• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. DESKRIPTIF TEORITIK, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

2. Pendekatan Kontekstual

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching and Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan “ yang berhubungan dengan suasana (konteks)”, sehingga CTL dapat diartikan sebagai pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.27

Matthew dan Marica mendeinisikan pendekatan kontekstual sebagai berikut :28

Contextual Teaching and Learning (CTL) is a system for teaching that is grounded in brain research. Brain research indicates that we learn best when we see meaning in new information with our existing knowledge and experinces. Student learn best, according to neuroscience, whn day can connet the content of academic lesson with the context of their own daily lives.

Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.29 Pengetahuan dan

27I Made Sumadi, “Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan

Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas II SLTP Negeri 6 Singaraja, dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 Th.2005, h.5.

28Matthew Clifford dan Marica Wilson, “Contextual Teaching, Profesional Learning, and Student Experiences : Lesson Learned from Implemention”, dari

http:/www.corwinpress.com/booksProdDesc.nav?prodId=Book220765, April 2009. 29Muslich, KTSP ..., h. 40.

keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan ketika ia belajar.

Menurut Elaine B. Johnson, CTL adalah:30

…an educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with context of their personal, social, and cultural circumstance. To achieve this aim, the system encompasses the following eight components: making meaningful conections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic assessment.

CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.

Di samping mempermudah mengkontruksi pengetahuan, pendekatan kontekstual juga dapat mempermudah terbentuknya penghayatan pada aspek afektif seperti pengembangan etika pada diri siswa sehingga akhirnya terjadi perubahan tingkah laku yang bersifat intrinsik dan permanen.31 Sehingga akan tertanam sikap yang berasal dari dalam diri siswa bukan karena keterpaksaan dan akan menjadi suatu kebiasaan yang positif dalam kehidupan sehari-hari.

30

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: MLC, 2007), h.19.

31Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.I, h. 99.

Menurut Ramlawati dan Nurmadinah, Pendekatan pembelajaran kontekstual (contektual teaching and learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, sebagai bakal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.32

The Wasinghton State Consortium menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata.33 Hal ini terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah rill yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan siswa.

Pembelajaran atau pengajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.34

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya

32Ramlawati dan Nurmadinah, “Penerapan..., h. 88. 33Sumadi, “Pengaruh…, h. 5.

dalam kehidupan mereka.35 Dalam CTl, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengetahuan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata serta bagaimana materi pelajaran dapat mewarnai perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL), yaitu dengan cara guru memulai pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa, kemudian diarahkan melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar siswa berfikir, constructivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru, learning community agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereview kembali pengalaman belajarnya, serta authentic assessment agar penilaian yang diberikan menjadi sangat objektif. 36

Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan menemukan arti di dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali pemahaman, pengetahuan dan kemampuannya dalam konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan nyata baik secara mandiri maupun secara kelompok.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah strategi pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari

35Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.255.

36Atit Suryati, “Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa “ dari http://educare.e-fkipunla.net/ Juli 2008.

pengetahuan siswa. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam kehidupannya. CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi yang dipelajari siswa dalam konteks dimana materi tersebut digunakan, serta hubungannya dengan bagaimana siswa belajar.

b. Karakteristik Pendekatan Kontekstual

COR (Center for Occupational Research) dalam Masnur menjabarkan lima konsep pembelajaran kontekstual yang disingkat REACT antara lain :37

1) Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata. Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan.

2) Experiencing adalah belajar dalam dalam ekpolrasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inquiry.

3) Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar dalam penggunaan dan kebutuhan praktis.

4) Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata.

5) Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.

Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus

diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru, siswa dengan siswa maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik.38

Pembelajaran dengan paradigma lama yang dikenal sebagai pendekatan tradisional yang berpijak pada pandangan behaviorisme. Para penganut teori behaviorisme (teori perilaku) berpendapat bahwa sudah cukup bagi siswa untuk mengasosiasikan stimulus-stimulus dan respon-respon dan diberi penguatan bila ia memberikan respon-respon-respon-respon yang benar. Mereka tidak mempersoalkan apakah yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat. Siswa hanya berperan sebagai penerima ilmu pengetahuan dan tidak dirangsang untuk mencari sendiri pengetahuannya. Tugas siswa hanya membaca, mendengarkan, mencatat, dan menghafal tanpa memberikan kontribusi ide proses pembelajaran.

Untuk lebih lengakpnya, perbedaan pendekatan CTL dengan pendekatan tradisional (behaviorisme) pada proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Perbedaan CTL dan Tradisional

39

No. CTL Tradisional

1.

Menyandarkan pada memori spesial (pemahaman makna)

Menyandarkan pada hafalan

2.

Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa

Pemilihan informasi di-tentukan oleh guru

3.

Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

Siswa secara pasif menerima informasi

4.

Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

5.

Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah

Memberikan tumpukan informasi kepada siswa

38Asep Sugiharto, “Hasil Belajar Siswa Dalam Pengguanaan Pendekatan kontekstual Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama” dari http://one.indoskripsi.com/content/

dimiliki siswa sampai saatnya diperlukan

6.

Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang

Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu

7.

Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)

Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual)

8.

Perilaku dibangun atas kesadaran diri

Perilaku dibangun atas kebiasaan

9.

Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman

Keterampilan dikem-bangkan atas dasar latihan

10.

Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor

11.

Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan

Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman

12.

Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik

Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik

13.

Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas

14.

Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan. Nunuk Suryani mengutip Dirjen Dikmenum mengatakan penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dalam kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi sesama teman melalui pembelajaran kooperatif sehingga mengembangkan keterampilan sosial (social skill).40

40Suryani, “Pengaruh …, h. 8.

Pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalam pemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-mata menekankan pada pengetahuan yang bersifat hafalan saja. Siswa harus aktif mencari, menemukan pengetahuan tersebut dengan keterampilan secara mandiri. Beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual antara lain sebagai berikut : 41

1) Pembelajaran berbasis masalah

2) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar

3) Memberikan aktivitas kelompok 4) Membuat aktivitas belajar mandiri

5) Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat 6) Menerapkan penilaian autentik

c. Komponen Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama yaitu : 42

1) Kontruktivisme. Pembelajaran yang berciri kontruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.

2) Bertanya. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru untuk bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa.

3) Menemukan. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh dari siswa sendiri.

41Muslich, KTSP…, h. 50-51. 42Muslich, KTSP…, h.44-47.

4) Masyarakat belajar. Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.

5) Pemodelan. Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran dan keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh tentang. Misalnya cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertonton suatu penampilan. 6) Refleksi. Komponen yang merupakan bagian terpenting dari

pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktifitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. 7) Penilaian autentik. Komponen yang merupakan ciri khusus dari

pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa.

Mansur mengutip pendapat John A. Zahorik dalam Contructvist Teaching mencatat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual. Lima elemen yang dimaksud sebagai berikut :43 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.

2) Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu kemudian memerhatikan detailnya.

3) Pemahaman pengetahuan yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar

43Muslich, KTSP…, h. 52.

mendapat tanggapan (validasi), dan atas dasar tanggapan itu, konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.

4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut.

5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

Dalam CTL, guru berperan dalam memilih, menciptakan, dan menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan seberapa banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal, dan psikologikal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Dalam lingkungan sekitar, siswa menemukan hubungan yang bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan sesuai dengan kerangka pikir yang dimilikinya.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual

Untuk mencapai kompetensi yang di harapkan sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator pada pembelajaran kimia dengan menggunakan CTL, guru melakukan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :44

1) Pendahuluan. Pada kegiatan pendahuluan, guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajarai. Kemudian guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, membagi siswa kedalam berbagai kelompok sesuai dengan jumlah siswa. Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan kegiatan praktikum pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap kesetimbangan kimia. Guru melakukan tanya jawabsekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.

2) Inti. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan berdasarkan kegiatan praktikum pada LKS yang telah tersedia. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya

44Sanjaya, Strategi ..., h.270

masing-masing. Siswa melaporkan hasil diskusi dan setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.

3) Penutup. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil kegiatan praktikum sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai. Secara garis besar, penerapan CTL dalam pembelajaran kimia adalah sebagai berikut :45

1) Guru harus menanamkan pemikiran kepada pesrta didik bahwa belajar akan lebih bermakna dengan bekrja sendiri, menemukan sendiri serta mengkontruksi sendiri dan keterampilan baru.

2) Guru harus mendorong pesrta didik agar sedapat mungkin mereka melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Guru harus mengembangkan sifat dan rasa ingin tahu pesrta didik dengan bertanya.

4) Guru harus menciptakan masyarakat belajar dengan membentuk kelompok-kelompok.

5) Guru harus menghadirkan model untuk digunakan sebagai contoh pembelajaran.

6) Guru harus mendorong pesrta didik agar melakukan refleksi setiap akhir pembelajaran.

7) Guru melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara untuk mengetahui apakah peserta didik memang belajar.

e. Evaluasi Pembelajaran Kontekstual

Adapun evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran kontekstual antara lain :46

1) Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.

45R. Rudiyanto,” Kurikulum Berbasis Kompetnsi (KBK) Berpendekatan Kontekstual dan Kecakapan Hidup” jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, disi Khusus TH.XXXVI. Desember 2003.

langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja yaitu identifikasi semua aspek penting, tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan, usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat diamati dan tidak terlalu banyak. Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati.

2) Penilaian Tes Tertulis

Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis yang digunakan adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda dapat dgunakan untuk kemampuan mengingat dan memahami. Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut yaitu materi, konstruksi, dan bahasa.

3. Pembelajaran Bernuansa Nilai

Dokumen terkait