DesemberWaktu Penelitian (Tahun 2015)
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab terakhir ini peneliti akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi fondasi penelitian –
penelitian sejenis yang akan dilakukan setelahnya dan juga mempunyai implikasi positif pada jajaran manajemen pengambil keputusan di lingkungan obyek penelitian yaitu BPS Provinsi Jawa Tengah khususnya dan Badan Pusat Statistik pada umumnya.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara konstruk kepuasan komunikasi bawahan dengan kinerja pegawai, yang dilihat dari nilai T-statistics sebesar 1,482 pada tingkat kesalahan 10 persen.
2. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara konstruk kompetensi komunikasi atasan dengan kinerja pegawai, yang dilihat dari nilai T-statistics sebesar 0,109 pada tingkat kesalahan 10 persen.
3. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara konstruk kepuasan komunikasi bawahan dan konstruk kompetensi komunikasi atasan dengan kinerja pegawai, yang dilihat dari nilai signifikasi sebesar 0,230 pada tingkat kesalahan 10 persen.
Walaupun konstruk variabel laten (kepuasan komunikasi bawahan, kompetensi komunikasi atasan) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai, namun indikator/faktor yang dominan membentuk konstruk variabel tersebut bisa ditentukan. Hal tersebut dikarenakan kesimpulan pengujian statistik pada model pengukuran menghasilkan model dengan kategori baik dengan dipenuhinya sejumlah parameter pengujian model. Pada konstruk variabel kepuasan komunikasi bawahan dibentuk oleh
faktor dominan iklim komunikasi dengan loading faktor sebesar 0,920. Faktor dominan
yang membentuk konstruk variabel kedua, kompetensi komunikasi atasan, yakni
Quantity merupakan faktor dominan yang membentuk konstruk variabel kinerja pegawai dengan loading faktor sebesar 0,806.
Pengujian data empiris dengan menggunakan aplikasi SmartPLS menyimpulkan
bahwa model yang diajukan dalam penelitian termasuk model yang lemah dengan
R-Square sebesar 0,09. Hal ini mengindikasikan bahwa model yang dibangun kurang cocok dengan data empiris yang didapatkan. Kinerja pegawai yang diteliti masih banyak dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
B. Implikasi Teoritis
Peneliti telah menyajikan baik temuan maupun penawaran model konseptual terkait kepuasan komunikasi dan kompetensi komunikasi guna melihat pengaruhnya pada kinerja pegawai. Berdasarkan hasil penelitian yang tidak dapat menerima hipotesis alternatif, model konseptual yang ditawarkan dalam penelitian ini tidak berhasil untuk memprediksi kinerja pegawai. Konstruk penelitian yang merupakan ranah kajian komunikasi organisasi tidak dapat secara langsung mempengaruhi kinerja pegawai. Perlu konstruk lain sebagai mediasi atau intervening guna memprediksi kinerja pegawai. C. Implikasi Manajerial
Faktor – faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan komunikasi bawahan,
kompetensi komunikasi atasan dan kinerja pegawai dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk merumuskan kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai. Walaupun kepuasan komunikasi dan kompetensi komunikasi tidak terbukti berpengaruh pada kinerja pegawai namun variabel tersebut patut dipertimbangkan sebagai pertimbangan kebijakan.
Iklim komunikasi merupakan faktor yang paling besar hubungannya dengan kepuasan komunikasi. Atasan selaku pembuat kebijakan dapat merujuk pada teori strukturasi adaptif yang telah dijelaskan pada bab II guna menciptakan iklim yang suportif bagi seluruh anggota organisasi. Hal itu patut diwujudkan karena di mata pegawai, jika atasan dapat membuat interaksi yang bersahabat, menciptakan iklim bekerja menjadi lebih supportif di lingkungan kerja, pegawai kemudian tidak merasa terancam dalam melakukan pekerjaannya, tidak merasa dipojokkan, dan pegawai akan merasa mendapatkan dukungan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
100 Atasan dianggap memiliki kompetensi komunikasi yang baik ketika mampu mengolah pesan yang disampaikan kepada dirinya dengan baik pula. Bertolak pada temuan itu, tidak berlebihan apabila dalam mengambil keputusan dapat mengedepankan proses komunikasi dengan seluruh pihak agar keputusan dapat diterima dan tidak timbul potensi penolakan oleh bawahan.
D. Saran
Bagi penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor – faktor dominan yang mempengauhi konstruk variabel kepuasan komunikasi dan kompetensi komunikasi. Dengan demikian diharapkan kebijakan yang dihasilkan secara efektif mampu meningkatkan kinerja pegawai sehingga misi dan visi organisasi dapat dicapai,
Organisasi dapat meningkatkan kompetensi komunikasi melalui pelatihan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar. Karyawan yang mempunyai kompetensi komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja karyawan menjadi semakin baik.
Hubungan kerja antara atasan dan bawahan perlu dibina untuk lebih memudahkan pemberian informasi atau laporan yang lancar dan tepat waktu dari bawahan, diantaranya dengan sistem pelaporan kerja yang terjadwal. Atasan ketika memberikan instruksi tertulis hendaknya menggunakan kalimat yang sederhana dan dapat dimengerti oleh bawahan yang akan melaksanakan pekerjaan atau tugas yang diberikan.
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih ada kekurangan dalam berbagai hal, yaitu, kalimat pertanyaan dalam kuesioner masih kurang tepat maksudnya sehingga interpretasi pertanyaan menjadi bias. Penggunan instrumen yang sama pada penelitian yang akan datang disarankan lebih menyesuaikan kalimat pernyataan dengan kondisi obyek penelitian. Kalimat pernyataan dibuat lebih khas atau unik agar dapat dimengerti oleh responden pada lokasi penelitian. Menyadari setiap organisasi adalah unik, maka kalimat – kalimat pernyataan disesuaikan dengan kondisi dan ukuran – ukuran kinerja yang berlaku pada organisasi maupun profesi di lokasi penelitian.
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan bahan penyempurnaan dalam penelitian yang akan datang. Peneliti merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Kerangka kerja path modelling yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model reflektif dapat diubah menjadi model formatif seperti yang diusulkan oleh Ghozali ketika melakukan penelitian tentang organisasi maupun pemasaran,
2. Penambahan sampel dapat dipertimbangkan, menurut Hair et al penambahan
sampel dapat memberikan kesimpulan dan hasil penghitungan yang berbeda pada analisis PLS-SEM,
3. Dikarenakan konstruk kajian ilmu komunikasi memerlukan konstruk lain sebagai
mediasi maupun intervening guna memprediksi kinerja pegawai, beberapa konstruk yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam penelitian yang akan datang adalah motivasi, gaya kepemimpinan, dan budaya organisasi.
102