• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Tambahan

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian ini yang kemudian akan dilanjutkan dengan diskusi mengenai hasil penelitian yang diperoleh. Pada bagian akhir akan dikemukakan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini.

KESIMPULAN

Berikut ini peneliti akan memaparkan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pengolahan dan analisis data.

1. Ada perbedaan perilaku konsumtif pada individu yang berkepribadian ekstrovert dengan individu yang berkepribadian introvert. Pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara, dimana individu yang berkepribadian ekstrovert memiliki mean lebih tinggi daripada individu yang berkepribadian introvert.

2. Berdasarkan perbandingan mean skor empirik dan hipotetik perilaku konsumtif mahasiswa secara umum, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif mahasiswa adalah tergolong dibawah rata-rata. Dari 93 subjek mahasiswa, 24 orang (25,81%), tidak memiliki perilaku konsumtif, 43 orang (46,24%), tidak tergolongkan, 26 (27,96%), memiliki perilaku konsumtif.

3. Berdasarkan tipe kepribadian mahasiswa, ditemukan ada 21 (22,58%), orang mahasiswa yang memiliki kepribadian ekstrovert, 16 orang (17,20 %), orang mahasiswa yang memiliki kepribadian introvert dan 56 orang (60,22%), orang mahasiswa yang tak tergolongkan. Ditinjau dari tipe kepribadian mahasiswa tersebut, ditemukan bahwa mean skor perilaku konsumtif tertinggi ada pada mahasiswa yang ekstrovert, lalu mahasiswa yang kepribadiannya tak tergolongkan dan yang terendah ada pada mahasiswa introvert.

4. Tidak ada perbedaan yang bermakna perilaku konsumtif pada individu yang berkepribadian ekstrovert dengan individu yang berkepribadian introvert di tinjau dari jenis kelamin.

5. Tidak ada perbedaan yang bermakna perilaku konsumtif pada individu yang berkepribadian ekstrovert dengan individu yang berkepribadian introvert di tinjau dari umur.

DISKUSI

Hasil penelitian pada sampel individu yang berkepribadian ekstrovert dan individu yang berkepribadian introvert pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku konsumtif, dimana subjek pada individu yang berkepribadian ekstrovert memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek pada individu yang berkepribadian introvert. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil Anova yakni diperoleh ρ < 0.05, yaitu sebesar ρ = 0.000.

Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Keith (1985) yang mengemukakan bahwa individu dengan kepribadian ekstrovert akan lebih konsumtif daripada individu dengan tipe kepribadian introvert

Menurut Schanger dan Saglampa (dlm Horton, 1984) terdapat hubungan antara individu yang memiliki tipe kepribadian tertentu dengan kebutuhan akan kedudukan, kecemasan dan harga diri yang tinggi. Pendapat ini didukung oleh Engel (1994) yang mengatakan bahwa produk /merek yang ditempatkan sebagai simbol suatu status dalam hal ini golongan sosial ekonomi menengah ke atas akan menjadi trend/daya tarik bagi individu dari golongan sosial ekonomi lain sehingga ia akan berusaha membeli, menggunakan atau meniru pola perilaku konsumsi golongan sosial ekonomi menengah ke atas.

Individu dengan tipe kepribadian ektrovert yang terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya dimana orientasinya terutama tertuju ke luar, pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial, bersikap positif terhadap masyarakatnya; lebih terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar (Suryabrata, 1998) sehingga individu yang ekstrovert akan lebih mudah terpengaruh terhadap trend atau pola konsumsi golongan sosial ekonomi atas karena mereka berusaha membeli barang untuk menjaga kedudukan, harga diri dan kebutuhan akan diakui oleh orang lain disekitarnya.

Hal ini berarti individu yang memiliki tipe kepribadian ektrovert memiliki perilaku yang lebih konsumtif daripada individu dengan tipe kepribadian introvert dimana individu tipe kepribadian ektrovert cenderung membeli barang untuk menjaga

kedudukan, harga diri dan kebutuhan akan diakui oleh orang lain disekitarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dengan tipe kepribadian ektrovert akan lebih konsumtif daripada mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert karena mahasiswa dengan tipe kepribadian ektrovert berusaha untuk mengkonsumsi produk-produk dari merek-merek tertentu untuk mendapatkan penghargaan, pujian, untuk meningkatkan kepercayaan diri, menjaga gengsi, menampilkan kehidupan mewah, karena iming-iming hadiah, karena konform dengan artis atau public figure, atau sekedar untuk menjaga simbol status tertentu dan cenderung mengabaikan manfaat dan kegunaan barang-barang yang dibeli tersebut (Sumartono, 2002).

Hal senada juga dikemukakan oleh Swastha (1987) yang menyatakan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki orientasi orang (people oriented) termasuk dalam hal mengkonsumsi suatu produk. Artinya individu dengan tipe kepribadian ekstrovert cenderung membeli produk agar dinilai baik oleh orang lain dan cenderung melupakan essensi dasar dari produk itu yaitu kegunaan dan kebutuhan akan produk tersebut. Sejalan dengan itu menurut Lury (1998), individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dalam memilih atau mengkonsumsi suatu produk misalnya pakaian, aksesoris dll disesuaikan dengan selera/trend kebanyakan orang, agar ia dapat memperoleh penghargaan, pujian bahkan status/posisi sosial dikalangan tertentu. Simamora (2003) menambahkan bahwa individu yang termotivasi untuk membeli barang-barang yang mahal dipengaruhi oleh kebutuhan dalam dirinya seperti kebutuhan untuk diakui atau diterima dilingkungan tempat ia berada.

Berbeda dengan individu dengan tipe kepribadian introvert, Naisaban (2003) menyatakan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert cenderung mengarahkan

dan menyalurkan perhatiannya ke dalam diri sendiri dimana nilai-nilai subjektif lebih berpengaruh pada dirinya daripada nilai-nilai objektif. Hal senada juga disampaikan oleh Engel (1994) yang menambahkan bahwa individu yang memiliki nilai-nilai yang terarah ke dalam dirinya sendiri, dalam hal ini individu dengan tipe kepribadian introvert cenderung tertarik dengan kehidupan yang sederhana dan dalam skala kecil, ia tidak materialistik dan tidak konsumtif.

Hal ini dimungkinkan karena individu dengan tipe kepribadian introvert merupakan individu yang penyesuaian dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain (dalam Suryabrata, 1998) sehingga individu introvert membeli produk lebih kepada mereka lebih memperhatikan kegunaan produk tersebut daripada terpengaruh terhadap trend atau pola konsumsi golongan sosial ekonomi atas karena mereka berusaha membeli barang untuk tidak menjaga kedudukan, harga diri dan kebutuhan akan diakui oleh orang lain disekitarnya (Sumartono, 2002). Karena penilaian orang lain tidak terlalu berpengaruh pada individu dengan tipe kepribadian introvert.

Hawkins (1986) mengatakan bahwa faktor konsumtif selain dipengaruhi oleh kepribadian juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya termasuk nilai-nilai didalm masyarakat dan keluarga. Hal ini berarti masih adanya variabel-variabel lain yang mungkin memberikan sumbangan yang lebihuk yang mer besar terhadap perilaku konsumtif. Mengingat bahwa perilaku konsumtif juga turut dipengaruhi oleh sejumlah faktor situasional dan personal (Myers, 1996; Wrightsman & Deaux, 1981), maka terdapat kemungkinan bahwa perilaku konsumtif juga turut dipengaruhi oleh faktor internal seperti: motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep

diri dan faktor eksternal seperti kebudayaan, kelas social, kelompok-kelompok social dan referensi serta keluarga.

Lebih lanjut Knight dkk. (dalam Baron & Byrne, 2000), yang menyatakan bahwa variabel disposisi tunggal hanyalah merupakan prediktor yang lemah untuk meramalkan suatu perilaku yang nyata, dalam hal ini tipe kepribadian. Perilaku kosnumtif merupakan sesuatu yang kompleks dan mungkin hanya dapat terjadi ketika sejumlah variabel disposisi yang berbeda berlangsung secara bersamaan.

Berikut ini akan dijelaskan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mengenai pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap perilaku konsumtif

Bila ditinjau dari segi usianya, diperoleh hasil bahwa mean skor perilaku konsumtif tertinggi ditemukan pada mahasiswa yang ada pada rentang usia 19-20 tahun yakni sebesar 110,24 dibandingkan mahasiswa dengan rentang usia 17-18 tahun yang memiliki mean skor 94,50; rentang usia 21-22 tahun yang memiliki mean skor 105,81; usia ≥ 23 tahun yang memiliki mean skor 103.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Hurlock (1999) yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka ia akan semakin bertanggung jawab secara sosial dan taat terhadap aturan serta berkembangnya norma etik.

Walaupun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori di atas, tetapi peneliti melihat ada faktor lain yang berpengaruh seperti jumlah sampel yang tidak proporsional, dan variabel lain yang ikut mempengaruhi kecenderungan perilaku prososial perawat yang baik jika diteliti lebih lanjut. Hal ini tampak pada perbedaan mean skor yang tidak signifikan.

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian, mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki mean skor perilaku konsumtif yang lebih tinggi daripada wanita. Namun, hasil penelitian ini perlu diteliti lebih lanjut karena jumlah subjek yang laki-laki lebih sedikit daripada jumlah subjek yang perempuan, oleh karena itu dianggap tidak dapat mewakili atau merepresentasikan kondisi yang sebenarnya.

Namun Hurlock (1999), menyatakan bahwa baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan sangat memberikan perhatian mereka terhadap penampilan. Karena dengan penampilan yang baik, biasanya mereka akan mendapat perlakuan yang lebih baik sehingga ia akan menghabiskan banyak waktu, pikiran dan dana untuk mencari jalan terbaik memperbaiki penampilan mereka, salah satunya adalah dengan membeli produk-produk yang memiliki dari merek tertentu dengan harapan meningkatkan status sosial mereka.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku konsumtif.

Saran Metodologis

a. Disarankan untuk menggunakan sampel pada individu yang sudah bekerja agar hasil penelitiannya terlihat lebih jelas

b. Dalam penelitian ini diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif, untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif tersebut, terutama untuk jenis kelamin, umur, jumlah uang saku.

c. Disarankan untuk selanjutnya dilakukan penelitian mengenai perilaku konsumtif pada mahasiswa secara umum tidak hanya pada Universitas Sumatera Utara saja, agar hasil penelitiannya nanti mudah di-generalisasikan secara luas

d. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya jumlah sampel ditambah sehingga perbandingan jumlah subjek akan lebih proporsional, khususnya dari segi jenis kelamin.

e. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya tidak digunakan teknik pengambilan sampel incidental sampling karena hasil dari penelitian yang menggunakan teknik pengambilan sampel incidental sampling hanya bisa digeneralisasikan pada kelompok yang diteliti saja.

Saran Praktis

Saran dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni saran terhadap dunia kemahasiswaan, terhadap masyarakat, dan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peneliti.

a. Saran terhadap Dunia Kemahasiswaan

 Mahasiswa mempunyai kapasitas kognitif yang baik sehingga diharapkan memiliki sikap yang lebih kritis tidak hanya mengutamakan merek, atau penampilan tetapi lebih kepada niali kebutuhan yang mendasari keputusan membeli.

 Selain itu mahasiswa jangan mudah membeli produk karena iming-iming hadiah, membeli produk karena kemasannya menarik, membeli produk demi

menjaga penampilan diri dan gengsi, membeli produk atas pertimbangan harga, membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status, memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan, munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. mencoba lebih dari dua produk sejenis dengan merek berbeda, namun mahasiswa mengkonsumsi suatu produk lebih kepada atas dasar manfaat atau kegunaannya.

b. Saran bagi produsen dan pemasar

 Dalam memproduksi suatu produk sebaiknya produsen tidak hanya memperhatikan merek tetapi harus juga memperhatikan kualitas produk agar tercapai kepuasan bagi konsumen yang memiliki tipe kepribadin ektrovert terutama individu dengan tipe kepribadian introvert yang cenderung lebih memperhatikan kualitas, manfaat, kegunaan suatu produk

 Produsen juga harus memperhatikan kebutuhan individu dengan tipe kepribadian introvert baik dalam penampilan, harga, iklan dll sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya dikonsumsi individu dengan tipe kepribadian ekstrovert tetapi juga individu dengan tipe kepribadian introvert.

Dokumen terkait