• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen Konsep Diri Para Pengguna Handphone (Halaman 89-149)

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan penelitian tentang Konsep Diri Pengguna Handphone, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Para pengguna handphone, khususnya para pelajar kelas XI IPA-1 di SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara memiliki konsep dirinya masing-masing dalam hal penggunaan handphone. Informan pertama dengan konsep dirinya yang selalu menampilkan kekinian dirinya sehingga memilih android sebagai alat canggih yang membantu dirinya untuk tampil up to date. Sementara informan kedua menilai dirinya sebagai seorang yang harus selalu tersambung dengan keluarganya, sehingga handphone digunakan informan kedua ini sebagai sarana komunikasi disamping sebagai fasilitas percakapannya dengan sesama teman pengguna akun sosial media di dunia maya. Dan konsep diri yang ditunjukkan oleh informan ketiga adalah fasilitas pendukung harus dapat membantu dalam berkegiatan. Handphone bagi informan ketiga ini menjadi sarana yang dapat membantu komunikasinya dengan orang lain dengan berbagai kemudahan dan kepraktisannya. Dari ketiga informan dalam penelitian ini secara umum memiliki konsep diri positif yang ditandai dengan penerimaan terhadap diri mereka oleh lingkungan sekitarnya. b. Para informan dalam penelitian ini dalam interaksinya terhadap orang

lain di lingkungan sekitarnya khususnya sesama pengguna handphone adalah dengan menggunakan komunikasi yang diterapkan melalui penggunaan simbol-simbol yang telah disepakati dan dimengerti oleh mereka yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Dapat dilihat dari ketiga informan dalam melakukan interaksi dilakukan melalui koneksi internet. Media sosial yang dimiliki oleh masing-masing informan menjadikan mereka berhubungan secara timbal balik kepada siapa saja di seluruh penjuru dunia terutama terhadap sesam pemilik akun media

sosial yang berada dalam hubungan pertemanan. Hubungan timbal balik dilakukan dengan saling memberikan komentar terhadap status dari pemilik akun yang dapat dibaca pada dinding halaman media sosialnya. Selain itu, percakapan secara online juga dapat terlaksana melalui salah satu fitur yang dimiliki dari perangkat genggamnya yang berjenis smartphone tersebut. Dan hal tersebut diakui oleh para informan sebagai bentuk kepraktisan karena dapat menghemat waktu dan biaya tanpa mempermasalahkan seberapa jauh jarak diantara mereka.

5.2Saran

Dalam sebuah penelitian tentu saja ada beberapa hal yang menjadi saran peneliti untuk keperluan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Untuk itu, setelah melakukan penelitian mengenai konsep diri para pengguna

handphone, ada beberapa saran dari peneliti.

5.2.1 Saran Peneliti secara umum

Saran bagi pembaca atau bagi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya agar memperdalam pemahaman mengenai penelitian yang yang berkaitan dengan penelitian kualitatif khususnya. Dalam hal ini berkaitan juga dengan penelitian yang menyangkut materi deskriptif kualitatif. Seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi juga harus memperdalam berbagai macam referensi khususnya yang berkaitan dengan komunikasi untuk memperkaya ilmu pengetahuan serta melatih kemampuan berfikir yang lebih baik lagi.

5.2.2 Saran Peneliti dalam kaitan akademis

Saran bagi para pelajar kelas XI IPA-1 di SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara khususnya para pengguna handphone jenis smartphone, hendaknya dapat terus menggunakan handphone secara bertanggung jawab dan mempertahankan

konsep diri yang baik sehingga dapat diterima tidak saja terhadap sesama pengguna handphone namun juga terhadap lingkungan sekitar mereka. 5.2.3 Saran Peneliti dalam kaitan praktis

Saran Praktis, penelitian kualitatif pada umumnya tidak mempunyai ukuran yang pasti tentang batas benar atau salah, semua tergantung dari nilai, etika dan moral yang dianut peneliti. Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi mereka yang berminat untuk meneliti penelitian kualitatif agar mempunyai ukuran yang pasti. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan warna baru bagi pemikiran pembaca yang ingin melakukan penelitian serupa lebih lanjut serta dapat memperbaiki penelitian berikutnya serta yang lebih penting memberikan masukan- masukan dan saran demi perbaikan konsep diri pengguna handphone khususnya para pelajar kelas XI IPA-1 di SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif / Paradigma Kajian

Memilih suatu paradigma adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh seorang peneliti agar penelitiannya dapat menempuh alur berpikir yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Melalui paradigma pula seseorang peneliti akan memiliki cara pandang yang memandunya selama melakukan proses penelitian. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Mulyana (2003: 9) mengatakan paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan ekstensial dan epitimologi yang panjang.

Menurut Neuman (1997: 62-63) istilah paradigma dapat didefinisikan sebagai keseluruhan sistem pemikiran, yang mencakup asumsi-asumsi dasar, pertanyaan-pertanyaan (penelitian) penting yang harus dijawab, tehnik-tehnik penelitian yang digunakan dan contoh-contoh penelitian ilmiah yang baik. Sementara Baxter dan Babbie (2004: 66) berpendapat paradigma sebagai model dasar atau skema yang mengorganisasikan pandangan kita tentang realitas.

Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstuktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap

socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci

terhadap perilaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara / mengelola dunia sosial mereka (Hidayat, 2003: 3).

Paradigma konstruktivis melihat bagaimana suatu realitas soial dikonstruksikan. Fenomena sosial dipahami sebagai suatu realitas yang

telah dikonstruksikan. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas itu dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam hal ini, komunikasi dilihat sebagai faktor konstruksi itu sendiri.

Pada intinya paradigma konstruksionis menyatakan bahwa realitas adalah hasil konstruksi, dan pada akhirnya realitas yang ada di dunia ini tidaklah bersifat objektif, semuanya memiliki subjektifitas dari yang membuat maupun yang menerima realitas itu. Perspektif atau cara pandang dalam realitas juga mempengaruhi terhadap penilaian sesuatu realitas.

2. 2 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan suatu kumpulan teori dan model literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Dalam kerangka teori, secara logis dikembangkan, digambarkan dan dielaborasikan jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabel yang dihasilkan melaui survey dan telaah literatur (Silalahi,2009:92).

Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

2. 2. 1 Teori Interaksional Simbolik

Sebagai pengantar tentang Teori Interaksi Simbolik, maka harus didefinisikan terlebih dahulu arti dari kata “interaksi” dan “simbolik”. Menurut kamus komunikasi (Effendy, 1989: 184) definisi interaksi adalah proses saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku atau kegiatan di antara anggota-anggota masyarakat, dan definisi simbolik (Effendy, 1989: 352) adalah bersifat melambangkan sesuatu. Simbolik berasal dari bahasa Latin “Symbolic(us)” dan bahasa Yunani “symbolicos”.

Seperti yang dikatakan oleh Susanne K. Langer (dalam Mulyana, 2008: 92), dimana salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang, dimana manusia adalah satu-

satunya hewan yang menggunakan lambang. Keunggulan manusia dari mahluk lain adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.

Interaksi simbolik menurut Effendy (1989: 352) adalah suatu faham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah karena komunikasi, suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya pada diri masing-masing yang terlibat berlangsung internalisasi atau pembatinan. Peneliti mendefinisikan interaksi simbolik adalah segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol, baik benda mati, maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan verbal maupun perilaku non verbal, dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau simbol (objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah atau kelompok komunitas masyarakat tertentu.

Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Harbert Mead (1863-1931). Mead dilahirkan di Hadley, satu kota kecil di Massachusetts. Karir Mead berawal saat beliau menjadi seorang professor di kampus Oberlin, Ohio, kemudian Mead berpindah pindah mengajar dari satu kampus ke kampus lain, sampai akhirnya saat beliau di undang untuk pindah dari Universitas Michigan ke Universitas Chicago oleh John Dewey. Di Chicago inilah Mead sebagai seseorang yang memiliki pemikiran yang original dan membuat catatan kontribusi kepada ilmu sosial dengan meluncurkan “the theoretical perspective” yang pada perkembangannya nanti menjadi cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”, dan sepanjang tahunnya, Mead dikenal sebagai ahli sosial psikologi untuk ilmu sosiologis. Mead menetap di Chicago selama 37 tahun, sampai beliau meninggal dunia pada tahun 1931 (Rogers, 1994: 166).

Semasa hidupnya Mead memainkan peranan penting dalam membangun perspektif dari Mahzab Chicago, dimana memfokuskan dalam

memahami suatu interaksi perilaku sosial, maka aspek internal juga perlu untuk dikaji (West-Turner, 2008: 97). Mead tertarik pada interaksi, dimana isyarat non verbal dan makna dari suatu pesan verbal, akan mempengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal (seperti body language, gerak fisik, baju, status, dll) dan pesan verbal (seperti kata-kata, suara, dll) yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting (a significant symbol).

Selain Mead, telah banyak ilmuwan yang menggunakan pendekatan teori interaksi simbolik dimana teori ini memberikan pendekatan yang relatif khusus pada ilmu dari kehidupan kelompok manusia dan tingkah laku manusia, dan banyak memberikan kontribusi intelektual, diantaranya John Dewey, Robert E. Park, William James, Charles Horton Cooley, Ernest Burgess, James Mark Baldwin (Rogers, 1994: 168).

Generasi setelah Mead merupakan awal perkembangan interaksi simbolik, dimana pada saat itu dasar pemikiran Mead terpecah menjadi dua Mahzab (School), dimana kedua mahzab tersebut berbeda dalam hal metodologi, yaitu (1) Mahzab Chicago (Chicago School) yang dipelopori oleh Herbert Blumer, dan (2) Mahzab Iowa (Iowa School) yang dipelopori oleh Manfred Kuhn dan Kimball Young (Rogers, 1994: 171).

Mahzab Chicago yang dipelopori oleh Herbert Blumer (pada tahun 1969 yang mencetuskan nama interaksi simbolik) dan mahasiswanya, Blumer melanjutkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mead. Blumer melakukan pendekatan kualitatif, dimana meyakini bahwa studi tentang manusia tidak bisa disamakan dengan studi terhadap benda mati, dan para pemikir yang ada di dalam mahzab Chicago banyak melakukan pendekatan interpretif berdasarkan rintisan pikiran George Harbert Mead (Ardianto dan Q-Aness, 2007: 135). Blumer beranggapan peneliti perlu meletakkan empatinya dengan pokok materi yang akan dikaji, berusaha

memasuki pengalaman objek yang diteliti, dan berusaha untuk memahami nilai-nilai yang dimiliki dari tiap individu. Pendekatan ilmiah dari Mahzab Chicago menekankan pada riwayat hidup, studi kasus, buku harian

(Diary), autobiografi, surat, interview tidak langsung, dan wawancara

tidak terstruktur .

Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak langsung SI merupakan cabang sosiologi dari

perspektif interaksional (Ardianto dan Q-Aness, 2007: 40). Interaksi

simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat ”humanis” (Ardianto dan Q-Aness, 2007: 40). Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keangungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri dari

perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu. Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.

Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (dalam West- Turner, 2008: 96), interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia

membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind), mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (Ardianto dan Q-Aness, 2007: 136), makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:

1. Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain,

2. Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan

3. Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

”Mind, Self and Society” merupakan karya George Harbert Mead yang paling terkenal. Mead (dalam West-Turner, 2008: 96), memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain:

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia, 2. Pentingnya konsep mengenai diri,

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.

Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer (dalam West-Turner, 2008: 99) dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka,

2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, 3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.

Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan, menurut LaRossan & Reitzes (dalam West-Turner, 2008: 101), antara lain:

1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain,

2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.

Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah:

1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial,

2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. 2. 2. 2 Interaksi Sosial

Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Hubungan timbal balik ini dikatakan sebagai suatu interaksi dimana ada aksi dan reaksi yang melibatkan lebih dari satu orang. Interaksi ini dapat dilakukan oleh individu dengan individu lainnya, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok lain. Menurut H. Bonner (dalam Ahmadi, 2007:49) bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara individu atau lebih, dimana individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki individu yang lain atau sebaliknya. Hal itu senada dengan pendapat yang diungkapkan Walgito (2003 : 65) yang menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terjadi hubungan yang saling timbal balik.

Pengertian lain dari interaksi sosial menurut Thibaut dan Kelly (dalam Ali dan Asrori, 2004:87) yaitu peristiwa salaing mempengaruhi satu ama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Suranto (2011:5) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu proses hubungan yang dinamis dan saling pengaruh-mempengaruhi antar manusia.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain, dimana individu yang satu mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya sehingga terjadi hubungan yang saling timbal balik.

2. 2. 3 Interaksi Dunia Maya

Media dan teknologi canggih mampu mengubah model interaksi manusia dengan kecanggihannya membentuk dunia baru khususnya dibidang interaksi sosial. Model terbaru interaksi manusia yang marak saat ini dikuasai oleh jaringan internet melaui laman media sosial yang menjamur. Jaringan ini mempermudah para pengguna untuk berhubungan dengan teman dan memungkinkan untuk menebar pengaruh lebih cepat serta akurat.

Media sosial sangat berkembang pesat saat ini karena begitu banyak memberikan kemudahan bagi para penggunanya. Seseorang tidak harus bertatap muka atau bertemu saat melakukan sebuah interaksi seperti berbicara. Seseorang juga dapat mengetahui dengan mudah dan cepat berbagai informasi yang diperlukannya yang tersedia didalam media sosial. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial banyak orang yang merasa perlu untuk memiliki sebuah akun pada media social yang diinginkannya seperti misalnya Twitter. Media sosial bagi banyak orang merupakan hal yang penting tidak hanya sebagai tempat memperoleh informasi yang menarik tetapi juga sudah menjadi lifestyle. Banyak orang yang tidak ingin dianggap jadul karena tidak memiliki akun di media sosial. Media sosial dapat menjadi tempat mengekspresikan diri, berbagi segala hal tentang diri kita kepada banyak orang terutama teman- teman kita dan media sosial juga dapat dijadikan wadah untuk meraup rupiah.

Beberapa hal yang dapat dilakukan melalui media sosial ini, pertama, seseorang bebas menampilkan citra diri sendiri. Hal ini berkaitan dengan hubungan kita dengan diri sendiri. Media sosial memungkinkan kita belajar kepribadian dan memahami diri sendiri. Selain itu dapat juga menampilkan diri dan identitas kita yang memungkinkan orang lain dapat mengenal kita. Selain itu, kita dapat menampilkan status : apa yang kita pikirkan atau lakukan, sehingga orang lain tahu bahwa itulah pemikiran dan aktivitas kita sehari-hari dan tahu tentang diri kita. Kedua, seseorang bisa berinteraksi dan berhubungan dengan siapa saja yang diinginkan.

Media sosial memungkinkan kita belajar keterampilan sosial dengan berinteraksi dengan orang lain yang sudah atau belum kita kenal. Hal lain yang dapat dilakukan melalui media sosial adalah bertukar foto atau gambar sebagai ungkapan perasaan, ide atau pikiran yang biasa diungkapkan melalui kata-kata.

Beberapa jenis media sosial yang paling populer dalam hal penggunaannya antara lain adalah :

1. Facebook

Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang

diluncurkan pada tahun 2004 yang dioperasikan dan dimiliki oleh

Facebook,Inc (www.facebook.com). Pada Januari 2011, facebook

memiliki lebih dari 600 juta pengguna aktif. Pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbaharui profilnya.

2. Twitter

Twitter adalah layanan jejaring sosial dan mikroblog daring yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan berbasis teks hingga 140 karakter, yang dikenal dengan sebutan kicauan (www.twitter.com). Konsep yang diusung oleh twitter agak sedikit berbeda dari facebook, yaitu dengan menyebarkan pesan informasi secara singkat, padat dan real time melalui tidak lebih dari 140 karakter kepada pembacanya di seluruh dunia. Pengguna twitter dapat menyebarkan pesan singkat melalui beberapa cara, bisa melalui

situs twitter sendiri, melalui sms, atau melalui aplikasi twitter lainnya

seperti Twirl, Snitter atau twitterfox yang merupakan aplikasi tambahan untuk browser firefox. Saat ini twitter banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik pemerintah (misal Israel), organisasi (misal NASA), politikus (misal Barrack Obama), selebritas (misal Ashton Kutcher, John Mayer, Demi Moore, dan lain-lain) yang begitu aktif meng-up date status mereka beberapa menit sekali.

3. Friendster

Friendster menghubungkan anda dengan teman-teman, saudara-

saudara, dan hal yang terpenting dari anda. Melalui friendster anda dapat membagi foto-foto anda, mengekspresikan diri sendiri dengan sebuah foto profil, dn masih banyak lagi yang lainnya (www.friendster.com). Friendster adalah sebuah situs untuk melihat

Dalam dokumen Konsep Diri Para Pengguna Handphone (Halaman 89-149)

Dokumen terkait