• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tindak pidana narkoba merupakan kejahatan, untuk itulah diperlukan perangkat Undang-Undang yang mengatur sanksi pidana bagi penyalahgunaan narkoba, yaitu: Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Tujuan dibuatnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika dan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika adalah untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba dan untuk memberantas peredaran gelap narkoba. Oleh sebab itu, semua rumusan delik dalam kedua Undang-Undang tersebut di atas terfokus pada penyalahgunaan dan peredaran narkoba mulai dari penanaman, produksi, penyaluran, lalu lintas peredaran sampai ke pemakainya, bukan pada kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana. Sanksi dan pemidanaannya pada kedua undang-undang tersebut bervariasi antara lain:

a. Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok, pidana tambahan dan tindakan pengusiran.

c. Sanksi pidana pada umumnya (kebanyakan) diancamkan secara kumulatif (terutama penjara dan denda).

Yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkoba adalah:

a. Pertimbangan yang bersifat yudiris antara lain:

1). Dakwaan jaksa penuntut umum yang memuat identitas terdakwa, uraian tindak pidana serta waktu dilakukan tindak pidana dan pasal yang dilanggar.

2). Keterangan saksi yaitu keterangan mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengan sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dan harus disampaikan dalam sidang pengadilan dengan mengangkat sumpah. 3). Keterangan terdakwa adalah apa yang dinyatakan di sidang tentang

perbuatan yang dilakukan atau yang dia ketahui sendiri atau yang dia alami sendiri.

4). Barang-barang bukti adalah semua benda yang dapat dikenakan penyitaan dan yang diajukan oleh penuntut di persidangan.

5). Pasal-pasal dalam undang-undang narkotika dan psikotropika. b. Pertimbangan yang bersifat non yudiris ada 2 yaitu:

1). Akibat perbuatan terdakwa. 2). Kondisi diri terdakwa.

2. Pidana adalah suatu perlindungan terhadap masyarakat dan pembalasan atas perbuatan hukum. Ada 2 teori pemidanaan yaitu teori pembalasan dan teori tujuan. Kedua teori ini sama-sama memberikan sanksi pidana/hukuman terhadap penjahat atau pelanggar hukum, hanya sifat yang dimiliki antara kedua teori itu yang membedakannya. Berbeda dengan rancangan Undang-Undang Hukum Pidana tahun 2006 menyebutkan tujuan pemidanaan bukan untuk menderitakan dan merendahkan martabat manusia. Tujuan pemidanaan adalah untuk mencegah, memasyarakatkan, menyelesaikan konflik dan membebaskan rasa bersalah pada terpidana. Masalah penjatuhan pidana terhadap seseorang bukanlah hal yang mudah. Hakim selain harus mendasarkan diri pada peraturan perundang-undangan, tetapi harus memperhatikan perasaan dan pendapat umum masyarakat. Putusan hakim sedapat mungkin harus mencerminkan kehendak perundang-undangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Putusan pidana selain merupakan pemidanaan, tetapi juga menjadi dasar untuk memasyarakatkan kembali si terpidana, agar tidak melakukan kejahatan lagi dikemudian hari sehingga bahaya terhadap masyarakat dapat dihindarkan. Tetapi, kenyataan dalam praktek peradilan, putusan hakim dalam perkara narkoba sering membuat terpidana tidak merasa jera bahkan cenderung untuk mengulangi lagi perbuatannya. Hakim dalam menjatuhkan putusan belum menerapkan batas maksimal yang diterapkan oleh undang-undang. Di samping hal-hal lain seperti ekonomi, dipengaruhi teman dan lain sebagainya.

3. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya disparitas dalam penjatuhan pidana untuk kasus narkoba adalah:

a. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang tentang narkoba baik Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika maupun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika memberi peluang untuk terjadinya disparitas pidana. b. Bersumber pada diri hakim

Terjadinya disparitas pidana bisa disebabkan oleh karena hakim salah menerapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang narkoba. Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian hakim dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan kualitas sumber daya hakim sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar diri hakim, terutama yang berkaitan dengan sistem peradilan.

c. Keadaan-keadaan diri terdakwa

Faktor-faktor seseorang melakukan kejahatan ada yang datangnya dari dalam diri pelaku dan dari luar diri pelaku. Terjadinya disparitas terhadap pelaku tindak pidana narkoba tidak terlepas dari keadaan-keadaan yang terdapat dalam diri pelaku.

Dengan adanya disparitas pidana ini menyebabkan belum tercapainya rasa keadilan dalam masyarakat. Tujuan hukum yang memberi kemanfaatan juga belum tercapai karena banyak pelaku tindak pidana narkoba mengulangi lagi perbuatannya.

Kalau untuk kepastian hukum dengan dipidananya pelaku tindak pidana narkoba sudah memberi kepastian hukum bagi masyarakat, bahwa pelaku kejahatan harus mendapat hukuman.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Diperlukan penyempurnaan undang-undang tentang narkoba baik Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika maupun Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika terutama yang mengatur sanksi pidana agar barang bukti diperhitungkan juga untuk berat ringannya hukuman. 2. Diharapkan kepada hakim dalam menjalankan tugas judicialnya dilaksanakan secara profesional dan objektif sehingga dalam menjatuhkan putusannya benar-benar demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

3. Diperlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap kinerja hakim, dan apabila ditemukan indikasi penyimpangan agar diberi sanksi yang tegas juga dalam merekrut hakim benar-benar bebas KKN agar ditemukan hakim yang berkualitas.

4. Untuk menghindari disparitas pidana sebaiknya perlu ditinjau kembali rentang dan batas maksimum dan batas minimumnya pidana yang ditentukan dalam Undang-Undang yang mengatur sanksi pidana terhadap penyalahgunaan narkoba.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Amin, SM, Hukum Acara Pengadilan Negeri, Jakarta: Pradnya Paramita.

Arief, Nawawi, Barda, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana

dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Prenada Media Group, 2007.

Atmasasmita, Romli, Tindak Pidana Narkotika Transnasional dalam Sistem Hukum

Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1977.

Catio, Muchlis, Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba

di Lingkungan Pendidikan, Badan Narkotika Nasional, 2006.

Dirdjosisworo, Soedjono, Ilmu Jiwa Kejahatan, Bandung: PT. Karya Nusantara, 1977.

Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

________, dan A. Sumangelipu, Pidana Mati di Indonesia di Masa Lalu, Kini dan

di Masa Depan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984.

HS. Harsono, CI Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta.: Djambatan, 1995. Kaligis, OC dan Soedjono Dirdjosisworo, Narkotika dan Peradilan di Indonesia,

Bandung: PT Alumni, 2002.

Kelsen, Hans, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif

Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, ahli bahasa Somardi, Jakarta: BEE

Media Indonesia.

Land, Hari, Modern Jurisprodensi (Kuala Lumpur International Law Book Service), 1997.

Lopa, Baharuddin, Permasalahan Pembinaan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1987.

Makaroh, Taufik, Suhasril dan Moh. Jakki A.S, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.

Marzuki, Mahmud Peter, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2006.

Merto, Kusumo Sudikno, Metode Penemuan Hukum, Upaya Mewujudkan Hukum

yang Pasti dan Berkeadilan, Jogyakarta: UU Press, 2007.

________, dan Pittlo, A, Bab-Bab tentang Penemuan Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993.

Muhammad, Rusli, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Bandung: Alumni, 1992.

________, dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 1998.

Mulyadi Lilik, Hukum Acara Pida Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya, Bandung: Alumni, 2007.

Prodjohamidjojo, Martiman, Putusan Pengadilan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983. Reinhart, Anton, Masalah Hukum (Dari Katologi Sampai Kwitansi), Jakarta: Aksara

Persada, 1985.

Saleh, Roeslan, Stelsel Pidana Indonesia, Jakarta: Aksara Baru, 1978.

Sasongko, Hari, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana untuk Mahasiswa

dan Praktisi serta Penyuluh Masalah Narkoba, Bandung: Mandar Maju,

2003.

Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track Sistem

dan Implementasinya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Soedjono, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta: Reneka Cipta, 1995.

Soedarjo, Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana, Jakarta: Akademi Pressindo, 1985. Soekanto Soerjono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

_________, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

_________, Kegunaan Sosiologi Hukum bagi Kalangan Hukum, Jakarta: Alumni, 1981.

Soeroso, R, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2001.

Sunarso, Siswanto, Penegakan Hukum Psikotropika, dalam Kajian Sosiologi Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998.

Supramono, Gatot, Hukum Narkoba Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2004.

Sutiyoso, Bambang, Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum yang

Pasti dan Berkeadilan, Yogyakarta: 2007.

Tongat, Pidana Kerja Sosial dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2001.

B. MAKALAH, DIKTAT DAN MAJALAH

Manan, Bagir, Mahkamah Agung dalam Era Reformasi, Makalah disampaikan pada Seminar Prospek Mahkamah Agung di Universitas Hasanuddin Tahun 2001. Nasution, Bismar dan Mahmud Siregar, Bahan Kuliah Teori Hukum, Program Studi

Ilmu Hukum SpS-USU, 2007.

Sunarmi, Bahan Ajar Penemuan Hukum, Kelas Khusus Departemen Hukum dan HAM, SPs USU, Medan, 2008.

Syahrin, Alvi, Bahan Ajar Penemuan Hukum, Program Studi Magister Ilmu Hukum SPs USU, Medan, 2007.

Majalah Tempo Edisi 19-25 Nopember 2007. Majalah Tempo Edisi 7-13 Juli 2008.

C. PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

Dokumen terkait