• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan kredibel. Oleh sebab itu,

28

kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan dapat menjadi temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Dengan demikian reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan satu kesatuan dalam melakukan analisis data pada penelitian. Model analisis penelitian kualitatif Miles dan Huberman dapat disimpulkan mampu menjawab atau memecahkan permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan secara teratur dan berurut mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan dalam penelitian.

Disamping itu, penelitian yang telah dibuat juga dapat dipertanggungjawabkan karena telah di verifikasi.

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Pasar dan Pedagang Pasar Sidikalang

1. Asal Usul Pasar Sidikalang

Pasar Sidikalang merupakan pasar terbesar di Kabupaten Dairi yang sudah terbentuk sejak puluhan tahun silam yang kini akrab disebut sebagai pajak oleh masyarakat. Pasar Sidikalang sudah mengalami renovasi beberapa kali yang dimulai tahun 2005 ketika masa Pemerintahan Bupati Tumanggor. Renovasi pasar ini dimulai dari pembangunan kios-kios, penataan letak pasar hingga pelebaran pasar. Informasi dari Kak Olo dan Ibu Ida :

Jadi dari tahun 2005 kalau ga salah mulai lah renovasi di pasar ini dari buat kios-kios, tetapi sebelumnya pasar ini masih kebijakan pedagangnya buat tenda gitu. (N1.W1.15)

Dulu tahap awal perenovan pasar ini dimulai dari Bupati Tumanggor terus bupati lainnya menyusul melanjutkan pembangunan pasar dari buat gedung-gedung lainnya. (N2.W1.7)

2. Perkembangan Terkini Pasar Sidikalang

Seiring berkembangnya waktu, Pasar Sidikalang telah mengalami kemajuan.

Berawal dari bentuk pasar yang sederhana dan terbilang berantakan yang kemudian diubah menjadi pasar dengan gedung megah dan bersih. Di samping itu, pasar semakin tertata dengan rapi dan telah dikelola dengan baik oleh pihak Pimpinan Pasar. Hal ini dapat dilihat dari tempat pedagang berjualan yang dulunya menggunakan tenda dan sekarang sudah memiliki kios masing-masing yang sudah dikelompokkan dalam jenis dagangan yang diperjualkan. Selain penataan, pola pikir pedagang di Pasar Sidikalang juga turut mengalami perkembangan, semakin banyak pedagang yang memanfaatkan internet dalam berjualan seperti berjualan di Facebook. Perkembangan Pasar Sidikalang yang semakin pesat menjadi ketertarikan

30

tersendiri bagi pedagang dari luar kota untuk berjualan di Pasar Sidikalang sehingga pasar ini terbilang ramai setiap hari bahkan di hari minggu. Berkat kemajuan Pasar Sidikalang, ekonomi pedagang pun turut meningkat dan semakin banyak pedagang mulai mengembangkan usahanya dari pedagang biasa hingga menjadi pemasok.

Informasi dari Kak Olo :

Orang masih jualan diluar pake tendanya masing-masing gitu nah kalau sekarang udah semakin di tata rapi juga ini jadi udah ada pengelompokan kayak digedung itu penjual baju, digedung sebelah sini penjual ikan trus disebelahnya itu jual bumbu-bumbu dia. (N1.W1.19)

Kalau pasar udah maju pedagang pasti maju pola pikirnya itu ya kalau pedagangnya menurutku ini udah makin menyebar soalnya makin meluas juga pajak ini. (N1.W1.21)

Iya gini dek kalau kayak hari minggu aja biasanya pedagang yang jualan sepi kalau sekarang gaada bedanya hari minggu sama hari sabtu, ramai pedagang dan banyak juga berdatangan dari kota lain untuk berjualan di sini. di pasar ini pun pedagang yaudah makin majulah, buktinya udah banyak pedagang besar di sini jadi tokke (tokke = pemasok). Tetapi berkembang pun tetap harus ada perbaikan dek sebenarnya. (N1.W1.23) 3. Total Pedagang di Pasar Sidikalang

Berdasarkan pengamatan narasumber, total pedagang di Pasar Sidikalang kurang lebih 100 pedagang. Hal ini dapat diamati dari ratusan ruko di gedung induk yang hampir keseluruhan sudah terisi. Informasi dari Bang Candra :

Wah banyak lah, 200 pun mungkin ada. Ini ruko-ruko di gedung induk ini terisi semua bisa diliat ruko di sini aja sekitaran 100 belum lagi kios-kios kecil diluar. (N3.W1.14)

4. Pengelompokan Pedagang di Pasar Sidikalang

Pasar Sidikalang memiliki pedagang dari berbagai kalangan yang terdiri dari beberapa kelompok yaitu berdasarkan usia, mayoritas pedagang berkisar antara 30-50 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar tamatan SD, SMP, dan SMA. Berdasarkan tingkat omzet atau pendapatan, berkisar ratusan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah. Informasi dari kak Olo:

Oh ya kalau di sini mayoritas pedagangnya tamatan sma/smp atau ga Sd.

Kalau untuk usia di sini dari paling muda sampai paling ada juga sih dek, tetapi paling banyak usia 30-50 tahun kira-kira sama kayak kakak. Kalau

31

omzetnya ya ada yang beromzet 100rb sampai puluhan juta pun ada ya itu tadi tokke-tokke itu. (N1.W1.35)

B. Bentuk Modal Sosial di Pasar Sidikalang

Modal sosial merupakan bagian dari aktivitas manusia yang terbentuk atas unsur kepercayaan, norma dan jaringan. Putnam (1990) mengungkapkan bahwa makna modal sosial mengacu pada atribusi organisasi sosial seperti jaringan, norma, dan kepercayaan yang mampu memfasilitasi proses koordinasi dan kerja sama untuk mendapatkan keuntungan bersama. Artinya, masyarakat khususnya pedagang di Pasar Sidikalang diajak untuk berkembang bersama serta mampu memecahkan masalah bersama sehingga dapat mencapai tujuan bersama. Disamping itu, pedagang juga didorong untuk mampu berelasi dengan satu dan yang lainnya sehingga tercipta keselarasan dan ikatan yang kuat antar sesama pedagang dalam lingkup pasar. Dengan itu, keberadaan modal sosial diharapkan mampu memengaruhi keberhasilan perekonomian pedagang serta kemajuan pasar.

Berdasarkan hasil penelitian, identifikasi modal sosial pedagang di Pasar Sidikalang terlihat dalam gambar IV.1. Modal sosial yang teridentifikasi di Pasar Sidikalang menggambarkan hubungan serta relasi antar pengurus dan anggota organisasi P3S serta keseluruhan pedagang. Hubungan sosial antara anggota dan pengurus serta seluruh pedagang terwujud dalam beberapa hal yakni keaktifan anggota dan pengurus organisasi didalam pasar, adanya tujuan bersama seluruh pedagang serta berkomitmen mencapai tujuan bersama, saling mendukung, saling mengenal dan berinteraksi dengan baik. Disamping relasi yang terjalin, di Pasar Sidikalang juga tentunya dibentuk aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang tujuannya untuk mengontrol aktivitas pedagang di pasar. Namun adanya aturan tidak menjamin seluruh pedagang untuk mau menaatinya sehingga diciptakan sangsi bagi siapa pun

32

yang melanggar. Modal sosial yang tumbuh dalam lingkup pasar pada akhirnya menjadi pengikat hubungan sesama pedagang.

Bentuk keaktifan anggota dan pengurus organisasi pasar terlihat dari partisipasi anggota/pengurus dalam menyampaikan aspirasi, keaktifan pengurus dalam meninjau perkembangan pasar serta kekurangan seperti apa yang perlu diperhatikan dan disampaikan kepada Pemerintah. Interaksi yang baik antar anggota dan Pengurus P3S di pasar menjadi salah satu alasan kuat masih berdirinya organisasi P3S hingga saat ini.

Interaksi yang terjalin di pasar memengaruhi aktivitas pedagang yang kerap terlibat dalam kegiatan bersama seperti rapat P3S maupun kegiatan atau acara diluar pasar, sehingga sesama pedagang dapat saling mengenal dengan baik. Seperti apa yang disampaikan oleh Bang Candra, seluruh pedagang di Pasar Sidikalang memiliki tujuan bersama yakni mengembangkan pasar dan meningkatkan kualitas pasar. Karena pedagang sadar bahwa memajukan Pasar Sidikalang bukan hanya tugas dari Pemerintah namun pedagang pun turut berpatisipasi di dalamnya untuk mendukung Pemerintah demi mencapai kemakmuran bersama dan sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Ida bahwa seluruh pedagang pastinya berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama.

Demi tercapainya tujuan bersama, pedagang turut saling mendukung. Hal ini dapat dilihat dari bentuk support pedagang ketika membeli barang dagangan dan saling menyemangati antar satu sama lain. Bertemunya individu atau kelompok di dalam pasar membentuk hubungan sosial yang memerlukan adanya aturan. Aturan sendiri diciptakan untuk mengontrol aktivitas pedagang baik aturan tertulis maupun aturan tidak tertulis.

Seperti apa yang disampaikan oleh Bang Candra bahwa aturan tertulis yang dibentuk di pasar berupa kewajiban pedagang membayar biaya sewa kios, retribusi dan uang kebersihan. Sedangkan aturan tidak tertulis sendiri berupa imbauan dari Pemerintah maupun pihak Pimpinan Pasar seperti kewajiban memakai masker, menjaga kebersihan

33

sekitar dan pelarangan berjualan diluar gerbang pasar. Demi terlaksananya aturan-aturan tersebut, kemudian diberlakukan sangsi berupa denda dan teguran langsung dari pihak Pimpinan Pasar.

C. Bentuk Bonding Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang

Bonding Social Capital kerap disebut sebagai modal sosialmengikat. Bonding Social capital merupakan bentuk modal sosial yang memungkinkan terjadinya hubungan kerja sama antar sesama individu maupun individu dengan kelompok dalam suatu perkumpulan. Dengan adanya modal sosial mengikat, hubungan internal antar sesama pedagang di Pasar Sidikalang akan memengaruhi keberadaan pasar ditengah-tengah masyarakat. Artinya, keberlangsungan pasar akan bergantung pada hubungan sosial yang dijalin oleh seluruh pedagang.

Bonding social capital Pedagang di Pasar Sidikalang dapat dilihat dalam gambar IV.2. Gambar tersebut menunjukkan modal sosial mengikat antar sesama pedagang yang berasal dari berbagai kalangan berbeda, baik dari segi pendidikan, karakter, suku maupun agama. Modal sosial yang mengikat hubungan kerja sama antar pedagang antara lain gotong royong, kegiatan arisan, silahturahmi, komunikasi, kepercayaan, solidaritas, sikap saling membantu, terlibat dalam kegiatan bersama dan hubungan kekeluargaan/kekerabatan. Kesepeluh bentuk modal sosial mengikat tersebut tumbuh

Gambar 4.1 Identifikasi Bentuk Modal Sosial Pedagang di Pasar Sidikalang

Bentuk Modal Sosial

di Pasar Sidikalang Bonding Social

Capital

Linking Social Capital Bridging Social

Capital

34

pada kelompok masyarakat dengan profesi yang sama. Bentuk modal sosial tersebut juga menunjukkan adanya ikatan kuat antar pedagang dalam mencapai tujuan bersama di Pasar Sidikalang.

Berdasarkan informasi dari ketiga narasumber, kegiatan gotong royong terwujud dalam pengadaan kegiatan bersih-bersih di lingkungan pasar yang digerakkan langsung oleh Pemerintah Kota dan dibantu oleh pihak dinas kebersihan. Kegiatan arisan terwujud dalam mayoritas kelompok ibu-ibu. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Ida, kegiatan arisan ini sendiri dalam bentuk uang di mana salah satu anggota akan mengutip perminggunya dengan patokan harga yang sudah ditentukan dan selanjutnya anggota dipersilakan memberi penawaran. Solidaritas sendiri terlihat manakala sesama pedagang tidak menjelek-jelekan satu sama lain dan solid memberikan patokan harga pada jenis barang yang sama walaupun masih banyak pedagang dari luar berusaha menjatuhkan harga agar produk yang dijual lebih laku. Sikap saling membantu antar satu sama lain didalam pasar terwujud dalam hal meminjamkan uang maupun membantu menjaga barang dagangan sesama pedagang. Seperti apa yang disampaikan oleh Kak Ida bahwa pedagang juga kerap terlibat dalam kegiatan bersama seperti menghadiri acara festival kopi, gelar audiensi bersama Bupati Dairi dan acara syukuran. Hubungan silahturami tercipta karena adanya komunikasi, hal ini dapat dilihat dari kebiasaan pedagang menyapa satu sama lain. Berkat hubungan sosial yang terjalin didalam pasar, sikap saling percaya pun tertanam di antara pedagang. Menurut Bang Candra, Sikap saling percaya ini menjadi bukti bahwa hubungan sosial antar beberapa pedagang dengan yang lainnya telah terbentuk dengan baik. Sebagai kota dengan mayoritas suku batak, hubungan kekelurgaan di dalam pasar sangat erat kaitannya dengan hubungan semarga di mana pedagang akan sangat menghargai keberadaan saudara yang memiliki marga yang sama.

35

D. Bentuk Bridging Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang

Bridging social capital atau disebut sebagai modal sosial menjembatani. Bridging social capital merupakan hubungan kerja sama antara anggota dalam suatu kelompok dengan kelompok lain. Bridging social capital ini sendiri sebagai modal sosial yang menjembatani antara pedagang maupun kelompok P3S dengan kelompok atau komunitas diluar pasar. Artinya ada relasi atau hubungan pedagang dengan kelompok lain secara luas. Keberadaan bridging social capital memperluas jaringan dan partner pasar dalam menciptakan peluang kerja sama.

Bridging social capital pedagang dapat dilihat pada gambar VI.4. Dalam gambar tersebut menunjukkan adanya modal sosial yang menjembatani kerjasama pedagang dengan kelompok di luar pasar. Bentuk kerja sama antar pedagang dan kelompok lain ini sendiri yakni kegiatan sosial antar komunitas mahasiswa bersama P3S, hubungan kerja sama per-individu dan hubungan kerja sama antara pedagang dengan mahasiwa kuliah lapangan. Modal sosial menjembatani di dalam Pasar Sidikalang tidak begitu besar namun bentuk kerja sama ini sendiri dapat menjadi peluang bagi pedagang dalam

Bentuk Bonding

Social Capital Gotong Royong

Kegiatan Arisan

Terdapat Solidaritas

Teribat kegiatan bersama

sikap saling percaya

Terjalin silaturahmi hubungan

kekeluargaan/

kekerabatan Adanya

hubungan sosial

Saling membantu Komunikasi

Gambar 4.2 Bentuk Bonding Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang

36

menambah partner kerja. Modal sosial yang menjembatani kerjasama dengan kelompok maupun pihak lain tidak selalu dalam hubungan bisnis tetapi dapat pula berupa bantuan dan sharing ilmu.

Menurut Kak Olo, kerja sama yang dilakukan pihak komunitas mahasiswa dengan P3S berupa kegiatan membagi masker dan sabun cuci tangan secara gratis kepada seluruh pedagang. Akan tetapi, menurut Bang Candra untuk kerja sama dengan organisasi pada umumnya memang belum ada, karena komunitas atau organisasi di sidikalang kurang tertarik berkontribusi dengan Pasar Sidikalang. Namun beberapa organisasi maupun komunitas biasanya melakukan hubungan kerja sama dengan pedagang tertentu atau dengan kata lain pedagang yang memang menjadi fokus objek kerja sama yang akan dituju seperti contonya hubungan kerja sama yang dilakukan oleh mahasiswa yang sedang melakukan praktik lapangan dengan pedagang seperti pedagang kopi dalam rangka mengenal serta mempromosikan kopi ke masyarakat luas.

E. Bentuk Linking Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang

Linking Social Capital atau sering disebut sebagai modal sosial menghubungkan.

Linking Social Capital merupakan bentuk modal sosial yang berupaya menghubungkan satu kelompok dengan kelompok lainnya maupun kelompok dengan individu dalam strata yang berbeda. Ikatan modal sosial ini biasanya diindikasikan dengan organisasi

Bentuk Bridging Social Capital Kegiatan sosial antara

Komunitas Mahasiswa dan P3S

Hubungan Kerja sama antar individu

Hubungan Kerja sama Pedagang dan Mahasiswa Kuliah

Lapangan

Gambar 1.3 Bentuk Bridging Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang

37

seperti Pemerintah, Bank, atau lembaga penyandang dana yang ada di dalam atau di luar masyarakat.

Modal sosial yang menghubungkan kerja sama antara pedagang dengan pihak lain dapat dilihat dalam gambar IV.5. Gambar tersebut menunjukkan bagaimana linking social capital dibangun oleh pedagang dan pihak yang hirarkinya lebih tinggi. Bentuk hubungan sosial tersebut antara lain pengelolaan dan pengawasan pasar oleh Pemerintah, kolaborasi antara pihak kelurahan dan kecamatan dalam pembenahan pasar, interaksi langsung Pemerintah dan pedagang pasar, penyelenggaraan festival kopi oleh Bupati Dairi, gelar audiensi oleh Pemerintah Kota bersama komunitas P3S dan perilisan aplikasi QRISS oleh Pemerintah dan Pihak Bank BRI. Hubungan sosial antara pedagang dan Pemerintah sebagian besar masih dalam bentuk pengasawan dan kontrol langsung ke Pasar Sidikalang. Hubungan sosial ini memungkinkan untuk mendukung kemajuan pasar serta penguatan SDM dan legalitas dalam pasar.

Menurut Bang Candra, Pengawasan dan kontrol langsung oleh Pemerintah dapat dilihat dari peran Pemerintah sebagai pembuat kebijakan-kebijakan di pasar terkait aturan biaya sewa kios maupun biaya retribusi. Di samping itu, Pemerintah Dairi kerap kali berkunjung ke pasar untuk sekadar melakukan pengamatan dan berinteraksi langsung dengan pedagang. Interaksi langsung ini merupakan bentuk pengawasan langsung oleh Pemerintah. Sebagai pengawas dan pengatur, Pemerintah kota juga turut berperan dalam mengadakan gelar audiensi bersama Komunitas P3S yang tujuannya adalah untuk mendiskusikan langsung perkembangan terkini pasar dan hal apa yang perlu diperbaiki. Selain bentuk pengawasan, Pemerintah kota juga memberikan dukungan langsung kepada pedagang dengan mengadakan acara festival kopi yang untuk mendukung kemajuan kopi di Sidikalang. Pemerintah kota juga bekerjasama dengan Pihak Bank BRI dalam memperluas jangkauan pasar. Bentuk kerja sama ini

38

terwujud dalam perilisan aplikasi QRISS. Aplikasi ini sebagai platform yang diperuntukkan bagi pedagang memasarkan barang dagangannya secara online. Selain dukungan dari Pemerintah kota, Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan juga berkolaborasi dalam pembenahan pasar. Menurut Bang Candra, kolaborasi ini sendiri terlihat dalam pengadaan kegiatan gotong royong dan pengawasan dari pihak kelurahan maupun kecamatan.

F. Fungsi Bonding Social Capital Bagi Pedagang di Pasar Sidikalang

Fungsi bonding social capitalcenderung mendorong identitas masyarakat dan mempertahankan homogenitas. Di samping itu, bonding social capital juga berfungsi membantu pedagang di Pasar Sidikalang untuk mengembangkan pasar serta meningkatkan perekonomian masing-masing pedagang. fungsi bonding social capital menunjukkan pengaruh serta manfaat partisipasi pedagang dalam aktivitas yang berlangsung di Pasar Sidikalang.

Bentuk Linking Social Capital

Pengelolaan dan pengawasan pasar

oleh Pemerintah Penyelenggaraan

festival kopi oleh Bupati dairi

Perilisan aplikasi QRISS oleh Pemerintah dan Pihak Bank BRI

Kolaborasi antara Pihak Kelurahan dan Kecamatan dalam pembenahan pasar Interaksi langsung

Pemerintah dan

Pedagang Pasar Gelar audiensi oleh

Pemerintah kota bersama komunitas

P3S

Gambar 4.4 Bentuk Linking Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang

39

Fungsi bonding social capital pedagang di Pasar Sidikalang dapat dilihat pada gambar IV.6. Gambar tersebut menunjukkan bahwa bonding social capital memberikan efek yang cukup besar dalam segi penjualan dan omzet. Fungsi bonding social capital pedagang di Pasar Sidikalang antara lain memudahkan komunikasi dan beradaptasi, sebagai jembatan/penghubung antar pedagang, membantu pembiayaan modal usaha, mendorong semangat berjualan dan peningkatan profit usaha. Dilihat dari beberapa fungsi tersebut, bonding social capital tidak hanya berfungsi dalam mengikat hubungan atau relasi antar pedagang melainkan turut berfungsi dalam peningkatan omzet/penjualan serta pembiayaan modal pedagang. Fungsi bonding social capital dirasakan langsung oleh pedagang karena berdampak positif pada kehidupan pedagang di Pasar Sidikalang. Menurut Kak Ida, Berkat adanya kegiatan sosial di dalam pasar seperti gotong royong, arisan, silaturahmi dan sikap saling percaya, cukup memengaruhi kelangsungan hidup pedagang di Pasar Sidikalang di mana sesama pedagang semakin mengenal dan mengikat antar satu sama lain sehingga memudahkan satu dan yang lainnya untuk beradaptasi. Selain itu, relasi yang terjalin memberi semangat bagi pedagang ketika berjualan karena mereka merasa memiliki teman untuk berkomunikasi.

Fungsi bonding social capital juga berpengaruh dalam aspek ekonomi yaitu di mana pedagang semakin terbantu dalam memenuhi modal berdagang berkat adanya kegiatan arisan dan bantuan pinjaman. Selain itu, sesama pedagang juga pada akhirnya mau saling berbagi ilmu bagaimana trik pemasaran barang dagangan. Menurut Bang Candra, untuk profit sendiri cukup berpengaruh karena dengan tertanamnya sikap saling bahu membahu secara tidak langsung pedagang telah mendukung usaha satu sama lain.

40

G. Fungsi Bridging Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang

Fungsi modal sosial menjembatani sangat beragam karena hal ini tergantung ikatan sosial yang timbul antar kelompok maupun kelompok dengan individu. Fungsi bridging social capital pedagang di Pasar Sidikalang memungkinkan pedagang dengan kelompok diluar pasar untuk menjalin relasi, bertukar informasi dan berbagi pengalaman. Fungsi bridging social capital juga turut mendorong inidividu maupun kelompok untuk berkolaborasi.

Fungsi bridging social capital dapat dilihat pada gambar IV.7. Gambar tersebut menunjukkan adanya hubungan sosial yang menjembatani antara pedagang dengan kelompok maupum individu diluar Pasar Sidikalang. Fungsi bridging social capital pedagang di Pasar Sidikalang antara lain meningkatkan profit penjualan, memperluas jaringan/partner, terlibat dalam hubungan bisnis dan memperoleh ilmu dan bantuan gratis. Kerja sama yang dilakukan oleh pedagang maupun komunitas pasar dengan kelompok diluar pasar memberikan dampak positif. Hubungan kerja sama tersebut semakin memperluas komunikasi dan koneksi.

Fungsi bridging social capital berpengaruh efektif bagi pedagang karena hubungan kerja sama dengan sekelompok orang dapat dijadikan peluang bagi pedagang

Fungsi bonding Social capital Memudahkan berkomunikasi dan

beradaptasi

Sebagai

jembatan/penghubung antar pedagang Peningkatan profit

usaha

Membantu pembiayaan modal

usaha Mendorong semangat

berjualan

Gambar 4.5 Fungsi Bonding Social Capital Bagi Pedagang di Pasar Sidikalang

41

untuk menciptakan ladang bisnis dengan bekerjasama bersama komunitas atau organisasi mengelola produk menjadi produk yang lebih terbaru. Menurut Kak Ida sebagai salah satu pedagang yang langsung memiliki hubungan kerja sama dengan mahasiswa praktik lapangan bahwa kegiatan ini memiliki timbal balik di mana kopi yang dipromosikan semakin laku dan mahasiswa yang menjalankan kuliah praktik mendapatkan ilmunya. Selain itu menurut Bang Candra hubungan kerja sama dengan organisasi setara dapat menjadi bentuk dukungan bagi pedagang karena semakin tereksplornya produk yang diperjualbelikan oleh pedagang maka akan semakin dikenal oleh masyarakat luas.

H. Fungsi Linking Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang

Fungsi modal sosial menghubungkan sangat berpengaruh dalam keberlanjutan pasar. Fungsi linking social capital melibatkan langsung pedagang dengan pihak-pihak yang berwewenang dalam pengelolaan pasar. Hubungan yang terjalin cenderung bersifat formal berupa pengawasan dan pengontrolan. Fungsi linking social capital sebagai salah satu pendukung dalam kemajuan pasar demi keberlanjutan hidup

Fungsi modal sosial menghubungkan sangat berpengaruh dalam keberlanjutan pasar. Fungsi linking social capital melibatkan langsung pedagang dengan pihak-pihak yang berwewenang dalam pengelolaan pasar. Hubungan yang terjalin cenderung bersifat formal berupa pengawasan dan pengontrolan. Fungsi linking social capital sebagai salah satu pendukung dalam kemajuan pasar demi keberlanjutan hidup

Dokumen terkait