Kabupaten Pasuruan yang didominasi oleh sektor industri maka cara lain untuk meningkatkan derajat desentralisasi fiskal yaitu :

1) Menyediakan sarana pusat pelayanan informasi bisnis yang mudah dijangkau.

2) Membangun strategi pengembangan keuangan daerah melalui perintisan bentuk-bentuk kerjasama baru, baik dengan pemerintah maupun badan swasta (domestik maupun asing), sehingga dapat menjadi alternatif PAD yang lebih prospektif dan variatif. Kerjasam aekonomi tersebut bisa jadi mengarah pada bentuk kontrak-kontrak usaha bersama yang saling menguntungkan.

2. Menarik investor asing maupun investor dalam negri untuk berinvestasi di Kabupaten Pasuruan sehingga dapat menambah kesempatan kerja dengan cara menciptakan daya tarik dan iklim yang kondusif untuk berinvestasi serta mempermudah perijinan usaha. Peningkatan kesempatan kerja harus diimbangai dengan peningkatan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikkan.

3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terutama aparatur daerah dengan menggunakan pendekatan kinerja.

4. Meningkatkan efesiensi, efektifitas, dan penghematan sesuai dengan prioritas dalam penggunaan anggaran yang dapat dilakuakan dengan meningkatkan proporsi belanja untuk memihak kepenntingan publik yaitu dengan mengutamakan belanja pembangunan disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintah (belanja rutin).

Kabupaten/Kota. Berbagai Edisi.

--- Kabupaten Pasuruan. Kabupaten Pasuruan Dalam Angka. Berbagai Edisi.

--- Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pasuruan. Berbagai Edisi.

Bratakusumah, Deddy S., dan Solihin, Dadang. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Darto, Mariman. 2005. Otonomi Daerah, Civil Society dan Kemandirian Daerah. Telaah Ulang Otonomi Daerah : Perspektif Sosial – Ekonomi. Equilibrium : Jurnal Ekonomi dan Kemasyarakatan. Vol.3 No.1 (September – Desember) : 8-21.

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pasuruan. 2002. Profil Tenaga Kerja Kabupaten Pasuruan Tahun 2002.

Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Haris, Syamsudin (Ed). 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi, Demokratisasi dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah. Jakarta : LIPI Press.

Haryati, Sri. 2006. Perbandingan Kinerja Keuangan Daerah Sebelum dan Sesudah Kebijakan Otonomi Daerah Kabupaten Sleman Tahun 1998-2000 dan 2001-2003. Skripsi FE UII Yogyakarta. Dipublikasikan.

Kaho, Josef Riwu. 2003. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Landiyanto, Erlangga A. 2005. Kinerja Keuangan dan Strategi Pembangunan Kota di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Surabaya. CURES Working Paper No.05/01.

Mangkoesoebroto, Guritno. 1993. Ekonomi Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Derah. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

BPFE.

Republik Indonesia. 2002. Undang-undang dan Peraturan Pelaksanaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : CV. Tamita Utama.

---. 1999. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

---. 1999. Undang-undang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

---. 2006. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

---. 2006. Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

---. 2006. Buku Pegangan 2006 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembanguna Daerah.

Saragih, Juli panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi. Jakarta : PT. Ghalia indonesia.

Sarundajang, 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Edisi Keempat. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Setiarti, L. 2002. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah : Studi di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.3 No.2 141-152.

Soeparmoko, M. 2001. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Solihin, Dadang. 2002. Kamus Istilah Otonomi Daerah. Jakarta : Institute for SME Empowerment.

Tjokroamidjodjo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. Cetakan ke XVII. Jakarta : LP3ES.

Widjaja, H A W. 2001. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.

Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Dokumen terkait