BAB V DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN DAN PROGRAM
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian penentuan daya tampung beban pencemaran air dan zonasi Danau Rawapening dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
A.
Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Rawapening1. Ekosistem Danau Rawapening telah rusak akibat pendangkalan, penyempitan dan pencemaran;
2. Sumber utama pendangkalan dan penyempitan wilayah perairan danau adalah erosi lahan DAS dan pelumpuran sungai yang mendangkalkan danau, serta pertumbuhan biomasa gulma air yang meningkatkan pengendapan, pendangkalan dan pembusukan;
3. Sumber utama pencemaran air adalah limbah penduduk, limbah ternak, limbah pertanian dan limbah pakan ikan;
4. Limbah ternak merupakan sumber potensi beban pencemaran air yang terbesar; 5. Daya tampung beban pencemaran air danau sangat rendah karena pendangkalan
tersebut, serta debit air minimal yang relatif rendah, akibat volume danau yang tidak dapat menampung debit air besar selama musim hujan.
B. Zonasi Danau Rawapening
Tinjauan eksisting Danau Rawapening menghasilkan berbagai permasalahan pokok, yaitu sebagai berikut:
1. Terdapat budidaya keramba jaring apung yang masih berada di sekitar daerah konservasi dan dekat dengan daerah objek wisata;
2. Enceng gondok menjadi masalah utama dalam pemanfaatan perairan danau karena mengganggu pemanfaatan dan fungsi danau;
3. Sumber utama pendangkalan dan penyempitan areal perairan danau adalah erosi lahan DAS dan pelumpuran sungai yang mendangkalkan danau, serta pertumbuhan biomassa gulma air yang meningkatkan pengendapan, pendangkalan dan pembusukan.
Berdasarkan permasalahan yang ada dilakukan studi zonasi pemanfaatan perairan Danau Rawapening, yang mana dalam kajiannya juga dilakukan secara komparatif.
Berdasarkan kajian zonasi pemanfaatan perairan Danau Rawapening dihasilkan dua usulan konsep pemanfaatan perairan danau, yaitu:
1. Alternatif pertama adalah: konsep pemanfaatan perairan danau terutama pada garis pantai yang dibangun bangunan tanggul, yang mencakup keliling danau sehingga berfungsi sebagai bangunan pengaman danau, selain juga berfungsi untuk konservasi danau;
2. Alternatif kedua adalah konsep pemanfaatan perairan Danau Rawapening dengan elevasi 462,05 meter sampai dengan 462,30 meter yang dimanfaatkan untuk pertanian padi satu kali panen. Budidaya tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan waktu tanam.
Kajian zonasi juga menghasilkan usulan terhadap zonasi pemanfaatan enceng gondok, budidaya perikanan, pariwisata, dermaga, dan zona mata air, sebagai berikut: 1. Zonasi Enceng Gondok. Terjadi pengurangan luas sebaran enceng gondok dengan
mengurangi luas berdasarkan luas enceng gondok eksisting, yang merupakan satu pilihan dari pengurangan luas menjadi seluas 30% , 20% , dan 10 % dari luas enceng gondok eksisting. Pengurangan enceng gondok diprioritaskan berdasarkan kondisi eksisting;
2. Zonasi Keramba Jaring Apung (KJA) lebih diarahkan di tengah perairan, yaitu terbagi menjadi 4 lokasi, sehingga KJA tidak mengganggu fungsi pemanfaatan yang ada di bantaran danau dan daerah sempadan danau;
3. Zonasi Pariwisata diarahkan pada 2 lokasi yaitu yang berada daerah Bukit Cinta Kecamatan Banyu Biru, dan Desa Tuntang Kecamatan Tuntang. Penentuan wilayah tersebut Karena sudah memiliki berbagai potensi yang telah ada sebelumnya, terutama yang berada di daerah wisata Bukit Cinta;
4. Zonasi Dermaga juga diarahkan pada daerah yang dekat dengan zona wisata, guna memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana wisata, sehingga pariwisata memiliki nilai positif. Dermaga ini dapat berfungsi sebagai prasarana wisata, dan juga untuk kapal atau perahu sebagai alat transportasi umum;
Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening 140
5. Zonasi Mata Air diarahkan pada perairan di dekat objek wisata Bukit Cinta. Daerah ini perlu mendapatkan pengawasan dan perlindungan untuk menjaga keberadaan sumber daya air dan konservasi;
6. Zonasi Sempadan Danau yang mengitari sekeliling danau difungsikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam zona pemanfaatan perairan di atas tentunya tidak banyak perubahan kecuali penempatan lokasi enceng gondok yang mengalami pergeseran karena tepian bantaran danau memiliki perbedaan morfologi berdasarkan konsep alternatif usulan yang pertama dan kedua.
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
A. Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Rawapening
1.
Prioritas pengendalian kerusakan ekosistem DAS Rawapening adalah pengerukan enceng gondok sampai batas maksimal 5% , dengan menyisakan sebagian enceng gondok tersebut untuk konservasi dan untuk produksi kerajinan;2.
Pengerukan dasar danau yang telah mendangkal diperlukan, terutama pada wilayah yang telah berubah fungsi menjadi daerah rawa;3.
Pembangunan tanggul diperlukan untuk memperbesar volume danau dan meningkatkan daya dukungnya;4.
Pengendalian pencemaran air pada DAS Rawapening diprioritaskan pada limbah penduduk dan limbah ternak.B. Zonasi Danau Rawapening
1.
Prioritas pengendalian kerusakan ekosistem Danau Rawapening dapat dilakukan dengan berbagai alternatif yaitu pengurangan enceng gondok sampai batas maksimum. Apabila dilakukan secara bertahap maka akan menyisakan luas enceng gondok sebesar 5 % , 10 % , 20 % , dan 30 % dari luas enceng gondok eksisting;2.
Pengurangan enceng gondok dilakukan dengan pengerukan atau pengangkatan sampai akarnya, dan menyisakan bagian untuk konservasi dan untuk produksi kerajinan;3.
Perlu penataan sekitar danau;4.
Perlu pengaturan dan penetapan daerah sempadan danau;5.
Pengendalian perkembangan budidaya keramba jaring apung sekitar daerah konservasi;6.
Pengembangan dan implementasi pola tanam budidaya yang ramah lingkungan, (tanpa menggunakan pestisida dan pupuk kimia).Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening 142
2.
3.
4.
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
CV. Ecoterra Multiplan. Laporan Akhir Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) dan Penyusunan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau Rawapening. 2011. Bandung.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik I ndonesia. Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Rawapening. 2011. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik I ndonesia. Pedoman Zonasi Ekosistem Danau. 2011. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik I ndonesia. Profil 15 Danau Prioritas Nasional. 2011. Jakarta.
PT. Dinamika I nfoprima. Kajian Pemanfaatan Danau Rawapening Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat. 2011. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/ atau Waduk.