METODOLOGI PENELITIAN
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Lingkungan Rumah
Penderita TB Paru yang Rawat Inap di RSUD Dr. Soedarso Pontianak maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis kelamin, dari 42 responden hampir seluruhnya yaitu
34 responden (81%) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan sebagian
kecilnya yaitu 8 responden (19%) berjenis kelamin perempuan. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan semakin bertambahnya umur
seseorang cenderung terjadinya peningkatan risiko terhadap penularan
TB paru seiring dengan berkurangnya pada aspek psikologis dan aspek
fisik.
2. Menurut tingkat pendidikan dari 42 responden hampir separuhnya yaitu
19 responden (45,2%) memiliki latar belakang pendidikan tinggi,
sedangkan sebagian besarnya yaitu 23 responden (54,8%) memiliki latar
belakang pendidikan rendah. Rata-rata pendidikan responden
SMP/Sederajat, dengan latar pendidikan terendahnya SD/Sederajat dan
latar belakang pendidikan tertinggi Diploma pendidikan mempengaruhi
kejadian TB paru.
3. Dari status pekerjaan dari 42 responden, sebagian besarnya yaitu 26
(38%) tidak bekerja.seseorang yang bekerja cenderung lebih berisiko
untuk kembuhnya TB paru hingga memungkinkan untuk dirawat inap,
Mengingat TB paru erat sekali kaitannya dengan sosial ekonomi,
sehingga perlunya pemerintah melakukan perbaikan lapangan pekerjaan
yang memadai dan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki
masyarakat. Selain itu hendaknya pekerja memperhatikan alat pelindung
diri seperti masker dan sarung tangan ketika bekerja diluar ruang yang
terpapar langsung dengan sumber-sumber penyebab TB paru seperti
polusi dan sampah.
4. Menurut tingkat pendapatan diketahui dari 42 responden, sebagian
kecilnya yaitu 7 responden (16,7%) memiliki tingkat pendapatan
tergolong tinggi, sedangkan hampir seluruhnya yaitu 35 responden
(83,3%) memiliki tingkat pendapatan tergolong rendah. Rata-rata
pendapatan responden sebesar Rp 1.307.142 dengan pendapatan
terendah sebesar Rp 500.000 dan pendapatan tertinggi 3.000.000.tingkat
pendapatan yang rendah erat kaitannya dengan kemampuan seseorang
untuk peningkatan gizi baik, pemanfaatan kesehatan yang berkualitas,
dan pememnuhan syarat rumah sehat sehingga risiko penularan dan
menularkan TB paru semakin besar.Oleh karena itu, perlunya
peningkatan pemahaman untuk pemenuhan gizi seimbang juga tidak
selalu dengan harga yang mahal, sehingga peran tenaga kesehatan dan
pemerintah untuk menyebarluaskan informasi mengenai fortifikasi
lapisan masyarakat dalam pemenuhan kalori dan protein serta
kekurangan zat besi karena dapat meningkatkan risiko terkena TB paru.
Kemudian peningkatan kualitas kesehatan bagi masyarakat tidak mampu
serta bantuan perumahan dari pemerintah agar terpenuhinya syarat rumah
sehat.
5. Dari 42 responden sebagian besarnya yaitu 29 responden (79,1%) tidak
merokok, sedangkan hampir separuhnya yaitu 13 responden (31%)
merokok.erat sekali kaitannya antara status perokok dengan TB paru.
Status perokok meningkatkan kemungkinan kambuhnya TB paru hingga
cencerung dirawat inap dikarenakan sel tubuh mengalami kerusakan
khususnya pada sel epitel mukosa yang terdapat pada saluran nafas yang
digunakan sebagai mekanisme menempelnya bakteri pada sel epitel
pernapasan yang hasilnya adalah kolonisasi bakteri dan infeksi.Oleh
karenanya, masyarakat harus sudah mengurangi kebiasaan merokok dan
bahkan berhenti sama sekali dari perilaku merokok. Perlunya kebijakan
dari pemerntah untuk melakukan penekanan terhadap perilaku merokok
bagi masyarakat, sehingga baik perokok aktif dan perokok pasif dapat
terhindar dari bahaya rokok sebagai faktor risiko terjadinya penyakit
infeksi TB paru.
6. Diketahui tingkat kepadatan penguni rumah dari 42 responden, , hampir
separuhnya yaitu 39 rumah responden (92,9%) memiliki kepadatan
hunian yang memenuhi syarat, sedangkan sebagian kecilnya yaitu 3
memenuhi syarat. Rata-rata jumlah anggota dalam rumah responden
sebanyak 3 orang, paling sedikit 1 orang dan paling banyak 10 orang
yang tinggal bersama responden.
7. Diketahui dari 42 responden, hanya sebagian kecilnya yaitu 3 rumah
responden (7,1%) memiliki luas ventilasi yang memenuhi syarat,
sedangkan sebagian besarnya yaitu 39 rumah responden (92,9%)
memiliki luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata luas
ventilasi 4 m2.Melihat permasalahan yang ada, sebaiknya masyarakat
untuk memaksimalkan fungsi dari ventilasi dengan tidak menghalangi
ventilasi sebagai jalur pergantian udara. Ada baiknya juga masyarakat
untuk menanam pepohonan disekitar rumah agar udara menjadi sejuk,
namun jangan sampai menutupi ventilasi di rumah.
8. Diketahui dari 42 responden, hampir sebagian kecilnya yaitu 3 rumah
responden (7,1%) memiliki pencahayaan yang memenuhi syarat ((≥ 60
lux), sedangkan hampir seluruhnya yaitu 39 rumah responden (92,2%)
memiliki luas pencahayaan yang tidak memenuhi syarat (< 60
lux).Sebaiknya masyarakat agar dapat melakukan modifikasi terhadap
luas jendela sesuai dengan ketentuan yaitu ≥ 15% luas lantai rumah, letak
jendela agar tidak terlindung dengan gorden atau bangunan lainnya
sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk dapat optimal. Apabila
letak jendela sudah ditutupi oleh bangunan lain dan tidak bisa
dimodifikasi, ada baiknya untuk menggunakan genting transparan untuk
9. Diketahui dari 42 responden, lebih dari separuhnya yaitu 25 rumah
responden (59,5%) memiliki kelembaban yang memenuhi syarat,
sedangkan hampir separuhnya yaitu 17 rumah responden (40,5%)
memiliki kelembaban yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata
kelembaban kamar tidur responden sebesar 59%.Untuk menjaga tingkat
kelembaban agar berada pada rentang 40%-70% perlu kiranya
masyarakat untuk membiasakan perilaku membuka jendela pada pagi
hingga sore hari, dengan harapan sirkulasi udara berjalan lancar.
10.Diketahui dari 42 responden, hampir separuhnya yaitu 13 rumah
responden (31%) memiliki kategori suhu yang memenuhi syarat,
sedangkan lebih dari separuhnya yaitu 29 rumah responden (69%)
memiliki kategori suhu yang tidak memenuhi syarat. Rata-rata suhu
dalam kamar tidur responden adalah 31oC. Suhu terendah 27,9oC dan
suhu tertinggi 34,7oC. Menjaga suhu tetap berada pada batas normal
perlu kiranya masyarakat memodifikasi luas ventilasi minimal 10% dari
luas lantai dan jendela minimal berukuran 15% dari luas lantai.
Kemudian jika udara didalam rumah terlalu panas dengan asumsi suhu
meningkat, disarankan untuk menggunakan kipas angin atau pendingin
udara dengan mengatur kelembaban udara melalui ventilasi atau jalur
VI.2 Saran
VI.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Pontianak
1. Perlunya penyebarluasan informasi berupa manfaat rumah sehat
melalui media massa cetak maupun media elektronik.
2. Melakukan surveilans rumah sehat untuk mendeteksi adanya
kemungkinan rumah yang tidak sehat, sehingga dapat dilakukan
mapping dan intervensi program rumah sehat.
3. Perlunya membentuk dan melibatkan kader kesehatan dalam
mengawasi serta mengintervensi perilaku sadar rumah sehat dari
lingkungan keluarga dan masyarakat.
4. Bersinergi membangun desa percontohan sadar hunian sehat sebagai
upaya membangun perilaku sehat dan menjadi role model bagi
desa-desa disekitarnya.
VI.2.2 Bagi Masyarakat di wilayah kerja RSUD Dr. Soedarso
1. Kondisi fisik rumah yang belum memenuhi syarat sebagaimana suhu
yang seharusnya pada rentan 18-30 ºC belumlah tercermin sesuai
dengan fakta di lapangan:
a) Perlu kiranya masyarakat meningkatkan melakukan inovasi berupa
penambahan penggunaan plafon didalam ruang, guna mengurangi
tingkat suhu yang diterima atap tanpa penghalang dari plafon.
2. Tingkat pencahayaan dalam rumah erat kaitanya rasa nyaman pada
a) Semakin rendah intensitas cahaya, maka akan semakin cenderung
bakteri atau virus yang dapat menyebabkan penyakit khususnya
pneumonia pada balita. Namun jika terlalu tinggi akan berdampak
pada ketidaknyamanan mata dalam melihat (silau) dan dapat
mempengaruhi faktor lain yaitu peningkatan suhu dalam ruangan.
b) Perlu kiranya masyarakat melakukan inovasi perubahan bentuk
struktur ventilasi dan jendela sesuai dengan ukuran yang
disarankan.
c) Menitikberatkan pada penanaman kebiasaan membuka jendela
ketika disiang hari agar intensitas cahaya matahari yang masuk ke
dalam kamar atau ruangan maksimal membunuh bakteri patogen.
VI.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis desain penelitian
yang berbeda mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan TB
paru.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang variabel mikrobiologi
dalam rumah merupakan variabel yang dapat mempengaruhi kejadian TB