• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Kondisi Keuangan Daerah Kabupaten Pasuruan

Selain faktor sumber daya manusia dan perekonomian daerah, faktor keuangan juga merupakan faktor yang mendukung dalam mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah dalam melaksanakan otonomi. Keuangan daerah dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang secara umum di dalamnya terdapat dua pos anggaran, yaitu pos penerimaan dan pos pengeluaran. Pos penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pasuruan pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 secara umum terdiri dari :

1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu 2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

3. Dana Perimbangan

5. Pinjaman Pemerintah Daerah

Sedangkan pos pengeluarannya secara umum adalah : 1. Pengeluaran Rutin

2. Pengeluaran Pembangunan

Dengan dilaksanakannya Kepmendagri No.29 Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, dan ditetapkannya Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka dalam APBD Kabupaten Pasuruan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 terdapat perubahan pos-pos yang ada sehingga menjadi :

1. Pos Pendapatan Daerah, terdiri dari : a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain Pendapatan yang Sah 2. Pos Belanja Daerah, terdiri dari :

a. Belanja Tidak Langsung b. Belanja Langsung

Pos belanja untuk Belanja Tidak Langsung terdiri dari : 1. Belanja Pegawai

2. Belanja Bunga 3. Belanja Subsidi 4. Beanja Hibah

6. Belanja Bagi Hasil

7. Belanja Bantuan Keuangan 8. Pengeluaran Tidak Terduga

Dan pos belanja untuk Belanja Langsung terdiri dari : 1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Modal

3. Pos Pembiayaan, terdiri dari : a. Penerimaan Pembiayaan b. Pengeluaran Pembiayaan

Tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 Total Penerimaan Daerah (TPD) meliputi total pendapatan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, lain-lain pendapatan yang sah, dan ditambah dengan penerimaan pembiayaan. Sebelum adanya otonomi daerah, dana perimbangan dikategorikan dalam sumbangan dan bantuan atau di istilahkan juga dengan Subsidi Daerah Otonom (SDO), yang merupakan transfer kepada pemerintah daerah untuk membiayai pengeluaran rutin yaitu seperti subsidi, belanja pegawai, belanja pemeliharaan, dan lain-lain. Setelah diberlakukannya otonomi daerah, dana perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP), Dana Alokasi Umum (DAU) serta Dana Alokasi Khusus (DAK). Akibat pemberlakuan otonomi daerah tersebut khususnya menyangkut bidang keuangan, maka mulai tahun 2001 tidak terdapat lagi sumbangan dan bantuan dari pusat, karena pusat hanya

memberikan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk mengurangi adanya kesenjangan antar daerah. Sedangkan Pengeluaran Total Daerah (PTD) meliputi total belanja yang terdiri dari belanja tidak langsung, dan belanja langsung ditambah dengan pengeluaran pembiayaan.

Secara rinci Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 4.4 (lihat halaman 77). Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa Total Penerimaan Daerah (TPD) dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 adalah sebesar Rp 463.578,46 juta, Rp 648.426,30 juta, Rp 702.411,60 juta, Rp 685.544,39 juta, Rp 661.693,97 juta, Rp 736.066,23 juta, Rp 884.207,88 juta, dan Rp 1.006.256,60. Sedangkan besarnya Pengeluaran Total Daerah (PTD) dari tahun 2001 sampai dengan 2008 berturut-turut adalah sebesar Rp 319.301,28 juta, Rp 480.845,27 juta, Rp 649.602,69 juta, Rp 663.304,87 juta, Rp 604.225,88 juta, Rp 736.066,23 juta, Rp 754.254,69 juta, dan Rp 854.598,26 juta. Data tersebut menunjukkan adanya penurunan Total Penerimaan Daerah (TPD) pada tahun 2004 dan 2005, akan tetapi terjadi kenaikan kembali pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Begitu pula dengan Pengeluaran Total Daerah (PTD) hanya mengalami penurunan di tahun 2005 saja.

Tabel 4.4 (lihat halaman 77) menunjukkan pengeluaran rutin tahun 2001 sampai dengan 2003 mengalami peningkatan dan jumlahnya lebih besar dari pengeluaran pembangunan di setiap tahunnya.

Penyelenggaraan otonomi membawa konsekuensi terhadap pemerintah daerah yang dituntut lebih kreatif sehingga mampu menggali sumber potensial terhadap keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu sumber tersebut adalah sumber pendapatan yang berasal dari pemerintah daerah itu sendiri yang berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD). Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan milik daerah (BUMD), dan lain-lain PAD yang Sah ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut :

Tabe1 4.5

Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 (dalam juta rupiah)

Komposisi PAD Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba BUMD Lain-lain PAD yang Sah Total PAD 2001 24.764,97 7.609,78 - 10.303,62 42.678,38 2002 25.098,52 11.638,25 - 27.722,41 64.459,17 2003 44.413,84 13.494,12 - 12.845,86 70.753,82 2004 37.161,15 13.445,62 - 10.775,82 61.382,59 2005 37.888,82 13.567,85 16,20 13.182,30 64.655,17 2006 38.594,55 13.155,48 65,05 12.846,91 64.662,00 2007 40.137,70 16.608,29 646,77 10.958,11 68.350,87 2008 44.099,04 23.917,68 1.312,69 10.958,11 80.287,52 Sumber : Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,

Berdasarkan Tabel 4.5 (lihat halaman 78) dapat dilihat bahwa total PAD Kabupaten Pasuruan pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 terus mengalami kenaikan. Penurunan hanya terjadi pada tahun 2004. Kenaikan PAD tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar Rp 21.780,79 juta atau dari Rp 42.678,38 juta menjadi Rp 64.459,17 juta. Sedangkan penurunan paling besar terjadi pada tahun 2004 sebesar Rp 9.371,23 juta atau dari Rp 70.753,82 juta menjadi Rp 61.382,59 juta. Komposisi PAD yang memberikan kontribusi terbesar dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 kecuali tahun 2002 adalah pajak daerah dikarenakan adanya upaya-upaya intensifikasi pajak. Sedangkan pada tahun 2002 yang memberikan kontribusi terbesar pada PAD adalah lain-lain PAD yang sah. Pajak daerah mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 yaitu berturut-turut sebesar Rp 24.764,97 juta, Rp 25.098,52 juta, dan Rp 44.413,84 juta. Pada tahun 2004 mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar Rp 7.252,69 juta atau dari Rp 44.413,84 juta menjadi Rp 37.161,15 juta. Kemudian pada tahun 2005 sampai dengan 2008 kembali mengalami peningkatan. Retribusi daerah dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 mengalami kenaikan berturut-turut yaitu sebesar Rp 7.609,78 juta, Rp 11.638,25 juta dan Rp 13.494,12 juta. Sedangkan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, retribusi daerah mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuasi). Laba BUMD mengalami peningkatan pada tahun 2005 yaitu dari semula Rp 0,00 menjadi Rp 16,20 juta, kemudian pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 terus mengalami peningkatan. Lain-lain PAD yang sah pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuasi). Kenaikan tertinggi terjadi pada

tahun 2002 yaitu sebesar Rp 17.418,79 juta atau dari Rp 10.303,62 juta menjadi Rp 27.722,41 juta. Dan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp 14.876,55 juta atau dari Rp 27.722,41 juta menjadi Rp 12.845,86 juta.

Komposisi Total Penerimaan Daerah (TPD) selain dari kontribusi Pendapatan asli Daerah (PAD) juga berasal dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP), Sumbangan dan Bantuan (SB) dan penerimaan lainnya. Sumbangan dan Bantuan (SB) pada meliputi Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang merupakan bagian dari Dana Perimbangan. Pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 penerimaan lainnya meliputi sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan yang sah. Sedangkan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 penerimaan lainnya meliputi bantuan keuangan dari provinsi, penerimaan pembiayaan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Komposisi Total Penerimaan Daerah (TPD) Kabupaten Pasuruan tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan pada Tabel 4.6 (lihat halaman 81) berikut :

Tabel 4.6

Komposisi Total Penerimaan Daerah (TPD) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 (dalam juta rupiah)

Komposisi Penerimaan Daerah Tahun PAD BHPBP SB Penerimaan Lainnya TPD 2001 42.678.38 26.929,82 381.654,34 12.315,92 463.578,46 2002 64.459,17 41.264,12 381.650,00 161.053,01 648.426,30 2003 70.753,82 64.378,21 407.495,24 159.784,33 702.411,60 2004 61.382,59 39.590,54 389.752,00 194.819,26 685.544,39 2005 64.655,17 50.064,83 382.252,00 164.721,97 661.693,97 2006 64.622,00 58.712,79 486.284,00 126.447,44 736.066,23 2007 68.350,87 62.403,32 591.313,48 162.140,21 884.207,88 2008 80.287,52 76.457,12 675.788,87 173.723,09 1.006.256,60 Sumber : Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Badan Pusat

Statistik Jakarta, Berbagai Edisi, Data diolah

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa Total Penerimaan Daerah (TPD) Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003. Kemudian menurun pada tahun 2004 dan 2005, yaitu masing-masing sebesar Rp 16.867,21 juta atau dari Rp 702.411,60 juta menjadi Rp 685.544,39 juta, dan Rp 23.850,42 juta atau dari Rp 685.544,39 juta menjadi Rp 661.693,97 juta. Kemudian meningkat kembali pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Penurunan TPD dikarenakan pada tahun 2004 PAD, BHPBP, dan SB yang merupakan komposisi penerimaan daerah mengalami penurunan yang lebih besar daripada peningkatan Penerimaan Lainnya. Sedangkan pada tahun 2005 penurunan TPD dikarenakan SB dan Penerimaan Lainnya mengalami penurunan yang lebih besar daripada peningkatan PAD dan BHPBP.

Dokumen terkait