• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

7.1 Kesimpulan

1. Dinamika perubahan dari nagari ke desa dan kembali lagi ke nagari terutama disebabkan oleh perubahan peraturan yang mengatur sistem pemerintahan terendah (nagari/desa). Perubahan yang terjadi ditandai dengan pembentukan lembaga-lembaga baru dalam nagari serta perebutan dominasi/kekuasaan antara kelompok genealogis dengan kelompok individu. Pembentukan lembaga-lembaga baru dalam nagari seperti DPRN, DHN ataupun Bamus Nagari, pada hakekatnya ditujukan untuk mewujudkan demokrasi dalam nagari karena dengan adanya lembaga yang memainkan fungsi legislasi hal tersebut dapat mencegah dominasi kekuasaan oleh wali nagari.

2. Transformasi dari desa ke nagari secara kasat mata memang telah membawa perubahan baik dari segi nama maupun unsur-unsur yang terlibat dalam pemerintahan. Namun jika dilihat lebih dalam, perubahan yang terjadi memang baru sebatas nama, kenyataannya dualisme kelembagaan dalam nagari yang saat ini ada pada dasarnya adalah pengulangan peristiwa pada masa desa. Disamping itu transformasi dari desa ke nagari dengan harapan dapat mewujudkan otonomi nagari masih jauh dari harapan. Hal ini disebabkan karena masih besarnya ketergantungan nagari kepada pemerintah supra nagari dan besarnya intervensi pemerintah supra nagari terhadap nagari sehingga keberagaman yang diamanatkan oleh UU No 32 tahun 2004 masih belum terwujud.

3. Jika tidak disikapi secara hati-hati transformasi desa ke nagari justru menimbulkan dilema, disatu sisi pemerintah harus tetap mengintervensi nagari karena nagari harus menjalankan fungsi administratifnya, di sisi lain intervensi itu justru menjadi hambatan bagi muncul/berkembangnya institusi tradisional yang mendesak untuk dilibatkan padahal struktur sosial dalam masyarakat tidak lagi mendukungnya.

4. Transformasi desa kembali ke nagari pada akhirnya tidak hanya menimbulkan perubahan yang diharapkan namun juga menimbulkan perubahan yang tidak diharapkan yaitu munculnya berbagai kondisi yang berpotensi menimbulkan

$

konflik di tengah masyarakat akibat perbedaan dalam memaknai kebijakan kembali kenagari serta kurangnya pemahaman dan sosialisasi mengenai bentuk nagari yang sekarang. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan tepat maka potensi konflik tersebut mempunyai kecenderungan untuk berfungsi negatif yaitu melemahkan pemerintahan nagari atau menjadi penghambat dalam penyelenggaraan pemerintahan nagari.

7.2 Implikasi Kebijakan

Sejauh ini pemerintah sebagai agen perubahan (change agent) telah merencanakan perubahan dengan menggunakan pendekatan social engineering yaitu suatu pendekatan dengan menggunakan upaya-upaya yang bertujuan untuk memobilisasi masyarakat agar berubah. Hal ini dilegitimasi melalui berbagai peraturan dan perundang-undangan. Untuk kasus perubahan dari desa ke nagari, pemerintah sebenarnya telah menetapkan sebuah format baku bentuk pemerintahan terendah (desa atau nama lainnya) dan melalui berbagai peraturan, intitusi lokal yang ada dalam masyarakat dipaksakan agar sesuai dengan format negara (supra lokal), melalui paksaan inilah keduanya diharapkan dapat bersinergi.

Untuk ke depan, selain menggunakan pendekatan social engineering, pemerintah perlu juga menggunakan pendekatan social enlightenment, yaitu sebuah pendekatan yang bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat melalui upaya-upaya yang bersifat persuasif. Upaya persuasif yang bertujuan untuk penyadaran dan penanaman pemahaman kepada semua pihak mengenai bentuk nagari yang sekarang ini, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai wadah yang ada dalam masyarakat. Yang perlu disadari oleh pemerintah adalah bahwa proses penyadaran dan penanaman kesadaran tersebut memerlukan waktu yang tidak singkat serta biaya yang tidak sedikit. Karena kegiatan sosialisasi ini akan memerlukan biaya, maka pemerintah nagari harus mulai merencanakan atau memikirkan bagaimana memanfaatkan sumberdaya dalam nagari, sehingga menjadi produktif sebagai sumber pendapatan asli bagi nagari. Tersedianya sumber-sumber pendapatan asli nagari ini nantinya akan mengurangi ketergantungan nagari terhadap dana dari pusat sehingga nagari bisa lebih otonom.

$

DAFTAR PUSTAKA Abna B. 2008. Sistem Pemerintahan Nagari. ---

Andora H. 2008. Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Nagari Dalam Mengatur Pemanfaatan Sumberday Air [tesis]. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Asnan G. 2006. Pemerintah Daerah Sumatera Barat Dari VOC Hingga Reformasi. Yogyakarta: Citrapustaka.

Asnawi. 2005. Kajian Tentang Revitalisasi Pemerintahan Nagari Ke Arah Peningkatan Mutu Pelayanan Kepada Masyarakat Di Provinsi Sumatera Barat [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Benda-Beckmann F, Benda-Beckmann K. 2001. Recreating The Nagari:

Desentralization in West Sumatera [working paper]. German: Max Planck Institute For Social Anthropology.

Castles L, Nurhadiantomo, Suyatno. 1986. Birokrasi, Kepemimpinn Dan Perubahan Sosial Di Indonesia. Kumpulan Esei. Surakarta: Hapsara. Creshwell JW. 2002. Desain Penelitian Pendekatan Kualitatif & Kuantitatif.

Khabibah N, penerjemah; Chryshnanda, Hastobroto B, editor. Jakarta: KIK Press. Terjemahan dari: Research Design. Qualitative dan Quantitative Approaches.

Dharmawan AH. Konflik Sosial dan Resolusi Konflik: Analisa Sosio-Budaya (Dengan Fokus Perhatian Kalimantan Barat). Makalah: Seminar Dan Lokakarya Nasional Pengembangan Perkebunan Wilayah Perbatasan Kalimantan, Dengan Tema: Pembangunan Sabuk Perkebunan Wilayah Perbatasan Guna Pengembangan Ekonom Wilayah Dan Pertahanan Nasional. Pontianak 10-11 Januari 2007

Dharmawan AH. 2008. Dinamika Tata Pemerintahan Pedesaan. Bahan kuliah: Dinamika Masyarakat Pedesaan. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Dt. Rajo Mangkuto A. 2001. Pemerintahan Nagari dan Kepemilikan Tanah Menurut Adat Minangkabau. Padang

Effendi N. 2006. Pemerintahan Nagari dan Pemerintahan Adat, dalam Syahmunir. Pemerintahan Nagari dan Tanah Ulayat. Miko A, editor. Padang: Andalas University Press.

Eko S. 2005. Menggantang Asap. Kritik dan Refleksi Atas Gerakan Kembali ke Nagari. Yogyakarta: Kerjasama Ire dan Komisi Eropa.

Eko S. 2007. Kembali ke Nagari Dalam Konteks Desentralisasi dan Demokrasi Lokal di Sumatera Barat. Rantaunet.com

Evers HD, Tilman S. 1992. Kelompok-kelompok Strategis, Studi Perbandingan tentang Negara, Birokrasi dan Pembentukan Kelas di Dunia Ketiga. Jakarta: Yayasan Obor

$ !

Fisher S et al. 2001. Konflik, Keterampilan Dan Strategi Untuk Bertindak. Jakarta: The British Council Indonesia.

Harper C. 1989. Exploring Social Change. New Jersey: Prentice Hall

Hendarto A. 2007. Netralitas Birokrasi: Menjernihkan Pola Hubungan Pemerintah dan Birokrasi. Jentera

Iqbal M. 2009. 07 Maret 2009. Membangun Demokrasi Berbasis Falsafah Nagari. Harian Padang Ekspres

Kamal M. 2000. Sengketa Tanah Ulayat dan Alternatif Penyelesaian. Makalah pada Work Shop tanah ulayat, diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Barat. Padang

Kemal I. 2009. Pemerintahan Nagari Minangkabau dan Perkembangannya. Tinjauan Tentang Kerapatan Adat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kolopaking LM, Lubis DP, Pattisellanno AE. 2007. Jejaring Sosial dan resolusi Konflik Masyarakat Di Pedesaan. (Kasus di Pulau Saparua Provinsi Maluku). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 12:1-19

Lauer LH, 2003. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Malik I, Wijardjo B, Fauzi N, Royo A. 2003. Menyeimbangkan Kekuatan: Pilihan Strategi Menyelesaikan Konflik atas Sumber Daya Alam. Jakarta: Yayasan Kemala.

MD Mahfud. 1993. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta: UI Press,

MS Amir. 2003. Adat Minangkabau. Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya.

Mulyadi. 2007. Konflik Sosial Ditinjau dari Segi Struktur Dan Fungsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Naim M. 2004. Konsep Kepemimpinan Tungku Nan Tigo Sajarangan dan Masalah Penerapannya Dalam Rangka Kembali Ke Nagari. www.Cimbuak.net|minangkabau

Nasution S, 2006. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara, Nurrochmat, R Dodik, Purwandari H. 2006. Politik Desentralisasi Pemerintahan

Desa [working paper]. Bogor: Pusat Studi Pembangunan dan Pedesaan-IPB bekerjasama dengan Kemitraan bagi Pembangunan Tata pemerintahan di Indonesia.

Poloma M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ritzer G, Goodman DJ. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. Salim A. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Sekretaris Direktorat Jenderal Otonomi Daerah. 2006. Tata Hubungan Desa Dengan Supra Desa. Makalah pada Acara Sarasehan Nasional Dalam Rangka Mendapatkan Masukan Mengenai Desa di Masa Depan

$ "

Diselenggarakan oleh Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) Di Hotel Bumi Karsa Bidakara, 4 Juli 2006

Soemardjan S. 1981. Perubahan Sosial Di Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sitorus MTF. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sztompka P. 1994. The Sociology of Social Change. Oxford: Blackwell Publishers Syahmunir. 2006. Pemerintahan Nagari Dan tanah Ulayat. Miko A, editor

Padang: Andalas University press.

Tjondronegoro S. 1999. “Memudarnya Otonomi Desa” dalam Keping-keping Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud

Usman B. 2007. Kewenangan Desa: Antara Mimpi dan Kenyataan. (http://www.budiusman.com),081386489810/

Warman K. 2006. Ganggam Bauntuak Menjadi Hak Milik. Penyimpangan Konversi Hak Tanah di Sumatera Barat. Padang: Andalas University Press.

Warman K. 2009. Pengaturan Sumberdaya Agraria Pada Era Desentralisasi Pemerintahan di Sumatera Barat [disertasi], Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.

Westenenk LC. 1981. De Minangkabausche Nagari. Saleh M, penerjemah. Padang: Fakultas Hukum dan Pengembangan Masyarakat. Universitas Andalas.

Widjaja HAW. 2007. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Widjaja HAW. 2008. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Witrianto. 2005. Gejala Menguatnya Peran Ayah dalam Keluarga Minangkabau (Studi Kasus Keluarga dalam Komunitas Nagari Salayo Kabupaten Solok). Thesis pada Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor.

Yunus Y. 2000. Pemerintahan Nagari Di Era Orde Baru [tesis]. Malang: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.

Yunus Y. 2009. Nagari Berbasis Kultural Minangkabau. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Budaya Islam (LPPBI) Fakultas Ilmu Budaya-Adab, IAIN Imam Bonjol, Padang.

Dokumen – Dokumen

Berita Acara Musyawarah Pembentukan Bamus Nagari IV Koto Palembayan. 18 Desember 2007. Agam

Berita Acara No 100/094/Pem/VIII-2008 tentang Hasil Keputusan Rapat Dalam Rangka Mengupayakan Penyelesaian Batas Jorong Koto Tinggi Nagari IV

$ #

Koto Palembayan dan Jorong Silungkang Nagari III Koto Silungkang Kecamatan Palembayan. Agam

Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Pemerintahan Desa dan Kelurahan. Disusun oleh Tim Redaksi Fokusmedia (edisi 2008). Bandung: Fokusmedia.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Wali Nagari Ampek Koto Palembayan Tahun Anggaran 2007. Agam

Profil Nagari IV Koto Palembayan, tahun 2008. Agam

Peraturan Daerah Kabupaten Agam No 31 tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari

Peraturan Daerah Kabupaten Agam No 13 tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari

Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat No. 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari. Padang

Peraturan Nagari IV Koto Palembayan tentang Kehidupan Beragama yang disahkan pada tanggal 4 Agustus 2003

Peraturan Nagari IV Koto Palembayan tentang Retribusi dan Administrasi, disahkan tanggal 4 Agustus 2003

Peraturan Nagari IV Koto Palembayan tentang Anggaran Pendapaan dan Belanja Nagari Ampek Koto Palembayan Tahun Anggaran 2004, disahkan tanggal 21 April 2004

Peraturan Nagari IV Koto Palembayan tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari (LPMN), disahkan bulan Mei 2004.

Peraturan Nagari IV Koto Palembayan tentang Kendaraan dinas Mantan Kepala Desa. Tahun 2004

Surat Keputusan Bupati Agam No 456/2001 tantang Pemberhentian Kepala Desa, Lurah dan Pengangkatan Pejabat Wali Nagari. Tahun 2001

Surat Keputusan Bupati Agam No 811/2007 tentang Pemberhentian Anggota Badan Perwakilan Rakyat Nagari Ampek Koto Palembayan Kecamatan Palembayan Periode 2000 – 2007. Tahun 2007

Surat Keputusan Bupati Agam No 877/2007 tentang Pengukuhan Keanggotaan Badan Musyawarah Nagari Ampek Koto Palembayan Kecamatan Palembayan Periode 2007 – 2013. Tahun 2007

$ $

Lampiran 1

DENAH LOKASI PENELITIAN