• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

6.3 Pengaruh faktor-faktor Besarnya Investasi Piutang dalam Meningkatkan Likuiditas Likuiditas

Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat diatur dengan cara seefisien mungkin. Dasar dari

adanya manjemen piutang adalah karena perusahaan mengambil kebijakan melakukan penjualan secara kredit menimbulkan resiko antara lain kemacetan dana perusahaan karena pelanggan terlambat membayar atau pelanggan sama sekali tidak membayar hutangnya.

Tujuan manajemen piutang yakni memaksimalkan laba perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan investasi pada piutang sepanjang tambahan keuntungan yang timbul karena adanya piutang tersebut masih besar daripada biaya tambahan investasi itu.

Tabel Analisa Umur Piutang

Kecepatan penerimaan hasil piutang dalam satu periode akan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan karena perputaran yang lebih cepat dari yang diharapkan dan seberapa jauh piutang perusahaan bisa dipakai untuk menjalankan operasional perusahaan dan memenuhi jangka pendeknya.

Analisa umur piutang dalam laporan keuangan perusahaan PT Barata Indonesia Unit Usaha Mandiri Medan untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 6.5.1 Analisa Umur Piutang 31 Desember 2007

(Dalam Ribuan Rupiah)

Nama Debitur Jumlah

Belum Yang Sudah Jatuh Tempo

Jatuh Tempo 1 – 3 4 - 6 7 - 9 10 – 12 > 12 > 24 PT.Delita Huda 2.000,00 2.000,00 PT.Inalum 20.000,00 - - - - - - 20.000,00 Koperasi Tengganau 1.189,00 - - - 1.189,00 - - - PT.Inalum Kuala Tjg 29.070,00 - - - - - - 29.070,00 PT. Bumi Palma 2.177,00 - - - - - - 2.177,00 Koperasi Mitra 492.882,00 - - - - - 492.882,00 Dinas Kimpraswil 15.835,00 - - - - - - 15.835,00 Cordaid 7.725,00 - - - - - 7.725,00 - IRD 3.067,00 - - 3.067,00 - - - - PIP.Nusantara II 192.201,00 - - 192.201,00 - - - - PT.Ruhak 350.000,00 - - 350.000,00 - - - PT.Istana Riau 357.683,00 - - 357.683,00 - - - PT.Istana Riau 362.317,00 62.317,00 - - - - 300.000 - PT.Inalum 28.416,00 28.416,00 - - - - - - PT.Multifabrindo 253.579,00 53.579,00 - 100.000 - 100.000 - - PT.Nindya Smart 28.543,00 28.543,00 - - - - - - PT.Basuki 24.366,00 24.366,00 - - - - - - PT.Inalum 16.391,00 16.391,00 - - - - - - Asian Agri 19.088,00 - - - - - - 19.088,00 PT.Bulmi Palma 22.435,00 - - - - - - 22.435,00 PT.Salim 51.987,00 - - - - - - 51.987,00 PT.Istaka 6.456,00 - - - - - - 6.456,00 Cordaid 366.720,00 66.720 100.000 - - - 100.000,00 100.000 IRD 116.634,00 - - - - 116.634,00 - - PT.Istana Riau 80.000,00 - 80.000,00 - - - - - PT.Inalum 23.773,00 23.773,00 - - - - - - PT.Semen Andalas 819.705,00 19.705 100.000 75.000 - - 200.000 425.000 Total Keseluruhan 3.694.239,00 325.810,00 280.000,00 370.268,00 708.872,00 216.634,00 1.100.607,00 692.048,00 Persentase 100,00 8,82 7,58 10,02 19,19 5,86 29,79 18,73

Tabel 6.5.2 Analisa Umur Piutang 31 Desember 2008

(Dalam Ribuan Rupiah)

Nama Debitur Jumlah

Belum Yang Sudah Jatuh Tempo

Jatuh Tempo 1 - 3 4 - 6 7 - 9 10 – 12 > 12 > 24 Koperasi Tengganau 126.882,00 - - - - - 126.882,00 - Koperasi Mitra 126.882,00 - - - - - - 126.882,00 Dinas Kimpraswil 15.835,00 - - - - - - 15.835,00 PT.Ruhaak Phaala 215.818,00 - - - - - - 215.818,00 PT.Istana Mitra 220.000,00 100.000,00 - - 50.000,00 - - 70.000,00 PT.Inalum 550.000,00 200.000,00 - - 100.000,00 75.000,00 - 175.000,00 Islamik Dev.Bank 31.200,00 - - - 31.200,00 - - PT.pemb.Perum 129.931,00 29.931,00 - - - 100.000,00 - PT.Inalum 16.391,00 16.391,00 - - - - - PT.Hutama Karya 182.784,00 - - 182.784,00 - - PT.Inpar 31.950,00 11.950,00 - - 5.000,00 - - 15.000,00 PT.Ruhaak Phaala 65.194,00 65.194,00 - - - - - - PT.Evergreen 140.760,00 - 140.760,00 - - - - - Asia Petroleum 586.620,00 - - 586.620,00 - - - - PT.Atra Kana 10.086,00 - - - - - - 10.086,00 PT.Waskita Karya 100.000,00 - - - - - - 100.000,00 PT.Prima Sawit 29.012,00 - - - - - - 29.012,00 Total Keseluruhan 2.579.345,00 423.466,00 140.760,00 586.620,00 155.000,00 288.984,00 226.882,00 757.633,00 Persentase 100,00 16,42 5,46 22,74 6,01 11,20 8,80 29,37

Tabel 6.5.3 Analisa Umur Piutang 31 Desember 2009

(Dalam Ribuan Rupiah)

Nama

Debitur Jumlah

Belum Yang Sudah Jatuh Tempo

Jatuh Tempo 1 - 3 4 - 6 7 – 9 10 - 12 > 12 > 24 Koperasi Tengganau 1.189.238,00 - 1.189.238,00 - - - - - Dinas Kimpraswil 13.835,00 - - - - - - 13.835,00 PT.Istana Mitra 13.835,00 - - - - - - 13.835,00 PT.Hutama Karya 366.700,00 - - - - - 366.700,00 - PT.Inpar 31.950,00 11.950,00 - - - - - 20.000,00 PT.Ruhaak Phaala 607.156,00 96.000,00 - - - - 511.156,00 - PT.Evergreen 607.156,00 33.000,00 - - - - 574.156,00 - PT.Pertamina EP 167.524,00 - - - 167.524,00 - - - PT.Waskita Karya 100.000,00 - - - - 100.000,00 - - PT.Prima Sawit 154.043,00 100.000,00 - - - 54.043,00 - - PT.Inti Karya 508.087,00 118.000,00 - - 390.087,00 - - - PIP.Nusantara II 154.043,00 - - - - 154.043,00 - - PT.Fajar Sakti 508.087,00 8.087,00 - - - - - 500.000,00 PT.Usaha Sejahtera 47.584,00 5.584,00 - - 42.000,00 - - - PT.Fajar Sakti 58.220,00 - - - - - - 58.220,00 PT.Inalum 929.241,00 19.000,00 - 100.000,00 - 8.000,00 300.000,00 502.241,00 PT.Pertamina EP 258.850,00 - - - - - - 258.850,00 PT.Waskita Karya 291.000,00 - - - - - - 291.000,00 Total Keseluruhan 6.006.549,00 391.621,00 1.189.238,00 100.000,00 599.611,00 316.086,00 1.752.012,00 1.657.981,00 Persentase 100,00 6,52 19,80 1,66 9,98 5,26 29,17 27,60

Tabel 6.5.4 Analisa Umur Piutang 31 Desember 2010

(Dalam Ribuan Rupiah)

Nama

Debitur Jumlah

Belum Yang Sudah Jatuh Tempo

Jatuh Tempo 1 – 3 4 - 6 7 - 9 10 – 12 > 12 > 24 Koperasi Tengganau 1.189.238,00 - - - - - - 1.189.238,00 Dinas Kimpraswil 13.835,00 - - - - - - 13.835,00 PT.Inti Karya 1.126.430,00 126.430,00 - - - 1.000.000,00 - - PT.Fajar Sakti 29.000,00 29.000,00 - - - - - - PT.Jaya Konstruksi 55.000,00 - 55.000,00 - - - - - PT.Pertamina EP 484.000,00 484.000,00 - - - - - - PT.Pertamina Dumai 68.000,00 - - 68.000,00 - - - - PT.Waskita Karya 29.241,00 - - - 29.241,00 - - - PT.Pertamina Dumai 55.890,00 5.890,00 - - - - - 50.000,00 PIP.Nusantara III 84.100,00 - - - - 84.100,00 - - PT.Inalum 190.000,00 90.000,00 100.000,00 - - - - - PT.Waskita Karya 140.000,00 - - - - - - 140.000,00 PIP.Nusantara II 71.000,00 - - - - - - 71.000,00 PT.Waskita Karya 31.000,00 - - - - - - 31.000,00 PT.Jaya Konstruksi 64.366,00 29.257,00 - 35.109,00 - - - - PT.Inalum 8.315,00 - - - - - 8.315,00 - PT.Pertamina EP 29.800,00 - - - - 29.800,00 - - PIP.Nusantara III 92.414,00 92.414,00 - - - - - - PT.Inalum 26.180,00 - - - 26.180,00 - - - PIP.Nusantara II 329.800,00 29.800,00 300.000,00 - - - - - Total Keseluruhan 4.117.609,00 886.791,00 455.000,00 103.109,00 55.421,00 1.113.900,00 8.315,00 1.495.073,00 Persentase 100,00 21,54 11,05 2,50 1,35 27,05 0,20 36,31

Tabel 6.5.5 Analisa Umur Piutang 31 Desember 2011

(Dalam Ribuan Rupiah)

Nama Debitur Jumlah

Belum Yang Sudah Jatuh Tempo

Jatuh Tempo 1 – 3 4 - 6 7 - 9 10 – 12 > 12 > 24 Koperasi Tengganau 1.189.238,00 - - - - - - 1.189.238,00 Dinas Kimpraswil 13.835,00 - - - - - - 13.835,00 PT.IKPT 607.156,00 - - - - - - 607.156,00 PIP.Nusantara II 8.000,00 4.000,00 - - - - 4.000,00 - PT.Fajar Sakti 29.000,00 - 29.000,00 - - - - - PT.Pelabuhan Indo 191.000,00 91.000,00 - - 100.000,00 - - - PT.Pertamina Dumai 118.000,00 18.000,00 - - - 100.000,00 - - PT.Multifabrindo 154.922,00 - - - - - - 154.922,00 PT.Nindya Smart 70.000,00 - - 70.000,00 - - - - PT.Cemerlang 23.613,00 23.613,00 - - - - - - PT.Brantas 290.800,00 - - - - - - 290.800,00 PIP.Nusantara VI 150.000,00 25.000,00 25.000,00 100.000,00 - - - - PT.Adhi Karya 6.000,00 - - - 6.000,00 - - - PT.Sofcin Indo 48.000,00 21.000,00 - 10.000,00 17.000,00 - - - PT.Pelindo I 8.000,00 8.000,00 - - - - - - PT.Pemb.Perum 26.000,00 - - - - 26.000,00 - - PT.Ahi-Waskita Jo 9.000,00 - - - - - 9.000,00 - PT.Pemb.Perum 14.000,00 - - - - - - 14.000,00 PT.Waskita Karya 8.000,00 - 8.000,00 - - - - - PT.Inalum 11.300,00 11.300,00 - - - - - - PIP.Nusantara II 44.700,00 - - - - - - 44.700,00 PT.Multifabrindo 26.200,00 - 26.200,00 - - - - - PT.Nindya Smart 487.095,00 - - - - - - 487.095,00 Total Keseluruhan 3.533.859,00 201.913,00 88.200,00 180.000,00 123.000,00 126.000,00 13.000,00 2.801.746,00 Persentase 100,00 5,71 2,50 5,09 3,48 3,57 0,37 79,28

Sumber : Laporan Keuangan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan

Dari data diatas, jumlah piutang dari tahun 2007 s.d 2011 mengalami fluktuasi, sedangkan jumlah piutang yang terbesar terdapat pada tahun 2009 sebesar Rp. 6.006.549,00 dari yang belum jatuh tempo sebesar Rp.391.621,00 dengan persentase 6,97%, yang sudah jatuh tempo bulan 1 sampai 3 sebesar Rp.1.189.238,00 dengan persentase 19,80%, lebih dari 12 bulan sebesar 1.752.012,00 dengan persentase 27,60% dan bahkan ada yang lebih dari 24 bulan sebesar Rp.1.657.981,00 dengan persentase 27,60%. Pada tahun 2011 piutang mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp.3.533.859,00 dari yang belum jatuh tempo sebesar Rp. 201.913,00 dengan persentase 5,71%, yang sudah jatuh tempo bulan 1 sampai 3 sebesar Rp. 88.200,00 dengan persentase 2,50%, lebih dari 12 bulan sebesar Rp.13.000,00 dengan persentase 0,37%, dan bahkan ada yang lebih dari 24 bulan sebesar Rp. 2.801.746,00 dengan persentase 79,28%.

Bila dilihat dari umur piutang dari tahun tahun 2007 s.d 2011, terdapat piutang yang belum jatuh tempo lebih dari 12 bulan, lebih dari 24 bulan, dan bahkan sampai saat ini belum dapat dilunasi pelanggan keperusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan. Banyaknya jumlah piutang yang belum dibayar pada bulan-bulan sebelumnya dan dibayar pada bulan-bulan berikutnya, hal ini dapat menyebabkan bertambahnya umur piutang dan bahkan piutang yang tidak dapat tertagih, penerimaan piutang yang terlalu panjang atau piutang tidak dapat ditagih lagi akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur dalam hal ini uang perusahaan tertahan di pelanggan. Aspek lain yang harus dipertimbangkan untuk mengurangi rasio penerimaan

piutang adalah meningkatnya penjualan, bertambahnya umur piutang dan kerugian dari piutang tak tertagih.

Pencegahan Resiko Piutang

Dalam penilaian resiko penjualan kredit, pihak menajemen harus dapat mempertimbangkan faktor-faktor tertentu. Pada dasarnya beberapa perusahaan melakukan pencegahan sebagai berikut :

a. Mencari informasi tentang pelanggan

Agar mendapatkan informasi tentang pelanggan diperlukan penilaian masyarakat terhadap kreabilitas pelanggan tersebut. Tingkat bonafitas dan karekater pelanggan tersebut dapat dijadikan referensi.

b. Mencari informasi tentang kemampuan

Informasi kemampuan keuangan pelanggan dapat diperoleh melalui laporan dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi serta laporan lain yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan dan hasil yang telah dicapai. c. Mencari informasi tentang jalannya perusahaan

Dalam hal ini informasi yang dibutuhkan adalah berhubungan dengan posisi keuangan pelanggan di masa yang akan datang karena ada kemungkinan bahwa pada saat diberikan piutang, posisi keuangan pelanggan menunjukan keadaan yang menguntungkan sedangkan untuk masa yang akan datang kemungkinan tidak menguntungkan. Jadi, diperlukan penyelidikan apakah posisi keuangan perusahaan sekarang ini dapat dipertahankan sampai masa yang akan datang.

d. Menetapkan kebijakan setahap demi setahap

Perusahaan akan mampu memberikan penilaian yang lebih akurat dalam mengambil keputusan untuk memberikan piutang, dihentikan, terus diberikan ke palanggan tersebut. Hal ini dapat menjadi acuan untuk langkah berikutnya jika pelanggan akan membeli konstruksi, perdagangan dan jasa lainnya dari perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) Medan.

e. Meminta barang jaminan

Barang jaminan yang familiar di kenal adalah berupa Bank Garansi. Karena bank garansi akan lebih aman dan efektif. Namun, perlu dipertimbangakn bahwa untuk memperoleh bank garansi tidak mudah. Sedangkan tidak semua pelanggan bisa dengan mudah mendapatkan bank garansi.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang terhadap peningkatan likuiditas

Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya dinilai berhasil dilihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 5, yang menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan mengandalkan kegiatannya dalam bentuk penjualan, semakin besar jumlah penjualan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, dan mengalami peningkatan jauh lebih besar yaitu pada tahun 2011 sebesar Rp. 39,375,758,109.92, namun laba yang diperoleh semakin kecil yaitu rugi sebesar Rp.2,543,473,134.79. Dalam rangka usaha untuk meningkatkan volume penjualan baik terhadap produk maupun jasa yang dihasilkan dan untuk mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada perusahaan yang melakukan transaksi

penjualannya secara kredit. Sehingga otomatis dari penjualan kredit perusahaan tidak dapat segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk. Peningkatan penjualan yang diharapkan perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Tetapi disisi lain, peningkatan piutang juga membutuhkan tambahan pembiayaan, biaya untuk analisis kredit dan penagihan piutang serta kemungkinan piutang macet tidak dapat ditagih.

Perubahan dalam periode kredit (misalnya dari net 6 bulan menjadi net 12 bulan dan bahkan lebih dari 24 bulan) juga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan, sehingga laba yang diperoleh perusahaan hingga tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 tidak mencapai standart yang diharapkan oleh perusahaan dan bahkan pada tahun 2011 mencapai rugi sebesar Rp.2,543,473,134.79. Perpanjangan periode kredit akan meningkatkan volume penjualan tetapi rata-rata pengumpulan piutang maupun kerugian piutang juga akan meningkat. Dengan demikian peningkatan volume penjualan akan memberi pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan peningkatan rata-rata pengumpulan piutang dan kerugian piutang akan membawa pengaruh yang negatif bagi keuntungan perusahaan.

Syarat yang diberikan perusahaan adalah dengan pemberian periode kredit, dengan cara sebagai berikut:

a) Melakukan pembayaran uang muka dua puluh persen dari nilai kontrak b) Selanjutnya melalui pembayarn pertermynnya keperusahaan.

Pembayaran berapa termyn yang akan dilakukan adalah sesuai dengan perjanjian cara pembayaran yang telah disepakatan antara perusahaan dengan pelanggan.

c) Melakukan pembayaran Retensi sebesar 5% dari nilai kontrak, yang dapat dibayarkan kepada pihak kedua setelah masa pemeliharaan tiga bulan.

Perusahaan menetapkan manajemen pembayaran untuk memudahkan pelanggan dalam melakukan pembayaran dengan cara piutang progress, yaitu dapat dicicil beberapa termyn sesuai dengan perjanjian. Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang semakin besar, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan PT Barata karena menumpuknya harta yang belum dapat dicairkan menjadi kas dengan segera. Sehingga ada kemungkinan resiko tidak terbayarnya hutang.

Langkah-langkah dalam pencegahan resiko tidak tertagihnya piutang perusahaan

1. Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan berdasarkan tahun-tahun sebelumnya.

2. Kemampuan debitur memenuhi kewajibannya yang dapat diukur melalui likuiditas, selain itu perlu diukur soliditas komersil, soliditas keuangan dan soliditas moril.

4. Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasarkan sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan atau tetap.

Dalam upaya yang ditempuh perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan untuk menelusuri dan menyelesaikan piutang-piutang yang umurnya sudah lebih dari dua tahun yang diperkirakan sangat sulit ditagih. Direktorat Keuangan beserta jajarannya mengadakan penelitian ulang atas dokumen-dokumen dari piutang yang bersangkutan dan sekaligus mengadakan penyelesaian administratif terhadap kemungkinana-kemingkinan:

1) Adanya perselisihan antara perusahaan dengan debitur/pemberi kerja yang tidak dapat diselesaikan.

2) Adanya kekeliruan administrasi/pembukuan. 3) Pihak debitur mengalami pailit.

4) Pihak debitur ada rasa keengganan membayar. 5) Pihak debitur tidak member tanggapan.

Jika setelah diadakan penelitian ulang ternyata piutang yang tidak tertagiah merupakan kesalahan administrasi, maka Kasubdit Akuntansi berkewajiban untuk membuat daftar piutang tersebut beserta penjelasan berikut usulan koreksinya untuk dimintakan persetujuan kepada Direktur Keuangan.

Jika piutang tidak tertagih disebabkan oleh yang bukan bersifat administratif, maka Direktorat Keuangan dapat menempuh cara-cara sebagai berikut:

1) Bila debitur pailit agar diminta surat keterangan pailit dari Pengadilan Negeri untuk diproses lebih lanjut.

2) Bila ada perselisihan antara perusahaan dengan debitur dapat diminta bantuan Penasehat Hukum perusahaan untuk menyelesaikannya.

3) Bila debitur ada rasa keengganan membayar/tidak memberi tanggapan, maka dapat diminta bantuan ke Direktorat Pemasaran untuk menagih. Namun bila masih belum berhasil dapat terselesaikan, maka harus diselesaikan melalui Badan Urusan Piutang Negara (BUPN)

4) Meminta SPI melakukan pemeriksaan khusus bila masalah bersangkutan dengan Pegawai Perusahaan (masalah intern).

Untuk memperbaiki posisi keuangan, perusahaan dapat melakukan beberapa cara, antara lain:

a. Factoring

Guna mengatasi kesulitan likuiditas perusahaan, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan factoring piutang, yaitu dengan cara menjual piutang-piutang perusahaan kepada perusahaan factoring yang umumnya berupa Lembaga Keuangan Non Bank. Factoring piutang ini dilakukan bila pembeli/langganan membutuhkan jangka waktu pembayaran yang cukup panjang, sehingga untuk membutuhkan dana likuid/tunai, piutang-piutang tersebut dapat dijual kepada perusahaan factoring.

Piutang-piutang yang dijual kepada perusahaan factoring adalah piutang-piutang yang tidak dijaminkan ke bank atau yang terkena cessie karena terkait pinjaman bank. Perjanjian mengenai factoring piutang meliputi: prosedur

seleksi piutang, pemberitahuan, resiko, cadangan bagi perusahaan factoring, tanggal pembayaran dan biaya-biaya factoring.

b. Investasi

Investasi merupakan penanaman modal dalam jumlah yang relatif besar dan dapat diharapkan akan dapat memberi manfaat dalam jangka panjang, yang menggambarkan rencana perusahaan mengenai penambahan aktiva.

Untuk perncanaan investasi sumber dana dapat diperoleh dari: a) Modal sendiri, yang bersumber dari:

1. Modal sendiri yang berasal dari perusahaan (modal dan cadangan atau sisa laba

2. Modal sendiri berasal dari Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah (PMP), yang harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan sebagai Pemegang Saham.

3. Modal sendiri yang berasal dari penjualan saham atau go public (yang mana dengan persyaratan perusahaan yang akan go pulik harus sehat).

b) Pinjaman jangka panjang, yang berasal dari:

1) Pinjaman dari pemerintah yang umumnya disalurkan lewat Rekening Dana Investasi.

2) Pinjaman dari kredit luar negeri, dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Soft loan adalah soft loan yaitu fasilitas pinjaman dengan

syarat-syarat pelunasan ringan, tingkat suku bunga rendah dan berjangka waktu panjang. Fasilitas ini diberikan oleh bank

pembangunan multilateral dan bilateral, seperti IBRD, OECF untuk pembiayaan proyek pembangunan di negara -negara berkembang dan biasanya pinjaman lunak tersebut berjangka waktu panjang sampai dengan 50 tahun, selama masa tenggang hanya membayar bunga dan biaya pelayanan.

2. Kredit ekspor adalah dana setelah lunak dari negara-negara donor yang digunakan untuk memperoleh barang-barang modal dari negara tersebut, yang terdiri dari supplier’s credit, buyer’s credit dan instalment sale financing. Supplier’s credit adalah dananya disediakan oleh bank kepada suplier dan selanjutnya supplier tersebut meminjamkan kepada negara pengimpor (penerima pinjaman) dalam bentuk barang/jasa. Buyer’s credit adalah dananya disediakan oleh bank/lembaga keuangan lainnya dinegara pengekspor untuk dipinjamkan kepada Negara pengimpor dalam bentuk uang tunai untuk dibayarkan kepada suppier (kontraktor yang bersangkutan) guna pembayaran barang/jasa yang diimpor. Instalment sale financing adalah pinjaman yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan leasing Jepang untuk membiayai Kontrak Jual Beli (KJB) antara pemerintah dan Menteri Teknis dengan kontraktor/supplier dan atau luar negeri.

3. Kredit komersil, terdiri dari cash loan, obligasi dan floating rate note. Cash loan adalah pinjaman yang diterima dari sindikat

bank-bank Internasional dalam bentuk uang tunai untuk pembiayaan proyek-proyek dan pembiayaan lainnya. Obligasi adalah pinjaman yang diperoleh dari penerbitan surat hutang luar negeri. Floating rate note adalah sama dengan pengertian obligasi, yang membedakannya yaitu hanya pada tingkat suku bunganya saja.

3) Pinjaman bank merupakan sumberdana investasi yang bunganya cukup tinggi, untuk itu penggunaannya harus diperhitungkan secara cermat dan hanya dimungkinkan untuk investasi-investasi yang sangat menguntungkan.

4) Pinjaman olbligasi merupakan sumber pendanaan investasi yang digunakan bila pendapatan perusahaan tidak stabil.

5) Pendanaan investasi melalui pembayaran angsuran dari perusahaan leasing merupakan pembelian dengan angsuran (installment), seperti kendaraan bermotor dan mesin-mesin peralatan pabrik sumber dananya berasal dari lembaga non bank/perusahaan leasing.

Dokumen terkait