• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk Sektor otomotif, berdasarkan hasil IIT di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa; Indonesia memiliki tingkat integrasi yang sedang untuk pasar otomotif pada negara Thailand, Singapura dan pasar Dunia, walaupun derajat integrasinya relative rendah. Sedangkan pada hasil RCAB, dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki daya saing untuk produk industri otomotif pada seluruh negara kawasan ASEAN dan Dunia, walaupun untuk negara Philippina dan kawasan dunia cenderung mengalami penurunan dalam daya saing

2. Untuk industri berbahan baku karet, berdasarkan hasil IIT di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pasar industri berbasis karet Indonesia memiliki tingkat integrasi yang sangat rendah pada Negara Vietnam dan Pasar Dunia serta memiliki tingkat Integrasi yang relative tinggi pada Negara Thailand, Malaysia dan Singapura. Sedangkan pada hasil RCAB, Indonesia memiliki daya Saing yang konstan hampir pada seluruh negara kawasan ASEAN dan Dunia, kecuali pada negara Vietnam dan Singapura, Indonesia masih memiliki nilai daya saing walaupun ada kecenderungan melemah.

3.

Untuk sector industri agro based, berdasarkan hasil IIT di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar industri berbasis pertanian Indonesia memiliki tingkat Integrasi yang relatif kecil pada pasar Dunia. Sedangkan pada pasar industri berbasis pertanian negara Thailand tingkat integrasi pasarnya sangat tinggi,

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 86

sedangkan pada negara sisanya di kawasan Asean tingkat integrasinya sangat rendah. Sedangkan berdasarkan hasil RCAB, Indonesia memiliki daya saing pada pada pasar dunia, negara Vietnam, negara Malaysia dan Negara Singapura. Sedangkan pada negara Thailand Indonesia tidak memiliki daya saing, sedangkan pada negara Philippina daya saing Indonesia cenderung melemah. Tingkat integrasi pasar yang tinggi dan nilai RCAB yang rendah untuk pasar industri berbasis pertanian menandakan bahwa negara Indonesia masih sangat bergantung terhadap impor produk industri berbasis pertanian negara Thailand.

4. Berdasarkan hasil analisis model ekonometrika dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

a. Determinan IIT

FDI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IIT pada model yang menjelaskan determinan IIT untuk sector industry berbasis karet dan pertanian, namun hal itu tidak terjadi untuk sector industry automotive.

b. Determinan RCAB

FDI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap RCAB pada model yang menjelaskan determinan IIT untuk sector industry automotive, sector industry berbasis karet dan berbasis pertanian.

5.

Ada dua aspek yang harus dipahami dalam ASEAN. Pertama adalah aspek

ekonomi. Dalam aspek ini, sebagaimana hasil survei dan FGD yang kami lakukan beberapa saat yang lalu, perekonomian menjadi faktor penting dan signifikan dalam membentuk MEA. Persebaran produk perdagangan negara-negara anggota ASEAN juga tidak sepenuhnya terjadi. Dengan kata lain,

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 87

disamping pertimbangan produk-produk yang dihasilkan cenderung monoton, yakni penghasil bahan baku (raw material), ASEAN tepatnya menjadi pemasok bahan baku bagi industri di Asia Timur, tepatnya Korea Selatan, Jepang, dan China.

6.

Krisis Asia 1997/98 telah memberikan justifikasi bahwa disamping kerjasama

ekonomi yang baik, ASEAN membutuhkan persediaan modal yang menopang pembangunan industrinya. Larinya modal ke negara lain menjadikan ASEAN rentan terhadap datangnya berbagai krisis. Di sinilah ASEAN perlu meneruskan kerjasama pertukaran cadangan devisa seperti yang dilakukan dalam mekanisme ASA (ASEAN Swap Arrangement). Namun ketersediaan modal hanya dapat terpenuhi ketika kerjasama dijalin terhadap negara-negara Asia Timur. Oleh karenanya, kesepakatan yang tertuang dalam ASEAN+3 akan lebih memberikan jaminan peningkatan ekonomi kawasan dibandingkan dengan kesepekatan yang bersifat intra-regional Asia Tenggara, khususnya dalam Chiang Mai Initiative (CMI).

7.

Dalam mengatasi Krisis Asia 1997/98, ASEAN tidak mungkin mampu

bergerak sendiri tanpa adanya kerjasama dengan Asia Timur. Secara institusional memang ASEAN menjadi pusat perhatian dan teladan bagi negara-negara di sekitar. Diadopsinya ASA (ASEAN Swap Arrangement) sebagai metode yang akan digunakan dalam merespon Krisis Asia 1997/8 merupakan bukti nyata akan solidnya regionalisme yang dibangun di ASEAN. ASEAN membangun kerangka kerjasama yang murni dan taktis, meski tidak diimbangi dengan pembangunan kapasitas internal (domestik-negara) dengan baik.

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 88

8.

Kedua, aspek politik menjadi faktor yang sangat penting dalam menghadirkan

dan mempertahankan ASEAN. Kepentingan politik terlihat jelas lebih dominan dalam membangun kerjasama di kawasan. Produk-produk politik yang dilahirkan oleh ASEAN menarik perhatian masyarakat di kawasan lain dan menjadi satu-satunya produk di tingkat kawasan yang berpengaruh terhadap keputusan-keputusan internasional yang lain. Sepertihalnya TAC menjadi salah satu rezim yang diminati oleh negara-negara di luar kawasan. Apalagi dari pengalaman krisis finansial global, ASEAN menjadi salah satu kawasan yang dianggap tahan terhadap krisis.

9.

Secara politik, ASEAN memberikan landasan institusional terhadap Asia

Timur. Dalam berbagai bentuk kerjasama ekonomi kawasan, negara-negara yang tergabung di dalamnya menggunakan institusi yang telah ada di ASEAN untuk melangsungkan kebijakan. Asia Timur terlihat cukup tergantung dengan ASEAN baik itu dalam konteks ekonomi ataupun institusional. Dengan tergabung dengan Asia Timur pula, kinerja politik dan ekonomi kawasan terlihat lebih kuat dibandingkan dengan regionalisme yang melibatkan negara-negara Asia Tenggara saja. Membangun kerjasama ASEAN-Asia Timur adalah strategi geopolitik terbaik dalam hubungannya terhadap negara-negara ekstra-regional.

10.

Namun yang terpenting perlu digarisbawahi adalah berbagai perkembangan

tentang arsitektur regional di Asia, ASEAN tetap menjadi posisi sentral (centrality). Hal ini sesuai dengan prinsip sentralitas ASEAN yang mengutamakan ASEAN sebagai prioritas utama dalam proses regionalisme di

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 89

Asia. Artinya, ASEAN menjadi domain utama dengan menggunakan cara-cara dan domain-domain yang selama ini telah ada.

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 90

Dokumen terkait