• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ATAS 12 SEKTOR PRIORITAS INTEGRASI ASEAN 2012 (AUTOMOTIVES, RUBBER BASED PRODUCTS, AGRO BASED PRODUCTS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN ATAS 12 SEKTOR PRIORITAS INTEGRASI ASEAN 2012 (AUTOMOTIVES, RUBBER BASED PRODUCTS, AGRO BASED PRODUCTS)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ATAS 12 SEKTOR PRIORITAS INTEGRASI

ASEAN 2012 (

PRODUCTS, AGRO BASED PRODUCTS

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BADAN PENELITIAN DAN

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

KAJIAN ATAS 12 SEKTOR PRIORITAS INTEGRASI

ASEAN 2012 (AUTOMOTIVES, RUBBER BASED

PRODUCTS, AGRO BASED PRODUCTS

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

2010

KAJIAN ATAS 12 SEKTOR PRIORITAS INTEGRASI

AUTOMOTIVES, RUBBER BASED

PRODUCTS, AGRO BASED PRODUCTS

)

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PENGEMBANGAN PERDAGANGAN

(2)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based Products,

Agro Based Products) viii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN EKSEKUTIF ... i

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR GRAFIK ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Permasalahan... 7 1.3. Ruang Lingkup ... 7 1.4. Tujuan Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 9

2.1. Konsep Daya Saing... 9

2.2. Keunggulan Komparatif... 10

2.3. Penelitian Sebelumnya... 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

3.1. Data dan Pengumpulan Data... 27

3.2. Revealed Comparative Advantage (RCA)…... 28

3.3. Revealed Comparative Advantage Bilateral (RCAB)…... 30

3.4. Perdagangan Intra-Industry Trade (IIT)... 31

3.5. Metode Pengukuran Intra-Industri Trade Grubel and Lloyd………... 34

3.6. Model Data Panel... 35

3.7. Analisis Deskriptif... 44

(3)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based Products,

Agro Based Products) ix

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Analisis Perhitungan IIT dan RCAB... 47 4.2. Analisis Hubungan IIT dan RCAB ……... 55 4.3. Analisa Model Ekonometrika... 58

a. Analisa Model Intra Industry Trade (IIT)... 58

b. Analisa Model Revealed Comparative Advantage Bilateral (RCAB)……… 62

4.4. Hasil Survey Dalam Negeri dan Focus Group Discussion (FGD)... 67

4.5. Hasil Survey Luar Negeri………..………... 74

4.6. Aspek Ekonomi Politik Internasional MEA...………... 80

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 85

5.1. Kesimpulan ... 85

5.2. Rekomendasi ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(4)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based Products,

Agro Based Products) x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Negara Anggota ASEAN ... 19

Tabel 2. Beberapa Indikator Pasar Ekonomi ASEAN ... 20

Tabel 3. Perhitungan IIT Indonesia untuk Sektor Otomotif terhadap Negara-negara Kawasan ASEAN dan Dunia ... 47

Tabel 4. Perhitungan RCAB Indonesia untuk Sektor Otomotif terhadap Negara-negara Kawasan ASEAN dan Dunia ... 48

Tabel 5. Perhitungan IIT Indonesia untuk Sektor Berbasis Karet terhadap Negara-negara Kawasan ASEAN dan Dunia ... 50

Tabel 6. Perhitungan RCAB Indonesia untuk Sektor Berbasis Karet terhadap Negara-negara Kawasan ASEAN dan Dunia ... 51

Tabel 7. Perhitungan IIT Indonesia untuk Sektor Berbasis Pertanian terhadap Negara-negara Kawasan ASEAN dan Dunia ... 53

Tabel 8. Perhitungan RCAB Indonesia untuk Sektor Berbasis Pertanian terhadap Negara-negara Kawasan ASEAN dan Dunia ... 53

Tabel 9 . Analisa Model IIT untuk Sektor Industri Automotif.. ... 60

Tabel 10. Analisa Model IIT untuk Sektor Industri Berbasis Karet ... 60

Tabel 11. Analisa Model IIT untuk Sektor Industri Berbasis Pertanian ... 61

Tabel 12. Analisa Model RCAB untuk Sektor Industri Automotif ... 64

Tabel 13. Analisa Model RCAB untuk Sektor Industri Berbasis Karet ... 65

Tabel 14. Analisa Model RCAB untuk Sektor Industri Berbasis Pertanian ... 66

Tabel 15. Aspek Ekonomi Politik Internasional Masyarakat Ekonomi ASEAN Bagi Indonesia ... 81

(5)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based Products,

Agro Based Products) xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian ... 46

Gambar 2. ASEAN In The Global Landscape ... 84

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Hubungan IIT dengan RCAB untuk Industri Automotif... 55

Grafik 2. Hubungan IIT dengan RCAB untuk Industri Berbasis Karet... 56

Grafik 3. Hubungan IIT dengan RCAB untuk Industri Berbasis Pertanian... 57

Grafik 4. Struktur Perdagangan Indonesia di Asia Tenggara berdasarkan

Responden... ...

67

Grafik 5. Kesiapan Fasilitas Perdagangan. ………... 70

Grafik 6. Peluang dan Ancaman ... 72 Grafik 7. Kekuatan dan Kekurangan ... 74

(6)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) i

RINGKASAN EKSKUTIF

LATAR BELAKANG

Integrasi ekonomi di ASEAN tak terhindarkan bahkan menjadi penting mengingat ASEAN memperoleh kesempatan untuk meningkatkan dan mempertahankan daya saing internasionalnya. Daya saing internasional ini terbangun dengan baik melalui kerjasama antara dengan ASEAN untuk menciptakan pasar yang terintegrasi, basis produksi bersama, dan pengembangan ekonomi yang berkeadilan

Integrasi ekonomi ASEAN telah disepakati oleh kepala negara anggota agar komunitas ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community-AEC) dapat terbentuk tahun 2020 (deklarasi Bali Concord II 9 Oktober 2002 dan bahkan dipercepat tahun 2015 pada pertemuan Manila tahun 2006). AEC sendiri merupakan kebijakan untuk meningkatkan akses pasar barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja antar sesama anggota ASEAN. Dimana tujuan akhirnya adalah integrasi industri sesama negara ASEAN, sebagai persiapan menuju satu kesatuan ekonomi. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia telah siap menghadapi AEC tersebut? bagaimanakah posisi Indonesia di ASEAN dan bagaimana seandainya ASEAN tidak pernah ada?.

Sektor automotives, rubber based products dan agro based products merupakan salah satu sektor penggerak utama perekonomian ASEAN. Hal ini ditunjukkan oleh pangsa ekspor automotives intra-ASEAN dari total ekspor ASEAN selama 2008 sebesar 3,5%; rubber based products (3,8%) sedangkan agro based products memiliki pangsa sebesar 4,5% pada tahun 2008 (ASEAN Trade Database, 2009). Indonesia memiliki pangsa ekspor di Intra-ASEAN untuk sektor

automotives sebesar 10,7% pada tahun 2008, rubber based products (2,7%), agro based products (0,5%). Sedangkan ekspor di extra-ASEAN, Indonesia memiliki

peran sebesar 13,2% pada tahun 2008 untuk sektor agro based products, sedangkan untuk rubber based products dan automotives masing-masing memiliki pangsa sebesar 4,5%. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa Indonesia hanya memiliki 2 (dua) sektor dalam produk perdagangan utama ASEAN.

(7)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) ii

Kondisi liberal perdagangan dunia tersebut akan menuntut peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar global. Kemampuan bersaing produk Indonesia harus dipahami keterkaitannya dengan sektor hulu dan hilir serta perlu dirumuskan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dengan melakukan komparasi terhadap industri negara-negara lain.

Sektor Otomotif

Berdasarkan hasil analisa IIT diketahui bahwa Indonesia memiliki tingkat integrasi yang sedang untuk pasar otomotif pada negara Thailand, Singapura dan pasar Dunia, walaupun derajat integrasinya relative rendah. Sedangkan pada hasil RCAB, dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki daya saing untuk produk industri otomotif pada seluruh negara kawasan ASEAN dan Dunia, walaupun untuk negara Philippina dan kawasan dunia cenderung mengalami penurunan dalam daya saing.

Sektor industri berbasis Karet

Berdasarkan hasil analisa IIT diketahui bahwa pasar industri berbasis karet Indonesia memiliki tingkat integrasi yang sangat rendah pada Negara Vietnam dan Pasar Dunia serta memiliki tingkat Integrasi yang relative tinggi pada Negara Thailand, Malaysia dan Singapura. Sedangkan pada hasil RCAB, Indonesia memiliki daya Saing yang konstan hampir pada seluruh negara kawasan ASEAN dan Dunia, kecuali pada negara Vietnam dan Singapura, Indonesia masih memiliki nilai daya saing walaupun ada kecenderungan melemah.

Sektor industri berbasis Pertanian

Berdasarkan hasil analisa IIT diketahui bahwa pasar industri berbasis pertanian Indonesia memiliki tingkat Integrasi yang relatif kecil pada pasar Dunia. Sedangkan pada pasar industri berbasis pertanian negara Thailand tingkat integrasi pasarnya sangat tinggi, sedangkan pada negara sisanya di kawasan Asean tingkat integrasinya sangat rendah. Sedangkan berdasarkan hasil RCAB, Indonesia memiliki daya saing pada pada pasar dunia, negara Vietnam, negara Malaysia dan Negara Singapura. Sedangkan pada negara Thailand Indonesia tidak memiliki daya saing, sedangkan pada negara Philippina daya saing Indonesia cenderung melemah. Tingkat integrasi pasar yang tinggi dan nilai RCAB yang rendah untuk pasar industri berbasis pertanian menandakan bahwa negara Indonesia masih

(8)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) iii

sangat bergantung terhadap impor produk industri berbasis pertanian negara Thailand.

Determinan Intra Industri Trade

FDI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IIT pada model yang menjelaskan determinan IIT untuk sektor industri berbasis karet dan pertanian, namun hal itu tidak terjadi untuk sektor industri automotive.

Determinan Revealed Comparative Advantage Bilateral

FDI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap RCAB pada model yang menjelaskan determinan IIT untuk sektor industri automotive, sektor industri berbasis karet dan berbasis pertanian.

Aspek Ekonomi Politik Internasional MEA

Keikutsertaan Indonesia dalam MEA sudah dalam posisi point of no return. Artinya, tidak ada kata lain bagi Indonesia untuk mundur, Indonesia harus terus maju untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia. Tabel 3 di bawah ini merupakan ringkasan aspek ekonomi politik MEA berdasarkan tingkat/level yang berbeda, definisi dan keuntungan yang akan diraih Indonesia. MEA ini disusun agar menguntungkan setiap negara anggota. Dalam tulisan ini keuntungan tersebut terbagi dalam tiga tingkat: (1) tingkat domestik; (2) tingkat regional bahwa ASEAN sebagai sebuah kawasan; (3) tingkat internasional bahwa ASEAN memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap kawasan lain.

Pertama, tingkat domestik. Pada tingkat domestik ini yang dimaksud khususnya adalah keuntungan yang akan dienyam oleh setiap negara anggota ASEAN. Dalam konteks ini adalah keuntungan yang akan didapat Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memutuskan bahwa ASEAN sebagai driving seat dalam memperjuangkan politik luar negeri Indonesia. Artinya, ASEAN menjadi fokus utama perjuangan kepentingan nasional Indonesia dan digunakan sebagai wahana untuk mewujudkan national interests Indonesia pada fora yang lain baik di kawasan Asia maupun internasional.

Selain itu, keterlibatan Indonesia dalam MEA merupakan wujud politik luar negari. Melalui politik luar negeri ini Indonesia berusaha berhubungan baik dengan sebanyak mungkin negara tanpa berkeinginan menciptakan musuh. Oleh karena

(9)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) iv

dengan keterlibatan di MEA akan mempermudah politik luar negeri Indonesia itu dilaksanakan.

Dari sisi domestik ini yang tidak kalah penting adalah mobilisasi sumber daya. Dengan keterlibatan Indonesia dalam mewujudkan MEA, berarti sumber sumber daya yang mungkin dikumpulkan atau dikerahkan akan dimobilisasi. Tidak hanya sumber daya yang berupa kekayaan alam, tetapi juga yang lebih penting adalah sumber daya manusia terutama manusia-manusia terampil dan berintelektual tinggi. Bukan itu saja. Mobilisasi ini juga meliputi jejaring produksi yang dimiliki di dalam negeri.

Kedua, pada tingkat regional ASEAN. Manfaat yang akan didapat dengan keterlibatan dalam MEA dilihat dari tingkat regional ASEAN salah satunya adalah mengurangi kesenjangan (gap) antar sesama anggota ASEAN. Disamping itu, negara-negara anggota yang tergabung akan semakin menunjukkan tingkat kohesifitas kawasan secara politik. Semakin kohesif secara politik akan berpengaruh pada kesepakatan-kesepakatan lain yang cenderung akan lebih mudah dicapai.

Hal yang tidak kalah penting pada tingkat regional ini adalah keterlibatan dalam MEA akan meningkatkan kepatuhan para anggota ASEAN, termasuk Indonesia, terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh ASEAN sendiri. Semakin patuh atau comply atas aturan yang telah disepakati bersama maka akan memudahkan pula mengontrol pelaksanaannya. Pada akhirnya itu semua akan memudahkan penyelesaian apabila suatu masalah terjadi. Apalagi telah ada suatu mekanisme penyelesaian masalah (dispute settlement mechanism) yang disepakati bersama.

Ketiga, pada tingkat internasional. Integrasi ekonomi ASEAN akan meningkatkan daya tawar leverage ASEAN sebagai satu entitas kawasan terhadap kawasan maupun negara lain. Akan menjadi lebih mudah dan kuat bila satu regional ASEAN bersatu dengan demikian semakin diperhitungkan oleh kawasan dalam melakukan negosiasi.

Sebagai ilustrasi, hubungan ASEAN dengan Uni Eropa (European Union, EU) selama ini belum menghasilkan hal yang produktif bagi kedua pihak. Moeller (2007) berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh tidak adanya kerangka kerja

(10)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) v

formal yang terinstitusionalisasi dalam hubungan kedua kawasan sehingga arus perdagangan dan investasi berjalan lambat. Selain itu ia menambahkan bahwa masih adanya ketiadaan rasa saling percaya di antara kedua aktor ini. Oleh karena itu, dengan terintegrasinya ASEAN dalam MEA dapat menjadi modal signifikan bagi hubungan yang lebih substantif tidak hanya dengan EU tetapi juga dengan India dan Cina maupun dengan kawasan-kawasan yang lain.

REKOMENDASI

Aspek Ekonomi

Untuk meningkatkan keterkaitan industri dan daya saing Indonesia dalam menyambut pelaksanaan AEC adalah sebagai berikut:

• Peningkatan fasilitas perdagangan khususnya transparansi prosedur

perdagangan.

• Perbaikan prosedur perijinan dan stabilitasi harga bahan baku untuk

meningkatakan peluang Indonesia bersaing di pasar Internasional

• Dibentuk suatu lembaga sebagai ujung tombak dalam perumusan dan

pelaksanaan langkah-langkah untuk meningkatkan pelayanan publik

(pemerintahan) dan memfasilitasi kegiatan usaha sektor swasta sehingga kegiatan bisnis dan perdangangan di Indonesia menjadi mudah.

Aspek Ekonomi Politik Tingkat Domestik

• Meningkatkan konsolidasi kelembagaan, penataan struktural kelembagaan

yang bertindak sebagai focal points/leading sektors utama antara lain

Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Keuangan dan BKPM

• Meningkatkan koordinasi antara lembaga, menyusun mekanisme pengambilan

kebijakan luar negeri (foreign policy decision making)

Deregulasi peraturan untuk menjamin compliance dengan aturan AEC dan memastikan aturan tersebut dilaksanakan

• Memperjuangkan kepentingan riil rakyat: masalah TKI, industri berbasis sumber daya alam, industri ekstraktif

(11)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) vi

Menggalakkan total diplomacy: first track, second track, dan two and half

track

Tingkat Regional

• Meningkatkan peran kepemimpinan yang lebih asertif di regional ASEAN, lebih aktif untuk hadir dan terlibat mengarahkan agenda-agenda strategis

Mengimplementasikan total diplomacy dalam setiap kesempatan Tingkat Internasional

• Meningkatkan peran kepemimpinan Indonesia di ASEAN Summit Memaksimalkan keikutsertaan di forum-forum multilateral internasional seperti G20, APEC dan lain-lain.

(12)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) vii

KATA PENGANTAR

Penyusunan laporan akhir dengan judul “Kajian Atas 12 Sektor Prioritas

Integrasi ASEAN 2012 (Automotives, Rubber Based Products, Agro Based Products)” merupakan salah satu kajian di Puslitbang Perdagangan Luar Negeri

pada tahun anggaran 2010.

Adapun tujuan penyusunan kajian ini untuk menganalisis dampak liberalisasi antara sesama negara ASEAN terhadap kinerja keterkaitan industri Automotives,

Rubber based product, Agro based di Indonesia serta terhadap peta daya saing

industri prioritas Automotives, Rubber based product, Agro based di Indonesia, menganalisis kesiapan fasilitas perdagangan untuk sektor prioritas Automotives,

Rubber based product, dan Agro based serta merumuskan usulan kebijakan dari

sektor prioritas di atas dalam persiapan pelaksanaan AEC.

Dengan selesainya penyusunan kajian ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung proses pengumpulan data, informasi dan pemikiran yang berkaitan dengan kajian ini.

Demi sempurnanya kajian ini, kami sangat terbuka menerima masukan-masukan dan saran-saran karena kami menyadari bahwa laporan ini masih perlu penyempurnaan.

Akhir kata semoga laporan “Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi

ASEAN 2012 (Automotives, Rubber Based Products, Agro Based Products)” ini

bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Desember 2010

(13)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perubahan-perubahan global yang disebabkan oleh meningkatnya 4-I (industri, investasi, informasi, dan individu) dalam interaksi masyarakat menyebabkan dunia yang tersekat batas teritori menjadi semakin terkoneksi tanpa batasan (bordereless) (Ohmae, 2002: 3). Interkoneksitas ruang dan waktu dalam masyarakat melahirkan sejumlah kebutuhan untuk saling bekerjasama serta berinteraksi meskipun melampaui batas-batas territorial negara. Interdependensi menjadi hal pokok pada masyarakat, terutama dalam lingkup regional sebagai upaya untuk menghadapi beragam macam tantangan dalam globalisasi.

Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses di mana semakin banyak negara yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi global (Tambunan, 2004). Sehingga, hubungan suatu negara dengan negara lainnya menjadi semakin terbuka. Hal ini telah meningkatkan hubungan saling ketergantungan ekonomi sekaligus persaingan antar negara, baik dalam perdagangan, investasi, maupun keuangan. Ada beberapa faktor pendorong globalisasi ekonomi, yaitu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kenaikan pendapatan rata-rata masyarakat dunia, dan peningkatan kepadatan penduduk dunia. Selain itu, yang merupakan faktor pendorong utama adalah liberalisasi perdagangan dan keuangan dunia (Tambunan, 2004).

Liberalisasi perdagangan dunia ditandai dengan semakin cepatnya aliran barang dan jasa antarnegara serta semakin berkembangnya sistem inovasi teknologi informasi, perdagangan, reformasi politik, transnasionalisasi sistem

(14)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 2

keuangan, dan investasi. Indonesia mengikuti arus perdagangan bebas internasional dengan menandatangani General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang menghasilkan pembentukan World Trade Organization (WTO) dan deklarasi Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) tentang sistem perdagangan bebas dan investasi yang berlaku penuh pada tahun 2010 untuk negara maju dan tahun 2020 bagi negara berkembang. Tidak kalah pentingnya, Indonesia bersama-sama negara di lingkungan ASEAN lainnya telah sepakat membentuk perdagangan bebas ASEAN, yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang sudah mulai diberlakukan pada tahun 2002.

Kenyataan bahwa ASEAN tumbuh menjadi perkumpulan negara-negara di Asia Tenggara yang melahirkan kawasan yang aman, relatif tidak diwarnai konflik kawasan maupun bilateral yang berarti, hingga berkembang menjadi kawasan ekonomi yang maju pesat, merupakan prestasi yang harus diakui. Kondisi yang kondusif ini hampir sulit dijumpai di kawasan lain yang terus bergejolak, terutama di kawasan Timur-Tengah dan Afrika.

ASEAN telah bertransformasi dari sebuah perkumpulan negara-negara kawasan Asia Tenggara dalam rangka membendung pengaruh komunisme pada akhir 1960-an menuju sebuah kawasan yang lebih terintegrasi: sebuah masyarakat ASEAN (ASEAN Community) dari sisi politik, ekonomi dan sosio-kultural pada tahun 2015 mendatang. Penelitian ini membahas arti penting kehadiran ASEAN yang berkontribusi kepada kemajuan di kawasan Asia Tenggara, bahkan Asia secara keseluruhan.

Integrasi ekonomi di ASEAN tak terhindarkan bahkan menjadi penting mengingat ASEAN memperoleh kesempatan untuk meningkatkan dan

(15)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 3

mempertahankan daya saing internasionalnya. Daya saing internasional ini terbangun dengan baik melalui kerjasama antara dengan ASEAN untuk menciptakan pasar yang terintegrasi, basis produksi bersama, dan pengembangan ekonomi yang berkeadilan

ASEAN sebagai bentuk kerjasama regional negara-negara di Asia Tenggara merupakan salah satu bagian dari regionalisme yang mencoba menjawab tantangan-tantangan global dewasa ini. Integrasi ASEAN merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dan diimplementasikan secara bertahap. Integrasi ekonomi ASEAN telah disepakati oleh kepala negara anggota agar komunitas ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community-AEC) dapat terbentuk tahun 2020 (deklarasi Bali Concord II 9 Oktober 2002 dan bahkan dipercepat tahun 2015 pada pertemuan Manila tahun 2006). AEC sendiri merupakan kebijakan untuk meningkatkan akses pasar barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja antar sesama anggota ASEAN. Dimana tujuan akhirnya adalah integrasi industri sesama negara ASEAN, sebagai persiapan menuju satu kesatuan ekonomi.

Perwujudan AEC tahun 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di dunia, Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan menjadi potensi yang sangat besar bagi Indonesia menjadi ekonomi yang produktif dan dinamis. Integrasi ekonomi dalam mewujudkan AEC 2015 dapat melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan efisensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di kawasan terutama bagi Indonesia. Namun, apakah liberalisasi ASEAN selama ini

(16)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 4

telah meningkatkan daya saing dan keterkaitan industri antara Indonesia dengan negara ASEAN masih harus diteliti lebih lanjut.

Dalam perkembangannnya, para kepala negara ASEAN tahun 2004 juga telah menandatangai The ASEAN Framework Agreement for the Integration of Priority

Sectors yang mencakup 12 ( duabelas) sektor prioritas yaitu : 1). Wood based products, 2). Automotives, 3). Rubber based products, 4). Textile and apparels, 5). Agro based products, 6). Fisheries, 7). Electronics, 8). E-ASEAN, 9). Healthcare,

10). Air travel, 11). Tourism dan 12). jasa logistik. Selain itu, kepala para kepala negara juga sepakat untuk mengembangakan ASEAN Economic Community Blueprint yang merupakan panduan terwujudnya AEC. Dimana blueprint tersebut memiliki empat (4) kerangka utama yang ingin dicapai dengan target waktu hingga tahun 2015, kerangka tersebut adalah single market and production base ( ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional); competitive economic

region (ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi); equitable economic development (ASEAN sebagai kawasan dengan perkembangan

ekonomi yang merata); serta full integration into global economy (ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi penuh dengan perekonomian global. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia telah siap menghadapi AEC tersebut? bagaimanakah posisi Indonesia di ASEAN dan bagaimana seandainya ASEAN tidak pernah ada?.

Berdasarkan data WITS (2008) yang diolah, negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Singapur, Malaysia dan Thailand dengan masing-masing pangsanya sebesar 47,3%, 23,7% dan 13,5%. Ketiga negara tersebut selain merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia, juga sebagai negara pemasok

(17)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 5

terbesar ke Indonesia dengan masing-masing pangsa mencapai 53,2%, 21,8% dan 15,5% di tahun 2008.

Sektor automotives, rubber based products dan agro based products merupakan salah satu sektor penggerak utama perekonomian ASEAN. Hal ini ditunjukkan oleh pangsa ekspor automotives intra-ASEAN dari total ekspor ASEAN selama 2008 sebesar 3,5%; rubber based products (3,8%) sedangkan agro based products memiliki pangsa sebesar 4,5% pada tahun 2008 (ASEAN Trade Database, 2009). Indonesia memiliki pangsa ekspor di Intra-ASEAN untuk sektor

automotives sebesar 10,7% pada tahun 2008, rubber based products (2,7%),

sedangkan untuk agro based products pangsa Indonesia hanya sebesar 0,5%. Sedangkan ekspor di extra-ASEAN, Indonesia memiliki peran sebesar 13,2% pada tahun 2008 untuk sektor agro based products, sedangkan untuk rubber based

products dan automotives masing-masing memiliki pangsa sebesar 4,5%.

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa Indonesia hanya memiliki 2 (dua) sektor dalam produk perdagangan utama ASEAN.

Kondisi liberal perdagangan dunia tersebut akan menuntut peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar global. Kemampuan bersaing produk Indonesia harus dipahami keterkaitannya dengan sektor hulu dan hilir serta perlu dirumuskan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dengan melakukan komparasi terhadap industri negara-negara lain.

Posisi Indonesia dalam kesepakatan perdagangan bebas dunia relatif kurang menguntungkan. Seiring dengan semakin liberalnya perdagangan dunia, Indonesia harus meningkatkan kemampuan bersaingnya di pasar global. Pasar global dapat bermakna pasar internasional di negara lain dan pasar dalam negeri yang sudah

(18)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 6

semakin dipenuhi dengan produk impor. Melihat kondisi perekonomian Indonesia dikhawatirkan dampak globalisasi akan memberi dampak negatif bagi Indonesia, terutama kalau Indonesia tidak mampu menjadi pemasok bagi kebutuhan produk vital.

Oleh karena itu, guna mengantisipasi persaingan perdagangan dengan produk negara anggota ASEAN lainnya dan memberikan kontribusi sebagai kajian ekonomi politik internasional MEA bagi Indonesia maka dilakukan Kajian Atas 12

Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based Products, Agro Based Products). Kajian ini diharapkan dapat menyusun peta produk-produk mana

yang memiliki daya saing dalam menghadapi integrasi ASEAN khususnya ketiga sektor tersebut serta dapat memberikan data dan informasi bagi pelaku usaha untuk meningkatkan ekspornya. Selain itu pembahasan yang akan dilakukan tidak hanya semata-mata membahas aspek ekonomi/pasar namun juga signifikannya faktor politik dan hubungan internasional merupakan salah satu keunggulan dari penelitian ini. Dengan demikian, analisa ini akan melengkapi literatur yang telah ada.

(19)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 7

1.2. Permasalahan

Permasalahan yang akan diangkat dalam kajian ini adalah:

1. Bagaimana dampak integrasi antara sesama negara ASEAN terhadap kinerja

keterkaitan industri Automotives, Rubber based product, Agro based di Indonesia?

2. Bagaimana dampak liberalisasi antara sesama negara ASEAN terhadap peta

daya saing industri Automotives, Rubber based product, Agro based di Indonesia?

3. Bagaimana kesiapan fasilitas perdagangan untuk sektor prioritas Automotives,

Rubber based product, dan Agro based?

4. Bagaimana rumusan kebijakan dari sektor prioritas di atas dalam persiapan

pelaksanaan AEC?

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian ini adalah sektor Automotives, Rubber based product,

Agro based products di masing-masing negara ASEAN, yaitu Indonesia,

Malaysia, Singapur, Philipina, Vietnam dan Thailand. Sektor yang dimaksud adalah klasifikasi Harmonized System (HS) 6 digit. Adapun periode yang digunakan adalah tahun 2004-2008. Periode tersebut merupakan periode terkini terkait dengan ketersediaan data.

(20)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 8

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis dampak liberalisasi antara sesama negara ASEAN terhadap

kinerja keterkaitan industri Automotives, Rubber based product, Agro based di Indonesia;

2. Menganalisis dampak liberalisasi antara sesame negara ASEAN terhadap peta

daya saing industri prioritas Automotives, Rubber based product, Agro based di Indonesia;

3. Menganalisis kesiapan fasilitas perdagangan untuk sektor prioritas

Automotives, Rubber based product, dan Agro based;

4. Merumuskan usulan kebijakan dari sektor prioritas di atas dalam persiapan

(21)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Daya Saing

Daya Saing adalah kemampuan suatu komoditas untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen. Tambunan (2003) melihat keunggulan daya saing, dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan yang bersifat alamiah (keunggulan komparatif) dan keunggulan yang dikembangkan (keunggulan kompetitif).

Daya saing menggambarkan kemampuan bersaing di masa lalu, masa kini, dan dapat diproyeksikan ke masa depan. Daya saing bersifat dinamis dan akan mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu bergantung pada tingkat kompetisi, perubahan perilaku permintaan, dan kemampuan dasar industri di negara bersangkutan. Perkembangan konsep daya saing oleh Cho dan Moon dalam bukunya yang berjudul Evolution of Competitiveness Theory (2000) dimulai dari pandangan merkantilisme yang memandang perdagangan sebagai suatu zero-sum

game, dengan surplus perdagangan sebuah negara diimbangi dengan defisit

perdagangan negara lain.

Berdasarkan Sahin et al. (2006), daya saing sebuah negara didefinisikan sebagai suatu kemampuan bertahan dalam rangka mendapatkan keunggulan komparatif dalam perdagangan dan investasi. Daya saing suatu komoditas dapat diukur dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh David

(22)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 10

Ricardo untuk menjelaskan efisiensi alokasi sumberdaya di suatu negara dalam sistem ekonomi yang terbuka. Hukum keunggulan komparatif dari Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan (Linder dan Kindleberger, 1993).

2.2. Keunggulan komparatif

Konsep keunggulan komparatif menurut Sudaryanto dan Simatupang (1993) adalah ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam arti daya saing yang akan dicapai pada perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Keunggulan komparatif memiliki artian kepada kemampuan seseorang atau suatu negara untuk memproduksi suatu barang atau jasa dengan biaya marginal dan opportunity cost yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Dalam hal ini, kemampuan suatu negara dalam memproduksi barang atau jasa secara efisien dapat diartikan sebagai negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara lain. Hal inilah yang menjelaskan begaimana suatu perdagangan dapat terjadi dan dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Agar dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan negara lain, suatu negara akan melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang dapat dilakukan lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dan mengimpor komoditi yang kurang efisien (mengalami kerugian absolut). Konsep yang dipopulerkan oleh David Ricardo (1923) mengenai keunggulan komparatif ini

(23)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 11

menyatakan bahwa perdagangan yang saling menguntungkan antar kedua negara masih dapat berlangsung sekalipun suatu negara mengalami ketidakunggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain (Tambunan, 2001). Menurut Tambunan (2001), keunggulan komparatif dapat dihitung dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) dan dapat dihitung nilai dari RCA tersebut.

2.3. Penelitian Sebelumnya

a. Faustino (2008): Intra-Industri Trade and Revealed Comparative Advantage: An Inverted-U Relationship

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan semua jenis Intra Industri Trade (IIT) terhadap Comparative Advantage. Intra Industri Trade yang digunakan disini meliputi IIT total, Vertical IIT, dan Horizontal IIT. Sedangkan untuk Comparatif Advantage yang digunakan meliputi Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Logaritma natural RCA. Hasil temuan menyatakan bahwa hubungan antara IIT terhadap RCA mengikuti kurva Inverted U, hasil temuan ini membantah hipotesa lama yang menyatakan bahwa hubungan korelasi positif terjadi pada VIIT terhadap RCA dan hubungan korelasi negative terjadi pada HIIT terhadap RCA. Berdasarkan hasil estimasi ekonometrika dinyatakan baik pada IIT total, VIIT dan HIIT memiliki hubungan korelasi yang menyerupai kurva Inverted U.

b. Brulhart dan Thorpe (1999): East-Asian Export Growth, Intra-Industri Trade and Adjustment

Penelitian ini bertujuan melihat evolusi pola perdagangan empat Negara asia timur pada tahapan pembangunannya: Korea, Malaysia, Philipina, dan Indonesia selama periode 1970-1994. Fokus yang ingin dilihat adalah pola IIT berdasarkan

(24)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 12

Hipotesa “smooth adjustment” dan implikasi untuk rendahnya biaya penyesuaian pasar faktor. Hasil temuan menunjukan nilai IIT yang Statis dan pertumbuhan yang pasti dari tahun ke tahun selama masa tahapan pembangunan ditunjukan pada keempat sampel tersebut, terutama pada sector manufaktur. Hal yang sama juga ditunjukan pada nilai marginal IIT-nya. Nilai tren seperti ini menunjukkan perubahan stuktur dan composisi aliran perdagangan yang memiliki sedikit tekanan yang dialami pada penyesuaian pasar tenaga kerja, baik pada pasar domestic maupun pada partnernya. Bukti ini lebih kuat ditunjukan pada 4 negara sampel bila di bandingkan dengan wilayah Amerika dan wilayah persatuan Eropa.

c. Leishman, Menkhaus, dan Whipple (1998): Revealed Comparative Advantage and the Measurement of International Competitiveness for Agricultural Commodities: An Empirical Analysis of Wool Exporters

Penelitian ini berupaya menganalisa pola Comparative Advantage dari 6 negara exportir Wool terbesar di dunia selama tahun 1961-1997. Temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa analisa correlation yang signifikan pada seluruh Negara yang diuji. Semua kecuali New Zealand – Australia dan New Zealand – United Kingdom, yang memproduksi jenis wool yang sama memiliki hubungan correlation yang positif, sementara Negara yang memproduksi jenis wool yang berbeda memiliki hubungan correlation yang negative. Pengecualian New Zealand – Australia menunjukan bahwa polanya lebih mengikuti pola kedua, dimana Negara yang berada pada region yang sama lebih memiliki hubungan korelasi yang positive. Saat New Zealand dan Australia dikeluarkan dari analisa, maka hubungan antar Negara tersebut menjadi berkorelasi positif dan signifikan. Berdasarkan Abare (1998) dominasi unparalled dari ekspor wool internasional lebih diakibatkan oleh economics of Scale dan peran dari spesialisasi perusahaan, yang mana dapat

(25)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 13

terlihat dari sebagian beras cash receipt atas produksi wool dan domba, dan secara kolektif pada akun sebagian besar total produksi Wool Australia.

d. Rachmawati (2008): Dampak Skala Ekonomi Terhadap Perdagangan Intra-Industri Antara Indonesia dan Thailand: Kajian Kasus Intra-Industri Mobil Tahun 1995-2007

Penelitian ini berusaha melihat ada tidaknya pengaruh pertumbuhan produksi industri mobil (sebagai proxy skala ekonomi) terhadap probabilita perdagangan bilateral intra-industri antara Indonesia dan Thailand. Mengetahui faktor selain faktor diatas yang mempengaruhi perdagangan bilateral intra-industri mobil antara negara Indonesia dan Thailand. Temuan yang didapat dari penelitian adalah sebagai berikut; Dalam kasus perdagangan intra industri antara negara Indonesia dan Thailand secara signifikan peningkatan produksi yang terdifferensiasi dari industri mobil mempengaruhi perdagangan intra industri. Thailand memproduksi mobil sedan dan pick-up truck sedangkan Indonesia memproduksi mobil MPV. Hal ini juga sesuai dengan tingkat permintaan masing-masing negara untuk produk jenis mobil tersebut. Di Thailand kendaraan yang lebih banyak digunakan adalah truck pick up karena dapat digunakan oleh masyarakat Thailand sebagai kendaraan operasional bisnis mereka. Kemudian Thailand juga memproduksi sedan karena permintaan akan sedan di Thailand cukup tinggi. Indonesia lebih banyak memproduksi kendaraan MPV karena banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan mobil jenis MPV. Tingkat populasi di negara Thailand dan Indonesia turut mempengaruhi terjadinya perdagangan intra industri antar Indonesia dan Thailand.

(26)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 14

Pertumbuhan populasi meningkatkan permintaan terhadap kendaraan. Permintaan akan kendaraan yang digunakan tersebut sebagian besar merupakan kendaraan yang di ekspor dan di impor dari kedua negara tersebut. Dalam penelitian ini, walaupun skema CEPT telah diberlakukan, akan tetapi dalam kasus perdagangan intra industri antara negara Thailand dan Indonesia, penurunan tarif tersebut tidak menunjukkan hubungan yang signifikan pada probabilita adanya perdagangan intra industri, artinya adalah adanya AFTA tidak mempengaruhi perdagangan intra industri negara Thailand dan Indonesia.

e. Vogiatzoglou (2005): Varieties or Qualities? Horizontal and Vertical Intra-industri Trade within the NAFTA Trade Bloc.

Penelitian ini berusaha menganalisa sifat dan pergerakan dinamis Intra-Industri Trade di Amerika Utara. Terutama menganalisa pola Intra-NAFTA baik untuk vertical ataupun horizontal IIT, pada Negara Amerika Serikat, Canada, dan Mexico pada periode 1992-2002. Dan penelitian ini juga berusaha melihat karakteristik industri untuk setiap IIT komponen. Hasil temuan menyatakan terdapat perbedaan pola dan tren pada HIIT dan VIIT pada industri manufaktur di wilayah NAFTA, dengan HIIT pada wilayah NAFTA meningkat tiga kali lipat, sedangka VIIT menurun dengan cepat. Untuk Total IIT meningkat sedikit untuk Negara Amerika Serikat, meningkat signifikan pada Negara Canada, tapi mengalami penurunan Negara Mexico. Liberalisasi perdagangan dalam NAFTA tampaknya telah mempromosikan spesialisasi intra-industri dan adjustment. Peningkatan HIIT dan penurunan VIIT menandakan intra-NAFTA IIT lebih kepada pertukaran barang dengan differensiasi produk dengan kualitas yang sama, daripada pertukaran barang dengan kualitas yang berbeda.

(27)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 15

f. Transformasi ASEAN

Beberapa literatur mutakhir tentang transformasi ASEAN sangat bervariasi dari sisi substansi yang bersifat konseptual seperti Severino (2006) dan Hew (2005) hingga kajian empirik dari Plummer dan Chia (2009). Para penulis Indonesia pun turut membahasnya dengan memberikan pula penekanan pada kasus Indonesia walau masih sangat terbatas, misalnya Arifin, Djaafara dan Budiman (2008), Luhulima (2010), dan Chandra (2010).

Severino (2006) menyoroti perkembangan menuju komunitas ASEAN dari sudut pandang sebagai bekas seorang Sekretaris Jenderal ASEAN sehingga memberikan pandangan berdasarkan pengalaman riil seorang pengambil kebijakan yang memahami setiap kemajuan dan kemunduran dalam setiap prosesnya. Tulisan tersebut merupakan salah satu yang komprehensif menyangkut konsep “ASEAN Way”, keamanan regional, integrasi ekonomi regional, hubungan ASEAN dengan dunia, hingga komunitas ASEAN itu sendiri.

Sedangkan Hew (2005) mengedit kumpulan tulisan konseptual tentang peta jalan menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dari para penulis yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN termasuk Indonesia. Walaupun tidak spesifik membahas perspektif dari masing-masing negara namun buku ini menyajikan pembahasan dari sisi kebutuhan reformasi kelembagaan, implikasi politik dan keamanan hingga dampak pada pengurangan kemiskinan dan kemungkinan integrasi finansial kawasan. Bila Hew (2005) mengupas secara konseptual, Plummer dan Chia (2009) menyajikan kumpulan penelitian empirik mutakhir tentang aspek-aspek MEA seperti pasar regional untuk barang-barang, jasa dan

(28)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 16

tenaga kerja terampil, persoalan kebijakan kompetitif, investasi, pengurangan kesenjangan pembangunan hingga daya saing.

Tulisan Luhulima (2010) memandang persoalan ASEAN secara umum kemudian membagi dalam pembahasan pilar ekonomi, politik dan keamanan walaupun kurang bahasan yang bersifat empirik. Keunggulan buku ini berhasil memetakan arsitektur regional di kawasan Asia Tenggara sehingga sentuhan analisa hubungan internasionalnya sangat kental. Sedangkan perpaduan antara bahasan konseptual MEA dan penjelasan di berbagai sektor seperti jasa, tenaga kerja, investasi dan beberapa peluang Indonesia dibahas dalam karya Arifin, Djaafara dan Budiman (2008). Tulisan Chandra (2010) secara kritis membahas tantangan-tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan MEA dan beberapa peluang yang dapat dilakukan dalam konteks pengembangan ASEAN secara organisasional.

g. Sejarah ASEAN

Kemunculan ASEAN: Kerjasama Intra-regional

ASEAN berawal dari tiga negara, yakni Thailand, Filipina, dan Malaya yang berinisiatif untuk membentuk ASA (Association of Southeast Asia) pada tahun 1961. Namun, badan kerjasama ini tidak sedikitpun berkontribusi dalam memecahkan berbagai sengketa dan persoalan politik bilateralisme yang kian dihadapi oleh negara-negara yang bernaung di dalamnya. Di sinilah ASEAN dibangun pertama kali berdasarkan pertimbangan politik dan berusaha merespon situasi dunia yang tengah berada dalam suasana Perang Dingin (Cold War),

(29)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 17

khususnya diantara negara-negara yang berinisiatif untuk membentuknya (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand).

Oleh karenanya, untuk sebagian analis menyebutkan terbentuknya ASEAN tidak terlepas dari peran politik luar negeri Amerika Serikat, ‘Containment Policy’, dalam membendung kekuatan China di Asia Tenggara (Pollard, 1970). Kelima negara, tepat pada 8 Agustus 1967 duduk bersama di Kementerian Luar Negeri Thailand untuk menandatangi suatu deklarasi yang kemudian disebut dengan ASEAN Declaration (ASEAN Secretariat, 2010). ASEAN Declaration ini sering juga disebut dengan Bangkok Declaration karena dikaitkan dengan tempat penandatanganan deklarasi itu dilakukan. Penandatanganan ini menandakan lahirnya organisasi regional yang didesain untuk menjadi wadah kerjasama negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kelahiran ASEAN sekaligus menandai berakhirnya sengketa berkepanjangan antara Indonesia dengan Malaysia (konfrontasi) dan Singapura atas pembentukan Malaysia pada tahun 1963 (Severeno, 2006). Tidak hanya itu, lanjut Severino dalam tulisan yang sama menggambarkan bahwa negara-negara di Asia Tenggara terlibat saling sengketa wilayah. Filipina terlibat klaim teritorial atas Borneo Utara dimana Sabah sudah menjadi negara bagian Malaysia. Di samping itu, Thailand memang tidak pernah terlibat konflik secara langsung dengan wilayah-wilayah yang disebutkan tadi namun memiliki potensi ancaman yang rentan dengan negara-negara lain di perbatasannya seperti Vietnam, Laos dan Kamboja. Termasuk di dalamnya adalah perlawanan kaum komunis yang dikhawatirkan oleh Bangkok. Kenyataan ini semakin keruh dengan dukungan Cina atas perlawanan komunis di negara-negara Asia terutama bagi pemerintahan yang non-komunis.

(30)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 18

Pada tahun 1970-an, ASEAN kembali didera persoalan internasional yang tak kunjung mereda, yakni Perang Dingin. Persoalan cukup berlarut karena peristiwa ini mendorong negara-negara di Asia Tenggara membangun aliansi dan mendorong perpecahan dalam suasana kesatuan di kawasan. Pemerintah Malaysia menjadi pelopor dalam mengajukan proposal mengenai perlunya “Netralisasi Asia Tenggara”. Isu netralisasi ini dibawa oleh Malaysia pada pertemuan Sidang Umum PBB tahun 1971 dan seketika menjadi isu yang meluas, sekalipun tidak terlalu mendapatkan respon yang riil dari berbagai negara (Muhibit, 2004). Perlunya pembentukan ASEAN sebagai kawasan dengan zona netral atau yang kemudian disebut dengan ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom and Neutrality) ini kemudian disepakati diantara negara-negara ASEAN secara bertahap. Dengan disepakatinya ZOPFAN, maka ASEAN menjadi regionalisme yang pertama yang dengan tegas menolak keberpihakan dalam situasi Perang Dingin.

Ketika ZOPFAN belum dianggap cukup untuk menengahi berbagai konflik internal, ASEAN juga kemudian mendeklarasikan TAC (Treaty on Amity and Cooperation). Kesepakatan yang ditandatangai pada 24 Februari 1976 ini memiliki fungsi untuk meningkatkan stabilitas dan perdamaian regional. TAC diangkat didasarkan pada Piagam PBB, poin perjanjian Konferensi Asia Afrika, dan juga ZOPFAN (ASEAN Secretariat, 2005). Operasionalisasi TAC dimaksudkan untuk menengahi berbagai persoalan sengketa dan konflik internal yang terjadi diantara anggota. Mekanisme ini berhasil menarik perhatian dunia dalam konstelasi internasional yang terbelah menjadi dua blok pertentangan ideologi.

(31)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 19

Tabel 1. Negara Anggota ASEAN

Negara Ibukota Area (km

persegi)

Populasi (juta)

Brunei Bandar Seri

Begawan

5.765 0,4

Cambodia Phnom Penh 181.040 14

Indonesia Jakarta 2.000.000 245,5

Laos Vientiane 236.800 6,5

Malaysia Kuala Lumpur 329.749 26,9

Myanmar Nay Pyi Daw 678.500 57,6

Philippines Manila 300.000 88,7

Singapore Singapore 704 4,4

Thailand Bangkok 514.000 65,1

Timor-Leste Dili 15.007 1,1

Vietnam Hanoi 331.114 85,2

Sumber: U.S. Department of State “Country Background Notes”; U.S. Central Intelligence Agency, World Factbook, November 2007

Penambahan anggota ASEAN menjadi sepuluh negara juga ditangkap sebagai upaya meningkatkan muatan politik di kawasan. ASEAN telah melahirkan berbagai rezim dalam hal netralisasi. ASEAN juga telah melahirkan cetak biru kerjasama ARF (ASEAN Regional Forum) sebagai media untuk mendiskusikan dan menyelesaikan berbagai persoalan kemanan kawasan (regional security). ARF diharapkan juga menjadi rezim yang mampu mempromosikan rasa percaya diri kawasan, disamping bergerak menuju Great Powers secara konstruktif dan positif dan terlibat dalam pembicaraan isu intra-regional dan ekstra-regional.

(32)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 20

Gross domestic product2/ at current prices

Exports Imports Total trade

US$ million US$2/ US$ PPP 3/ US$ million US$ million US$ million US$ million US$ million

2009 2009 2009 2009 2009 2009 2008 2009 Brunei Darussalam 14,146.70 34,827.00 49,266.80 7,168.60 2,399.60 9,568.20 239.2 176.8 Cambodia 10,368.20 693.2 1,802.30 4,985.80 3,900.90 8,886.70 815.2 530.2 Indonesia 546,527.00 2,362.10 4,174.90 116,510.00 96,829.20 213,339.20 9,318.10 4,876.80 Lao PDR 5,579.20 942.1 2,431.30 1,237.20 1,725.00 2,962.10 227.8 318.6 Malaysia 193,107.70 6,822.10 13,593.80 156,890.90 123,330.50 280,221.40 7,318.40 1,381.00 Myanmar 24,972.80 419.5 1,093.40 6,341.50 3,849.90 10,191.30 975.6 578.6 The Philippines 161,357.60 1,749.60 3,525.10 38,334.70 45,533.90 83,868.60 1,544.00 1,948.00 Singapore 182,701.70 36,631.20 49,765.80 269,832.50 245,784.70 515,617.10 10,912.20 16,256.20 Thailand 264,322.80 3,950.80 8,072.20 152,497.20 133,769.60 286,266.80 8,570.50 5,956.90 Viet Nam 96,317.10 1,104.20 3,067.90 56,691.00 69,230.90 125,921.90 9,579.00 7,600.00 ASEAN 1,499,400.80 2,533.50 4,829.30 810,489.20 726,354.10 1,536,843.30 49,499.80 39,623.00 Negara

Gross domestic product per capita at current prices

International merchandise trade4/ Foreign direct investments infow5/

Tabel 2. Beberapa Indikator Dasar Ekonomi ASEAN (per 15 Juli 2010)

Sumber ASEAN Finance and Macro-economic Surveillance Unit Database, ASEAN Merchandise Trade Statistics Database, ASEAN Foreign Direct Investment Statistics Database (kompilasi/dikomputasi dari data yang disampaikan dalam publikasi dan/atau websites dari lembaga statistik nasional tiap-tiap negara ASEAN, bank sentral dan institusi pemerintah lain yang relevan, dan sumber-sumber internasional lainnya). Diunduh dari http://www.aseansec.org/19226.htm

Kedua tabel diatas masing-masing menggambarkan keanggotaan ASEAN dengan demografi singkat pada tabel 1 dan indikator-indikator ekonomi dasar seperti terlihat pada tabel 2. Dengan total penduduk hampir 600 juta jiwa, kawasan ASEAN menjadi sebuah wilayah yang tidak hanya potensial sebagai pasar tetapi juga kekuatannya menjadi basis produksi yang kuat. Gambaran GDP ASEAN pada tahun 2009 mencapai US$ 1,5 juta, dengan total perdagangan sebesar US$ 1,5 juta, dan investasi asing langsung yang masuk ke kawasan ini pun mencapai US$ 49 juta pada tahun 2008 dan US$ 39,6 juta pada tahun 2009.

Dalam doktrin yang diangkat untuk memperkuat persepsi internasional akan koherensi Asia Tenggara, kesepuluh negara juga mengangkat “ASEAN Way” sebagai salah satu doktrin yang dijalankan dalam menyikapi pola hubungan antar-negara dalam anggota regionalisme. Pada intinya ASEAN Way mempromosikan prinsip non-interference, atau negara tidak diperkenankan untuk mencampuri

(33)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 21

berbagai persoalan dalam negeri masing-masing anggota dalam kerangka untuk menghargai kedaulatan. Pertama, dari sisi positif, “ASEAN Way” menjadi perangkat pencitraan ASEAN bagi kawasan lain dan negara-negara di luar kawasan, bahwa prinsip non-interference inilah yang menjaga keutuhan institusionalisme Asia Tenggara, sehingga integrasi nampak koheren.

“ASEAN Way” inilah yang dinyatakan oleh para pemimpin negara-negara ASEAN sebagai prinsip unik bertujuan menjaga stabilitas dalam hubungan antar negara yang membedakan Asia Tenggara dan tidak dimiliki oleh kawasan lain (Weatherbee, 2009). Hal senada disampaikan Severino (2006) bahwa ASEAN memiliki tahapan langkahnya sendiri dengan jalur-jalur informalitas, menghindari batasan formulasi hukum dan komitmen hukum yang mengikat hingga menghindari elaborasi persoalan regional dan institusi-institusi supranasional. Oleh karena itu, prinsip “ASEAN Way” ini memiliki dua nilai strategis yang

bekontribusi pagi kemajuan di ASEAN (Weatherbee, 2009): pertama, tidak

memperkenankan pertentangan bilateral antara negara ASEAN mengganggu stabilitas kawasan ASEAN yang lebih luas dan mengganggu berfungsinya institusi ASEAN; dan kedua, tidak membiarkan %gketan bilateral antara negara ASEAN maupun antara negara ASEAN dengan negara di luar kawasan ASEAN berpengaruh negatif pada hubungan intra ASEAN. Hal ini menunjukkan perbedaan pendekatan dalam regionalisme di ASEAN bila dibandingkan dengan regionalisme di kawasan lain, Uni Eropa misalnya.

Di sisi lain, prinsip ini tidak memberikan ruang bagi ASEAN untuk menjadi intermediasi terhadap permasalahan politik yang dihadapi setiap negara anggota. Dengan kata lain, prinsip ini menyiratkan bahwa ASEAN tidak memiliki

(34)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 22

mekanisme penyelesaian (dispute settlement mechanism) yang pasti bagi konflik-konflik internal yang mengganggu stabilitas.

Dalam sejarahnya, negara-negara ASEAN sendiri memerlukan mekanisme intervensi ini terhadap penyeselaian persoalan yang ada. Konflik Malaysia dan Filipina sejak 1970-an, dimediasi oleh peran Thailand yang kemudian digantikan oleh Indonesia. Indonesia juga memberikan bantuan pesawat perang untuk melawan pemberontak Filipina MILF dan juga menjadi mediator dalam berbagai negosiasi. Bahkan kini, Myanmar telah mau menerima utusan Kementerian Luar Negeri AS, Kurt Campbell, dalam membangun pendekatan pragmatis (pragmatic

engagement) sebagaimana rencana Obama terhadap Myanmar.

Berbagai produk politik inilah yang menjadikan ASEAN menjadi organisasi regional yang sangat berpengalaman dan memiliki tingkat kohesivitas politik yang sangat erat. Dalam kerangka inilah keberadaan ASEAN harus dimaknai bagi para anggotanya, tak terkecuali Indonesia. Dapat dibayangkan bahwa Indonesia tidak akan dapat tumbuh membangun dengan cepat sejak masa Orde Baru tanpa tercipta stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara karena kestabilan di kawasan Asia Tenggara sangat berpengaruh pada kestabilan domestik Indonesia. Apalagi bila Indonesia sampai terjerumus pada salah satu blok pertentangan ideologi yang pasti akan merugikan karena terjerumus konflik berkepanjangan.

Kerugian lebih besar bagi Indonesia bisa terjadi bila ASEAN tidak terbentuk dan berhasil berkembang dengan baik. Tidak hanya dalam hal kestabilan politik domestik yang menjadi prasyarat pembangunan, tetapi juga dalam menjalin kerjasama ekonomi dengan negara lain. Dengan disepakatinya ASEAN Charter pada tanggal 20 Novermber 2007 semakin memberikan landasan baru baik secara

(35)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 23

institusional dan hukum bagi negara-negara ASEAN untuk terus berkembang, bekerjasama antar anggota dan antar negara di kawasan yang lain. Pada intinya, perkembangan positif organisasional dan hukum ini membantu Indonesia mengimplementasikan kepentingan nasional (national interests) tidak hanya di bidang politik tetapi juga bidang ekonomi terutama meningkatkan akses investasi dan perdagangan melalui inisiatif peningkatan kerjasama regional secara lebih baik.

h. Regional

Dapat dikatakan ASEAN merupakan faktor yang penting dalam membangun hubungan baik terhadap kawasan lainnya. Bahkan lebih baik dibandingkan dengan pembangunan kesejahteraan pada intra-regional. Indikator bahwa ASEAN dapat menorehkan hubungan baik ini diukur dari tingkat ekspornya yang justru jauh lebih besar nilainya di luar kawasan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB), lebih dari 82% ekspor intra Asia Timur digunakan untuk memproduksi produk yang kemudian diekspor ulang ke negara-negara diluar Asia Timur, terutama AS (25,1%), Eropa (22,7%), dan Jepang (11,4%). Sedangkan ekspor intra Asia Timur yang digunakan untuk konsumsi domestik hanya mencapai 22,2%. Ini artinya, Asia Timur tumbuh menjadi kawasan dengan jejaring produksi regional yang sangat besar dan berkesinambungan bagi kawasan lainnya. Penelitian ADB pada Februari 2010 yang lalu menunjukkan korelasi yang linier antara peningkatan ekspor Asia Timur terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Barat, khususnya AS, Uni Eropa dan Jepang (ADB, 2010).

(36)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 24

Namun memang sinyal ini menjadi bukti bahwa ASEAN bukan pemeran utama dalam mendongkrak perekonomian di kawasan. ASEAN, secara umum, hanya berperan sebagai penyuplai bahan baku yang berkualitas bagi negara-negara dengan industri manufaktur yang lebih canggih seperti China, Jepang, Korea, Hong Kong, Taiwan, dan juga Singapura. Dengan kata lain, penyumbang signifikansi ekonomi terbesar bagi Asia Tenggara justru kawasan lain yang belakangan hendak bertumpu secara institusional kepada ASEAN, yakni Asia Timur. Peter Petri (2008) menyebutkan diversitas orientasi perdagangan yang membentuk sistem pembangunan ekonomi yang menjanjikan berada pada level Asia Timur, bukan ASEAN. Diversitas inilah yang pada akhirnya membentuk Asia Timur menjadi kawasan dengan jejaring produksi regional terbaik di dunia.

Dalam prakteknya, ASEAN menjadi landasan institusional yang kuat bagi Asia Timur. Fred Bergsten (2000) menyebutkan bahwa kekurangan yang dimiliki oleh ekonomi raksasa Asia Timur hanyalah masalah institusional, namun dengan disepakatinya ASEAN Charter yang sudah mulai efektif sejak 15 Desember 2008 maka masalah ini sedikit demi sedikit dapat diselesaikan (ASEAN Secretariat, 2009).

Dengan diratifikasinya ASEAN Charter, yang terdiri dari tiga pilar yaitu Politik Keamanan, Ekonomi dan Sosio-Kultural, oleh seluruh negara anggota ASEAN dan dengan demikian ditetapkan berlaku sejak akhir 2008, hal ini membuktikan bahwa ASEAN bergerak menuju satu kesatuan masyarakat ASEAN yang berlandaskan kerjasama di ketiga pilar tersebut di atas. ASEAN Charter dibuat dalam kerangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN

(37)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 25

berdasarkan kerjasama yang berientasi pada hubungan antar masyarakat (people to

people oriented).

Pilar Politik Keamanan mengamanatkan terbentuknya sebuah masyarakat politik keamanan ASEAN yang bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi, tata kelola yang baik dan penegakkan hukum serta mempromosikan dan melindungi hak-hak asasi manusia. Ini merupakan satu bentuk peningkatan kerjasama politik di ASEAN yang menggembirakan dan menjadi landasan bagi terbentuknya pilar yang lain.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan pilar yang kedua. MEA ini akan menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal sekaligus sebagai basis produksi yang maju dan menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang kompetitif. Pada akhirnya diharapkan ASEAN mampu terintegrasi secara penuh dalam interaksi dunia global.

Pilar ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah terbentuknya Masyarakat Sosio-kultural ASEAN. Dalam pilar ketiga ini ASEAN sepakat untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kehidupan masyarakat ASEAN keluar dari kemiskinan, menjamin kesejahteraan sosial, dan membangun lingkungan yang aman dan bebas dari peredaran obat-obatan terlarang. Di dalamnya, termasuk pula upaya untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat.

Ketiga pilar ini menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Perkembangan ASEAN paska ratifikasi ASEAN Charter menunjukkan keinginan kuat para pemimpin ASEAN untuk membawa ASEAN lebih maju, meningkat taraf hidupnya dan menjadi kawasan yang kompetitif dibandingkan negara lain. Perkembangan ini

(38)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 26

sekaligus merupakan bukti bahwa keberhasilan perkembangan ASEAN sebagai bentuk kerjasama regional kawasan yang berawal dari kerjasama politik dan menjamin stabilitas keamanan kawasan dapat meningkat menjadi sebuah kawasan yang lebih kohesif dalam bidang-bidang yang lain, terutama ekonomi dan sosio-kultural.

(39)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 27

III. METODOLOGI

3.1. Data dan Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui survey dan focus group discussion (FGD) dengan pelaku usaha. Survey telah dilakukan dibeberapa daerah (Pekanbaru, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Samarinda dan Jabotabek). Untuk industri nasional, beberapa aspek yang digali informasinya meliputi:

(i) Persepsi mengenai kesiapan fasilitas dan investasi (lintas sektor)

(ii) fasilitas perdagangan dan investasi terhadap kesiapan Indonesia dalam

menghadapi integrasi ekonomi dan

(iii) peluang dan hambatan

Selain itu data primer juga diperoleh melalui survey ke luar negeri yaitu survey ke Atase Perdagangan, lembaga-lembaga nasional atau swasta ataupun pelaku yang terkait dengan sektor Automotives, Rubber based product, Agro based

products. Negara yang dikunjungi adalah Thailand, Malaysia dan Philipina.

Informasi tentang ketiga sektor tersebut di luar negeri lebih diarahkan untuk hal-hal sebagai berikut:

(i) kebijakan pengembangan ekspor negara yang dikunjungi

(ii) peluang pengembangan ekspor, dan

(iii) pengalaman perdagangan negara-negara yang dikunjungi

Selain data primer, data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi di internet, yakni dari Commodity and

(40)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 28

data nilai perdagangan pada sektor Automotives, Rubber based product, Agro

based products intra ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapur, Philipina,

Vietnam). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data panel, yakni penggabungan data di masing-masing negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapur, Philipina, Vietnam) selama periode 1995-2010.

3.2. Revealed Comparative Advantage (RCA)

Konsep ini pertama kali digunakan oleh Bela Balassa pada tahun 1965, dimana Balassa mencoba memisahkan batas demarkasi antara negara berdasarkan revealed comparative advantage pada sector tertentu dengan Negara yang tidak memilikinya. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

RCA didefinisikan sebagai berikut jika pangsa ekspor komoditas produk didalam total ekspor komoditas dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi produk didalam total ekspor komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditas produk. Rumus RCA adalah sebagai berikut:

dengan:

RCAij = keunggulan komparatif (daya saing) negara i atau j tahun ke t

(41)

Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi Asean 2012 (Automotives, Rubber Based

Products, Agro Based Products) 29

Xis = nilai total ekspor negara i atau j tahun ke t

Wj = nilai ekspor komoditas di dunia tahun ke t

Ws = nilai total ekspor produk dunia tahun ke t

Nilai daya saing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan, yaitu:

1. Jika nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif diatas

rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat.

2. Jika nilai RCA < 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif

dibawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki daya saing lemah. Keunggulan dan kelemahan RCA, dimana keunggulan RCA dapat mengukur secara spesifik pangsa pasar produk dalam negara terhadap total ekspornya secara relatif terhadap pangsa pasar produk tersebut kepada perdagangan dunia. Sedangkan kelemahan ada kemungkinan nilai RCA tidak mencerminkan

comparative advantage dari negara yang sebenarnya, hal ini bisa disebabkan akibat

kebijakan ataupun intervensi negara yang terlalu besar yang dapat mendistorsi aliran perdagangan. RCA mengeluarkan faktor Country Effect. Akibatnya, ada kemungkinan peningkatan pangsa pasar sector tertentu pada satu negara bukan disebabkan oleh kemampuan yang lebih kuat sector tersebut memasuki pasar dunia. Tapi lebih mencerminkan kemampuan perusahaan pada sektor tertentu memilih pasar yang tepat. Hal ini dikoreksi dengan pendekatan Constant Market

Gambar

Tabel 1.  Negara Anggota ASEAN
Tabel 2. Beberapa Indikator Dasar Ekonomi ASEAN (per 15 Juli 2010)
Grafik 1. Hubungan IIT dengan RCAB untuk Industri Automotif
Grafik 2. Hubungan IIT dengan RCAB untuk Industri Berbasis Karet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan pariwisata harus mempergunakan retribusi masuk dari para wisatawan yang datang, untuk menambah penghasilan Nagari Sungai Kamuyang Kabupaten Lima Puluh Kota,

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi minat para calon mahasiswa dalam memilih jurusan akuntansi di Universitas Katolik

Hasil pengujian yang didapat 5,3 % media pembelajaran dapat membantu dalam menyampaikan materi bahasa Inggris kepada siswa dan 94,7 % menyatakan tampilan pembuka,

Setiap tahun spesies penyebab kandidemia didominasi oleh Candida tropicalis, Candida albicans, dan Candida parapsilosis dengan kecenderungan peningkatan kasus Candida

Hasil Uji-t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients. t

Selain dilihat dari karakteristik ibu, peningkatan rerata skor total pengetahuan responden yang bermakna ini disebabkan beberapa hal, diantaranya media yang

Gangguan eliminasi urine (inkontinensia urine) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi 8. Resiko

FACR berarti terjadi peningkatan aktiva tetap dengan persentase yang lebih tinggi. daripada persentase peningkatan modal