• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya tingkat perputaran piutang pada

PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan untuk tahun 2017 – 2011 antara lain sebagai berikut:

Perusahaan mengalami peningkatan penjualan dari tahun-tahun sebelumnya hingga tahun 2011 mengalami peningkatan yang pesat yaitu sebesar Rp. 39,375,758,109.92 dari piutang Rp. 3,533,858,901.69, namun tingkat perputaran piutang mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 10.29. Dilihat dari jumlah penjualan secara kredit dari tahun 2007 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan, sedangkan jumlah piutang dari tahun 2007 sampai dengan 2011 mengalami fluktuasi, dan bahkan jumlah penjualan secara kredit pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.39,375,758,109.92 dari jumlah piutang Rp. 3,533,858,901.69, sedangkan jumlah piutang yang besar yaitu tahun 2009 sebesar Rp. 6,006,549,253.14. Penurunan rasio perputaran piutang juga dapat disebabkan karena bagian kredit dalam kebijakan pemberian kredit terhadap pelanggan yang kurang selektif dalam memilih pelanggan. Sikap terhadap resiko, makin besar jumlah penjualan kredit pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 39,375,758,109.92,

sedangkan perusahan memiliki rasio likuiditas dari tahun 2007 sampai dengan 2011 memiliki rata-rata sebesar 0.62 yang belum ideal menurut umum, yang menunjukkan likuiditas rendah yang disebabkan oleh bertambahnya umur piutang, sehingga piutang tersebut lama dikonversikan menjadi kas.

Kebijakan penjualan kredit merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan, apakah kepada seorang langganan akan diberikan kredit dan kalau diberikan berapa banyak atau jumlah kredit yang akan diberikan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada Neraca untuk tahun 2007 – 2011 Perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan dalam lampiran 3.

Sumber informasi dan analisis piutang merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan manajemen piutang bagi perusahaan, karena itu proses perencanaan pemberian kredit dan kebijakan piutang yang akan diambil harus benar-benar melalui proses perencanaan dan pengamatan yang matang dari pihak manajemen perusahaan.

b) Upaya-upaya yang dapat dilakukan PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan untuk mengatasi hal tersebut adalah sebagai berikut:

Manajer kredit hendaknya memperhatikan sebelum memutuskan pemberian kredit kepada pelanggan, yaitu: sebagai berikut : karakter dari si pemohon, yaitu bila pelanggan lama, maka dapat dilihat pada track record yang ada dikartu piutang, misalnya untuk menjamin terbayarnya hutang tersebut dapat dilihat dari kesehatan perusahaan/keuangan pelanggan. Bila pelanggan baru, maka dapat ditanyakan pada mitra usahanya dan referensi pihak lain yang

menjamin. Manajer kredit perlu memperhatikan kemampuan pelanggan dalam mengelola bisnisnya. Di kantornya bisa dilihat pada debt service coverage, rasio likuiditas, time interest earned, serta return on assets. Manajer kredit perlu memperhatikan modal yang dimiliki pelanggan. Hal ini bisa dilihat pada pos equity dalam laporan keuangan pelanggan. Conditions of economics, yaitu manajer kredit perlu memperhatikan apakah perusahaan pelanggan tersebut rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi, baik makro maupun lini bisnis pelanggan.

c) Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi piutang terhadap peningkatan likuiditas pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan antara lain:

Bila dilihat dari umur piutang dari tahun tahun 2007 s.d 2011, terdapat piutang yang belum jatuh tempo lebih dari 12 bulan, lebih dari 24 bulan, dan bahkan sampai saat ini belum dapat dilunasi pelanggan keperusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan. Banyaknya jumlah piutang yang belum dibayar pada bulan-bulan sebelumnya dan dibayar pada bulan-bulan berikutnya, hal ini dapat menyebabkan bertambahnya umur piutang dan bahkan piutang yang tidak dapat tertagih, penerimaan piutang yang terlalu panjang atau piutang tidak dapat ditagih lagi akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur dalam hal ini uang perusahaan tertahan di pelanggan. Aspek lain yang harus dipertimbangkan untuk mengurangi rasio penerimaan piutang adalah

meningkatnya penjualan, bertambahnya umur piutang dan kerugian dari piutang tak tertagih.

Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya dinilai berhasil dilihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan mengandalkan kegiatannya dalam bentuk penjualan, semakin besar jumlah penjualan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, dan mengalami peningkatan jauh lebih besar yaitu pada tahun 2011 sebesar Rp. 39,375,758,109.92, namun laba yang diperoleh semakin kecil yaitu rugi sebesar Rp.2,543,473,134.79. Dalam rangka usaha untuk meningkatkan volume penjualan baik terhadap produk maupun jasa yang dihasilkan dan untuk mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada perusahaan yang melakukan transaksi penjualannya secara kredit. Sehingga otomatis dari penjualan kredit perusahaan tidak dapat segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk. Peningkatan penjualan yang diharapkan perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Tetapi disisi lain, peningkatan piutang juga membutuhkan tambahan pembiayaan, biaya untuk analisis kredit dan penagihan piutang serta kemungkinan piutang macet tidak dapat ditagih.

Perubahan dalam periode kredit (misalnya dari net 6 bulan menjadi net 12 bulan dan bahkan lebih dari 24 bulan) juga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan, sehingga laba yang diperoleh perusahaan hingga tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 tidak mencapai standart yang diharapkan oleh perusahaan dan bahkan pada tahun 2011 mencapai rugi

sebesar Rp.2,543,473,134.79. Perpanjangan periode kredit akan meningkatkan volume penjualan tetapi rata-rata pengumpulan piutang maupun kerugian piutang juga akan meningkat. Dengan demikian peningkatan volume penjualan akan memberi pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan peningkatan rata-rata pengumpulan piutang dan kerugian piutang akan membawa pengaruh yang negatif bagi keuntungan perusahaan.

Syarat yang diberikan perusahaan adalah dengan pemberian periode kredit, dengan cara sebagai berikut:

a) Melakukan pembayaran uang muka dua puluh persen dari nilai kontrak b) Selanjutnya melalui pembayarn pertermynnya keperusahaan. Pembayaran

berapa termyn yang akan dilakukan adalah sesuai dengan perjanjian cara pembayaran yang telah disepakatan antara perusahaan dengan pelanggan. c) Melakukan pembayaran Retensi sebesar 5% dari nilai kontrak, yang dapat

dibayarkan kepada pihak kedua setelah masa pemeliharaan tiga bulan.

Perusahaan menetapkan manajemen pembayaran untuk memudahkan pelanggan dalam melakukan pembayaran dengan cara piutang progress, yaitu dapat dicicil beberapa termyn sesuai dengan perjanjian. Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang semakin besar, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan PT Barata karena menumpuknya harta

yang belum dapat dicairkan menjadi kas dengan segera. Sehingga ada kemungkinan resiko tidak terbayarnya hutang.

7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, penulis memberikan saran kepada manajemen PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan hal-hal sebagai berikut :

1. Agar tidak menurunnya tingkat perputaran piutang, yang perlu diperhatikan adalah:

Pihak perusahaan memberikan penawaran syarat pembayaran (term payment) kepada pelanggan, yaitu cash discount dan potongan penjualan yang ditawarkan perusahaan yang cukup menarik melakukan pembayaran secara tunai dan memberi potongan penjualan bagi pelanggan yang melakukan pembayaran lebih awal/sebelum jatuh tempo, sehingga pelanggan termotivasi untuk cepat membayar hutangnya. Bila potongan penjualan yang ditawarkan perusahaan cukup menarik pada pelanggan, maka akan mendorong mereka untuk melakukan pembelian secara tunai/lebih awal sehingga akan memperpendek umur piutang dan memperbesar penerimaan kas. Perusahaan mengupayakan periode pengumpulan piutang dapat sesuai dengan target/jatuh tempo sesuai dengan perjanjian pemberian kredit, sehingga kebijakan manajemen piutang dapat menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

2. Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa upaya yang dapat dilakukan perusahaan adalah :

a. Dibutuhkannya seorang debt collector yang aktif dalam menagih hutang-hutangnya pada pelanggan melalui telepon, surat atau langsung mendatangi kepelanggan agar perputaran piutang meningkat sehingga likuiditas perusahaan meningkat.

b. Perusahaan memiliki manajemen piutang, perusahaan dapat meningkatkan pengelolaan piutang yang lebih efektif dengan memberikan denda terhadap pelanggan yang membayar kredit yang sudah lewat jatuh tempo, hal ini dapat mengecilkan resiko keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan dan pimpinan perusahaan dapat membuat penetapan harga untuk tahun yang akan datang dan kesepakatan harga sebaiknya tidak terlalu lama karena kondisi perekonomian yang selalu berubah.

3. Agar tidak mempengaruhi besarnya investasi piutang terhadap peningkatan likuiditas, upaya yang dapat diambil oleh PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan berupa:

a. Pihak manajemen harus senantiasa mampu melakukan pengendalian investasi piutang terhadap likuiditas secara optimal, artinya mampu pengatur likuiditas perusahaannya sedemikian rupa sehingga kas yang dipegang mampu untuk membayar kewajiban-kewajiban atau hutang-hutangnya. Disisi lain jumlah kas yang dipegang tersebut juga tidak boleh merugikan perusahaan, karena terlalu banyaknya kas yang dipegang akan

mengurangi kemampuan perusahaan untuk melakukan investasi dan mengurangi kesempatan dalam memperoleh laba. Pihak perusahaan sebaiknya semakin meningkatkan net profit margin agar return on investment yang diperoleh juga semakin maksimal.

b. Perusahaan membuat akun dan metode pencadangan piutang tak tertagih bila terdapat umur piutang sudah terlalu lama dan memungkinkan sulit untuk ditagih lagi dengan persentase penjualan. Perusahaan perlu menetapkan besarnya persentase yang akan digunakan dalam perhitungan berdasarkan pengalaman perusahaan pada periode-periode sebelumnya dan menempatkan piutang yang tidak dapat tertagih lagi pada piutang lain-lain. c. Perusahaan sebaiknya mampu membentuk kelompok khusus yang terdiri

dari staf-staf officer dan marketing untuk dapat memantau piutang dan melakukan penagihan yang agresif agar tidak terjadi keterlambatan dalam melakukan pembayaran yang terlalu lama, sehingga angka rata-rata pengumpulan piutangnya lebih kecil.

d. Perusahaan membuat kebijakan kredit yang terlalu cepat/pendek dalam memberikan periode pengumpulan piutang, bila periode pengumpulan piutang yang terlalu tinggi berarti kebijakan kredit terlalu bebas, sehingga investasi dalam piutang terjadi terlalu besar dan keuntungan akan menurun. Perusahaan harus menggunakan cara-cara agar likuiditas lebih tinggi/dipertahankan, seperti mampu untuk mengurangi jumlah hutang lancarnya, diusahakan untuk menambah aktiva lancar dan mengurangi jumlah hutang lancar bersama-sama dengan aktiva lancar.

Brigham, Eugene. J. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Cetakan pertama, Terjemah Dodo Suharto, Erlangga, Jakarta.

Donald R. Coper, C. William Emory, 2000. Metodologi penelitian Bisnis, Edisi 5, Penerbit Erlangga, Jilid ,1 Jakarta.

Gitman, Lawrence J, 2003. Principle of Managerial Finance, Tenth Edition, Pearson Education, Inc, United States.

Gitosudarmo, 2002. Manajemen Keuangan (Edisi Keempat), Cetakan Ketiga, BPFE, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Safri, 2006. Analisa Kritis Laporan Keuangan, Rajawali Press, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, PT Salemba Empat, Jakarta.

John J. Wild. R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey, 2005. Financial Statement Analysis, Diterjemahkan oleh Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 8, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta. Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta.

Kieso, Weygant, 2001. Akuntansi Intermediate (Edisi ketujuh), Diterjemahkan Oleh Herman Wibowo, Bina Aksara, Jakarta.

Kim C.S., David C. Mauer, and Ann E. Sherman. “The Determinants of Corporate Liquidity: Theory and Evidence “. Journal of Financial and Quantitative Analysis. Volume 33, Number 3, September, pp.335-359.

Munandar, 2001. Budgetting, Edisi 11, BPFE, Yogyakarta.

Munawir S. 2002. Analisis Informasi keuangan , Liberty, Yogyakarta.

Simamora, Henry, 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.

Syamsuddin, Lukman, 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Dokumen terkait