21
2.1 Proses Produksi
2.1.1 Penanganan Bahan Baku
Bahan baku diimpor langsung dari negara pengekspor dan dikirim menuju Indonesia melalui jalur laut dengan menggunakan kapal milik PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. divisi Bogasari Flour maupun kapal milik negara pengekspor. Pembongkaran dilakukan di dermaga pribadi bernama jetty. PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. divisi Bogasari Flour Mills memilki dua dermaga (jetty), yaitu jetty A dan jetty B. Jetty A mampu menampung kapal dengan lebih kecil kapasitasnya jika dibandingkan dengan jetty B yang mampu menampung kapal dengan kapasitas yang lebih besar. Sebelum gandum disedot dari kapal, gandum di tes terlebih dahulu di Lab. Bogasari. Gandum yang disimpan pada palka besar dalam bentuk curah, kemudian akan dihisap oleh pipa penghisap dan gandum akan dtransfer menggunakan conveying system, masuk kedalam hopper untuk proses penimbangan yang bekerja secara otomatis, lalu dibersihkan dengan separator dan magnet untuk memisahkan gandum dari kotoran berukuran besar (seperti kayu atau besi), lalu gandum dikirim dengan menggunakan chain conveyor ke Wheat Silo untuk disimpan. Gambar alur produksi terdapat pada lampiran 2.
2.1.2 Proses Pengolahan Bahan Baku
Dari wheat silo, sejumlah gandum ditransfer menuju mills menggunakan belt conveyor , chain conveyor , dan diangkat ke atas menggunakan bucket elevator , lalu masuk pada tahap pre cleaning . Banyaknya gandum yang dikirim ke mills harus sesuai dengan kebutuhan mills yang didasarkan pada rencana target produksi (RTP).
2.1.2.1 Tahap Cleaning
Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan benda-benda asing seperti batu, kayu, besi, logam dan berbagai kotoran yang menempel pada butiran biji gandum, dan juga memisahkan bagian-bagian yang tidak sesuai. Pada tahap pembersihan mempunyai 3 bagian proses utama, yaitu : fase first cleaning, fase dampening, dan fase second cleaning.
A. Pembersihan pendahuluan (pre cleaning) Tujuan Pre Cleaning yaitu:
-
mencegah kerusakan mesin-mesin pada proses berikutnya, akibat ikutnya impurities yang berukuran besar.-
Mengurangi maintenance pada peralatan cleaning.-
Membuat kinerja mesin cleaning lebih efektif dan efisien.-
Membuat aliran gandum lebih lancar, sehingga menambah homogenitas pada saat blending atau mixing gandum.-
Membuat kualitas penyimpanan gandum di dalam bin lebih baik.Proses yang terjadi pada tahap ini yatu gandum masuk ke dalam intake separator guna memisahkan gandum dari benda-benda asing yang berukuran besar. Di dalam intake separator , produk yang ukurannya lebih besar dari ukuran lobang ayakan akan tailing dan masuk ke dalam karung, sedangkan gandum atau produk yang ukurannya lebih kecil dari ukuran lobang ayakan akan lolos
( passthrough) dan masuk ke dalam raw wheat bin. Peralatan Pre Cleaning yaitu:
a. Drum Separator, berfungsi untuk pemisahkan berdasarkan beda ukuran. b. Intake separator, berfungsi untuk pemisahkan berdasarkan beda ukuran,
sama seperti drum separator hanya saja mesin ini digunakan pula di first cleaning.
B. Pembersihan pertama (first cleaning)
Secara garis besar, tahap first cleaning dimulai pada saat gandum mulai keluar dari raw wheat bin sampai pada masuknya gandum ke proses dampening Pada tahap ini gandum akan dibersihkan dari benda-benda asing dengan menggunakan flow regulator (FCA), magnetic separator , rotary intake separator , weigher 1st cleaning , tarara classifier (TRC), carter day, scourer , tarara aspiration (TRR), dan dry stoner.
Peralatan First Cleaning yaitu:
a. Flow regulator (FCA), berfungsi mengatur kapasitas aliran gandum secara berat. Sebagai alat pencampur dua atau beberapa macam gandum sesuai dengan grist yang akan digiling atau diconditioning. Sebagai alat pengukur kapasitas aliran gandum.
b. Magnet Separator , Berfungsi untuk memisahkan gandum dari material logam yang bersifat magnetic.
c. Rotary intake separator, berfungsi untuk pemisahan berdasarkan ukuran. d. Tarara classifier (TRC), berfungsi mengklasifikasi produk yang masuk
menjadi : Produk berat (gandum berat, batu) dan produk ringan (gandum ringan, black spot, broken wheat). Memisahkan gandum dari offal yang ringan (debu, kulit, batang).
e. Carter day, berfungsi untuk memisahkan gandum dari partikel lain berdasarkan ukuran dan bentuk /panjang. Carter day terdiri dari indented disc separator (IDS). IDS terdiri dari cylinder long corn dan cylinder round corn. Gandum dengan berbagai ukuran beserta impuritiesnya masuk ke indented disc separator. Gandum dari IDS yang berukuran lebih kecil masuk ke cylinder round corn, sedangkan yang lebih besar masuk ke cylinder long corn.
f. Scourer , terdiri dari 2 tipe yaitu vertical dan horizontal. Berfungsi untuk membersihkan gandum dari kotoran yang masih menempel pada permukaan gandum atau pada crease gandum. Dengan cara menggosok /
memoles (Scouring).
yang masih menempel pada gandum melalui hisapan udara aspiration. Digunakan untuk membersihkan debu dan kulit yang masih menempel pada gandum setelah gesekan oleh mesin Horizontal Scourer.
h. dry stoner, berfungsi memisahkan gandum dari material yang lebih berat dari gandum, tetapi berukuran sama/hampir sama dengan gandum.
C. Dampening
Tahap pengkondisian merupakan tahap dimana akan ditambahkan sejumlah air ke dalam campuran gandum sehingga akan tercapai pada suatu karakteristik pencampuran gandum yang optimal, yaitu ekstraksi yang tinggi dan kualitas tepung yang baik. Tahap ini dimulai pada saat gandum memasuki proses dampening pertama sampai pada keluarnya gandum dari tempering bin sebelum dilakukan proses penggilingan. Proses pengkondisian terdiri dari pengkondisian pertama ( first conditioning ) dan pengkondisian kedua ( second conditioning ).
Peralatan Dampening yaitu:
a. Mesin Dampening, berfungsi untuk mencampurkan sejumlah air kedalam gandum, untuk menambah kadar air gandum sehingga bisa mendapatkan karakteristik milling yang baik.
D. Pembersihan Kedua (Second cleaning)
Tahap pembersihan kedua dimulai pada saat gandum keluar dari tempering bin kedua. Gandum akan dibersihkan di dalam tarara aspiration (TRR). Gandum yang berasal dari proses pembersihan kedua tersebut akan ditampung dalam buffer bin setelah mengalami proses penimbangan terlebih dahulu sebelum masuk pada proses penggilingan.
2.1.2.2 Tahap Milling
Tujuan utama dari proses milling adalah memisahkan endosperm dari bagian kulit gandum yang terdiri dari bran dan pollard . Selanjutnya endosperm tersebut direduksi menjadi tepung. Dalam milling proses ada tiga tahapan yaitu breaking proses yang bertujuan memecah kulit gandum yang masih mengandung
endosperm. Selanjutnya masuk ke proses reduction yaitu proses mengubah semolina menjadi middling yang selanjutnya direduksi menjadi tepung. Lalu masuk ke proses purification dengan menggunakan alat purifier. Tujuan dari proses ini adalah memisahkan semolina dan middling sehingga proses reduksi middling da reduksi semolina menjadi tepung l;ebih mudah. Berikut akan dijelaskan tahapan tahapannya, yaitu:
A. Breaking Proses
Tahap ini merupakan pemecahan biji-biji gandum yang akan digiling. Tujuannya yaitu merelease endosperm dari bran/germ dan memecahkan endosperm tersebut menjadi semolina dan middling. Produk yang diharapkan yaitu break flour dengan mengusahakan bran powder sekecil mungkin (ideal tidak ada bran powder). Pada umumnya proses ini terdiri dari empat tingkat (B1 s/d B4) atau lima tingkat (B1 s/d B5). Mesin yang digunakan yaitu break rollermill (fluted rolls dan break sifter). Pada tingkat akhir break proses, bertujuan merelease sisa endosperm dari bran dan menjadikan middling dan tepung menggunakan bran finisher dan vibro finisher.
Peralatan Breaking proses yaitu:
a. Break Roller mills, berfungsi memecah gandum bersih hasil dari proses cleaning. Gandum dibuka/dipecahkan dengan memakai Roller yang bergigi (Fluted roller).
b. Break shifter , berfungsi mengayak atau memisahkan produk berdasarkan granulasi. Prinsip kerja alat ini adalah dengan memberi gerakan pada sifter dan produk dialirkan melalui ayakan-ayakan.
c. Bran fisnisher, berfungsi untuk mengambil/merelease sisa endosperm yang ada pada lapisan dekat dengan aleurone cell menjadi middling dan Tepung yang sticky. Hasil dari ekstraksi dari bran fi nisher sekitar 2 -4%. d. Vibro Finisher (FVA), berfungsi mengayak produk yang sangat lengket
(sticky) dari Bran finisher & Filter, yang sulit diayak oleh plansifter. Hasil akhirnya yaitu partikel fine bran.
B. Purification Process
Tahap ini adalah proses memisahkan/ membersihkan Semolina dan Middling dari Bran supaya Semolina dan Middling menjadi bersih (endosperm murni tanpa bran). Semolina dan middling bersih dapat diklasifikasi menjadi Coarse Semolina,
Fine semolina, Coarse middling, fine middling. Peralatan Purification Process yaitu:
a. Purifier, berfungsi untuk memisahkan partikel bran yang terdapat pada semolina atau middling hingga pada proses sizing dan proses middling endosperm yg digiling adalah pure semolina atau pure middling dan tepung yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik (ash content tepung rendah).
C. Reduction Process
Tahap ini bertujuan untuk mereduksi semolina menjadi middling dan Tepung. Proses ini disebut juga Sizing Proses. Setelah proses diatas middling direduksi kembali menjadi Tepung, proses ini disebut juga Middling Proses. Lalu masuk ke tailing proces untuk mereduksi middling yang bercampur bran menjadi tepung serta Memisahkan germ dengan menekan germ menjadi flat (pipih).
Peralatan Reduction process yaitu:
a. Rollermill yang umumnya menggunakan Smooth Roll yang berfungsi untuk mereduksi semolina menjadi middling dan tepung.
b. Reduction Shifter yang berfungsi untuk memisahkan bran atau germ (scalp off), menghasilkan tepung (flour redressing) dan memisahkan endosperm menurut ukuran (grading).
2.1.3 Proses Pengemasan
Hasil dari proses milling berupa tepung terigu, kemudian dikirim ke Flour Silo untuk dikemas dan dicurah. Sebelum tahap pengemasan dilakukan penyaringan terakhir (rebolt shifter ) untuk memastikan tidak ada benda asing dari tepung. Tepung yang akan dicurah, sebelumnya disimpan di dalam gudang penampungan tepung curah (hopper ). Sedangkan tepung yang akan dipacking
ditempatkan di Flour Packing yaitu untuk tepung dalam kemasan 25 kg. Untuk tepung yang akan diekspor, tepung yang sudah siap dipasarkan, disimpan terlebih dahulu di FPS Export Flour yaitu gudang penampungan tepung ekspor dan dipacking di Consumer Packing, dimana di tempat ini dilakukan proses pengepakan tepung untuk 0,5 kg sampai 2 kg.
2.2 Pengenalan mengenai HMI (Human Machine Interface) 2.2.1 Definisi HMI
Human Machine Interface (HMI) merupakan perangkat lunak / software yang berfungsi untuk monitoring dan kontrol plant berbasis visual. HMI berfungsi untuk menampilkan data pada operator dan menyediakan input kontrol bagi operator dalam berbagai macam bentuk sesuai data yang akan di kontol / dimonitor seperti grafik, skematik, jendela, manu pull-down, touch screen dan la in sebagainya. HMI dapat berupa touch screen device ataupun komputer itu sendiri.
HMI (Human Machine Interface) adalah tampilan penghubung antara manusia dengan mesin. HMI juga merupakan user interface dan sistem kontrol untuk manufaktur. Denganmembuat desain HMI yang sesuai, akan membuat pekerjaan fisik lebih mudah. pada hampir semua solusi teknis, efektifitas dari
HMI adalah dapat memprediksi penerimaan user terhadapseluruh solusi yang ada. Konsep HMI yang modern pada industri adalah sebagai mediakomunikasi antara operator dengan perancangan yang secara ideal mampu memberikaninformasi yang diperlukan, agar perencanaan yang dilakukan dengan tingkat efisiensimaksimum. HMI merupakan sarana bagi operator untuk mengakses sistem otomasi di lapangan yang meliputi operasional , pengembangan, perawatan troubeleshooting (Amin,2014).
2.2.2 Macam Tampilan HMI
Terdapat dua macam tampilan yaitu objek statis dan objek dinamik.
a. Objek statis, yaitu objek yang berhubungan langsung dengan peralatan atau database.
b. Objek dinamik, yaitu objek yang memungkinkan operator berinteraksi dengan proses, peralatan atau database serta memungkinkan operator melakukan perawatan atau perbaikan.
Contoh: push button, lights, dan charts. 2.2.3 Manajemen Alarm
Suatu sistem yang besar dapat memonitor sampai dengan banyak alarm. Dengan banyak alarm tersebut dapat membingungkan operator. Setiap alarm harus dikenali dan diketahui oleh operator agar dapat dilakukan perawatan atau perbaikan yang sesuai dengan jenis alarm. Oleh karena itu dibutuhkan suatu manajemen alarm dengan tujuan untuk memudahkan operator atau petugas teknisi untuk melihat kondisi suatu mesin atau alat tersebut.
2.2.4 Macam Penggunaan HMI
Dari penggunaannya, HMI terdiri atas : a. HMI Server atau Developer.
HMI Server ini digunakan untuk membangun suatu sistem yang terintegrasi antara plant, akuator, PLC, jaringan lain, database, masukan, kontrol, dan lain-lain.
b. HMI Viwer + Editor
HMI Viwer hanya berfungsi untuk monitoring atau viewer saja, dan tidak dapat digunakan sebagai development tools, sedangkan editor berfungsi untuk mempresentasikan fasilitas plant secara visual.
2.3 Programmable Logic Controller (PLC) 2.3.1 Defifnisi PLC
Sistem proses kontrol terdiri atas sekumpulan piranti-piranti dan peralatan- peralatan elektronik yang mampu menangani kestabilan, akurasi, dan mengeliminasi transisi status yang berbahaya dalam proses produksi. Masing-masing komponen dalam sistem kontrol proses tersebut memegang peranan pentingnya masing-masing, tidak peduli ukurannya. Misalnya saja, jika sensor
tidak ada atau rusak atau tidak bekerja, maka sistem kontrol proses tidak akan tahu apa yang terjadi dalam proses yang sedang berjalan. Sebuah PLC (Programmable Logic control) adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang dijumpai pada sistem kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor-sensor terkait), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau mematikan keluarannya (logika 0 atau 1, hidup atau mati) (Dr.Agfianto Eko Putra, 2008). Pengguna membuat program (yang umumnya dinamakan diagram tangga atau ladder diagram) yang kemudian harus dijalankan oleh PLC yang bersangkutan, Dengan kata lain, PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada instrumen keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran.
Definisi sederhana PLC dapat dilihat dari kepanjangannya, yaitu: a. Programmable yang berarti dapat diprogram (software based). b. Logic yang berarti bekerja pada logika yang dibuat. Logika disini
terdiri hanya keadaan ON dan OFF.
c. Control yang berarti pengendali (otak) dari suatu sistem. 2.3.2 Komponen – Komponen PLC
A. Central Processor Unit (CPU)
CPU bekerja berdasarkan mikroprosesor yang bekerja menggantikan fungsi relay, counter, timer dan sequencers, sehingga programmer bisa membuat semua rangkaian yang menggunakan fungsi-fungsi relay.
B. Power Supply Unit (Unit Catu Daya)
Power supply berguna sebagai penyedia daya bagi PLC, tegangan pada powersupply bisa berupa tegangan AC (120/240 V) dan tegangan DC (24 V). Daya tersebut digunakan untuk berbagai modul PLC lainnya selain modul tambahan yang digunakan sebagai memory backup pada PLC. Jadi seandainya power supply mati, dengan adanya memory backup tersebut, maka isi memori akan tetap terjaga. PLC juga memiliki power supply (24
V DC) internal yang bisa digunakan untuk menyediakan daya bagi input/output PLC.
C. Memory
Unit ini merupakan tempat penyimpanan program.Biasanya unit ini terdiri dari RAM (Random Acces Memory), ROM (Read Only Memory), EEPROM (Programmable Read Only Memory).Memory yang terdapat dalam PLC berfungsi untuk menyimpan program dan memberikan lokasi-lokasi dimana hasil-hasil perhitungan dapat disimpan didalamnya. RAM mempunyai waktu akses yang cepat dan program-program yang terdapat didalamnya dapat diprogram ulang sesuai dengan keinginan pemakainya. RAM disebut juga sebagai volatile memory, maksudnya program-program yang tersimpan mudah hilang jika supply listrik padam. Dengan demikian untuk mengatasi supply listrik yang padam tersebut maka diberi supply cadangan daya listrik berupa baterai yang disimpan pada RAM. Baterai ini mempunyai jangka waktu kira-kira lima tahun sebelum harus diganti. Berikut ini adalah jenis-jenis memori yang terdapat didalam PLC:
a. Spesial Relay
Special relay (SR) merupakan relay yang menghubungkan fungsi-fungsi khusus seperti flag ,misalnya: instruksi penjumlahan terdapat kelebihan digit pada hasilnya (carry flag), kontrol bit PLC, informasi kondisi PLC, dan system clock (pulsa). (Auriza Saputra, PENS, 2006). b. Auxiliary Relay (AR)
Auxiliary relayterdiri dari flags dan bit untuk tujuan khusus. Dapat menunjukkan kondisi PLC yang disebabkan oleh kegagalan sumber tegangan, kondisi special I/O, kondisi input/output unit, kondisi CPU PLC, memori PLC dan lain-lain.
c. Holding Relay
Holding relay(HR) dapat difungsikan untuk menyimpan data (bit-bit penting) karena tidak hilang walaupun sumber tegangan PLC mati
Link relay(LR) digunakan untuk data link padaPLC link system. Link systemdigunakan untuk tukar-menukar informasi antar dua PLC atau lebih dalam satu sistem kendali yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan PLC minimum dua unit.
e. Temporary Relay
Temporary relay(TR) berfungsi untuk menyimpan sementara kondisi logika program pada ladder diagram yang mempunyai titik percabangan khusus.
f. Timer/Counter
Timer/counter(T/C) untuk mendefinisikan suatu waktu tunda /time delay (timer) ataupun untuk menghitung (counter). Untuk timer mempunyai orde 100 ms, ada yang mempunyai orde 10 ms yaitu TIMH (15). Untuk TIM 000 sampai dengan TIM 015 dapat dioperasikan secara interrupt untuk mendapatkan waktu yang lebih presisi.
g. Data Memory
Data memory (DM) berfungsi untuk menyimpan data-data program karena isi DM tidak akan hilang (reset) walaupun sumber tegangan PLC mati.
h. Upper Memory
Upper memory(UM) berfungsi untuk menyimpan dan menjalankan program. Kapasitas tergantung dari pada masing-masing tipe PLC yang dipakai.Semua memori (selain DM dan UM) dapat dibayangkan sebagai relay yang mempunyai koil, kontak NO (Normally Open) dan NC (Normally Close). Timerdan Counter juga dapat dibayangkan seperti timer dan Counter pada umumnya dan mempunyai kontak NO dan NC. DM tidak mempunyai kontak, hanya ada channel/wordsaja.DM dapat difungsikan untuk menyimpan data-data penting yang tidak boleh hilang waktu sumber tegangan mati atau memanipulasi program.
Modul I/O merupakan modul masukan (input) dan modul keluaran (output) yang bertugas mengatur hubungan PLC dengan piranti eksternal atau peripheral yang bisa berupa suatu computer host, saklar-saklar, unit penggerak motor, dan berbagai macam sumber sinyal yang terdapat dalam plant. Input merupakan unit yang memberikan sinyal masukan ke dalam CPU Unit output adalah unit yang mengirimkan sinyal hasil pengolahan data CPU ke bagian beban. Misal: relai, lampu, dll.
j. Programming Device
Digunakan untuk memasukkan program yang akan difungsikan yang disimpan kemdalam memori. Program tersebut di buat dengan menggunakan perangkat ini, kemudian dipindahkan ke dalam unit memori PLC.
2.3.3 PLC Siemens SIMATIC S7-400
PLC Siemens SIMATIC S7-400 merupakan PLC yang paling handal dalam jenisnya SIMATIC controllers. Hal ini dapat diotomatisasi dengan Totally
Integrated Automation (TIA) Portal. S7-400 dalam automation merupakan platform untuk solusi sistem produksi dan proses teknik, dan itu ditandai terutama oleh modularitas dan cadangan kinerja. Dengan beberapa modul yang komprehensif . Operasi simultan dari beberapa CPU dalam satu S7-400 pusat controller maka akan mendistribusikan kekuatan kinerja suatu S7-400. Sebagai contoh, tugas-tugas yang kompleks dapat dibagi menjadi tekniologi seperti kontrol loop terbuka, komputasi atau komunikasi, dan dapat kerja untuk CPU yang berbeda. Setiap CPU dapat diberikan I/O yang berbeda.
S7-400 dan komunikasi interfaces yang dapat dihubungkan langsung ke CPU memungkinkan operasi kinerja yang tinggi dari sejumlah jalur komunikasi. Hal ini memungkinkan, misalnya pembagian ke dalam satu jalur komunikasi untuk HMI dan tugas pemrograman, satu untuk kinerja yang tinggi dengan komponen kontrol gerakan yang berjarak sama, dan satu untuk "normal" I /Ofieldbus. Selain
itu koneksi yang diperlukan untuk MES/sistem ERP atau Internet dapat juga diimplementasikan.
PLC Siemens SIMATIC S7-400 ini memiliki karakteristik sebagai berikut : Tabel 2.1 Spesifikasi Siemens SIMATIC S7-400
Spesifikasi
1. Application: High-end performance range
2. Type of CPU: Standard CPU, Fail-safe (F) CPU, Redundant (H) CPU
3. CPU: CPU 412, CPU 414, CPU 416, CPU 417
4. Program and Data Memory: from 288KB (CPU 412) to 30MB (CPU 417)
5. Execution Time for Bit Operation: 0.075s (CPU 412) to 0.018s (CPU 417)
6. Types of Modules (1): DI, DO, AI, AO, Counter, Cam Controller, Positioning
7. Types of Modules (2): Universal Closed Loop Controller, Radio Clock
8. Max. IO Address: 16384 / 16384 byte
9. Rack: UR1, UR2-H, CR2, for 18 Modules / UR2, ER2 for 9 Modules
10. Redundancy: Hot Standby Redundant for CPU 412-3H, CPU 414-4H, CPU 417-4H
11. Distributed IO System: ET200S, ET200pro
12. Communication via CP: PPI, AS-Interface, Profibus, Profinet 13. Software: Step 7, Step 7 Professional (LD, FBD, IL, SCL,
2.3.3.1 SIMATIC S7-400,CPU 416-3 PN/DP
sumber:katalog siemens
Gambar 2.1 CPU 416-3 PN/DP
Tabel 2.2 Spesifikasi Siemens SIMATIC S7-400, CPU 416-3 PN/DP
1. 16 MB Working Memory
2. (8 MB KB CODE, 8 MB DATA)
3. High-performance CPUs in the high-end performance range
4. Applicable for plants with high requirements in the high-end performance range
5. Integrated PROFINET functions in CPU 416-3 PN/DPgeneral Interfaces:
1. IF MPI/DP 12 MBIT/S (X1
2. IF ETHERNET/PROFINET (X5) 3. IF IF964-DP PLUGABLE (IF1)
2.3.3.2 SIMATIC S7-400,POWER SUPPLY 407 4 A
sumber:katalog siemens
Gambar 2.2 SIMATIC S7-400,POWER SUPPLY 407 4 A Tabel 2.3 Spesifikasi Power supply 407 4 A
Spesifikasi 1. Power supplies for SIMATIC S7-400
2. For conversion of AC or DC line voltages to the 5 V DC and 24 V DC operating voltages required
3. 4 A, 10 A and 20 A output currents In addition:
1.
SIPLUS power supply 6AG1 4050KA022AA0 for temperature range of -25 to +60 °C and use under medium load (e.g. chlorine/sulfur atmosphere). Technical specifications similar to 6ES7 405-0KA02-0AA0
2.
SIPLUS power supply 6AG1 407-0KA02-4AA0 for use under medium load (e.g. chlorine/sulfur atmosphere). Technical specifications similar to 6ES7 407-0KA02-0AA0
3.
SIPLUS power supply 6AG1 407-0KR02-4AA0 for use under medium load (e.g. chlorine/sulfur atmosphere). Technical specifications similar to 6ES7 407 0KR02-0
2.3.4 PLC Siemens SIMATIC S7-200
Mikro PLC SIMATIC S7-200 merupakan yang terbaik dikelasnya, kompak dan sangat kuat, terutama respon real-time - sangat cepat, dilengkapi pilihan komunikasi yang besar. Perangkat lunak dan perangkat keras mudah untuk dioperasikan. Selain itu Mikro PLC SIMATIC S7-200 memiliki desain modular kompak, untuk solusi khusus yang tidak terlalu besar, tapi cukup fleksibel untuk diperluas kapan saja di masa depan. Semua ini membuat SIMATIC S7-200 pilihan yang cocok untuk kontrol loop terbuka di kisaran kinerja yang lebih
rendah.
Fitur dari keluarga SIMATIC S7-200:
kinerja yang kuat,
modularitas optimal dan