• Tidak ada hasil yang ditemukan

daya tampung beban pencemaran rawa pening

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "daya tampung beban pencemaran rawa pening"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawa Pening

© Kementerian Lingkungan Hidup, 2012

TIM PENYUSUN :

Pengarah :

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan I klim

Penanggung Jawab :

Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat

Penulis :

Badruddin Machbub, Arif Suwanto, Titi Novitha Harahap, Harmin Manurung, I nge Retnowati Siti Rachmiati, Wahyu Cahyadi Rustadi.

Diterbitkan oleh :

Kementerian Lingkungan Hidup, 2012.

iii

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan Kesepakatan Bali tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan yang telah ditandatangai oleh 9 (sembilan) Menteri pada tanggal 13 Agustus 2009, maka Danau Rawapening adalah satu dari 15 (lima belas) danau prioritas yang harus diselamatkan pada periode tahun 2009-2014. Untuk itu, maka pada tahun 2012 ini, Kementerian Lingkungan Hidup telah menyusun Kajian Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Rawapening dan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau Rawapening. Kajian ini sangat penting untuk memberikan arah kebijakan dalam perlindungan dan pemanfaatan ekosistem Danau Rawapening secara berkelanjutan.

Kajian Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Rawapening berguna antara lain sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan rencana tata ruang, pemberian izin kegiatan, dan izin pembuangan air limbah yang masuk ke peraiaran Danau Rawapening. Sedangkan penyusunan Zonasi Pemanfaatan Peraiaran Danau Rawapening berguna untuk memberikan arahan kepada pemerintah, pemerintah daerah, swasta/ dunia usaha dalam memanfaatkan peraiaran danau melalaui bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya, daya dukung dan proses-proses ekologis agar nilai dan manfaat Danau Rawapening dapat berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat generasi sekarang dan yang akan datang.

Buku ini disusun melalui pengumpulan data sekunder, data primer, diskusi dengan pakar dan praktisi baik di tingkat pusat maupun daerah serta masyarakat. Mengingat keterbatasan data, waktu dan biaya, maka buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan masukan, saran dan koreksi dari semua pihak untuk penyempurnaannya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak dalam upaya penyelamatan ekosistem Danau Rawapening.

Jakarta, Agustus 2012

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan I klim

(3)

v

DAFTAR ISI

Hal.

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 LatarBelakang ... 1 1.2 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.3 Pengertian dan Peraturan Perundang-undangan yang terkait ... 2

1.3.1 Pengertian ... 2

1.3.2 Peraturan Perundang-undangan ... 4

1.4 Metodologi ... 5

1.4.1 Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) Danau ... 5

1.4.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruh Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau ... 5

1.4.1.2. Perhitungan DayaTampung Beban Pencemaran Air Danau ... 10

1.4.2. Penyusunan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau ... 14

1.4.2.1 Kriteria Zonasi Perairan Danau ... 14

1.4.2.2 Tahapan Penetapan Zonasi Perairan Danau ... 22

BAB II GAMBARAN UMUM DANAU RAWAPENING ... 25

2.1 Tipologi Danau ... 25

2.2 Letak Geografis ... 25

2.3 Karakteristik Danau ... 26

(4)

2.4.1 Geologi, Topografi dan Penggunaan Lahan ... 27

2.4.2 Klimatologi dan Sistem Hidrologi DAS ... 29

2.4.3 Morfometri Perairan Danau ... 34

2.5 Kependudukan, Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ... 35

BAB III KONDISI DANAU RAWAPENING ... 41

3.1 Permasalahan Danau ... 41

3.1.1 Permasalahan Lingkungan Danau ... 41

3.1.2 Permasalahan Kelembagaan ... 44

3.2 Pemanfaatan Danau ... 46

3.3 Kualitas Air dan Status Trofik ... 50

3.3.1 Kualitas Air Sungai dan Danau ... 50

3.3.2 Status Trofik Danau ... 58

3.4 Sedimentasi dan Pendangkalan Danau ... 59

3.4.1 Pendangkalan Danau ... 69

3.4.2 Erosi dan Angkutan Sedimen ... 62

3.4.3 Gulma Air dan Endapan Biomassa ... 64

BAB IV BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU RAWAPENING ... 69

4.1 Sumber Pencemaran dari Daerah Tangkapan Air (DTA) ... 69

4.1.1 Limbah Penduduk ... 71

4.1.2 Limbah Ternak ... 73

4.1.3 Limbah Pertanian dan Perkebunan ... 78

4.1.4 Potensi Beban Pencemaran Daerah Tangkapan Air ... 81

4.2 Limbah Budidaya I kan ... 82

BAB V DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN DAN PROGRAM PENGENDALIAN BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU RAWAPENING ... 85 5.1 Karakteristik Morfometri dan Hidrologi Danau ... 85

5.2 Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) ... 85

5.3 Beban Pencemaran Daerah Tangkapan Air ... 87

5.4 Program Pengendalian Pencemaran Air ... 88

vi BAB VI ZONASI PEMANFAATAN PERAIRAN DANAU RAWAPENING ... 91

6.1 Zonasi Danau Rawapening Bersadarkan Studi yang Ada ... 91

6.2 Usulan Zonasi Perairan Danau Rawapening Alternatif Satu Garis Pantai Danau dengan Tanggul ... 92

6.2.1 Zonasi Enceng Gondok ... 93

6.2.2 Zonasi Perikanan ... 102

6.2.3 Zonasi Pariwisata ... 106

6.2.4 Zonasi Dermaga Perahu ... 109

6.2.5 Zonasi Lindung ... 111

6.3 Usulan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau Rawapening Alternatif, dengan Pemanfaatan Pertanian Satu Kali Panen Kontur Volume 462,05 m Sampai 462,30 …………... 114

6.3.1 Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian Tanaman Padi Satu Kali Panen ... 114

6.3.2 Zonasi Enceng Gondok ... 115

(5)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria Status Trofik Danau ... 3

Tabel 1.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 200 ... 7

Tabel 1.3 Model Rumus Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) Danau serta Daya Dukung Budidaya I kan Keramba Jaring Apung (KJA) ... 13

Tabel 1.4 Kriteria Zonasi Danau ... 17

Tabel 2.1 Luas Penggunaan Lahan di Sub DAS Rawapening ... 28

Tabel 2.2 Sungai yang Mengalir ke Danau Rawapening ... 33

Tabel 3.1 Kualitas Air Sungai yang Masuk ke Danau Rawapening ... 50

Tabel 3.2 Profil Kualitas Air Danau Rawapening (Pemantauan 18 September 2011) ... 51

Tabel 3.3 Kriteria Kualiats Air Sesuai Klasifikasi Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 ... 54

Tabel 3.4 Pemantauan Kualitas Air untuk Penilaian Status Mutu Air ... 56

Tabel 3.5 Status Mutu Air Danau Rawapening Metoda I ndeks Pencemaran Air ….... 57

Tabel 3.6 Kategori Status Trofik Danau Rawapening ... 59

Tabel 3.7 Volume dan Luas Danau Rawapening ... 60

Tabel 3.8 Luas Lahan Kritis Daerah Kecamatan pada DAS Rawapening di Kabupaten Semarang ... 63

Tabel 3.9 Potensi Sedimentasi di Sub DAS Rawapening Dirinci per Sub DAS ... 64

Tabel 3.10 Debit Aliran dan Suspensi Sungai-sungai yang Masuk ke Danau Rawapening ... 64

Tabel 3.11 Luas Gulma Air di Danau Rawapening ... 65

Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi pada Sub DAS Rawapening ... 69

Tabel 4.2 Luas Kecamatan di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga dalam Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening ... 70

(6)

Tabel 4.4 Potensi Beban Pencemaran Limbah Penduduk pada Daerah Tangkapan

Air Danau Rawapening ... 72

Tabel 4.5 Jenis dan Jumlah Ternak Kabupaten Semarang dalam Daerah Tangkapan

Air Danau Rawapening ... 73

Tabel 4.6 Potensi Beban Pencemaran Limbah Ternak pada Daerah Tangkapan Air

Danau Rawapening Berdasarkan Daerah Asal Limbah ... 75

Tabel 4.7 Potensi Beban Pencemaran Limbah Ternak pada Daerah Tangkapan Air

Danau Rawapening Berdasarkan Jenis Ternak ... 75

Tabel 4.8 Luas Lahan Sawah Kebupaten Semarang dalam Daerah Tangkapan Air

Danau Rawapening ... 78

Tabel 4.9 Potensi Beban Pencemaran Limbah Sawah pada Daerah Tangkapan Air

Danau Rawapening ... 79

Tabel 4.10 Luas Lahan Kebun Kabupaten Semarang dalam Daerah Tangkapan Air

Danau Rawapening ... 80

Tabel 4.11 Potensi Beban Pencemaran Limbah Lahan Kebun pada Daerah

Tangkapan Air Danau Rawapening ... 80

Tabel 4.12 Jumlah Potensi Beban Pencemaran pada Daerah Tangkapan Air Danau

Rawapening ... 82

Tabel 4.13 Beban Pencemaran Limbah Pakan I kan Danau Rawapening ... 83

Tabel 5.1 Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) Danau Rawapening …... 86 Tabel 5.2 Jumlah Potensi Beban Pencemaran pada Daerah Tangkapan Air Danau

Rawapening ... 87

Tabel 5.3 Program Pengendalian Pencemaran Air Danau Rawapening ... 88

Tabel 6.1 Luas Enceng Gondok Yang Disarankan ... 95

Tabel 6.2 Luas Enceng Gondok Yang Disarankan pada Desa-desa di Sekitar Danau

Rawapening ... 95

Tabel 6.3 Luas Enceng Gondok Yang Disarankan pada Desa-desa di Sekitar Danau

Rawapening Dengan Luas 10% dari Luas Enceng Gondok Eksisting ... 97

Tabel 6.4 Luas Enceng Gondok Yang Disarankan pada Kecamatan di Sekitar Danau

Rawapening Dengan Pengurangan Luas 10 % dari Luas Enceng Gondok

Eksisting ... 97

Tabel 6.5 Luas Enceng Gondok Yang Disarankan pada Desa-desa di Sekitar Danau

Rawapening, Pengurangan Luas 20 % dari Luas Enceng Gondok

Eksisting ...

99

Tabel 6.6 Luas Enceng Gondok Yang Disarankan pada Kecamatan di Sekitar Danau

Rawapening, Pengurangan Luas 20 % dari Luas Enceng Gondok

Eksisting ...

100

Tabel 6.7 Luas Enceng Gondok Yang Disarankan pada Desa-desa di Sekitar Danau

Rawapening, Pengurangan Luas 30 % dari Luas Enceng Gondok

Eksisting ...

101

Tabel 6.8 Luas Enceng Gondok Yang Disarankan pada Kecamatan di Sekitar Danau

Rawapening, Pengurangan Luas 30 % dari Luas Enceng Gondok

Eksisting ...

101

Tabel 6.9 Jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Rawapening

Tahun 2011 ...

103

Tabel 6.10 Jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) yang Disarankan di Danau

Rawapening ... 104

Tabel 6.11 Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau Rawapening Alternatif Satu Dengan

Tanggul ... 112

Tabel 6.12 Kriteria Zonasi Sempadan Danau Rawapening ... 121

Tabel 6.13 Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau Rawapening Alternatif Dua Dengan

(7)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Penetapan Zonasi Danau ... 21

Gambar 2.1 Lokasi Danau Rawapening ... 26

Gambar 2.2 Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Rawapening ... 29

Gambar 2.3 Peta Administrasi Wilayah Sub DAS Rawapening ... 32

Gambar 2.4 Peta Sistem Hidrologi sub DAS Rawapening ... 34

Gambar 2.5 Diagram Kontribusi Tiap Lapangan Usaha di Sekitar Danau Rawapening ... 37

Gambar 2.6 Diagram Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 38

Gambar 3.1 Peta Bahaya Erosi DTA Danau Rawapening ... 42

Gambar 3.2 Peta Tutupan Lahan DTA Danau Rawapening ... 43

Gambar 3.3 Permasalahan Danau Rawapening ... 46

Gambar 3.4 Pemanfaatan Sumber Daya Air Danau Rawapening ... 47

Gambar 3.5 Derajat Keasaman (pH) Air Danau Rawapening ... 52

Gambar 3.6 Profil Oksigen Terlarut (DO) Danau Rawapening ... 53

Gambar 3.7 Profil Daya Hantar Listrik Danau Rawapening ... 53

Gambar 3.8 Peta Lokasi Sampel Air Danau Rawapening ... 58

Gambar 3.9 Peta Kedalaman Danau Rawapening ... 62

Gambar 3.10 Daerah Pertumbuhan Gulma Air di Danau Rawapening ... 66

Gambar 3.11 Daerah Pertumbuhan Gulma Air yang Berpotensi Berubah Menjadi Daratan di Danau Rawapening Seluas 569 Ha ... 67

Gambar 4.1 Luas Wilayah Kota/ Kabupaten (% ) Pada Sub DAS Rawapening ... 69

Gambar 4.2 Luas Wilayah (% ) pada Kecamatan Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga dalam Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening ... 70

Gambar 4.3 Potensi Beban Pencemaran Limbah Penduduk pada Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening ... 72

Gambar 4.4 Potensi Beban Pencemaran Limbah Ternak pada Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening ... 74

(8)

xiv

Gambar 4.6 Potensi Beban Pencemaran Limbah Ternak (% ) pada Daerah Tangkapan

Air Danau Rawapening Berdasarkan Jenis Ternak ………... 77

Gambar 4.7 Potensi Beban Pencemaran Limbah Sawah pada Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening ... 79

Gambar 4.8 Potensi Beban Pencemaran Limbah Lahan Kebun pada Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening ... 81

Gambar 4.9 Jumlah Potensi Beban Pencemaran pada Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening ... 82

Gambar 4.10 Beban Pencemaran Limbah Pakan I kan Danau Rawapening ... 83

Gambar 5.1 Jumlah Potensi Beban Pencemaran pada Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening ... 88

Gambar 6.1 Peta Zonasi Danau Rawapening ... 92

Gambar 6.2 Zonasi Pemanfaatan Perairan Alternatif Satu Dengan Zona Tanggul …….. 93

Gambar 6.3 Zonasi Enceng Gondok Luas 5% dari Luas Enceng Gondok Eksisting ……. 96

Gambar 6.4 Zonasi Enceng Gondok Luas 10% dari Luas Enceng Gondok Eksisting …… 98

Gambar 6.5 Zonasi Enceng Gondok Luas 20% dari Luas Enceng Gondok Eksisting ... 100

Gambar 6.6 Zonasi Enceng Gondok Luas 30% dari Luas Enceng Gondok Eksisting …… 102

Gambar 6.7 Jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) (Unit) di Danau Rawapening Tahun 2011 ... 104

Gambar 6.8 Peta Zonasi Budidaya Perikanan Keramba Jaring Apung (KJA) ... 105

Gambar 6.9 Peta Zonasi Wisata ... 108

Gambar 6.10 Peta Zonasi Wisata (Alokasi Dermaga) ... 110

Gambar 6.11 Peta Zona Mata Air ... 112

Gambar 6.12 Zonasi Pemanfaatan Perairan dengan Pertanian Pasang Surut ……... 114

Gambar 6.13 Zonasi Enceng Gondok Luas 10% dari Luas Enceng Gondok Eksisting ... 116

Gambar 6.14 Zonasi Enceng Gondok Luas 20% dari Luas Enceng Gondok Eksisting ... 117

Gambar 6.15 Zonasi Enceng Gondok Luas 30% dari Luas Enceng Gondok Eksisting ….. 118

Gambar 6.16 Zonasi Perikanan ... 119

Gambar 6.17 Zonasi Pemanfaatan Dermaga Perahu/ Kapal ... 120

Gambar 6.18 Zonasi Pariwisata ... 121

Gambar 6.19 Zonasi Mata Air ... 122

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

I ndonesia memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, diantaranya danau, dan

waduk. Di I ndonesia terdapat 840 danau besar, 735 danau kecil dan 200 waduk besar.

Danau sendiri kaya akan keanekaragaman fungsi, hayati, sosial dan budaya sehingga

kawasan tersebut memiliki peranan yang penting untuk menunjang kehidupan manusia.

Beberapa manfaat kawasan perairan danau antara lain adalah sebagai penyedia air

untuk irigasi pertanian, sumber air baku air minum, perikanan, PLTA, pariwisata,

transportasi air, serta tempat hidup berbagai makhluk hidup (biota) yang unik yang khas

(sumber keanekaragaman hayati). Namun hingga saat ini kondisi danau telah banyak

mengalami penurunan kualitas ekosistem akibat pemanfaatan danau yang berlebihan

sehingga menimbulkan degradasi kawasan danau.

Danau Rawapening merupakan satu dari 15 (lima belas) danau yang masuk ke

dalam prioritas pemulihan kerusakan danau di I ndonesia berdasarkan Kesepakatan Bali

Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan. Kondisi Danau Rawapening saat

ini telah berada pada tingkat kerusakan dan pencemaran yang tinggi. Beberapa

pencemaran dan kerusakan yang terjadi adalah tingkat sedimentasi yang tinggi,

penurunan kualitas air, kerusakan daerah tangkapan air, maraknya keramba jaring

apung (KJA) dan enceng gondok, banjir di kawasan hilir dan lain sebagainya. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, diperlukan suatu strategi pengelolaan danau yang

berkelanjutan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung kawasan danau.

Pada tahun 2011, sebagai salah satu bentuk komitmen KLH yang tertuang dalam

Kesepakatan Bali Tahun 2009 serta mengacu kepada Undang-undang Lingkungan Hidup

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya

Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/ atau Waduk serta implementasi buku

Pedoman Zonasi Ekosistem Danau yang telah disusun pada tahun 2011, maka KLH

Melaksanakan Kajian Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan

Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau Rawapening. Hasil kajian ini diharapkan dapat

(9)

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam upaya penyelamatan Danau

Rawapening. Selain itu kajian ini juga sebagai perwujudan komitmen KLH yang telah

meluncurkan model Gerakan Penyelamatan Danau Rawapening pada Konferensi

Nasional Danau I I di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 13-14 Oktober 2011 yang

lalu.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan penyusunan kajian ini adalah untuk merumuskan pengelolaan Danau

Rawapening agar sesuai dengan daya tampungnya serta serasi dengan tata ruang yang

berwawasan lingkungan.

Sasaran pelaksanaan Kajian Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air

(DTBPA) Danau Rawapening adalah sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak

terkait dalam penetapan rencana tata ruang daerah tangkapan air dan pemberian izin

kegiatan pemanfaatan danau agar kualitas air danau tetap terjaga. Sedangkan sasaran

penyusunan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau Rawapening ini adalah sebagai bahan

panduan bagi pemerintah dalam menata pemanfaatan perairan Danau Rawapening.

1.3. Pengertian dan Peraturan Perundang-undangan yang terkait

Berikut dijelaskan tentang beberapa pengertian serta peraturan

perundang-undangan yang terkait dalam penyusunan daya tampung beban pencemaran air dan

penentuan zonasi pemanfaatan perairan Danau Rawapening.

1.3.1 Pengertian

Daya Tampung Beban Pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air

untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menajdi

cemar.

Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau adalah kemampuan perairan danau

menampung beban pencemaran air sehingga memenuhi baku mutu air dan status trofik.

Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan

batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya, daya dukung dan

proses-proses ekologis. Terdiri dari tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data,

penyusunan draft rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan

penetapan dengan mempertimbangkan kajian-kajian aspek ekologi, sosial, ekonomi dan

budaya masyarakat.

Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening 2

Baku Mutu Air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau

komponen yang ada atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaannya di dalam air.

Kelas Air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan

bagi peruntukan tertentu.

Status Mutu Air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar

atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan

dengan baku mutu air atau kelas air yang ditetapkan.

Status trofik adalah status kualitas air danau berdasarkan kadar unsur hara dan

kandungan biomassa fitoplankton atau produktivitasnya. Penjelasan tentang status trofik

danau dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Kriteria Status Trofik Danau

Status

dengan kadar rendah. Status

ini menunjukkan kualitas air

masih alamiah belum

tercemar dari sumber unsur

hara Nitrogen dan Fosfor

Mesotrof ≤ 750 < 30 < 5.0 ≤ 4 Status trofik air danau yang

mengandung unsur hara

dengan kadar sedang. Status

ini menunjukkan adanya

peningkatan kadar Nitrogen

dan fosfor namun masih

(10)

Status

dengan kadar tinggi. Status

ini menunjukkan air telah

tercemar dengan adanya

peningkatan kadar Nitrogen

dan Fosfor

Hipereutrof > 1900 > 100 ≥ 200 > 2,5 Status trofik air danau yang

mengandung unsur hara

dengan kadar sangat tinggi.

Status ini menunjukkan air

telah tercemar berat oleh

adanya peningkatan Nitrogen

dan Fosfor yang sangat

tinggi.

Sumber : Peraturan Menteri LH No. 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/ atau Waduk

1.3.2 Peraturan Perundang-undangan

Di bawah ini adalah beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan penentuan daya tampung beban pencemaran air danau dan zonasi

pemanfaatan perairan Danau Rawapening. Peraturan tersebut antara lain :

a.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;

b.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air;

c.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan; Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

4

d.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

e.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

f.

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional;

g.

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang;

h.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumberdaya

Air;

i.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya

I kan;

j.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualiatas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air;

k.

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Kawasan Lindung;

l.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Daya

Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/ atau Waduk.

1.4. Metodologi

Adapun metodologi kajian penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air

Danau Rawapening dan penyusunan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau Rawapening

dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.4.1 Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) Danau

Rawapening

1.4.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Daya Tampung Beban Pencemaran Air

Danau Rawapening

Daya tampung beban pencemaran air danau tergantung kepada karakteristik

dan kondisi lingkungan di sekitarnya, yaitu:

1.

Morfologi dan hidrologi danau;

2.

Kualitas air dan status trofik danau;

3.

Persyaratan atau baku mutu air untuk pemanfaatan sumberdaya air danau;

4.

Alokasi beban pencemaran air dari berbagai sumber dan jenis limbah yang

masuk ke danau.

(11)

1. Morfologi dan Hidrologi Danau

Morfologi danau terdiri dari parameter karakter fisik, yaitu:

a.

Luas perairan danau;

b.

Volume air danau;

c.

Kedalaman rata-rata danau.

Sedangkan hidrologi danau terdiri dari karakteristik aliran air, yaitu :

a.

Debit air keluar danau;

b.

Laju penggantian air danau.

Rumus morfologi dan hidrologi danau adalah sebagai berikut:

a. Morfologi danau, yaitu luas perairan (A) dan volumenya (V), yang diperoleh dari

hasil pengukuran dan kedalaman rata-rata (Ž) yang diperoleh dari hasil

perhitungan Rumus (1);

b. Hidrologi danau, yaitu debit air keluar dari waduk (Qo), yang diperoleh dari hasil pengukuran;

c. Laju penggantian air danau (ρ), yang diperoleh dari hasil perhitungan Rumus (2).

2. Kualitas Air dan Status Trofik Danau

Parameter kualitas air yang diperlukan untuk perhitungan daya tampung beban

pencemaran air danau berdasarkan :

a.

Penentuan daya tampung beban pencemaran air agar kualitas air harus

memenuhi baku mutu air, maka parameter kualitas air yang dipilih harus sesuai

dengan peruntukan danau;

b.

Penentuan daya tampung beban pencemaran air agar kualitas air harus

memenuhi status trofik yang ditetapkan, maka parameter kualitas air yang

dipilih adalah unsur hara terutama kadar Phospor sebagai P total.

3. Persyaratan atau Baku Mutu Air untuk pemanfaatan sumberdaya air danau

Air danau pada umumnya bersifat multiguna antara lain sebagai air baku air

minum, perikanan, pertanian dan sebagai sumberdaya tenaga listrik. Sumberdaya air

danau perlu dipelihara agar kualitasnya memenuhi baku mutu sesuai peruntukannya.

Baku mutu air danau tersebut digunakan sebagai bahan acuan perhitungan daya

tampung beban pencemaran air danau. Adapun baku mutu air yang dijelaskan dalam

Kriteria Kelas Air seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemernitah Nomor 82 Tahun Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

6

rata (Ž) yang diperoleh dari hasil

ρ

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

(12)

Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening 8

Keterangan :

mg= miligram

ug = mikrogram

ml = militer

L = liter

Bq= Bequerel

MBAS = Methylene Blue Active Substance

ABAM = Air Baku untuk Air Minum

Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH

merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang

tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut

tidak dipersyaratkan

Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan

Tanda < adalah lebih kecil

4. Alokasi Beban Pencemaran Air dari berbagai sumber dan jenis air limbah

yang masuk ke danau

Danau juga berfungsi sebagai penampung air dari daerah tangkapan air (DTA)

dan daerah aliran sungai (DAS). Oleh karena itu berbagai sumber pencemaran air dari

DTA dan DAS serta bantaran danau terbawa masuk ke perairan danau. Sumber

pencemaran tersebut tersebut berasal dari kegiatan antara lain limbah penduduk,

pertanian, peternakan, serta industri dan pertambangan. Erosi DAS juga merupakan

sumber pencemaran air dan pendangkalan danau.

Beban pencemaran air dari berbagai sumber akan meningkat seiring dengan

pertumbuhan jumlah penduduk dan kegiatan lainnya. Oleh karena itu jumlah beban

pencemaran yang masuk perairan danau termasuk limbah pakan ikan dari budidaya

ikan (keramba jaring apung) perlu ditentukan alokasinya dengan memperhatikan

kondisi sosial ekonomi serta konservasi sumberdaya air jangka panjang.

Penentuan alokasi beban pencemaran air danau memerlukan kajian dengan

(13)

pencemaran air serta tingkat pengendaliannya pada berbagai sumber pencemar pada

kegiatan di daerah tangkapan air (DTA) dan daerah aliran sungai (DAS).

1.4.1.2 Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Rawapening

Perhitungan beban pencemaran air Danau Rawapening menggunakan rumus

seperti yang tercantum pada Tabel 1.3. Rumus-rumus tersebut adalah untuk

menghitung :

1. Morfologi dan Hidrologi Danau

Rumus morfologi dan hidrologi danau adalah sebagai berikut :

a.

Morfologi danau atau waduk, yaitu luas perairan (A) dan volumenya (V), yang diperoleh dari hasil pengukuran dan kedalaman rata-rata (Ž) yang diperoleh dari

hasil perhitungan Rumus (1);

b.

Hidrologi danau dan waduk, yaitu debit air keluar dari waduk (Qo), yang diperoleh dari hasil pengukuran;

c.

Laju penggantian air danau atau waduk (ρ), yang diperoleh dari hasil

perhitungan Rumus (2).

2. Alokasi beban pencemaran air yang masuk danau

Alokasi beban pencemaran air, yang dinyatakan dengan kadar parameter Pa adalah

sebagai berikut:

a.

Syarat kadar parameter Pa maksimal sesuai ketentuan dalam Baku Mutu Air

atau Kelas Air yaituPSTD ;

b.

Kadar parameter Pa hasil pemantauan danau atau waduk yaitu Pi;

c.

Jumlah alokasi beban kadar parameter Pa dari DAS atau DTA yaitu PDAS yang

diperoleh dari hasil penentuan atau kajian dan perhitungan Rumus (3);

d.

Alokasi beban kadar parameter Pa yang berasal dari limbah yang langsung

masuk danau/ waduk atau berasal dari kegiatan yang berada pada perairan

danau/ waduk yaitu Pd, yang diperoleh dari hasil perhitungan Rumus (3) atau Rumus (4).

3. Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) pada danau

Perhitungan jumlah daya tampung beban pencemaran air pada danau adalah sebagai

berikut :

Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening 10

rata (Ž) yang diperoleh d

ρ

a.

Daya tampung parameter P per satuan luas danau atau waduk yaitu L, merupakan fungsi dari kedalaman rata-rata danau Ž ,laju penggantian air

danau/ waduk yaitu ρ dan kadar parameter yang terbawa lumpur dan mengendap

ke dasar danau/ waduk. L dihitung dengan Rumus (5) dan Rumus (6);

b.

Jumlah daya tampung parameter Pa pada perairan danau atau waduk yaitu La, yang merupakan fungsi L dan luas perairan danau atau A. La dihitung

berdasarkan Rumus (8);

c.

Parameter utama pencemaran air sebagai indikator dan dasar perhitungan

DTBPA danau dan waduk adalah P-total;

d.

Syarat kualitas air sebagai dasar perhitungan DTBPA adalah syarat kadar P-total

pada status trofik danau atau waduk, yaitu oligotrofik 10 ug/ l, mesotrofik 30 ug/ l

dan eutrofik 100 ug/ l;

e.

Syarat kadar parameter lainnya mengacu pada Baku Mutu Air atau Kelas Air.

4. Daya Tampung Beban Pencemaran Air Limbah Budidaya Ikan Keramba

Jaring Apung (KJA)

Beban pencemaran air danau telah meningkat oleh perkembangan Keramba

Jaring Apung (KJA), untuk itu diperlukan cara perhitungan daya tampung beban

pencemaran air dan alokasi beban pencemaran akibat limbah pakan yang berasal dari

sisa pakan yang terbuang dan dari tinja ikan. Penentuan atau perhitungan alokasi

beban pencemaran limbah perikanan memperhatikan juga alokasi beban pencemaran

yang berasal dari DTA (Daerah Tangkapan Air) dan DAS (Daerah Aliran Sungai).

Perhitungan daya tampung perairan danau untuk limbah pakan ikan KJA

mengikuti rumus umum daya tampung beban pencemaran air danau, namun air yang

menjadi acuan utama adalah status trofik di samping status kualitas air pada

umumnya. Parameter kualitas air yang dipilih sebagai faktor pembatas adalah fosfat

dalam bentuk P total, mengingat dasar perhitungannya adalah status trofik danau

(Tabel 1.3).

Perhitungan daya tampung beban pencemaran air limbah budidaya perikanan

pada danau/ waduk adalah sebagai berikut :

a. Parameter utama pencemaran air sebagai indikator dan dasar perhitungan

DTBPA limbah budi daya ikan KJA adalah P-total

b. Syarat kualitas air sebagai dasar perhitungan DTBPA untuk KJA adalah syarat

kadar P-total pada status trofik danau .

(14)

c. Daya tampung parameter P total per satuan luas danau atau waduk yaitu Likan, merupakan fungsi dari kedalaman rata-rata danau/ waduk yaitu Ž , laju

penggantian air danau yaitu ρ dan kadar parameter yang terbawa lumpur dan

mengendap ke dasar danau. Likan dihitung dengan Rumus (5), Rumus (6) dan Rumus (7).

d. Jumlah daya tampung parameter P total pada perairan danau yaitu Laikan, yang merupakan fungsi Likan dan luas perairan danau atau A. Laikan dihitung berdasarkan Rumus (8).

Jumlah limbah Phosphor sebagai parameter P total dari sisa pakan dan limbah

metabolisme ikan yaitu PLP, adalah jumlah kadar P total dalam pakan ikan selama ikan tersebut dibudidayakan sampai dipanen dikurangi jumlah P total dalam ikan yang

dipanen. Perhitungannya tercantum padaRumus (9).

Sedangkan jumlah pakan ikan dinyatakan dengan niliai FCR (feed consumption ratio), yaitu jumlah berat pakan ikan selama periode budidaya atau pertumbuhan ikan dibagi dengan berat ikan saat dipanen. Nilai FCR sangat bervariasi 1,5-3,0 ton

pakan/ ton ikan, tergantung pada komposisi pakan, jenis ikan yang dibudidayakan dan

teknik budidaya (KJA 1 tingkat atau 2 tingkat). Kadar P total dalam pakan ikan dan

dalam produksi ikan diperoleh dari hasil analisis di laboratorium.

Perhitungan jumlah produksi ikan budidaya KJA dan jumlah pakannya sesuai

dengan daya tampung beban pencemaran air danau atau waduk adalah sebagai

berikut:

a. DTBPA limbah pakan ikan adalah Laikan yang juga merupakan fungsi morfometri danau dan waduk serta alokasi beban pencemaran Pd Rumus (9) dan (10).

b. P-total yang masuk danau dari limbah ikan atau PLP adalah fungsijumlal konsumsi pakan atau FCR, kadar P-total dalam pakan atau Ppakan , dan kadar P-total dalam ikan atau Pikan . Perhitungannya menggunakan Rumus (11).

c. Jumlah Produksi I kan KJA agar memenuhi daya tampung beban pencemaran air

atau LI adalah fungsi Laikan danPLP, sesuai dengan Rumus (12).

d. Jumlah Pakan I kan KJA atau LP agar memenuhi daya tampung beban

pencemaran air adalah fungsi FCR dan LI , sesuai dengan perhitungan pada Rumus

(13).

Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening 12

Ž ρ

Tabel 1.3. Model Rumus Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (Dtbpa)

Danau Serta Daya Dukung Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (Kja)

Morfometri danau

Ž = 100 x V / A (1)

Alokasi beban pencemaran parameter P

Pstd = Pi + Pdas + Pd (3)

Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA)

L = Pstd Ž ρ / (1- R) (5) La : jumlah daya tampung parameter P pada perairan danau (gr P/tahun) R : Parameter parameter P yang tinggal bersama sedimen atau mengendap Ri : Proporsi parameter P-total yang larut ke sedimen setelah ada KJA

x : proporsi total P-total yang secara permanen masuk ke dasar, 45-55%.

DTBPA beban pencemaran sisa pakan dan limbah budidaya ikan KJA Likan = Pd Ž ρ / (1- R) (9)

Laikan = Likan x A (10)

Jumlah KJA untuk budidaya ikan

PLP = FCR x Ppakan - Pikan (11) LI : Jumlah Produksi Ikan KJA (ton ikan/tahun)

LP : Jumlah Pakan Ikan KJA (ton pakan/tahun)

(15)

1.4.2. Penyusunan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau

Penilaian identifikasi zonasi perairan danau didasarkan kepada kriteria pendekatan ekologi dan pendekatan pengelolaan.

1.4.2.1Kriteria Zonasi Perairan Danau

A. Pendekatan Ekologi

Kriteria Morfometry dan Bathymetry Danau

Pengukuran morfometri dan pembuatan peta bathymetry mutlak dilakukan karena merupakan informasi mendasar tentang pola keruangan atau karakteristik fisik dari suatu danau. Melalui peta bathymetri dan informasi morfometri dapat diketahui lokasi-lokasi mana saja di dalam danau yang akan/ telah/ tengah mengalami pendangkalan, lokasi inlet dan outlet air yang menuju ke dan keluar dari danau, tutupan permukaaan danau oleh pulau-pulau kecil maupun keberadaan tanaman air.

Lebih lanjut dari informasi Morfometry dan Bathymetry ditentukan daerah rawan bencana yaitu daerah yang memiliki potensi/ peluang menyebabkan terjadi perubahan drastis kondisi biofisik danau akibat aktivitas hidrologis (seperti banjir), geologis (peristiwa vulkanik, misalnya untuk Danau Toba, longsoran pada Danau Maninjau), biologi (serbuan oleh invasif spesies, misalnya enceng gondok, eutrofikasi/

algal

blooming yang menyebabkan kematian massal ikan-ikan), dan arus balik (misalnya

terjadi di Danau Maninjau).

Kriteria Biologi, Fisika dan Kimia Perairan

Informasi aspek biologi atau keanekaragaman hayati

I nformasi biologi atau keanekaragaman hayati suatu perairan danau maupun biota yang memanfaatkan perairan danau penting diketahui guna :

Menentukan zona tersebut perlu dilindungi tanpa adanya pemanfaatan ataupun pemanfaatan terbatas mengingat fungsinya sebagai habitat untuk mendukung kehidupan bagi suatu spesies tertentu yang dilindungi;

Menyajikan informasi ada tidaknya endemik species dan status perlindungan jenis dari organisme yang ditemukan;

Menginformasikan adanya organisme invasif (invasive species) terkait dengan pengelolaan, jenis-jenis biota aquatik yang merupakan invasif spesies serta peluang ancaman yang akan ditimbulkan;

Menginformasikan adanya ikan katadromus dan anadromus dan jalur migrasinya. Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

14

Informasi fisika dan kimiawi perairan (kualitas air)

Mencakup informasi terkini dan catatan periodik kualitas air baik secara vertikal

maupun horizontal dan status kesuburan/ pencemaran air danau. Sebaran kualitas air

danau secara vertikal, akan memberikan informasi tentang adanya pelapisan masa air

(water stratification) danau (baik ditinjau dari suhu air dan kelarutan gas-gas di dalam air) sehingga dapat diantisipasi dampak yang dapat ditimbulkan jika terjadi

pengadukan (over turn) air danau (contoh: air dekat dasar danau yang miskin oksigen dan kaya gas beracun seperti H2S, jika terangkat ke lapisan atas danau, saat terjadinya

pengadukan, dapat mematikan berbagai kehidupan di air termasuk ikan-ikan di dalam

karamba jaring apung).

Parameter kualitas air danau yang diukur dapat mengacu pada Peraturan

Pemerintah RI Nomor 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air yang mencakup berbagai persyaratan untuk

pemanfaatan air yaitu peruntukan air baku air minum; prasarana/ sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman; dan atau

peruntukkan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Dalam rangka menentukan status tropik danau, telah ditetapkan suatu kebijakan

melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Tentang

Daya tampung beban pencemaran air danau dan/ atau waduk (Tabel 1.1).

B. Pendekatan Pengelolaan

Status (hukum) dan Kebijakan formal berkaitan dengan status keberadaan

pengelola danau

Danau yang berada di kawasan konservasi memiliki fungsi utama sebagai

kawasan lindung. Beberapa danau yang berada dalam kawasan konservasi adalah tiga

danau di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan yaitu Danau Matano, Towuti dan Mahalona

yang berada di dalam Taman Wisata Alam , Danau Lindu di Sulawesi Tengah dan

Danau Sentarum di Kalimantan Barat berada dalam kawasan Taman Nasional.

Status danau yang berada di luar kawasan konservasi mempunyai fungsi lindung

dan budidaya. Fungsi lindung ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

ekosistem danau yang mencakup komponen biotik dan abiotik. Sedangkan fungsi

(16)

potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Danau Rawapening termasuk danau yang berada di luar kawasan konservasi.

I nformasi Rencana Tata Ruang perlu diketahui agar zonasi danau yang akan dibuat selaras dengan arah kebijakan pemanfaatan ruang di daerah tersebut. Selain itu dilakukan juga identifikasi jenis-jenis pemanfaatan danau yang telah ada untuk menilai pemanfaatan prioritas suatu danau. Perlu diingat bahwa pada umumnya daerah sempadan danau di I ndonesia telah terokupasi/ perebutan lahan (enroachment) sehingga sempadan danau berstatus hak milik. I nformasi aktivitas sektor bisnis di danau dan sekitarnya (restauran, keramba jaring apung, tambang, peternakan, perkebunan) perlu dilakukan karena dari sisi ekonomi memberikan pendapatan namun dari sisi lingkungan berpotensi besar menimbulkan pencemaran.

Kriteria Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Danau

I nformasi sosial budaya masyarakat yang tinggal di sekitar danau serta yang telah menikmati manfaat atas keberadaan danau baik secara langsung maupun tidak langsung perlu diketahui guna mengetahui persepsi mereka terkait rencana zonasi danau, serta perkiraan dampak sosial budaya yang ditimbulkan dengan adanya zonasi. Beberapa kriteria yang perlu diidentifikasi meliputi :

Dukungan masyarakat serta potensi konflik kepentingan; kriteria ini digunakan untuk menilai dukungan masyarakat terhadap kegiatan zonasi serta impelementasi zonasi dapat berjalan dengan baik;

Kearifan lokal dan adat istiadat; kriteria ini digunakan untuk melihat ada pengetahuan lokal/ pengetahuan tradisional ataupun adat dan kebiasaan masyarakat yang dapat membantu kelestarian sumberdaya alam.

Metode yang dapat dilakukan untuk menggali informasi sosial budaya dengan orientasi langsung di lapangan dan wawancara dengan perwakilan masyarakat dari berbagai profesi dan tingkat kepentingan.

Kriteria Ekonomi

Kriteria ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui nilai ekonomi suatu sumberdaya danau baik bagi masyarakat di sekitar danau maupun nilai ekonomi dalam skala besar bagi pendapatan daerah. Kriteria yang dapat diidentifikasi meliputi: Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

16

Nilai penting perikanan; kriteria ini digunakan untuk melihat nilai penting sektor

perikanan dalam suatu wilayah danau mencakup jumlah produksi baik perikanan

tangkap maupun budidaya;

Estetika, potensi rekreasi dan pariwisata; kriteria ini digunakan untuk melihat

keindahan alamiah dari suatu perairan dan/ atau biota yang memiliki daya tarik

tertentu dan apakah memiliki potensi dalam rekreasi dan pariwisata;

Kemudahan mencapai lokasi; kriteria ini memperhatikan ketersediaan akses dan

kemudahan dalam mencapai lokasi kawasan dari berbagai daerah mencakup juga

ketersediaan fasilitas trasnportasi air;

Potensi danau sebagai PLTAdan sumber air baku(pemanfaatan abstraksi).

Berdasarkan kriteria-kriteria identifikasi tersebut di atas, selanjutnya ditentukan

jenis zona perairan danau baik untuk fungsi lindung maupun fungsi budidaya. Adapun

pembagian zona untuk fungsi lindung mencakup : zona suaka perikanan, zona

sempadan danau, zona religi dan sosial budaya, dan zona restorasi- rawan bencana.

Sedangkan untuk fungsi budidaya mencakup : Zona Perikanan Tangkap, Zona

Perikanan Budidaya, Zona Wisata Air, Zona Alur Transportasi dan Zona PLTA, zona

sumber air baku dan mata Air. Kriteria-kriteria di bawah ini dapat berkembang sesuai

kebutuhan di daerah dengan tujuan untuk melestarikan keberlanjutan fungsi danau.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4 di bawah ini.

Tabel 1.4 Kriteria Zonasi Danau

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria

Fungsi Lindung

zona suaka

perikanan

Suaka perikanan adalah

kawasan perairan tertentu

dengan kondisi dan ciri tertentu

sebagai tempat

berlindung/ berkembang biak

jenis sumber daya ikan

tertentu, yang berfungsi

sebagai daerah perlindungan

a. Tempat hidup dan

berkembangbiak satu atau

lebih jenis ikan tertentu yang

perlu dilindungi dan

dilestarikan;

b. Mempunyai satu atau beberapa

tipe ekosistem sebagai habitat

jenis ikan tertentu yang relatif

masih alami;

(17)

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria

sebagai habitat ikan

sebagaimana disebutkan di

atas untuk menjamin proses

ekologi secara alami serta

dapat dikelola secara efektif;

d. Aktivitas yang diperbolehkan

untuk pendidikan;

e. Sumberdaya ikan di zona suaka

perikanan tidak boleh

ditangkap.

zona

sempadan

danau

Sempadan danau merupakan

satu kesatuan ekologis dengan

sistem badan air danau.

Keberadaan sempadan danau

ditujukan untuk pencegahan

abrasi atau hal-hal lain yang

dapat menyebabkan

pengurangan luasan badan air

danau, nilai ekologis dan

estetika kawasan

Melindungi keanekaragaman

hayati organisme akuatik

danau

a. Pemanfaatan ruang untuk

ruang terbuka hijau;

b. Pelarangan pendirian

bangunan kecuali bangunan

yang dimaksudkan untuk

pengelolaan badan air dan atau

pemanfaatan air;

c. Pendirian bangunan hanya

dibatasi untuk menunjang

fungsi taman rekreasi;

d. Perlu dilakukan penetapan

lebar sempadan danau;

e. Vegetasi asli perlu

dipertahankan dan jika perlu

direstorasi;

f. Tidak boleh ada pengambilan

material yang merusak fungsi

ekosistem, danau kecuali untuk

tujuan restorasi.

a. Mencakup zona litoral habitat

di danau;

b. Tidak boleh ada bangunan atau Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

18

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria

keanekaragam an hayati (zona litoral)

instalasi akuakultur apapun di zona litoral;

c. Tidak boleh ada pengambilan material yang merusak fungsi ekosistem, danau kecuali untuk tujuan restorasi.

Zona restorasi-rawan Bencana

Daerah rawan bencana yang dimaksudkan meliputi peluang terjadi perubahan drastis kondisi biofisik danau akibat aktivitas Hidrologis, Geologis

Zona-zona lain kecuali suaka perikanan dapat berubah status menjadi zona restorasi jika terjadi kerusakan fungsi ekologis baik akibat

pencemaran maupun sebab biologis.

a. Adanya perubahan fisik, sifat fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur tangan manusia; b. Adanya invasif spesies yang

mengganggu jenis atau spesies asli dalam kawasan;

c. Pemulihan ekosistem danau dapat dilakukan melalui teknik penyifonan air di lapisan dasar, penanaman kembali

sempadandanau, perbaikan habiatat litoral, penebaran ikan jenis asli dan pengendalian gulma air.

Zona religi, budaya dan sejarah;

Bagian dari periaran danau didalamnya terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan

nilai-a. Adanya lokasi untuk kegiatan religi yang masih dipelihara dan dipergunakan oleh masyarakat;

b. Adanya situs budaya dan sejarah baik yang dilindungi

(18)

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria

nilai budaya atau sejarah. undang-undang mapun tidak

dilindungi undang-undang.

ekologis dan konflik sosial,

a. Jaminan untuk peremajaan

stok dengan mempertahankan

lokasi suaka perikanan;

b. Mempertahankan

keanekaragaman fisik

kawasan;

c. Konektivitas hulu dan hilir

sehingga di zona tangkap tidak

mengganggu jalur ruaya/

migrasi;

d. Alat tangkap yang sudah tidak

berfungsi tidak boleh dibiarkan

berada di dalam badan air;

e. Alat tangkap dan cara

penangkapan yang ramah

lingkungan;

f. Tidak memutus jalur migrasi

ikan katadromus dan

a. Morfometri dan bathimetri

serta Kualitas fisika kimia dan

biologi perairan mendukung

untuk aktivitas budidaya (tidak

melampaui nilai baku mutu

peruntukan perikanan);

b. Pengukuran daya dukung dan

daya tampung beban

pencemaran danau untuk

menentukan jumlah unit dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

20

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria

luasan budidaya; c. Tidak menggangu alur

transportasi, dan zona wisata air;

d. Tidak dapat dikembangkan untuk danau-danau vulkanik yang tidak memiliki outlet; e. Zona perikanan tidak untuk

danau yang tertutup (enclosed lake). nilai-nilai masyarakat setempat. Pengelolaan zonasi wisata ditujukan agar mendatangkan pendapatan baik secara

langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat setempat. dan membuat pengunjung lebih survive hidup di alam, cinta dan berkontribusi untuk alam

a. Morfometri dan bathimetri serta Kualitas fisika kimimia dan biologi perairan

mendukung untuk wisata; b. Kemanan bagi pengunjung dan

kemudahan akses menuju lokasi;

c. Tidak terganggu sumber pencemar.

(19)

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria

Zona Alur

Transportasi

Pengaturan alur transportasi

agar tidak terjadi konflik

kepentingan dengan

pemanfaatan lain serta

meminimalsisasi dampak

pencemaran perairan

a. Morfometri dan bathimetri

mendukung untuk aktivitas

transportasi;

b. Alur maupun dermaga tidak

melintasi zona suaka

perikanan, dan zona perikanan

budidaya;

c. Pengatuan batas tonnase dan

kecepatan kapal.

Zona PLTA Fungsi pengaturan ditujukan

aktivitas pembangkit tenaga

listrik tidak mengganggu

masukan/ debit air ke dalam

danau dan jalur migrasi ikan

a. Bangunan PLTA tidak boleh

mengganggu keseimbangan

hidrologi danau sehingga tidak

mengurangi kemampuan air

danau untuk menetralisir

pencemaran air;

b. Tidak memutus jalur migrasi

ikan katadromus dan

anadromus;

c. Jumlah debit air yang dipakai

memperhatikan jumlah

ketersediaan air dan kebutuhan

air lainnya seperti air baku dan

air industri, agar permukaan air

danau tidak surut;

d. Tersedia wilayah pengamanan

dari kegiatan lainnya agar tidak

mengganggu sarana dan

operasi PLTA, sesuai dengan

karakteristik dan kondisi

danau. Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening 22

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria

Zona

rumah tangga penduduk yang

tinggal sekitar danau dan

pengontrolan kualitas air bagi

peruntukan air minum

a. Prioritas penggunaan air danau

adalah untuk keperluan rumah

tangga penduduk yang tinggal

sekitar danau;

b. Pengambilan air baku PDAM

harus memperhatikan jumlah

ketersediaan air dan kebutuhan

penduduk setempat;

c. Lokasi intake harus memenuhi

syarat kualitas air dan bebas

dari kegiatan yang berpotensi

mencemari air danau, serta

tersedia wilayah pengamanan;

d. Penyediaan air baku untuk

industri harus memperhatikan

jumlah ketersediaan air baku

minum untuk kebutuhan

penduduk setempat dan PDAM;

e. Tersedia wilayah pengamanan

dari kegiatan lainnya agar tidak

mengganggu sarana dan

operasi penyediaan air baku.

Sumber : KLH (2011)

1.4.2.2. Tahapan Penetapan Zonasi Perairan Danau

Zonasi perairan danau bagi pengelolaan suatu danau yang berkelanjutan

merupakan arahan pemanfaatan sumber daya perairan danau oleh pemerintah,

pemerintah provinsi dan/ atau pemerintah kabupaten/ kota yang diselaraskan dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tahapan penyusunan zonasi perairan danau

dapat dibagi menjadi :

(20)

Tahap 1. Perencanaan

Tahapan Perencanaan merupakan tahapan awal dari kegiatan untuk menetapkan

zonasi ekosistem danau. Pada tahap perencaaan ini dapat mencakup hal-hal sebagai

berikut :

Koordinasi mengenai rencana kegiatan dilakukan oleh instansi yang membidangi

sumberdaya air, lingkungan hidup, pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan,

tata ruang, energi dan sumberdaya air, riset dan teknologi, pariwisata, Bappenas.

Sedangkan pada Pemerintah Daerah dilakukan oleh dinas yang menangani

sumberdaya air, Bappeda, lingkungan hidup, pertanian, kehutanan, perikanan dan

kelautan, tata ruang, energi dan sumberdaya air, riset dan teknologi, dan

pariwisata;

Pembentukan Forum atau Kelompok Kerja untuk mengembangkan Visi Bersama

dalam rangka persiapan penetapan zonasi ekosistem danau;

Penentuan metode yang akan digunakan.

Metodologi pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengkaji data primer dan

data sekunder. Pengumpulan data awal (sekunder) meliputi: laporan-laporan

penelitian dan observasi yang pernah dilakukan di daerah yang diusulkan baik

yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga lainnya;

Hasil I nterpretasi dari Citra Satelit;

Rencana tata ruang dari instansi terkait, serta sejarah proses terhadap inisiatif

zonasi.

Pengkajian lapangan seperti pengukuran biofisik kimiawi perairan dan kajian

sosial ekonomi dapat dilakukan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi, konsultan

dan LSM.

Tahap 2. Pengumpulan informasi biofisik kimiawi, peluang risiko bencana

serta bentuk pengelolaan dan kebijakan

Pada tahapan ini, informasi terkini yang wajib dikumpulkan meliputi: (1) Kondisi

bio-fisik-kimiawi (termasuk tersedianya peta bathymetry, dimensi ukuran-ukuran fisik

danau, kualitas air horizontal dan vertikal, daya tampung beban pencemaran dan

keanekaragaman hayati); Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Danau yang

mencakup (2) I dentifikasi Stakeholder dan Jenis-jenis Pemanfaatan Danau; (3) Status

(hukum) dan Kebijakan formal yang berkaitan dengan status keberadaan danau. Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

24

Tahap 3. Analisa informasi dan membuat Rancangan Zonasi Danau

Setelah berbagai informasi/ data yang disebutkan pada tahap 1 dan 2 di atas

terkumpulkan, lalu dianalisa untuk selanjutnya dibuatkan “Rancangan Zonasi Danau”,

yang memuat informasi tujuan utama dari upaya zonasi danau yang ingin dicapai.

Konsep Zonasi sebaiknya disiapkan oleh sejumlah pakar yang memahami aspek-aspek

tersebut di atas (seperti: Ahli Limnologi terkait kajian bio-fisik-kimiawi perairan danau,

Ahli Kebijakan terkait analisa kebijakan-kebijakan pengelolaan danau, Ahli Sosial

Ekonomi Budaya yang mengkaji nilai manfaat sumberdaya danau bagi kepentingan

masyarakat). Data yang perlu dianalisa antara lain adalah berbagai data

bio-fisik-Sosek-dan kebijakan. Peta zonasi perlu dibuat dengan peta minimal skala 1:25.000,

dan untuk perizinan dibutuhkan peta skala 1: 5000 , tergantung pada luasan danau.

Tahap 4. Konsultasi Publik terhadap Rancangan Zonasi Danau

Setelah konsep Rancangan Zonasi terbentuk, selanjutnya adalah mematangkan Rencana Pengelolaan Danau menjadi dokumen “Zonasi Danau” yang final, yaitu

melalui konsultasi-konsultasi publik dengan melibatkan para pemangku kepentingan

(stakeholders) lain, seperti pengambil kebijakan, sektor usaha, dan wakil masyarakat yang berada di sekitar danau. Tujuan dari konsultasi adalah untuk mendapatkan

berbagai masukan bagi perbaikan Rancangan Zonasi Danau dan mengakomodasikan

berbagai kepentingan multi pihak (sejauh tujuan utama Zonasi Danau adalah untuk

mempertahankan keberlanjutkan manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam

danau) agar nantinya saat dokumen Zonasi Danau diterapkan di lapangan tidak

menimbulkan konflik dengan/ antara para pengguna danau.

Tahap 5. Pengesahan / legalisasi Zonasi Danau dan Sosialisasi

Dokumen Final dari Zonasi Danau, yang telah disusun di atas dan telah

memperoleh masukan dari berbagai pihak (melalui Konsultasi Publik), selanjutnya akan

dituangkan ke dalam peraturan/ kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah (berikut

konsekuensi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang mungkin terjadi terhadap

kebijakan ini). Tahapan ini lebih merupakan wewenang/ tugas Pemerintah, Pemerintah

Daerah dalam menetapkan status hukum dari Zonasi Danau serta

mensosialisasikannya kepada berbagai pihak yang memiliki kepentingan langsung/

tidak langsung atas keberadaan danau di daerah tersebut.

(21)

Pengajuan zonasi dapat diinisiasi/ diajukan oleh kelompok orang atau oleh Pemerintah/ Pemerintah Daerah. Perizinan pemanfaatan dan pengelolaan ruang badan air danau dan sempadan diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah kecuali untuk danau yang berada di kawasan konservasi dan atau yang dikelola langsung oleh pemerintah pusat.

Tahap 6. Implementasi Zonasi Danau

Tahapan ini merupakan ujung tombak dari berhasil tidaknya suatu Zonasi Danau mencapai tujuannya, yaitu

mempertahankan keberlanjutan nilai dan manfaat

danau,

sehingga dapat digunakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk

generasi sekarang dan yang akan datang. Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan Zonasi Danau adalah sangat penting. Pelanggaran-pelanggaran terhadap kebijakan yang sudah ditetapkan dan telah mendapat kesepakatan dari berbagai pihak merupakan pendukung kuat dalam melaksanakan penegakan hukum di lapangan.

Tahapan sosialisasi dan diseminasi dapat dilakukan melalui poster, radio, multimedia, atau workshop. Secara garis besar tahapan penetapan zonasi danau dapat digambarkan pada skema berikut.

Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening 26

Gambar 1.1 Skema Penetapan Zonasi Danau

Dalam penyusunan zonasi pemanfaatan perairan Danau Rawapening, maka beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan adalah tata ruang lahan sekitar danau, karakteristik kualitas air, hidrologi serta hidraulik danau, serta pemanfaatan perairan dan sumber daya air danau. Oleh karena itu, penyusunan zonasi perairan danau juga memerlukan informasi mengenai aspek pemanfaatan air dan aspek pembuangan beban pencemarannya, yang meliputi: a) permukiman dan sanitasi lingkungan, b) budidaya perikanan keramba jaring apung, c) pariwisata, d).transportasi air, e) perhotelan sekitar danau dan I PAL limbah, f) peternakan dan I PAL limbah, g)

Status danau sebagai kawasan konservasi/ berada dalam kawasan konsevasi Status Danau

Tata Ruang Wilayah Pengelola saat ini

Status danau BUKAN KEGIATAN PADA DTA DANAU

BEBAN LINGKUNGAN DTA DANAU

EVALUASI DTA DANAU

(22)

pertanian dan limbah pupuk, h) fluktuasi permukaan air danau dan PLTA, i)

pengendalian tumbuhan pengganggu, j) pengendalian lahan bantaran pasang surut, k)

pengendalian sedimentasi, dan l) kawasan konservasi di perairan danau. Selain itu,

dalam menyusun zonasi pemanfaatan perairan danau, maka data primer dan

sekunder yang diperlukan antara lain adalah peta perairan dan lahan danau, peta

daerah tangkapan air danau, interpretasi zona pemanfaatan ruang danau yang

disusun berdasarkan citra satelit dan peta topografi.

Pada penyusunan zonasi pemanfaatan perairan Danau Rawapening ini, maka

kriteria atau variabel yang akan dikembangkan adalah :

A. Pendekatan Ekologi

Kriteria Morfometry dan Bathymetry Danau

,

yang terdiri dari: Morfologi

danau (bentuk fisik danau), kualitas air pada kedalaman tertentu pada dasar

danau dan permukaan danau, hidrologi berupa sungai yang mengalir sebagai air

masuk ke danau atau inlet serta kondisi sungai dilihat dari faktor fisik sungai

yang mengalirkan keluar danau yang berfungsi sebagai outlet.

B. Pendekatan Pengelolaan

1.

Penggunaan lahan

,

yang terdiri dari lahan pertanian, lahan perkebunan,

kehutanan, perikanan, permukiman dan pariwisata yang mempengaruhi

ekosistem danau. Penggunaan lahan yang dapat mempengaruhi kondisi

lahan sekitar danau sebagai daerah tangkapan air, makin besar kondisi

lahan terbangun yang ada maka fungsi tangkapan air makin kecil, namun

makin besar luas lahan hutan lindung maka fungsi daerah tangkapan air

makin besar. Besarnya jumlah luas permukiman mengindikasikan

besarnya limpasan air permukaan yang mengakibatkan adanya erosi atau

penggelontoran pada sungai dan waduk.

2.

Sosial Ekonomiyang terdiri dari kegiatan manusia yang berkaitan dengan

kebutuhan dan aktifitas ekonomi: kegiatan pertanian, perkebunan,

perikanan, pariwisata dan kebutuhan air minum. Ketergantungan mata

pencaharian menunjukkan tingkat ketergantungan penduduk kepada

penggunaan lahan yang ada. Persentasi mata pencaharian penduduk

merupakan hal yang penting bagi pengkajian permasalahan sosial ekonomi

yang ada hubungan dengan penggunaan lahan sekitar danau dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

28

penggunaan atau pemanfaatan perairan danau. Hal ini menjadi penilaian

dalam mengindikasikan kesetimbangan dan kualitas lingkungan.

Setelah tahapan pengumpulan data dan informasi primer dan sekunder

terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pengolahan peta berdasarkan hasil survey

lapangan dan data sekunder. Tujuan yang mau dicapai dari tahap ini adalah untuk

mengetahui potensi dan masalah yang ada di Danau Rawapening. Tahapan

pengolahan data dan informasi peta yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Penentuan titik pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat Global Position System (GPS) sehingga bisa dilakukan langkah pengamatan di lapangan dan dapat melihat potensi dan masalah yang ada di suatu lokasi;

2. Besaran titik lokasi sangat bergantung kepada besar dan kecilnya suatu masalah;

3. Tahap transfer data lapangan ke dalam data digital. Pengolahan data dilakukan

dengan cara mentransfer data hasil GPS ke dalam database seperti microsoft excel;

4. Dilakukan pengolahan peta dasar yang sumbernya dapat dipertanggung

jawabkan yaitu Peta Rupa Bumi I ndonesia (dari BAKOSURTANAL/ Badan

I nformasi Geospasial). Tentunya keakuratan data sangat tergantung pada apa

yang dimiliki dari instansi tersebut, namun untuk pengecekan maka dilakukan

survey lapangan;

5. Unsur yang diolah dalam bentuk digital adalah peta tata guna lahan. Peta

tataguna lahan akan menunjukkan pemanfaatan lahan yang ada disekitar Danau

Rawapening, serta hubungan pemanfaatan lahan, aktifitas manusia terhadap

danau tersebut, sehingga dapat diketahui potensi dan masalah yang ada;

6. Dengan pengolahan peta digital dapat diketahui luas penggunaan lahan yang

ada pada Sub DAS Rawapening (Permukiman, pertanian, kehutanan,

perkebunan, dan danau, alang alang, belukar);

7. Pengolahan segmentasi kecamatan pada Sub DAS Rawapening dapat

memberikan informasi komposisi penggunaan lahan yang ada di suatu

kecamatan, misalnya persentase luas permukiman, sawah, dll. terhadap

kecamatan yang ada di danau tersebut.

8. Tahap penggabungan hasil survey dengan peta dasar yang telah diolah akan

menghasilkan kondisi lapangan yang sudah dapat dituangkan menjadi sebuah

(23)

dalam format digital. Dari pengolahan tersebut dapat diketahui besaran luas

enceng gondok yang ada pada perairan danau, lokasi Keramba Jaring Apung

(KJA) dan jumlahnya, lokasi dermaga maupun pemanfaatan lainnya. Lokasi

enceng gondok yang diketahui berdasarkan survey lapangan dengan membuat

titik-titik lokasi mengikuti lekukan eceng gondok sehingga terbentuklah sebuah

area eceng gondok yang ada di Danau Rawapening, demikian juga pada

pemanfaatan lainnya sesuai dengan kebutuhan studi;

9. Pengolahan peta dan lapangan juga dapat mengetahui sumber pencemar yang

ada pada daerah tersebut. Biasanya sumber-sumber pencemaran air sangat

beragam diantaranya yaitu rumah sakit, pasar, bengkel mobil, industri,

permukiman dan lain-lain, sehingga dapat menghasilkan peta lokasi sumber

pencemar.

Kajian zonasi banyak melibatkan pihak yang berkompeten, termasuk instasi

terkait, karena umumnya instansi terkait juga melakukan kajian atau studi untuk

perencanaan program ke depan. Hasil pengolahan data dari berbagai aspek menjadi

dasar untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada di Danau Rawapening,

selanjutnya melalui berbagai kriteria dan aturan maka dilakukan kajian penentuan

zonasi. Kriteria diperoleh dari peraturan dan perundang-undangan, serta pengalaman

di lapangan. Oleh karena penentuan zonasi harus dilakukan secara menyeluruh. Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

30

BAB II

GAMBARAN UMUM DANAU RAWAPENING

2.1 Tipologi Danau

Danau Rawapening adalah danau yang terjadi secara alamiah, yang

mengeluarkan airnya pada Kali Tuntang. Danau ini menjadi bendungan karena proses

geologi yang membentuknnya. Kemudian bendungan ini disempurnakan dengan

melakukan pembangunan dam pada tahun 1912 – 1916, dan memanfaatkan Kali Tuntang sebagai satu-satunya pintu keluar. Danau ini kemudiaan diperluas pada tahun

1936 mencapai + 2.667 Ha pada musim penghujan dan pada akhir musim kemarau

luas danau Rawapening mencapai + 1.650 Ha. Oleh karena itu tipologi Rawapening

adalah danau alam dan buatan.

2.2 Letak Geografis

Danau Rawapening terletak pada kordinat 704’ LS - 7030’ LS dan 1100 24’46’’ BT – 110049’06’’ BT, dan berada di ketinggian antara 455 – 465 meter di atas permukaan laut (dpl) serta dikelilingi oleh tiga Gunung: Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Letak

Danau ini strategis karena berada di tepian jalan raya Nasional Semarang - Solo dan

Semarang – Yogyakarta, serta berada di jalan antar Ambarawa – Kota Salatiga.

Secara administratif Danau Rawapening berada di Kabupaten Semarang, dan

daerah tangkapannya sebagian besar berada di Kabupaten Semarang serta hanya

sebagian kecil berada di Kota Salatiga (lihat Gambar 2.1).

Areal Danau Rawapening secara administratif masuk 4 (empat) Kecamatan di

Kabupaten Semarang yakni :

Sebelah Utara : Kecamatan Bawen

Sebelah Selatan : Kecamatan Banyubiru

Sebelah Timur : Kecamatan Tuntang

(24)

Gambar 2.1 Lokasi Danau Rawapening

2.3 Karakteristik Danau

Danau Rawapening secara astronomis terletak pada 110o23’23” – 110o28’21’ Bujur Timur dan 7o15’25” – 7o20’15” Lintang Selatan. Luas genangan maksimum Danau Rawapening 2.700 ha, volume air maksimum ± 65.106 m3 dan luas minimum antara 1.300 – 650 ha dengan volume ± 15.106 m3. Fluktuasi kedalaman air maksimum dan minimum ± 2,40 m dengan tingkat evaporasi rata-rata harian sebesar

5,9 mm/ hari.

Secara fisiografi Danau Rawapening dan dataran alluvial di sekitarnya terbentuk

karena adanya amblesan (subsident) Gunung Api Suropati Tua, yang menyebabkan kaki gunungapi di bagian utara bergeser lebih ke utara yang menimbulkan struktur

sesar naik. Cekungan (basin) Rawapening terjadi karena adanya pembendungan oleh lahar gunung api Ungaran Tua yang bersifat basalitis menutup aliran Sungai Tuntang.

Pembentukan ini diperkirakan terjadi pada kala Holoceen hingga Pleicene. Litologi yang

dijumpai di sebelah utara Rawapening adalah breksi volkanik, aliran lahar dengan Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Zonasi Danau Rawapening

32

23’23” – 28’21’ 15’25” – 20’15” Lintang Selatan. Luas genangan maksimum

sisipan aliran lava dan tufa halus sampai kasar dari Formasi Notopuro yang diendapkan

pada kala Pleistocene hingga Pleiocene. Bantuan vulkanik hasil kegiatan dari Gunung

Ungaran Purba dan Gunung Merbabu yang diendapkan pada kala Holocene hingga

Pleiocene dijumpai di bagian selatan dan barat laut.

Air Danau Rawapening bersumber dari mata air dan sungai-sungai yang

alirannya masuk ke danau ini. Mata air yang dijumpai di sekitar danau ini antara lain

adalah mata air Muncul, Rawapening, Tonjong, Petet dan Parat. Sungai-sungai yang

alirannya masuk ke Rawapening adalah sungai Legi, Mulungan, Muncul, Kedung

Ringin, Parat, Nagan, Cengkar, Torang dan Geleh.

Outlet Danau Rawapening terletak pada bagian Kali Tuntang yang mengalami pembendungan secara alami, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Pada lokasi

Outlet ini dibangun pintu air untuk mengendalikan debit air yang keluar danau, hal ini dilakukan karena air Danau Rawapening antara lain dimanfaatkan untuk sumber

pembangkit listrik tenaga air di PLTA Jelok (20.000 KWH) dan PLTA Trimo (12.000

KWH), serta sumber air irigasi sawah seluas ± 40.000 ha.

2.4 Kondisi Fisik Danau

2.4.1 Geologi, Topografi dan Penggunaan Lahan

Secara alami, Danau Rawapening terbentuk melalui proses letusan vulkanik yang

mengalirkan lava basalt dan menyumbat aliran Kali Pening di daerah Tuntang. Sebagai

akibatnya lembah Kali Pening menjadi terendam air dan kemudian menjadi reservoir

alami yang keberadaannya sangat penting bagi sistem ekologi Sebagai akibatnya

lembah Pening yang berhutan tropik menjadi rawa, sehingga Danau Rawapening termasuk tipe ”mangkok”.

Topografi Danau Rawapening berbentuk tanah datar dan merupakan lembah

yang dikelilingi oleh daerah yang tinggi (pegunungan dan perbukitan) serta

terbendung di Kali Tuntang. Untuk daerah dataran tinggi (daerah hulu) mempunyai

bentuk topografi bervariasi yaitu datar, agak bergelombang, bergelombang, berbukit,

berbukit terjal, sampai pegunungan, karena berada di kaki gunung. Di Kecamatan

Getasan, sebagai salah kecamatan dalam kawasan Sub DAS Rawapening, dimana

desa-desanya termasuk dalam kawasan berbagai sub DAS Parat dan Sub DAS Sraten,

mempunyai karakteristik topografi bervariasi yaitu datar, agak bergelombang,

bergelombang, berbukit, berbukit terjal, sampai pegunungan. Daerah topografi datar

Gambar

Gambar 3.1 Peta Bahaya Erosi DTA Danau Rawapening
Gambar 3.3.
Tabel 3.5. Status Mutu Air Danau Rawapening Metoda Indeks Pencemaran Air
Gambar 3.9. Peta Kedalaman Danau Rawapening
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Oleh karena itu, pemerintah memiliki peran yang sangat penting terkait dengan pendistribusian dana bantuan langsung tunai yang tujuan utamanya yaitu untuk membantu

Daya ledak otot tungkai memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan teknik lompat harimau karena saat melakukan gerakan melompat memerlukan daya ledak

yang sangat penting dalam memediasi pelaksanaan praktik manajemen sumberdaya manusia strategik untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi rumah sakit pemerintah dan

wilayah (RT/RW) serta aspek lingkungannya. Sistem drainase pada suatu wilayah memiliki peran yang sangat penting yaitu untuk mengalirkan air hujan yang tidak

Manajemen sumber daya manusia merupakan peran yang sangat penting pada perkembangan food and beverage pada masa sekarang dan yang akan datang, oleh karena itu dalam memilih sumber daya