• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Perilaku Konsumtif

Lubis (Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Sedangkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah kencenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan.

Sedangkan Anggasari (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Lebih lanjut Dahlan (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif yang ditandai oleh adanya kehidupan

mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.

Kesimpulannya adalah perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku membeli dan menggunakan barang yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional dan memiliki kencenderungan untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan serta ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, pengunaan segala hal yang paling mewah yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Menurut Sumartono (2002), munculnya perilaku konsumtif dikalangan mahasiswa disebabkan oleh dua hal yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri.

Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah kebudayaan, kelas social, kelompok-kelompok social dan referensi serta keluarga.

Berdasarkan uraian diatas, maka factor yang mempengaruhi perilaku konsumtif dapat dibagi atas dua yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Indikator Perilaku Konsumtif

Menurut Sumartono (2002), definisi konsep perilaku konsumtif amatlah variatif, tetapi pada intinya muara dari pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan pokok. Dan secara operasional, indikator perilaku konsumtif yaitu :

1. Membeli produk karena iming-iming hadiah.

Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut.

2. Membeli produk karena kemasannya menarik.

Konsumen mahasiswa sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. Artinya motivasi untuk membeli produk tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus dengan rapi dan menarik.

3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

Konsumen mahasiswa mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya mahasiswa mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya dengan tujuan agar mahasiswa selalu berpenampilan yang dapat

menarik perhatian orang lain. Mahasiswa membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri.

4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya).

Konsumen mahasiswa cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.

5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.

Mahasiswa mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan symbol status agar kelihatan lebih keren dimata orang lain.

6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan.

Mahasiswa cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannnya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya. Mahasiswa juga cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan publik figure produk tersebut.

7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

Mahasiswa sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Cross dan

Cross (dalam Hurlock,1999) juga menambahkan bahwa dengan membeli produk yang mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih percaya diri.

8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).

Mahasiswa akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.

KEPRIBADIAN

Pengertian Kepribadian

Eysenck (dalam Suryabrata, 1998) memberi definisi kepribadian sebagai berikut:

“Personality is the sum total of actual or potential behavior-patterns of the organism as determined by heredirty and environment; it originates and develops through the functional interaction of the three main sectors into which these behavior patterns are the conative sector (character), the affective sector (temperament), and the somatic sector (constution).

Kepribadian adalah totalitas pola perilaku yang nyata atau potensial dari organisme yang ditentukan oleh gen dan lingkungan; kepribadian berasal dan berkembang melalui interaksi fungsional dari tiga sektor utama yaitu sektor konatif (karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatis (konstitusi).

Beberapa tokoh menjelaskan lebih lanjut mengenai kepribadian berdasarkan tipe atau kategori tertentu. Menurut Eysenck (dalam Suryabrata, 1998):

“Type is an observed constellation of syndrome of traits.”

Jadi, tipe lebih luas daripada trait dan mencakup trait sebagai komponennya. Salah satu bentuk pembagian tipe kepribadian adalah tipe kepribadian introvert dan ekstrovert yang dikemukakan oleh Jung.

Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Konsep tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pertama sekali dikemukakan oleh Carl Gustaf Jung. Jung (dalam Suryabrata, 1998) mengungkapkan konsep jiwa sebagai dasar pembagian tipe kepribadian. Konsep sikap jiwa dijelaskan sebagai arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke dalam, dan arah orientasi manusia terhadap dirinya, dapat keluar ataupun ke dalam.

Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe introvert dan manusia yang bertipe ekstrovert.

Jung mendefinisikan tipe kepribadian introvert sebagai berikut :

“Introversion is an attitude of psyche characterized by an orientation toward one’s own thoughts and feeling....when we say people are introver, we mean they are withdrawn and often shy and they tend to focus on themselves” (dalam Schultz dan Schultz, 1993).

Individu tipe kepribadian introvert terutama dipengaruhi oleh dunia subjektifnya, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam : pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan faktor-faktor subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul,

sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain (dalam Suryabrata, 1998).

Tipe kepribadian introvert bertolak belakang dengan tipe kepribadian ekstrovert, dimana Jung mengartikan tipe kepribadian ekstrovert sebagai berikut :

“Extraversion is an attitude of psyche characterized by an orientation toward the external world and other people...Extraverts are more open, sociable, and socially assertive” (dalam Schultz dan Schultz, 1993).

Individu yang tipe kepribadian ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke luar, pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Individu bersikap positif terhadap masyarakatnya; lebih terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar (dalam Suryabrata, 1998).

Jung (dalam Suryabrata, 1998) menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas untuk kedua sikap tersebut, tetapi hanya satu yang dominan dan sadar dalam kepribadiannya, sedangkan yang lain kurang dominan dan tidak sadar. Apabila ego lebih bersifat ekstrovert dalam relasinya dengan dunia maka ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert.

Menurut Jung (dalam Ambarita, 2004) tipe-tipe ini dapat kita jumpai pada semua lapisan masyarakat, baik laki-laki ataupun perempuan, pada orang dewasa ataupun anak-anak. Pendidikan, lingkungan, jenis kelamin atau umur tidak berpengaruh pada terjadinya tipe-tipe ini. Dikatakan juga bahwa dalam satu keluarga kedua tipe ini dapat ditemukan sekaligus. Jadi sikap kedua tipe ini terhadap dunia luar atau

lingkungan sekitarnya bukanlah sikap yang diambil dengan sadar dan sengaja. Sikap yang demikian harus kita anggap mempunyai sebab tak sadar dan instinktif atau lebih tegas lagi dapat dikatakan bahwa tipe ini dalam lapangan ilmu jiwa memiliki dasar biologis (dalam Ambarita, 2004). Jung menganggap sikap manusia terhadap dunia luar itu sebagai suatu soal penyesuaian diri, sebab cara suatu tipe menyesuaikan diri dengan dunia luar akhirnya akan bergantung kepada pembawaan si anak itulah yang pertama-tama akan menentukan ke dalam tipe mana kelak ia masuk. Pembawaan itu pula yang menentukan bagaimana anak itu akan menyesuaikan diri dengan dunia luar.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi tipe kepribadian introvert dan ekstrovert yang diajukan oleh Jung, yaitu suatu bentuk arah orientasi sikap jiwa, ada yang menuju ke luar dirinya (ekstrovert) dan menuju ke dalam dirinya (introvert).

Ciri-Ciri Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Tahun 1962 Isabel Myers meringkas buku tipe psikologi Jung dan bersama ibunya Katharyn Briggs membuat alat tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang bertujuan untuk membuat sebuah psikotes, yang dapat menggolongkan manusia sesuai dengan teori Jung, sekaligus merumuskan teori Jung untuk penggunaan praktis (dalam Ambarita, 2004). Berdasarkan MBTI (dalam Kevin, 1993) dapat diuraikan ciri-ciri tipe kepribadian Jung. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ciri-cirinya adalah :

a. Ekstrovert

1. Senang berbicara

2. Mudah menjalin hubungan dengan orang lain 3. Mudah mengekspresikan perasaan

4. Senang menceritakan pengalaman kepada orang lain 5. Senang melakukan pembicaraan dengan orang lain 6. Aktif dan enerjik

7. Lebih banyak berbicara daripada mendengar

8. Mudah untuk mengekspresikan pendapat tentang suatu hal

9. Senang memberi pendapat secara aktif dari pada hanya memikirkan saja

b. Kepribadian Introvert : 1. Senang berdiam diri 2. Lebih senang berpikir 3. Suka menarik diri

4. Berhenti sejenak jika sedang merasa ragu-ragu

5. Suka mengekpresikan dengan cara lain jika ingin mendeskripsikan sesuatu 6. Sering menahan rasa senang, sedih di dalam hati

7. Menyatakan diri secara perlahan-lahan

8. Lebih memilih menahan ide didalam pikiran sendiri 9. Sering menahan emosi.

Mahasiswa

Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Bila ditinjau dari segi biologis dan perkembangannya mahasiswa termasuk dalam masa remaja akhir.

Lazimnya masa remaja merupakan masa yang dimulai pada saat seorang anak secara seksual menjadi matang dan berakhir sat ia mencapai usia kematangan secara hukum. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1999), secara global seseorang dikatakan memasuki masa remaja saat ia memasuki anatar 12-21 tahun, dimana remaja awal ada pada usia 12-15 tahun, dimana remaja tengah ada pada usia 15-18 tahun, dimana remaja awal ada pada usia 18-22 tahun. Hal senada juga diungkapkan oleh Hurlock (1999) bahwa masa remaja akhir berada pada renatng usia 18/19-22/23 tahun.

Garis pemisah antara remaja awal dengan remaja akhir terletak kira-kira di usia 17 tahun, saat seorang remaja dianggap oleh orangtuanya hamper dewasa dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mendapatkan pelatihan ketenagakerjaan tertentu (Hurlock,1999).

Menurut Winkel (1997), mahasiswa merupakan kelompok usia remaja akhir dan dewasa awal yang meliputi rentang umur 1-18 tahun sampai 24-25 tahun. Rentang umur ini masih dapat dibagi-bagi lagi atas periode 17-18 tahun sampai 21-22 tahun dari semester 1 sampai semester 4 dan periode 21-22 sampai usia 24-25 yaitu mahasiswa semester 5 sampai semester 8. Lebih lanjut, Winkel mengemukakan bahwa mahasiwa yang sedang memasuki masa remaja akhir dan masuk ke masa dewasa awal memiliki ciri-ciri: stabilitas kepribadian yang relative stabil namun belum matang, pandangan yang lebih realistis tentang diri sendiri dan lingkungannya, memiliki kemampuan untuk menghadapi segala macam permasalahan secara lebih matang dan muali berkurangnya gejolak-gejolak perasaannya

Hal senada juga dikemukakan oleh Mappiare (1984) yang menyatakan bahwa mahasiswa memiliki sikap yang relative stabil. Sikap yang relative stabil ini memiliki

arti ia masih mudah untuk dipengaruhi oleh propaganda orang lain, berdasrkan penilain baik-buruk, salah-benar. Lebih lanjut Mappiare (1984) mengatatakan bahwa remaja yang memiliki sikap yang relative stabil tersebut akan berusaha menyesuaikan diri secara pribadi maupun social dengan teman sebaya terutama dalam hal penampilan dan pembelian suatu produk.

Menurut Hurlock (1999), mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya berada diluar rumah bersam-sama dengan teman sebayanya sehingga dengan mudah ia akan terpengaruh oleh sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman-temannya daripada niali-nilai yang dianut oleh orang tuanya . dengan kata lain mereka beranggapan bahwa dengan memakai model suatu produk tertentu mereka akan mudah diterima oleh teman-teman sebayanya atau diterima oleh suatu kelompok social tertentu atau bahkan malah dianggap berasal dari kelompok social ekonomi tertentu.

Lebih lanjut Hurlock (1999) menambahkan bahwa bagi mahasiswa adalah hal yang sangat penting untuk mendapatkan dukungan social, popularitas dll.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rentang usia mahasiswa ada pada usia 18/19-22/23 tahun dan biasanya sedang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sebagi remaja mereka memiliki sikap, pandangan dan kepribadian yang mulai stabil dalam menghadapi dunia disekitarnya. Penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian social yang dipengaruhi oleh sikap teman-teman sebaya dan juga public figure yang mereka idolakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas negeri di Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

Universitas ini terdiri dari 12 Fakultas yang membawahi beberapa jurusan baik program Diploma-3, Diploma-4, Strata-1 (S-1) bahkan program Pasca Sarjana baik Strata-2 (S-2) maupun Strata-3 (S-3). Universitas Sumatera Utara juga menyediakan program pendidikan keprofesian seperti, Dokter Spesialis, Dokter gigi, Apoteker, Notariat, Psikolog, Pengacara.

Berikut daftar Fakultas beserta Program Studi Strata-1 (S-1) yang ada di Universitas Sumatera Utara (www.usu.ac.id):

1. Fakultas Kedokteran (FK)

Fakultas ini membawahi 2 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Ilmu Kedokteran Umum dan S-1 Ilmu Keperawatan.

2. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Fakultas ini membawahi 8 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Biostatistika, S-1 Ilmu gizi, S-1 Epidemiologi, S-1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja, S-1 Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku, S-1 Kesehatan lingkungan, S-1 Kesehatan reproduksi dan S-1 Administarsi dan Kebijakan Kesehatan

3. Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)

Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Kedokteran Gigi

4. Fakultas Sastra (FS)

Fakultas ini membawahi 8 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia, S-1 Bahasa dan Sastra Inggris, S-1 Bahasa dan Sastra Arab, S-1 Bahasa dan Sastra Melayu, S-1 Bahasa dan Sastra Cina, S-1 Bahasa dan Sastra Daerah, S-1 Etnomusikologi dan S-1 Ilmu Sejarah.

5. Fakultas Hukum (FK)

Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Ilmu Hukum.

6. Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik (FISIP)

Fakultas ini membawahi 6 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Administrasi Negara, S-1 Ilmu Komunikasi, S-1 Kesejahteraan Sosial, S-1 Sosiologi, S-1 Antropologi, S-1 Ilmu Politik.

7. Fakultas Pertanian (FP)

Fakultas ini membawahi 11 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Pemuliaan Tanaman, S-1 Teknik Pertanian, S-1 Penyuluhan Pertanian, S-1 Budidaya Pertanian (Agronomi), S-1 Produksi Ternak, S-1 Budidaya Hutan, S-1 Ilmu Tanah, S-1 Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, S-1 Social Ekonomi Pertanian, S-1 Teknik Hasil Pertanian dan S-1 Managemen Hutan.

Fakultas ini membawahi 5 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Matematika, S-1 Fisika, S-1 Kimia, S-1 Komputer dan S-1 Biologi. 9. Fakultas Farmasi (FF)

Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Farmasi.

10. Fakultas Teknik (FT)

Fakultas ini membawahi 7 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Teknik Sipil, S-1 Teknik Mesin, S-1 Teknik Elektro, S-1 Teknik Industri, S-1 Kimia, S-1 Arsitektur dan S-1 Teknik Piranti Lunak. 11. Fakultas Psikologi (F.Psi)

Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Psikologi.

12. Fakultas Ekonomi (FE)

Fakultas ini membawahi 4 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1 Akuntasi, S-1 Managemen, S-1 Ekonomi Pembangunan, S-1 Akuntasi Kelas Ekstension..

Perbedaan Perilaku Konsumtif Individu yang Berkepribadian

Dokumen terkait