• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan

Selanjutnya hasil penelitian tersebut memberikan inspirasi bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunardiayanto ”Kefektifan Penggunaan Pendekatan Kontekstual Melalui

91Damriani, “Meningkatkan …h.22. 92Ramlawati dan Nurmadinah, ”Penerapan...

Pembelajaran Kooperatif Terhadap Keterampilan Berkomunikasi pada mata Pelajaran Biologi Kelas II SLTP Negeri 4 Palu”. Hasil dari penelitian tersebut adalah Penggunaan pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif yang dalam pengelolaannya menggunakan daur belajar model 4E lebih efektif secara sangat signifikan dibandingkan dengan pendekatan konvensional terhadap kemampuan membuat tabel data dan kemampuan persentasi pada mata pelajaran biologi siswa SLTP Negeri 4 Palu.

R. Rudiyanto dalam penelitiannya yang berjudul” Kurikulum Berbasis Kompetnsi (KBK) Berpendekatan Kontekstual dan Kecakapan Hidup” menyimpulkan bahwa implementasi kurukulum berbasis kompetensi dengan contextual teaching and learning (CTL) mengarah pada upaya meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah untuk mempersiapkan para peserta didik menghadapi tantangan masa depan.93 Penelitian yang dilakukan oleh Rini Prisma Gusti, “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Biologi Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Model Pembelajaran Berbasis gambar (Picture and Picture) Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Kota Padang Panjang”, dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsep kontekstual dengan model pembelajaran berbasis gambar dapat memperbaiki pemahaman siswa pada konsep biologi dan dapat meningkatkan keterampilan sains siswa khususnya keterampilan mengidentifikasi, pemahaman dan analisis gambar. Selain itu diperoleh nilai rata-rata ulangan akhkir siklus yaitu 7,04.94

Dari aspek nilai, penelitian yang dilakukan oleh Sodiq Mahfuz yang berjudul Pembelajaran Kimia Pada Sub Bahan Kajian Pencemaran Lingkungan Yang Terintegrasi dengan Nilai-nilai Agama (studi eksperimen kelas II caturwulan 3 di Madrasah Aliyah Negeri Magelang). Hasil dari penelitian tersebut adalah menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa (konsep, sikap) pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan

93R. Rudiyanto,” Kurikulum....

94Rini Prisma Gusti, “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Biologi Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Model Pembelajaran Berbasis gambar (Picture and Picture) Pada Siswa Klas XI IPA SMA Muhammadiyah Kota Padang Panjang”, Jurnal Guru, No.1 Vol 3, Juli 2006.

dengan kelas kontrol, dan pengembangan sikap antara sebelum dengan sesudah pembelajaran kimia pada sub pokok bahasan pencemaran lingkungan yang terintegrasikan nilai agama pada kelas eksperimen mengalami peningkatan pengembangan sikap yang signifikan. Selain itu juga ditemukan bahwa melalui pembelajaran kimia yang terintegrasi nilai agama, siswa lebih kreatif, berani mengemukakan pendapat dan peduli terhadap isu-isu pencemaran lingkungan yang ada di masyarakat.

Selain itu, Intan Nuridian dalam Skripsinya yang berjudul Pengaruh Integrasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Sikap Siswa Dari penelitian ini diperoleh temuan integrasi nilai-nilai akhlak pada membelajaran kimia berpengaruh positif meningkatkan tiga aspek yang terlibat di dalam sikap seperti kognitif, afektif, dan konatif. Pada aspek kogintif menyadari pentingnya belajar kimia peningkatan rata-rata sebanyak 7,51%. Pada aspek afektif menyenangi kegiatan pembelajaran kimia peningkatan rata-rata sebanyak 11,34%. Pada aspek behavior/konatif terdorong untuk mempelajari kimia lebih lanjut peningkatan rata-rata sebanyak 12,92%, mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT peningkatan rata-rata sebanyak 12,35%, terdorong untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain peningkatan rata-rata sebanyak 11,43%, terdorong untuk menjaga dan melestarikan alam semesta/lingkungan hidup peningkatan sebanyak rata-rata 4,75%.

C. Kerangka Pikir

Pada umumnya, pembelajaran yang diterapkan sebagian besar guru belum dapat memberikan pengaruh dan manfaat langsung bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh guru dan mengeluarkan pengetahuan tersebut pada saat ujian untuk mendapatkan nilai yang tinggi (berorientasi pada aspek kognitif), tanpa mengetahui manfaat dari pengetahuan tersebut. Sehingga pembelajaran berjalan tanpa meninggalkan sesuatu yang berarti bagi diri siswa. Hal tersebut dapat

mengakibatkan pembelajaran yang dialami siswa tidak bermakna dan siswa menjadi sosok yang kurang peka terhadap lingkungan.

Kondisi yang ada di sekolah saat ini umumnya nilai-nilai yang diterapkan dalam materi pembelajaran adalah nilai praktis dan nilai intelektual. Nilai pendidikan, nilai sosial-politik dan nilai religius belum diintegrasikan dalam materi pembelajaran. Pada umumnya pengintegrasian nilai-nilai religi (agama) dan nilai-nilai moral hanya dilakukan oleh guru agama atau pada saat pelajaran agama saja, sementara jam pelajaran yang tersedia untuk pelajaran agama dalam sekolah hanya dua jam tiap minggunya. Kondisi ini didukung dengan guru mata pelajaran lain yang seolah tidak mempunyai beban tugas untuk mengintegrasikan nilai agama dan nilai moral dalam pembelajaran dan mereka sibuk dengan materi dan mata pelajarannya masing-masing. Hal ini mengindikasikan bahwa orientasi pendidikan yang selama ini berlangsung hanya mengedepankan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotor.

Salah satu kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari ilmu kimia adalah siswa menganggap kimia merupakan ilmu yang abstrak dan membosankan karena dirasakan tidak terdapat manfaat langsung dari pelajaran tersebut. Sehingga sangat besar peranan guru dalam menentukan metode pembelajaran kimia yang tidak membosankan siswa dan bersifat konkret yang dikaitkan dengan kehidupan siswa. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya guru mengkaitkan nilai-nilai kehidupan pada pelajaran kimia sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasinya.

Salah satu usaha yang dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan proses belajar yang bermakna pada diri siswa yaitu melalui pemilihan strategi pembelajaran dan pendekatan. Pendekatan yang tepat adalah pendekatan kontekstual, yang dapat mendorong siswa untuk mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat memahami materi bukan semata-mata dari guru, melainkan membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannnya dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari pembelajaran tersebut tidak hanya pada aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek afektif. Apabila apa yang dipelajari oleh siswa dinilai bermanfaat, siswa akan

termotivasi untuk mempelajari lebih lanjut untuk memperoleh pengetahuan sehingga belajar merupakan hal yang menyenangkan dan menantang.

Pendekatan kontekstual yang mengintegrasikan nilai adalah pembelajaran yang menawarkan guru untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari. Pendekatan kontekstual ini akan mempermudah guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai karena guru akan menganalogikan berbagai contoh dalam kehidupan siswa sehari-hari yang dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari siswa. Nilai-nilai yang diintegrasikan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk memadukan dzikir dan pikir pun dengan sendirinya akan tercapai. Dalam hal ini, diharapkan pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Serta berpengaruh positif dalam rangka menanamkan nilai-nilai keimanan dan dapat membentuk serta membina sikap siswa yang berakhlak mulia.

Berdasarkan kerangka pikir di atas, jika guru menerapkan pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual maka hasil belajar siswa akan meningkat yaitu pada aspek kognitif dan afektif serta membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoretis dan kerangka pikir yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif yang nyata pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa

Ha : Terdapat pengaruh positif yang nyata pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat penelitian dilakukan di SMAN 2 Depok, Jalan Gede Raya No. 177 Depok II Timur. Sesuai dengan masalah yang diambil yaitu materi mengenai Sistem Kesetimbangan Kimia yang dipelajari di semester genap, maka penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 - 15 Januari 2009.

B. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 di SMAN 2 Depok. Berdasarkan survei yang telah dilakukan peneliti serta informasi yang disampaikan guru bidang studi kimia SMAN 2 Depok, kelas XI IPA 2 merupakan kelas yang homogen diantara dua kelas lainnya. Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah satu kelas yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Subjek penelitian ini di kelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu 10 siswa kelompok atas, 20 siswa kelompok tengah dan 10 siswa kelompok bawah. Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada nilai mata pelajaran kimia pada semester I dan saran yang diberikan oleh guru kimia kelas XI IPA 2. Adapun rata-rata nilai mata pelajaran kimia kelas XI IPA 2 yaitu 70,12.

C. Metode penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian Pre-Experimental Designs (non designs), yaitu metode penelitian yang desainnya belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh (semu). Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.95

Dalam desain ini, kelompok tidak diambil secara acak juga tidak ada kelompok pembanding tetapi diberi tes awal dan tes akhir serta perlakuan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peneliti dalam mendapatkan kelompok lain sebagai pembanding yang homogen dengan kelompok pada penelitian. Desain

95Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.74.

penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design yang digambarkan sebagai berikut:96

O

1

X O

2

Gambar 1. one group pretest-posttest design Dimana O1 = Nilai Pretest (sebelum pembelajaran)

X = Perlakuan (Treatment)

O2 = Nilai Posttest (setelah pembelajaran)

Dalam desain ini observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum pembelajaran yang disebut pretest dan sesudah pembelajaran yang disebut posttest. Perbedaan antara skor pretest dengan skor posttest diasumsikan sebagai efek dari adanya pembelajaran. Keuntungan menggunakan desain ini adalah pretest memberi landasan untuk membuat komparasi prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah dikenai experimental treatment.97

D. Instrumen penelitian 1. Tes Tertulis

Tes ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual dalam materi kesetimbangan kimia. Kisi-kisi untuk soal dibuat berdasarkan KTSP disesuaikan Standar kompetensi pelajaran kimia kelas XI IPA yaitu Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Penjabaran konsep untuk menjadi butir-butir soal memperhatikan ranah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi konsep (C3) serta analisis (C4). Instrumen tes yang diujikan kepada siswa yaitu sebanyak 20 butir soal pilihan ganda yang dapat dilihat pada lampiran. Kisi-kisi instrumen secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Adapun rekapitulasi kisi-kisi instrumen tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Kognitif

96

Sugiyono, Metode ..., h.74-75

Aspek Kognitif Proporsi No. Indikator C1 C2 C3 C4 % 1. Menjelaskan pengertian kesetimbangan dinamis 2 3 4 3 15

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan. 5,43 13, 23 14,2 2 11 7 35 3. Menjelaskan tetapan kesetimbangan 26 1 5

4. Menghitung harga Kc dan Kp berdasarkan konsentrasi zat dalam kesetimbangan dan menghitung harga Kc berdasarkan Kp atau sebaliknya. 42 31,3 2 33,3 437 6 30

5. Menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan

setimbang untuk menentukan derajat disosiasi dan tetapan kesetimbangan

41,4 4

2 10

6. Menjelaskan kondisi optimum untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang didasarkan pada reaksi kesetimbangan melalui diskusi.

38 1 5

Jumlah 4 6 9 1 20 100

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui aspek afektif pada pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual, dengan menggunakan skala sikap Likert dimana terdiri dari 43 pernyataan terdiri dari 22 pernyataan positif dan 21 pernyataan negatif dengan menggunakan 4 pilihan yaitu: 1) Sangat tidak setuju; 2) tidak setuju; 3) setuju; 4) sangat setuju. Dimana untuk melihat hasil belajar siswa pada aspek afektif diuraikan kedalam kisi-kisi respon sisiwa pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa Peryataan No Indikator pertanyaan

Positif Negatif Jumlah

1. Menyadari pentingnya ilmu kimia 1, 3, 6, 20 8, 4, 35, 36 8 2 Menyenangi kegiatan pembelajaran bernuansa nilai 2, 5, 7, 9, 37 10, 19, 24, 26, 34 10

3 Mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT

11, 41 31, 17 4

4 Menghindari pergaulan yang buruk

12, 15, 25 13, 30, 16 6

5 Terdorong untuk peduli terhadap sesama 14, 18, 21, 22, 23, 32, 33, 38, 39 27, 29, 40, 42, 43, 28 15 3. Observasi

Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dilakukan dalam kelompok, yang sebelumnya telah dikelompokkan menjadi kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok bawah.

Data dari hasil observasi digunakan untuk memperoleh gambaran langsung tentang aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan menggunakan checklist. Aspek-aspek yang diobservasi

dikelompokkan ke dalam kategori baik (B), cukup (C), dan kurang (K). Apabila aspek-aspek yang diobservasi terlihat semua dalam aktifitas kelompok siswa, maka siswa tersebut mendapat kategori baik. Apabila yang terlihat hanya sebagian maka mendapat kategori sedang, dan apabila tidak terlihat sama sekali maka mendapat kategori kurang. Aktifitas siswa yang diobservasi meliputi:

a. Memperhatikan mendengarkan penjelasan guru; b. Berada dalam tugas kelompok;

c. Mengerjakan soal latihan (LKS);

d. Berdiskusi / bertanya antara siswa dengan guru; e. Berdiskusi / bertanya antar siswa;

f. Memperhatikan penjelasan teman; g. Menulis yang relevan dengan KBM.

4. Wawancara Siswa

Wawancara siswa bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kontekstual bernuansa nilai pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. Pedoman wawancara siswa ini meliputi, apakah pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan siswa menyenangkan atau sulit dilakukan, apakah pembelajaran bernuansa nilai dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar, serta mengetahui pengaruh nilai-nilai yang ditanamkan pada diri siswa melalui pembelajaran bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, terdapat beberapa tahapan dalam pengumpulan data agar semua data dapat diperoleh dengan baik dan lengkap. Tahapan pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada standar isi mata pelajaran Kimia SMA kelas XI serta menganalisis materi yang mengandung nilai agama, nilai sosial, dan nilai praktis. Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah kesetimbangan kimia

b. Membuat silabus, rencana pembelajaran, dan skenario pembelajaran. c. Membuat instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data yaitu

berupa tes tertulis dan angket.

d. Menguji validasi dan realibititas instrumen penelitian oleh para ahli dengan cara judgement lalu diuji coba.

e. Memperbanyak instrumen untuk digunakan dalam penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 4 pertemuan. Adapun kegiatan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

a. Pada pertemuan pertama dilakukan pelaksanaan tes awal untuk mengetahui penguasaan konsep kesetimbangan kimia. Guru menerangkan materi kesetimbangan kimia bernuansa nilai dengan menampilkan tayangan fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep kesetimbangan kimia.

b. Pada pertemuan kedua dilakukan kegiatan praktikum mengenai pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap arah pergeseran kesetimbangan. Dalam kegiatan praktikum siswa mengisi LKS yang telah disediakan oleh peneliti. LKS ini berisi tentang prosedur/langkah kerja dan hasil pengamatan selama kegiatan praktikum dengan menggunakan alat dan bahan sederhana. Dalam LKS ini juga dilengkapi pertanyaan yang terkait dengan nilai-nilai sosial, praktis dan

agama. Pada kegiatan praktikum ini, siswa berdiskusi dalam kelompoknya tentang hasil percobaan faktor- faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan kimia serta mempersentasikan hasil diskusi kepada kelompok lain.

c. Pada pertemuan ketiga guru menerangkan konsep Kc dan Kp serta derajat disosiasi serta aplikasi kesetimbangan kimia dalam proses industri.

d. Pada pertemuan keempat siswa dan guru membuat kesimpulan bersama tentang nilai-nilai yang terdapat dalam materi kesetimbangan kimia. Pada pertemuan ini, peneliti melakukan Postes dan menyebarkan angket untuk mengungkap aspek afektif.

3. Tahap Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan data adalah pengolahan data hasil belajar dan angket.

F. Pengolahan data 1. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa yang kurang maka soal itu tidak baik, karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.98

Rumus yang digunakan adalah:99

B A B B A A P P J B J B D= − = − keterangan: D = Daya beda

98Suharsimi, Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. VII, h. 211.

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyak peserta kelompok atas JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Dari hasil penelitian diperoleh indeks daya pembeda yang tertinggi sebesar 45%, sedangkan yang terendah sebesar 0%.

2. Tingkat kesukaran

Kesulitan soal harus seimbang, keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang dan rendah.

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memcahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.100 Rumus yang digunakan adalah:101

dimana , JS B P= P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Dari hasil penelitian diperoleh butir soal yang termasuk dalam kategori mudah sebanyak 15, dan kategori sedang sebanyak 14 dan kategori sangat mudah sebanyak 17.

100Arikunto, Dasar-dasar..., h. 207. 101 Arikunto, Dasar-dasar..., h. 208.

3. Validitas

Validitas berasal dari kata Validity dapat diartikan tepat atau shahih yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.102 Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 22 butir soal yang tidak valid dari 45 butir soal yang diujikan.

4. Reliabilitas

Susan Stainback menyatakan bahwa reliability is often defined as the consistency and stability of data or findings. Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi atau stabilitas data atau temuan. Yaitu suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.103

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya, artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa reliabilitas tes sebesar 0,94.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis data Kuantitatif a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji Liliefors, dengan langkah-langkah sebagai berikut:104

1) Urutkan data sampel dari yang kecil ke besar

2) Hitung nilai Zi dari masing-masing data berikut dengan rumus:105

S X Xi Z = 102Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi..., h. 105. 103Sugiyono, Metode…, h.267-268.

X1 = data

X = rata-rata data tunggal S = Simpangan Baku

3) Dengan mengacu pada tabel distribusi normal baku, tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z, berdasarkan tabel Z ditulis F(Z

Zi) yang mempunyai rumus F(Zi) = 0,5 ± Z

4) Hitung proporsi Z1, Z2,…., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka

S (Zi) = n Z yang Z Z BanyaknyaZ1, 2,..., nt

5) Hitung selisih absolut F(Z) – S(Z), pada masing-masing data

6) Ambil harga Lhitung yang paling besar kemudian dibandingkan dengan nilai Ltabel dari tabel Liliefors.

Kriteria pengujian : Lhitung < Ltabel ; data berdistribusi normal. Lhitung > Ltabel ; data berdistribusi tidak normal.

7) Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas melalui Uji Fisher.

8) Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Lilliefors.

Lo = F (Zi) – S (Zi) Keterangan :

Lo = Harga mutlak terbesar F (Zi) = Peluang angka baku S (Zi) = Proporsi angka baku

9) Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas melalui uji Fisher.

b. Uji Homogenitas

105Sudjana, Metode…, h. 466

Uji homogenitas sebagai uji persyaratan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui apakah data homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas dilakukan setelah data persyaratan normalitas terpenuhi, yakni data dinyatakan berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi 0.05, dengan rumus sebagai berikut:106

F = Varian Terbesar Varian Terkecil

Dengan kriteria : Fhitung Ftabel, maka data homogen.

F

hitung Ftabel, maka data tidak homogen. c. Uji Hipotesis Statistik “t”

Untuk melihat perbedaan hasil tes siswa pada sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan, diadakan uji “t” . Setelah uji prasyarat dilakukan dan data dinyatakan berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis dari penelitian ini digunakan rumus uji-t sebagai berikut:107

t = ) 1 ( ) ( 2 2 − − n n n d d Md Keterangan:

Md = rata-rata dari gain antara tes akhir dan awal

d = gain (selisih) skor tes akhir terhadap tes awal setiap siswa n = jumlah siswa.

Kemudian hasil t-hitung di atas dibandingkan dengan t-tabel pada taraf signifikansi 95% ( = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 1).

Adapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut: jika – ttabel < thitung < ttabel maka tidak berbeda secara signifikan.

jika thitung > ttabel atau thitung < - ttabel maka terdapat perbedaan yang signifikan.

106Sudjana, Metode…,h.467.

2. Analisa Data Kualitatif a. Uji Normal Gain

Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bias

Dokumen terkait