• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.5 Kesimpulan

Setelah melakukan proses display data maka peneliti membuat kesimpulan secara singkat, sehingga dapat dibuat kategori – kategori dari mahasiswi perokok yang menjadi informan. Hampir keseluruhan dari informan merokok dengan alasan keinginan mencoba, dan pengaruh dari teman. Pada umumnya mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara memulai konsumsi rokoknya tidak saat berada di bangku kuliah, LP memulainya sejak TK, WN ketika SD, lima informan sejak SMP dan Informan lainnya sejak SMA.

Berdasarkan kebutuhannya terhadap rokok mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara ada yang menggunakan rokok dikisaran jumlah satu hingga dua puluh batang perhari. Peneliti menggolongkannya dalam klasifikasi pengguna biasa dan ada juga yang menggunakan di kisaran dua puluh hingga lima puluh batang perhari dapat diklasifikasikan sebagai pecandu. Jika dikategorikan maka mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara masuk dalam kategori perokok aktif. Artinya dalam satu hari mahasiswi perokok selalu menggunakan rokok.

Alasan yang berbeda membuat mereka memaknai rokok juga berbeda, sehingga berdampak pada penggunaannya juga yang berbeda - beda kuantitasnya. Ada yang berada di level kebutuhan artinya rokok menjadi yang pertama dalam prioritas hidupnya. Informan LP, GH, MH masuk ke dalam golongan pecandu rokok atau ketergantungan pada rokok. Ada juga yang hanya sekadar merokok disaat saat dan jam-jam tertentu saja. Golongan tersebut menempatkan rokok di posisi keempat atau kelima dalam prioritas dengan kebiasaan

merokoknya. Biasanya ia akan berusaha untuk sekadar berdandan dan tampil lebih rapi didepan Signification Other yang dianggapnya sebagai orang yang tidak boleh mengetahui

kebiasaannya tersebut

Sosoknya yang tomboy akan ia tampilkan.

konsumsi sehari – hari. Informan TL,AM, WN, dan SH masuk kedalam golongan penikmat rokok. Artinya kempat informan rokok tersebut tidak ketergantungan kepada rokok. Keempat informan mampu tidak merokok dan menahan dirinya untuk tidak merokok.

Dari segi karakteristik rata – rata informan menggunakan jenis rokok yang hampir sama. Hanya TL yang sedikit berbeda, ia lebih suka jenis rokok menthol yang seperti permen, rasanya manis dan dingin sehingga sensasi yang ditimbulakn juga unik. Secara umum mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara menggunakan jenis rokok Mild,alasannya ringan dan nyaman saat berada dimulut. Selain itu karakteristik yang lain yang bisa ditemukan adalah beberapa mahasiswi perokok ternyata berprilaku tomboi. Informan GH,MH,LP dalam kategori tomboi. Ketiganya tidak suka mempermak dirinya ke salon, mengikuti mode dan umumnya suka menggunakan baju, kemeja hitam dan jeans dengan tampilan apa adanya. Selain itu, ketiga gadis tomboi tersebut, sering menggunakan gaya bahasa yang tidak sopan (pasaran) dan tidak menjaga sikap anggun, serta lebih suka bersikap layaknya laki-laki. Berbeda dengan informan TL, AM, SH, dan WN yang senantiasa tampil cantik dan menarik didepan publik, menyukai mode dan fashion terkini dan menjaga tutur bahasa yang lebih sopan. Perbedaan perilaku ini ada kaitannya dengan tingkat Impression Management yang dimainkan oleh masing –

masing informan.

Meskipun ketujuh informan tersebut mengonsumsi rokok, namun rata –

rata memiliki prestasi yang baik, aktif di kampus maupun di luar kampus, dan kebanyakan memiliki pekerjaan sampingan dan pendapatan sendiri. Tampak hal tersebut juga membuat mereka menjadi lebih mandiri, dan bisa bertahan untuk bisa diterima dilingkungan manapun. Informan yang memiliki prestasi gemilang diantaranya Informan TL, LP, GH masing – masing pernah berprestasi di bidang olahraga, akademik, dan juga kompetisi yang diikuti. Ketiga informan tersebut tidak membantah bahwa rokok merupakan benda yang juga menghantar diriya dapat meraih prestasi tersebut.

Terkhusus informan GH dan LP merupakan seorang yang cukup aktif dibidang sosial, dan politik. Mereka juga cukup aktif dilingkungan kampus. Informan yang cukup aktif dan memiliki pekerjaan sampingan diantaranya TL,LP, MH,WN keempat wanita ini termasuk wanita aktif diluar kampus. Keempat mahasiswi tersebut dapat disebut sebagai Independent women, karena dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, paling tidak keempatnya dapat membiayai konsumsi rokoknya sendiri. Beberapa informan lain AM, SH, termasuk golongan mahasiswi yang tidak terlalu aktif. AM dan SH lebih banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak produktif. Keduanya kompak untuk merokok bersama dan menggunakan uang jajan untuk membeli rokok.

Berkaitan dengan Impression Management hampir keseluruhan informan mendesain dirinya agar citra baik (self image) tetap terjaga di hadapan publik. Pengggunaan Impression Management sendiri tergolong berbeda – beda dari tiap informan. Perbedaan tersebut disebabkan, seberapa penting kerahasiaan itu sendiri untuk disembunyikan. Informan WN adalah kategori pemain drama ulung atau aktor utama dalam pementasan dramanya. Ia mampu menutupi kebiasaan tersebut dari semua orang. Ruang privasi ditutup sangat rapat , membuatnya handal dalam memainkan tiap adegan pertunjukannya. Ia menjadi sangat total beraksi di panggung (stage) kehidupannya. Kategori pemain drama ulung tampak dari penggunaan penampilan (appaereance) dan gaya (manner). WN berusaha keras untuk menjaga penampilannya dengan baik, sehingga ia kelihatan fashionable dan modis di panggung depan (front stage).

Selain itu AM, SH sebagai pemain drama biasa, mereka adalah golongan anak rumahan yang dikungkung oleh peraturan rumah, sehingga tingkat kenakalan yang disebabkan juga tidak terlalu besar. Proses impression management yang dimainkan juga hanya sebatas menjaga agar lingkungan rumah (signification other) tidak mengetahuinya sebagai perokok. Informan TL juga masuk dalam golongan pemain drama biasa, meskipun ia hidup dengan orang tua yang keduanya perokok, namun ia tetap menggunakan

terhadap keluarganya tersebut. Ia melakukannya untuk menjaga nama Impression Management baik keluarga, akibat status anak sulung yang melekat pada dirinya.

LP dan GH adalah golongan pemain drama figuran, Artinya kedua informan tersebut setengah hati untuk memainkan peranananya. Ia tidak mendesain dirinya dengan baik, dan selengkap mungkin agar kebiasaaannya tersebut tidak diketahui oleh siapapun. Seakan – akan ada kerelaan diri, jika suatu saat nanti publik tahu siapa identitas dirinya sebenarnya. Informan LP tampak dalam proses menuju golongan yang telah bosan bermain drama. Tidak menutup kemungkinan mahasiswi yang satu ini dapat bertahan memainkan peranannya karena ia tergolong pemain drama yang buruk.

Hanya informan MH yang tidak menggunakan Impression Management, hal ini disebabkan semua orang telah mengetahui bahwa ia adalah seorang perokok. MH pernah memainkan drama yang sama dengan informan yang lain, namun karena ia merasa bosan dan ingin tampil apa adanya, ia memutuskan untuk mengakhiri kepura – puraan mendesain diri di depan orang banyak. Baginya seluruh segmen kehidupannya, berada pada panggung belakang (back stage), dimana suatu keadaan ia bebas untuk merokok di semua tempat, keadaan, dan siapapun yang melihatnya.

Dokumen terkait