• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Menyebabkan Menurunnya Tingkat Perputaran Piutang pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

6.1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Menurunnya Tingkat Perputaran Piutang pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri

Medan

Piutang timbul setelah diterbitkannya faktur dan kwitansi perusahaan atas berita acara penyerahan barang ataupun berita acara kemajuan fisik pekerjaan. Dalam sistem administrasi perusahaan yang perlu diperhatikan adalah adanya kerjasama perusahaan dengan Direktorat Keuangan dengan jajarannya dan kelengkapan dokumen tagiahan piutang.

Direktorat Keuangan dengan jajarannya melakukan tanggung jawab: a. Mengadministrasikan secara tertib dan menyimpan dokumen-dokumen

piutang usaha seaman mungkin.

b. Mencairkan secepat mungkin piutang usaha yang sudah jatuh tempo.

c. Menyelesaikan kesalahpahaman yang timbul antara perusahaan dengan pelanggan.

kepada direksi.

e. Melakukan konfirmasi piutang usaha secara periodik.

Dalam rangka melakukan penagihan perusahaan kepada pelanggan diperlukan kelengkapan dokumen administrasi, berupa:

a. Surat permohonan pembayaran.

b. Berita acara penerimaan barang yang dipakai sebagai dasar pembuatan faktur tagihan penyerahan barang.

c. Berita acara kemajuan fisik pekerjaan sebagai dasar pembuatan faktur tagihan termyn (progress).

d. Faktur e. Kwitansi

f. Copy kontrak/SPK/SPP. g. Faktur pajak.

h. Dokumen-dokumen lain yang diperlukan.

Tingkat Perputaran Piutang

Tingkat perputaran piutang dapat digunakan sebagai gambaran keefektifan pengelolaan piutang, karena semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan berarti semakin baik pengelolaan piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat dipertinggi dengan jalan memperketat kebijakan penjualan kredit, misalnya dengan jalan memperpendek jangka waktu pembayaran.

hanya dilihat dari tingkat perputaran piutang, tetapi juga perlu dikaitkan dengan hari rata-rata pengumpulan piutang. Namun hari rata-rata pengumpulan piutang ini baru akan berarti jika dibandingkan dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar dari pada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa cara pengumpulan piutang yang dilakukan perusahaan kurang efisien.

Perputaran piutang dilakukan untuk mengukur aktivitas dari piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijakan penjualan kredit, misalnya dengan memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijakan seperti ini sangat sulit untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijakan penjualan kredit kemungkinan besar volume penjualan akan menurun, sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan bahkan sebaliknya.

Tinggi rendahnya receivable turnover mempunyai efek langsung terhadap besar kecilnya dana yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnover, berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya dana dalam piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnover, dibutuhkan jumlah dana lebih kecil untuk diinvestasikan dalam piutang. Sehingga, dengan jumlah dana lebih kecil perusahaan masih bisa menjaga likuiditasnya.

menurunnya tingkat perputaran piutang pada perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 6.1 Laporan Keuangan Perusahaan Untuk Periode 2007 – 2011 Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011 Aktiva Lancar 6,691,264,828.08 6,614,212,101.68 10,258,218,023.09 7,805,518,210.35 26,361,310,955.16 Kewajiban Lancar 13,483,753,461.37 13,829,130,041.10 17,035,782,785.09 11,956,438,939.89 30,397,027,658.18 Persediaan 471,354,517.86 471,354,517.86 - - -

kas + Bank + Surat

Berharga 387,398,524.07 15,418,382.04 135,498,100.22 128,165,417.81 1,402,915,565.86 Perputaran Piutang 2,11 2,47 4,16 4,28 10,29 Likuiditas 0,50 0,48 0,60 0,65 0,87 Rasio Lancar 0,50 0,48 0,60 0,65 0,87 Rasio Cepat 0,46 0,44 0,60 0,65 0,87 Rasio Kas 0,50 0,48 0,60 0,65 0,87

Modal Kerja Netto

(6,792,489,366.71) (7,215,082,060.58) (6,782,435,238.00) (4,151,079,270.46) (4,035,717,296.98)

Sumber : Laporan Keuangan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan

Bila dilihat data keuangan perusahaan pada rasio lancar dari tahun 2007 sampai dengan 2011, rasio yang rendah pada tahun 2008 sebesar 0,48 dari perputaran piutang sebesar 2,47, sedangkan aktiva lancar sebesar Rp.6,614,212,101.68 tidak menutupi kewajiban lancar yang berjumlah Rp.13,829,130,041.10. Rasio yang terbaik pada perusahaan ini pada tahun 2011 dari perputaran piutang sebesar 0,87, sedangkan aktiva lancar sebesar Rp. 26,361,310,955.16 dan belum mencukupi untuk menutupi kewajiban lancar yang berjumlah Rp. 30,397,027,658.18.

Dari rasio-rasio diatas dan tingkat perputaran piutang menunjukkan bahwa perusahaan tidak mencukupi untuk membayar seluruh hutang lancarnya apa bila

semua hutang lancar yang disajikan dalam neraca tersebut telah jatuh tempo. Dan ternyata hutang lancar yang disajikan dalam neraca tahun 2007 sampai dengan 2011 terdapat hutang lancar yang belum jatuh tempo dan bahkan sama sekali tidak dapat tertagih lagi oleh perusahaan, sehingga hal tersebut menunjukkan perusahaan berada dalam hal ketidakmampuan membayar hutang lancarnya.

Perusahaan mampu menghasilkan sumber daya untuk memenuhi

kewajiban lancarnya, namun dengan nilai rata-rata likuiditas tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah 0.62 atau 62% masih belum ideal karena nilai ideal menurut aturan umum yaitu dengan batas minimal sebesar 2 atau 200%. Rasio yang tidak lebih dari 2,0 dari segi kepentingan kreditur jangka pendek yang sudah bisa dianggap cukup aman, hal ini menunjukkan bahwa dari segi likuiditas badan usaha perusahaan yang memiliki rasio setinggi dua bisa dikatakan cukup likuid. Bila dilihat dari rasio diatas maka kesulitan likuiditas dapat terjadi, namun demikian kenyataannya, perusahaan menghadapi kesulitan membayar hutang-hutang jangka pendeknya bahkan sebahagian ada yang telah lama jatuh temponya, perusahaan juga harus menjaga supaya kelancaran kegiatan sehari-hari tidak terganggu kelancarannya.

Untuk itu akan diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi piutang dalam usaha peningkatan likuiditas perusahaan pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan terutama aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan. faktor ini dapat digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan melalui rasio likuiditasnya.

Metode pencatatan tingkat perputaran piutang memberi pengaruh terhadap laporan keuangan perusahaan. Pada laporan laba rugi, akun yang terpengaruh tentunya adalah penjualan dan pada akhirnya laba yang lebih besar dari yang sesungguhnya. Sedangkan pada neraca, akun yang terpengaruh adalah piutang yang berakibat pada tampilan rasio yang menunjukkan likuiditas rendah.

Makin tinggi peputaran piutang menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah, sebaliknya apabila rasio perputaran piutang semakin rendah maka akan terjadi over investment. Piutang sangat berpengaruh terhadap penjualan secara kredit, yaitu sebagai berikut:

Tabel 6.2 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2007 – 2011 Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011 Piutang 3.694.238.922,00 2.579.344.576,00 6.006.549.253,00 4.117.609.131,00 3.533.858.901,00 Aktiva Lancar 6.691.264.828,00 6.614.212.101,00 10.258.218.023,00 7.805.518.210,00 26.361.310.955,00 Kewajiban Lancar 13.483.753.461,00 13.829.130.041,00 17.035.782.785,00 11.956.438.939,00 30.397.027.658,00 Penjualan Kredit 8.812.885.686,00 7.761.911.952,00 17.860.343.500,00 21.642.946.821,00 39.375.758.109,00 Perputaran Piutang 2,11 2,47 4,16 4,28 10,29 Likuiditas 0,50 0,48 0,60 0,65 0,87

Penurunan Tingkat Perputaran Piutang dapat Disebabkan oleh Faktor-faktor:

Perusahaan mengalami peningkatan penjualan dari tahun-tahun sebelumnya hingga tahun 2011 mengalami peningkatan yang pesat yaitu sebesar Rp. 39,375,758,109.92 dari piutang Rp. 3,533,858,901.69, namun tingkat perputaran piutang mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 10.29. Dilihat dari jumlah penjualan secara kredit dari tahun 2007 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan, sedangkan jumlah piutang dari tahun 2007 sampai dengan 2011 mengalami fluktuasi, dan bahkan jumlah penjualan secara kredit pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.39,375,758,109.92 dari jumlah piutang Rp. 3,533,858,901.69, sedangkan jumlah piutang yang besar yaitu tahun 2009 sebesar Rp. 6,006,549,253.14. Penurunan rasio perputaran piutang juga dapat disebabkan karena bagian kredit dalam kebijakan pemberian kredit terhadap pelanggan yang kurang selektif dalam memilih pelanggan. Sikap terhadap resiko, makin besar jumlah penjualan kredit pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 39,375,758,109.92, sedangkan perusahan memiliki rasio likuiditas dari tahun 2007 sampai dengan 2011 memiliki rata-rata sebesar 0.62 yang belum ideal menurut umum, yang menunjukkan likuiditas rendah yang disebabkan oleh bertambahnya umur piutang, sehingga piutang tersebut lama dikonversikan menjadi kas.

Kebijakan penjualan kredit merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan, apakah kepada seorang langganan akan diberikan

kredit dan kalau diberikan berapa banyak atau jumlah kredit yang akan diberikan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada Neraca untuk tahun 2007 – 2011 Perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan dalam lampiran 3.

Sumber informasi dan analisis piutang merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan manajemen piutang bagi perusahaan, karena itu proses perencanaan pemberian kredit dan kebijakan piutang yang akan diambil harus benar-benar melalui proses perencanaan dan pengamatan yang matang dari pihak manajemen perusahaan.

Ada beberapa faktor lainnya yang dapat dijadikan informasi untuk pemberian kredit, yaitu perusahaan mengalami keuntungan tahun 2009 sebesar Rp. 791,739,827.89, sedangkan untuk tahun 2007, 2008, 2010 dan 2011 perusahaan mengalami kerugian, hal ini karena umur piutang terlalu lama. Proses perencanaan pemberian kredit dan kebijakan piutang yang akan diambil harus benar-benar melalui proses perencanaan dan pengamatan yang matang dari pihak manajemen perusahaan. Perusahaan menunjukan kemamapuan menghadapi risiko, baik risiko usaha maupun risiko financial. Kedua risiko ini dapat dianalisis dengan melihat struktur keuangan perusahaan yang telah banyak mengalami kerugian dari tahun ketahun, seperti risiko risiko lamanya pelanggan membayar kredit dan tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu sebelum perusahaan memberikan atau menyetujui permohonan kredit, perusahaan harus melakukan penilian terlebih dahulu terhadap calon pelanggan. Kewajiban lancar data keuangan perusahaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, yang jumlah terbesar yaitu tahun 2011 sebesar Rp.

30,397,027,658.18. Kemampuan untuk membayar kewajiban ini dapat dilihat dari tingkat keuntungan yang diperoleh perusahan yang banyak mengalami kerugian pada tahun 2007, 2008, 2010 dan 2011. Jika kondisi keuangan pelanggan tidak bagus, hal ini dapat berimbas pada terlambatnya membayar hutang dan dapat mengakibatkan bertambahnya umur piutang, sehingga dapat mengganggu investasi perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan dalam mengumpulkan kas/kekayaan.

Selain berbagi faktor yang berkaitan dengan kebijakan kredit diatas, faktor lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah instrument kredit. Dalam kaitannya dengan manajemen piutang terdapat berbagai instrument kredit, yaitu: promisory note dan commersial draft. , promisory note merupakan perjanjian yang ditandatangani oleh pembeli yang mencakup jumlah pembayaran, jadwal pembayaran dan persyaratan lainnya. Commersial Draft merupakan penjual menarik ceck dan promissory yang harus ditandatangani pembeli untuk sejumlah nilai dan harus dibayar pada periode tertentu. Jadi Commersial Draft ini merupakan kombinasi ceck dan promissory note. Commersial Draft ini kemudian dikirim ke bank responden milik pembeli beserta daftar barang yang telah dikirim. Bank koresponden kemudian mengirimkanya ke pembeli untuk ditandatangani dan dikirim kembali ke bank. Selanjutnya bank mengirimkan dokumen pengiriman kepada pembeli sebagai bukti kepemilikan atas barang yang dibeli.

6.2. Upaya yang Diambil Untuk Mengatasi Menurunnya Tingkat Perputaran

Dokumen terkait