IDENTIFIKASI MODAL SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMINYA BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
(Studi Kasus di Pasar Sidikalang, Kab. Dairi, Prov. Sumatera Utara)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Disusun Oleh : Roma Putri Siahaan
172314055
PROGRAM STUDI EKONOMI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2021
i
IDENTIFIKASI MODAL SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMINYA BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
(Studi Kasus di Pasar Sidikalang, Kab. Dairi, Prov. Sumatera Utara)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Disusun Oleh : Roma Putri Siahaan
172314055
PROGRAM STUDI EKONOMI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2021
ii
S k r i p s i
IDENTIFIKASI MODAL SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMINYA BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
(Studi Kasus di Pasar Sidikalang, Kab. Dairi, Prov. Sumatera Utara)
Oleh:
Roma Putri Siahaan NIM: 172314055
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Florentinus Nugro Hardianto, S.E., M.Sc.
iii
S k r i p s i
iv
IDENTIFIKASI MODAL SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMINYA BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
(Studi Kasus di Pasar Sidikalang, Kab. Dairi, Prov. Sumatera Utara)
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.”
Amsal 23:18
Kupersembahkan untuk:
Papaku M. Siahaan dan Mamaku R. Napitupulu S.Pd.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
IDENTIFIKASI MODAL SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMINYA BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
(Studi Kasus di Pasar Sidikalang, Kab. Dairi, Prov. Sumatera Utara)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian, analisis, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan atau duplikat dari skripsi yang telah digunakan serta belum pernah dipublikasikan. Jika terdapat karya tulis milik orang lain, saya akan mencantumkan sumber dengan jelas.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh serta sangsi lain sesuai peraturan yang berlaku di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Yogyakarta, 30 Juni 2021 Yang membuat pernyataan
Roma Putri Siahaan
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Roma Putri Siahaan Nomor Mahasiswa : 172314055
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
IDENTIFIKASI MODAL SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMINYA BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
(Studi Kasus di Pasar Sidikalang, Kab. Dairi, Prov. Sumatera Utara)
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 30 Juni 2021 Yang menyatakan
Roma Putri Siahaan
NIM : 172314055
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut berkontribusi serta mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini:
1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc.,Ph.D. Selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Tiberius Handono Eko Prabowo, M.B.A., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Bambang Harnoto, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Florentinus Nugro Hardianto, M.Sc. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing serta telah memberi banyak masukan dan arahan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi dari awal hingga akhir proses penelitian ini.
5. Ibu Dra. Yuliana Rini Hardanti, M.Si. Selaku dosen pendamping akademik penulis.
6. Papa dan mamaku tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan yang sangat berharga secara moral dan finansial. Terimakasih atas cinta yang luar biasa dan perhatian penuh yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi dari awal hingga akhir.
7. Kak Riama, Bang Putra, Bang Bell, Kak Ayu, keponakan Irene dan Celine yang selalu menyayangi, mencintai dan mendukung penulis dalam keadaan apapun.
8. Peter Regista yang selalu bersedia menemani selama pengerjaan skripsi, tempat curhat dan memberikan masukan-masukan kepada penulis selama pengerjaan skripsi dari awal hingga akhir.
9. Sahabat-sahabatku Mella, Irma, Apri yang selalu memberikan dukungan dan hiburan kepada penulis selama pengerjaan skripsi.
10. Geng Sarjanaku Icha dan Angel yang mendukung dan menjadi pendengar yang baik bagi penulis.
11. Beben yang selalu mau menjadi pendengar yang baik dan memberi semangat bagi penulis selama proses pengerjaan skripsi.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2017 Program Studi Ekonomi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah mendukung dan memberikan masukan kepada penulis.
13. Kak Olo, Ibu Ida dan Bang Candra selaku narasumber dalam penelitian ini.
viii
14. Song jong ki, Suho dan Lay beserta tim EXO yang selalu menjadi moodbooster dan penyemangat dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat dan membawa dampak yang positif bagi seluruh pihak. Terima Kasih.
Yogyakarta, 30 Juni 2021 Yang membuat pernyataan
Roma Putri Siahaan
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Persembahan ... iv
Halaman Pernyataan Keaslian ... iv
Halaman Persetujuan Publikasi Ilmiah ...vi
Halaman Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi...ix
Daftar Gambar ... xii
Abstrak ... xiii
Abstract ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Tinjauan Teori ... 7
1. Pasar Tradisional ... 7
2. Modal Sosial ... 8
3. Hubungan Pasar Tradisional dan Modal Sosial ... 9
4. Bentuk/Jenis Modal Sosial ... 10
5. Fungsi Modal Sosial ... 11
6. Fungsi Ekonomi Modal Sosial ... 13
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 14
x
C. Model Teoritis/Konseptual Hubungan Pasar Tradisional dan Modal Sosial ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
B. Lokasi Penelitian ... 22
C. Populasi dan Sampel ... 23
1. Populasi ... 23
2. Sampel ... 23
D. Metode Pengumpulan Data ... 23
1. Observasi ... 24
2. Wawancara ... 24
3. Studi Dokumentasi ... 24
E. Teknik Analisis Data ... 25
1. Analisis Sebelum di Lapangan ... 25
2. Analisis Selama di Lapangan Model Miles dan Huberman ... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Profil Pasar dan Pedagang Pasar Sidikalang ... 29
1. Asal Usul Pasar Sidikalang ... 29
2. Perkembangan Terkini Pasar Sidikalang ... 29
3. Total Pedagang di Pasar Sidikalang ... 30
4. Pengelompokan Pedagang di Pasar Sidikalang ... 30
B. Bentuk Modal Sosial di Pasar Sidikalang ... 31
C. Bentuk Bonding Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang ... 33
D. Bentuk Bridging Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang... 35
E. Bentuk Linking Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang ... 36
F. Fungsi Bonding Social Capital Bagi Pedagang di Pasar Sidikalang ... 38
G. Fungsi Bridging Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang ... 40
H. Fungsi Linking Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang ... 41
xi
I. Fungsi Ekonomi Modal Sosial Bagi Pedagang di Pasar Sidikalang ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 51
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Teoritis/Konseptual Hubungan Modal Sosial dan Pasar Tradisional... 20
Gambar 4.1 Identifikasi Bentuk Modal Sosial Pedagang di Pasar Sidikalang ... 33
Gambar 4.2 Bentuk Bonding Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang ... 35
Gambar 4.3 Bentuk Bridging Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang ... 37
Gambar 4.4 Bentuk Linking Social Capital Pedagang di Pasar Sidikalang ... 39
Gambar 4.5 Fungsi Bonding Social Capital Bagi Pedagang di Pasar Sidikalang ... 40
Gambar 4.6 Fungsi Bridging Social Capital Bagi Pedagang di Pasar Sidikalang ... 42
Gambar 4.7 Fungsi Linking Social Capital Bagi Pedagang di Pasar Sidikalang ... 43
Gambar 4.8 Fungsi Ekonomi Modal Sosial Bagi Pedagang di Pasar Sidikalang...45
xiii
ABSTRAK
IDENTIFIKASI MODAL SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMINYA BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
(Studi Kasus di Pasar Sidikalang, Kab. Dairi, Prov. Sumatra Utara)
Modal sosial merupakan bentuk norma dan kepercayaan yang diwujudnyatakan dalam aktivitas sosial yang bertujuan untuk menciptakan jaringan antar kelompok dalam masyarakat seperti pedagang di pasar tradisional. Untuk mempertahankan eksistensi pedagang di pasar tradisional diperlukan hubungan sosial yang dapat mengikat, menjembatani, dan menghubungkan satu dan yang lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi modal sosial, mengeksplorasi fungsi modal sosial, dan menganalisis fungsi ekonomi dari modal sosial bagi pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yang mana data diperoleh melalui wawancara langsung kepada narasumber terpilih, yakni sejumlah pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang yang diperkirakan lebih banyak mengetahui dan memahami kehidupan di pasar tradisional tersebut termasuk perihal modal sosialnya. Proses analisis data dilakukan melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial teridentifikasi dalam kehidupan para pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang; modal sosial memiliki fungsi mengikat, menjembatani, dan menghubungkan bagi para pedagang; dan modal sosial memiliki fungsi ekonomi bagi para pedagang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang modal sosial dan fungsi ekonominya bagi pedagang di pasar tradisional.
Kata kunci: Modal Sosial, Fungsi Modal Sosial, Fungsi Ekonomi Modal Sosial, Pedagang
Pasar Tradisional, Pasar Tradisional Sidikalang.
xiv
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF SOCIAL CAPITAL AND ITS ECONOMIC FUNCTIONS FOR TRADITIONAL MARKETS TRADERS
(Case Study at Sidikalang Market, Dairi Regency, North Sumatra)
Social capital is a form of norms and beliefs manifesting in social activities that aim to create networks between groups in society, such a traders in traditional markets. To maintance the existence of traders in traditional markets, social relationships are considered necessary for the traders to build bonding, bridging, and connection among them. This study aims to identify features associated with social capital, explore social capital’s functions, and analyze its economic functions for traders at Sidikalang Traditional Market. This study uses a qualitative descriptive analysis method in which data is obtained through in-depth-interviews with selected respondents, namely traders at Sidikalang Traditional Market. The data analysis process is carried out through several stages including data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The results show that, firstly, social capital can be identified within economic activities of the traders in the Sidikalang Traditional Market; Secondly, the functions of social capital are identified as bonding, bridging, and linking mechanisms among the traders; and, thirdly, social capital has diverse economic functions for the traders. The results of this study, accordingly, can increase knowledge about social capital as well as its economic functions for traders in the context of traditional market.
Keywords: Social Capital, Social Capital Functions, Economic Functions of Social
Capital, Traditional Market Traders, Sidikalang Traditional Market.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sederhana pasar tradisional diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli yang di mana terdapat aktivitas sosial di dalamnya. Pertemuan antara pembeli dan penjual menciptakan proses tawar menawar dalam pasar (Gumilang dkk, 2018). Oleh karena itu, pasar telah terbukti secara efektif sebagai salah satu tempat di mana uang berbalik (Febrianty, 2013). Sebagai salah satu sarana publik, pasar tradisional telah menjadi jaring penyelamat dan penyedia lapangan kerja yang menopang hidup orang banyak khususnya bagi masyarakat kecil (Rahmawati, 2016).
Pasar juga telah menjadi bagian dari identitas kota yang menyediakan komoditas dan layanan bagi masyarakat. Di samping itu, pasar merupakan salah satu pemasukan kas Pemerintah Daerah yang terus-menerus dan langsung (Rahmawati dan Kartono, 2017).
Dalam aktivitasnya, interaksi timbal balik seperti tawar menawar yang terjadi di dalam pasar telah memengaruhi keputusan serta kepuasan antara penjual dan pembeli.
Pembeli memungkinkan untuk menawar harga barang hingga mencapai kesepakatan
harga dan biasanya penjual kerap memberikan bonus maupun potongan harga pada
pelanggan tetap yang tujuannya agar hubungan penjual dan pembeli tetap terjalin
dengan baik (Muzdalifah dan Suharso, 2019). Dan pada akhirnya pasar mencakup
keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak dan interaksi antara penjual dan
pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa (Indrawati dan Yovita, 2014). Oleh
sebab itu, pasar tercipta sebagai perwujudan kelembagaan dan prinsip pertukaran, di
mana terdapat macam-macam aktivitas manusia yang bukan dipengaruhi oleh perintah
pusat melainkan karena adanya interaksi timbal balik antar pelaku ekonomi (Kimbal,
2020).
2
Keberadaan pasar tradisional sebagai tempat terbuka mempertemukan individu- individu dengan berbagai perbedaan dari sisi fisik, latar belakang, pendapat, pengetahuan, jenis kelamin dan agama sehingga memicu kemungkinan terjadinya masalah atau konflik di dalam pasar. Dari sisi eksternal, persaingan dengan ritel modern yang sangat luas membuat pasar tradisional lebih ditinggalkan oleh masyarakat dan di sisi internal, pasar tradisional menghadapi realitas yang secara fisik berada dalam kondisi buruk, berkembang tanpa perencanaan dan beroperasi secara berlebihan (Febrianty, 2013). Masalah yang terjadi di dalam pasar pada akhirnya menimbulkan dampak besar terhadap keberadaan para pedagang (Rahmawati, 2016). Untuk mengatasi permasalahan di dalam pasar, banyak upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah seperti merevitalisasi pasar tradisional (Febrianty, 2013). Program revitalisasi yang telah dilakukan lebih dalam aspek fisik seperti bangunan fisik dan mengelola lokasi, juga menetapkan peraturan yang berkaitan dengan pasar tradisional (Purwanto dan Tumengkol, 2019).
Program revitalisasi pasar tidak menguntungkan seutuhnya bagi pedagang, akibat
dari revitalisasi ini sendiri semakin banyak pedagang yang berkurang pendapatannya
dan kehilangan mata pencaharian. Leksono (2009) melihat hal itu bukan hanya masalah
revitalisasi pasar dan persaingan dengan pasar modern karena masalahnya lebih
didominasi oleh jatuhnya modal sosial di pasar tradisional. Hal ini dapat dilihat
bagaimana masyarakat pasar menghadapi masalah mereka sendiri. Ini terdiri dari daya
tarik sikap saling curiga, kurang kepercayaan, bodoh, dan tidak ada konsep asosiasi atau
guyub di pasar tradisional (Nasrul dan Indrayani, 2019). Sebagai akibat dari hilangnya
modal sosial maka hilang juga partisipasi masyarakat di pasar tradisional sehingga
mengakibatkan keberadaan pasar yang semakin merosot dan menuju keruntuhan
(Febrianty, 2013)
3
Modal sosial merupakan bentuk norma dan kepercayaan yang diwujudnyatakan dalam aktivitas sosial yang bertujuan untuk menciptakan jaringan antar kelompok dalam masyarakat. Menurut Putnam (1990) modal sosial mengacu pada atribusi organisasi sosial seperti jaringan, norma, dan kepercayaan yang mampu memfasilitasi proses koordinasi dan kerja sama untuk mendapatkan keuntungan bersama. Putnam juga menegaskan kembali bahwa modal sosial mampu meningkatkan keuntungan pada investasi modal fisik dan manusia (Putnam dalam Istifhama, 2018). Modal sosial dipandang sebagai sumber daya dalam bentuk investasi yang bertujuan untuk mendapatkan sumber daya baru seperti modal, Jaringan sosial yang digunakan untuk memudahkan proses koordinasi dan komunikasi serta memperkuat kepercayaan antara individu (Purwanto dan Tumengkol, 2019). Di samping itu, modal sosial juga berfungsi memperlancar kegiatan perdagangan. Karena dengan modal sosial semua orang mudah mendapatkan informasi mengenai di mana barang-barang tersedia, bagaimana kualitasnya dan dengan modal sosial para pedagang tidak lagi meragukan rekan dagangnya bahwa rekan dagangnya akan melakukan penipuan (Purwanto dan Tumengkol, 2019).
Berdasarkan penelitian Dessy Febrianty (2013) berjudul “Model of Role
Strengthening of Traditional Market” memperoleh kesimpulan bahwa jaringan
pembentukan individu dan kepercayaan serta regulasi menunjukkan kondisi spesifik
disamping kondisi standar yang memengaruhi potensi modal sosial yang dapat
digunakan dalam hal memperkuat keunggulan daya tahan pasar tradisional dalam fungsi
dan operasional kota. Sebagai contoh, Pasar Beringharjo yang merupakan salah satu
pasar tradisional yang masih bertahan di Yogyakarta saat ini, dalam aktivitas
pedagangnya masih dipengaruhi oleh norma dan nilai budaya lokal yang mengikat dan
memengaruhi perilaku pribadi dalam interaksi sosial. Disamping itu, kepercayaan
4
dibangun secara alami dengan tingkat tinggi di antara pedagang yang ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari di pasar seperti contoh ketika seorang pedagang melakukan transaksi dengan menjual komoditas dari pedagang lainnya, mereka tidak perlu membayar di muka karena pedagang yakin bahwa kepercayaan yang baik menyiratkan adanya jaringan yang solid. Berkat kepercayaan, jaringan dan norma yang terbentuk di Pasar Beringharjo maka pedagang menciptakan paguyuban di lingkup mereka yang berperan dan berfungsi sebagai tempat untuk mengumpulkan aspirasi pedagang, bertindak menjembatani komunikasi antara pedagang dan manajemen (otoritas pasar atau lurah pasar), menyederhanakan distribusi informasi, menyatukan manajemen konflik internal ditingkat pasar dan pedagang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian diatas, maka terdapat beberapa identifikasi dari masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Modal sosial apa sajakah yang dimiliki para pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang?
2. Apa fungsi modal sosial bagi pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang?
3. Apakah fungsi ekonomi modal sosial bagi pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang?
C. Batasan Masalah
Peneliti berfokus pada perkembangan Pasar Tradisional Sidikalang, Identifikasi modal sosial serta fungsi modal sosial baik ekonomi maupun non-ekonomi bagi pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Untuk mengidentifikasi modal sosial apa sajakah yang dimiliki pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang.
2. Untuk mengeksplorasi fungsi modal sosial bagi pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang.
3. Untuk menganalisis fungsi ekonomi modal sosial bagi pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam masalah ini, antara lain:
1. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi pembaca mengenai seberapa besar pengaruh modal sosial dalam mengembangkan peran pedagang di pasar tradisional.
2. Bagi Pihak Pedagang
Penelitian ini sebagai informasi serta mampu memberi manfaat dan evaluasi bagi para pedagang di pasar tradisional khususnya Pasar Tradisional Sidikalang tentang seberapa pentingnya peran modal sosial guna mempertahankan kelangsungan usahanya ditengah-tengah persaingan.
3. Bagi Pihak Pengelola Pasar
Sebagai bahan masukan bagi pihak pengelola pasar selaku pengambil kebijakan guna upaya mempertahankan eksistensi pasar tradisional khususnya Pasar Tradisional Sidikalang.
4. Bagi Pihak Lain
Memberikan pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau
acuan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
6
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah memahami laporan penelitian ini, maka sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri atas lima bab, masing-masing uraian secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang tinjauan teori yang mendukung penelitian ini, hasil penelitian terdahulu dan model teoretis atau konseptual hubungan pasar tradisional dan modal sosial.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan data yang diperoleh penulis dari penelitian yang dilakukan di Pasar Tradisional Sidikalang.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan hasil analisa peneliti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional sejatinya merupakan representasi dari ekonomi rakyat atau ekonomi kelas bawah, sebagai tempat bergantung para pedagang skala kecil dan menengah. Istilah pasar dalam kajian sosiologi ekonomi diartikan sebagai salah satu lembaga paling penting dan institusi ekonomi yang menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi (Damsar, 1997: 101). Hakikatnya pasar tradisional bergerak pada sektor informal, oleh karena itu siapa saja memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan di pasar (Brata, 2016). Sebagai arena yang tidak terstruktur di mana semua kegiatan berlangsung, maka fungsi pasar tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang (Kimbal, 2015).
Sejak lama pasar tradisional memegang peranan penting dalam memajukan
dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi rakyat. Di samping sebagai muara dari
produk-produk masyarakat di sekitarnya, juga merupakan lapangan kerja yang
sangat bermanfaat bagi masyarakat (Ulfah dan Hidayah, 2019). Selain itu, Pasar
berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang selanjutnya
dapat digunakan untuk membiayai pembangunan daerah. Kontribusi ini
menunjukkan bahwa peran Pasar Tradisional tidak sesederhana kegiatan
ekonominya. Pasar tradisional juga memberikan kontribusi signifikan terhadap
pembangunan daerah (kimbal, 2019).
8
2. Modal Sosial
Modal sosial merupakan bagian dari aktivitas manusia yang terbentuk atas unsur kepercayaan, norma, dan jaringan. Menurut Woolcock (2000), Pada 1990- an konsep modal sosial didefinisikan sebagai norma dan jaringan yang memungkinkan orang untuk bertindak secara kolektif, pada waktu itu modal sosial menonjol pada semua disiplin ilmu. Menurut Fukuyama dalam penelitian Kimbal, 2015 bahwa Modal sosial adalah norma informal yang di dalamnya ada kerja sama antara individu atau lebih dan Putnam (1990) mengungkapkan bahwa makna modal sosial mengacu pada atribusi organisasi sosial seperti jaringan, norma, dan kepercayaan yang mampu memfasilitasi proses koordinasi dan kerja sama untuk mendapatkan keuntungan bersama. Coleman dalam penelitian Rahmawati, 2016 menunjukkan 3 bentuk atau manifestasi modal sosial yakni kewajiban, harapan, dan kepercayaan.
Seperti Coleman, Putnam juga menegaskan kembali bahwa modal sosial mampu meningkatkan manfaat investasi modal fisik dan manusia. Jejaring sosial mampu memfasilitasi proses koordinasi dan komunikasi serta memperkuat kepercayaan antar individu. Adapun 3 unsur modal sosial, yaitu :
1) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan modal utama dalam menjalin hubungan dengan
individu lain maupun dengan pihak lain. Kepercayaan akan mendorong
terwujudnya keharmonisan dalam berhubungan dengan pihak lain (Rahmawati,
2016). Kepercayaan juga dianggap sebagai harapan yang muncul dalam
komunitas yang berperilaku normal, jujur dan kooperatif berdasarkan norma
bersama (Rahmini dkk, 2019). Jaminan kejujuran di masyarakat dapat
memperkuat rasa solidaritas dan kerja sama (Fukuyama, 2002).
9
2) Jaringan
Menurut Field (2018: 18) jaringan sosial merupakan aset yang bernilai, yang memberikan dasar bagi kohesi sosial karena mendorong orang bekerja sama antar satu sama lain dan tidak sekadar dengan orang yang mereka kenal secara langsung untuk memperoleh manfaat timbal balik. Sedangkan Fukuyama dalam penelitian Rahmawati, 2016 mendefinisikan jaringan sebagai sekelompok agen-agen individual yang berbagi norma-norma atau nilai-nilai infromal melalui nilai/norma yang penting untuk transaksi-transaksi pasar biasa. jaringan sosial yang memiliki nilai, di mana kontak-kontak sosial memengaruhi produktivitas individu dan kelompok dengan norma yang turut berperan di dalamnya.
3) Norma
Menurut Damsar (2002) norma melembaga dan mengandung sangsi sosial untuk mencegah individu dari perilaku menyimpang dari perilaku yang biasa dalam masyarakat. Norma telah dilembagakan dan digunakan untuk mencegah individu dari perilaku menyimpang yang disetujui secara sosial dari perilaku yang biasa di masyarakat (Damsar dalam Zulmardi dan Indrayani, 2019). Norma juga turut berperan penting dalam mengurangi biaya transaksi.
Tanpa norma dan sangsi, akan menimbulkan situasi yang buruk bagi pertukaran pasar, investasi, maupun pertumbuhan ekonomi (North,1992).
3. Hubungan Pasar Tradisional dan Modal Sosial
Modal sosial pedagang pasar tradisional didasarkan pada jaringan yang
dibentuk yang terdiri dari jaringan ikatan, jembatan dan penghubung, kepercayaan
dan hubungan timbal balik atau kolaborasi, norma atau nilai sosial serta keberadaan
kelompok pedagang dan sistem keanggotaannya (Febrianty, 2013). Modal sosial
10
memengaruhi para pedagang dalam mengembangkan jejaring yang memfasilitasi relasi-relasi sosial yang saling menguntungkan dan juga sebaliknya (Purwanto dan Tumengkol, 2019). Di samping itu, modal sosial yang terjalin antar pedagang serta pedagang dengan pembeli pada kenyataannya menghubungkan arus informasi (Istifhama, 2017). Peranan modal sosial mempunyai arti penting dalam distribusi keuntungan ekonomi dan manfaat sosial dengan tetap mengedepankan prinsip- prinsip keadilan (Purwanto dan Tumengkol, 2019).
4. Bentuk/Jenis Modal Sosial
Menurut Woolcock (1998) modal sosial terbagi atas 3 bentuk yaitu bonding social capital (modal sosial terikat), bridging social capital (modal sosial menjembatani) dan linking social capital (modal sosial menghubungkan). Bonding social capital biasanya ditunjukkan melalui kultur, nilai, persepsi dan tradisi atau adat-istiadat yang hidup didalam masyarakat. Bridging social capital mencakup ikatan yang lebih longgar seperti kelompok atau komunitas di dalam masyarakat, sedangkan linking social capital menjangkau orang-orang pada situasi berbeda yang sepenuhnya berada diluar komunitas sehingga mendorong anggotanya memanfaatkan banyak sumber daya dari yang tersedia di dalam komunitas (Fathi, 2019).
Bonding social capital atau modal sosial mengikat merupakan ikatan modal sosial yang menunjukkan hubungan orang-orang dalam situasi yang mirip seperti keluarga dekat, kelompok keagamaan, kelompok etnik, tetangga dan teman dekat.
Pada situasi ini hubungannya sangat tertutup, erat dan hubungan interaksi berkali-
kali. Hubungan interaksi tersebut dibangun antar anggota yang memiliki
kepercayaan kuat serta latar belakang sosial yang sama. Oleh karena itu, proses
11
interaksi akan berjalan dengan sangat mudah (Scheffert et al., 2008 dalam Dunggio, 2017)
Bridging social capital atau modal sosial menjembatani merupakan ikatan modal sosial yang melibatkan hubungan di antara orang-orang yang tidak dekat dan berbeda. Bentuk ikatan tersebut seperti persahabatan yang tidak erat atau rekan kerja. Pada hubungan ini, kekuatan hubungan tidak terlalu kuat namun ada kesempatan untuk menjalin keeratan hubungan. Pada kelompok ini kepercayaan harus dibangun atas dasar norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Selanjutnya dengan latar belakang yang berbeda maka kegiatan dan pemecahan masalah harus dilakukan secara bersama-sama (Scheffert et al., 2008 dalam Dunggio, 2017).
Linking social capital atau modal sosial menghubungkan merupakan jenis modal sosial yang menggambarkan norma penghormatan dan jaringan hubungan saling percaya antara orang-orang yang berinteraksi melintasi gradien kekuasaan atau otoritas eksplisit, formal atau dilembagakan dalam masyarakat. Hubungan ini digambarkan sebagai vertikal dan fitur utamanya adalah perbedaan posisi atau kekuasaan sosial (Claridge, 2017). Ikatan modal sosial ini biasanya diindikasikan dengan organisasi seperti Pemerintah, Bank, atau lembaga penyandang dana yang ada di dalam atau di luar masyarakat. Pada kelompok ini, kepercayaan terhadap pimpinan akan sangat berdampak pada interaksi yang terjalin (Dunggio, 2017).
5. Fungsi Modal Sosial
Coleman berpendapat bahwa pengertian modal sosial ditentukan oleh
fungsinya. Sekalipun sebenarnya terdapat banyak fungsi modal sosial tetapi
Coleman mengatakan bahwa pada dasarnya semuanya memiliki dua unsur
yang sama yakni: pertama, modal sosial mencakup sejumlah aspek dari struktur
12
sosial, dan kedua, modal sosial memberi kemudahan bagi orang untuk melakukan sesuatu dalam kerangka struktur sosial tersebut (Syahra, 2003). Modal sosial berfungsi menyelesaikan konflik yang ada dalam masyarakat, membentuk solidaritas masyarakat dengan pilar kesukarelaan, membangun partisipasi masyarakat, dan memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial (Riadi, 2018).
Modal sosial mengikat dapat memenuhi fungsi sosial yang bermanfaat
dengan memberikan dukungan yang vital kepada orang-orang yang menderita
kesulitan sosial ekonomi atau kesehatan buruk. Modal sosial ikatan cenderung
membantu orang-orang bertahan dan memberikan norma kepercayaan yang
memfasilitasi tindakan kolaboratif (Claridge, 2018). Modal sosial menjembatani
sangat luas jangkaunnya dan dapat mencakup peningkatan kemampuan dalam
pengumpulan informasi, kemampuan untuk mendapat akses atau penempatan yang
lebih baik dalam jaringan atau untuk mengenali peluang baru yang lebih baik
(Fathi, 2019). Karena modal sosial menjembatani melintasi batas-batas sosial yang
cenderung meningkatkan toleransi, nilai-nilai, dan keyakinan melalui kontak
dengan beragam orang (paxton 2002 dalam claridge, 2018). Modal sosial
menghubungkan untuk melibatkan hubungan sosial dengan mereka yang memiliki
otoritas yang dapat digunakan untuk mengakses sumber daya atau kekuasaan
(Syahra, 2003). Modal sosial menjembatani memberi banyak fungsi tidak langsung
bagi masyarakat seperti menghubungkan pejabat Pemerintah dengan orang-orang
yang menyediakan pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan pekerjaan
mereka (Jordan 2015 dalam Claridge, 2018).
13
6. Fungsi Ekonomi Modal Sosial
Modal sosial menjadi masalah penting karena usaha ekonomi akan sukses tidak hanya berbekal modal financial semata, namun juga perlu adanya dukungan sumber daya manusia, dan modal sosial merupakan salah satu unsurnya (Pramatya, 2013). Robinson dan kawan-kawan berpendapat bahwa dalam berbagai transaksi ekonomi orang-orang yang memiliki modal sosial akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada mereka yang tidak memilikinya (Syahra, 2003). Modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan kerekatan hubungan dalam jaringan yang luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi (Fukuyama, 1999 dalam Haridison). Social capital mampu meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan mempromosikan enterpreneurship dan keunggulan teknologi, yang pada akhirnya berperan pada keamanan dan sosial dalam memperbaiki distribusi pendapatan (Cahyono, 2014). Dan mampu membangkitkan kemitraan, sebagai salah satu bentuk relasi yang diidealkan dalam kegiatan ekonomi (Syahyuti, 2008).
Modal sosial berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh jaminan hidup
terutama bagi pedagang di pasar tradisional. Jaringan,dan trust yang mereka miliki
dapat berkontribusi secara signifikan dalam kelangsungan usahanya (Handoyo,
2012). Modal sosial memainkan perannya secara nyata bagi pedagang ketika dalam
kondisi kelembagaan pasar yang lemah apalagi gagal. Modal sosial yang tercipta
dalam iklim perekonomian pasar tradisional adalah kerja sama dan kepercayaan,
adanya dimensi kerja sama dalam konteks pasar tradisional di Indonesia sendiri
mengajarkan bahwa kegiatan-kegiatan transaksi ekonomi tidak selalu memikirkan
profitabilitas dan keuntungan ekonomi semata, tetapi juga membangun hubungan
kekeluargaan dan persaudaraan terhadap sesama (Jati, 2012). Modal sosial juga
14
dapat menjadi sumber kredit ketika kredit formal tidak bisa diakses, dapat menjadi asuransi melalui berbagi risiko (risk sharing) yaitu tidak membayar sebelum barang terjual sehingga harga ditentukan belakangan (atau setidaknya memohon pengurangan harga jika harga yang terjadi lebih rendah dari yang diharapkan), dan dapat menjadi pengganti ketika kekuatan kontrak (contract enforcement) dari lembaga formal tidak berjalan atau tidak ekonomis (Syahyuti, 2008).
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan dalam penulisan peneliti saat ini.
Penulis mengambil beberapa contoh dan teori dari penelitian terdahulu yang terkait dengan pasar tradisional dan modal sosial. Oleh sebab, itu terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama- sama meneliti tentang bagaimana wujud nyata peran modal sosial di dalam pasar tradisional. Selain itu, penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan penelitian Zulmardi dan Indrayani (2019), Febrianty (2013), Muzdalifah dan Suharso (2019) serta Nurhadiyono yaitu sama-sama menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Selain itu, variabel penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian Rinda rofiatul Maziyah (2014) yaitu eksistensi, pasar tradisional dan modal sosial.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang paling
mendasar ialah objek penelitian dan waktu yang berbeda. Perbedaan selanjutnya, jika
pada penelitian Purwanto dan Tumengkol (2019) subjek penelitian lebih spesifik pada
pedagang sayur sedangkan penelitian ini menggunakan keseluruhan pedagang di pasar
tradisional. Penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian Jatmiko Suryo,
Novita nuzul, Rahel Widiawati Kimbal, Dwisara Ajeng Rahmawati yaitu dalam
penggunaan alat analisis. Berikut tabel hasil penelitian terdahulu :
15
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Penulis
dan Tahun
Variabel Penelitian
Alat analisis
data
Hasil
1 Wedy nasrul, Zulmardi, Tri Irfa Indrayani (2019)
Fungsi Modal sosial
Kelembagaan
Pasar Gambir
Analisis kualitatif deskriptif
Hasil penelitian menunjukkan tiga aspek modal sosial yang berfungsi pada. pasar gambir. Tiga aspek adalah, kerja sama, norma jaringan dan sanksi. Aspek kepercayaan berfungsi memfasilitasi kerja sama untuk keberlanjutan pertanian gambir. Aspek jaringan melayani transaksi, tetapi jaringan tidak berfungsi dalam memberikan informasi tentang harga. Aspek norma dan sanksi berfungsi dalam mempertahankan dan mengatur hubungan di pasar gambir.
2 Rinda Rofiatul Maziyah (2014)
Pasar Tradisional
Eksistensi
Modal Sosial
Pendekata n
kualitatif dengan metode studi kasus
Modal sosial yang terbentuk pada Pasar Besar Malang telah ada dan menjadi pendorong bagi pasar itu sendiri untuk bertahan, hal ini tercermin pada hubungan antarpedagang yang telah ada dan terpelihara dengan baik serta hubungan pedagang dengan pelanggan atau pembeli yang juga merupakan bentuk modal sosial, hubungan-hubungan ini menyangkut kepercayaan, jaringan serta nilai dan norma.
3 Wedy Nasrul, Muhammad Ichwan, Yuliesi Punawati
Modal Sosial
Kelembagaan lokal
Pasar Tradisional Gambir
Analisis deskriptif kualitatif
Hasil penelitian menunjukan,
terdapatnya beberapa perbedaan
dan kesamaan dukungan modal
sosial (kepercayaan, jaringan
kerjasama serta norma dan sangsi)
yang dimiliki kelembagaan lokal
yang terlibat pada Pasar Tradisional
gambir. Modal sosial yang
terbentuk ada yang mendukung
kerjasama atau tindakan kolektif
untuk melindungi Pasar Tradisional
gambir. Terdapat juga kerjasama
16
atau tindakan kolektif yang merugikan salah satu pihak, terutama petani.
4 Dessy Febrianty (2013)
Pasar Tradisional
Modal Sosial
Revitalisasi
Jejaring Sosial
Metode kualitatif
Peluang penguatan dan atau pelemahan operasi, fungsi dan peran pasartradisional dari masing- masing pelaku berdasarkan kapasitas dan kompetensi para pelaku utama di Pasar Tradisional.
Penentuan penilaian kekuatan pada pemanfaatan modal sosial oleh para pemangku kepentingan Pasar Tradisional karena dukungan dari jaringan para pemangku kepentingan dan kekuatan kepercayaan yang dilaksanakan dalam bentuk norma dan pola nilai yang ada.
5 Jatmiko Suryo Gumilang, Mahendra Wijaya, Bagus Haryono (2018)
Pedagang
Modal Sosial
Tradisi Pahingan
Pasar Sunggingan
Model analisis data interaktif
modal sosial pedagang di pasar berperan sangat penting dalam strategi perdagangan pedagang di pasar yang membentuk kebiasaan pedagang yang telah dilakukan secara terus menerus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pedagang pedagang di Pasar Sunggingan memiliki strategi tertentu untuk memberikan keberadaan mereka.
6 Lia Istifhama Pedagang
Pasar Tradisional
Modal Sosial
Ekonomi Islam
prinsip ibadah mewarnai proses
dalam strategi pemasaran yang
diterapkan pedagang Pasar
Tradisional, baik di antaranya
strategi produk, strategi harga,
strategi promosi, strategi tempat,
dan pelayanan (servis). Ditinjau
dari marketing syariah, produk
yang diperdagangkan oleh
pedagang sudah memenuhi aspek
kehalalan dan kejujuran karena
Islam melarang segala bentuk
penipuan dalam jual beli maupun
transaksimuamalah lainnya.
17
7 Siti
Muzdalifah, Sukidin, Pudjo Suharso (2019)
Pedagang Tradisional
Karakteristik
Pola
Komunikasi
Modal Sosial
Metode Kualitatif dengan pendekata n
deskriptif
bahwa pola komunikasi antara pedagang dan pembeli di Pasar Kepatihan dapat dilihat melalui interaksi dan komunikasi dalam aktivitas jual beli. Sedangkan modal sosial yang dimiliki pedagang Pasar Kepatihan terdiri dari beberapa komponen. Adanya kepercayaan antara sesama pedagang maupun dengan pembeli yang dapat menjaga hubungan baik yang telah terjalin. Norma tidak tertulis di pasar yang dipatuhi oleh pedagang akan menciptakan suasana kondusif dan nyaman.
Jaringan yang dibentuk pedagang dengan pemasok, sesama pedagang,
dan pelanggan dapat
menguntungkan pedagang untuk melanggengkan usahanya.
8 Mira Fatimah, Mohammad Afifuddin (2013)
Daya Saing
FSP3Y
Inovasi
Modal Sosial
Pasar Tradisional
Sinergi
Metode penelitian kualitatif
peningkatan kekuatan pedagang pasar ketika mereka berhasil mengkonsolidasikan diri dalam kelompok kolektif seperti FSP3Y.
FSP3Y mampu mentransformasi modal sosial pedagang menjadi energi positif (modal sosial bersama) untuk secara kolektif membenahi dan meningkatkan daya saing Pasar Tradisional sehingga eksistensi mereka tetap terjaga meski dikepung oleh ekspansi dahsyat ritel modern ke setiap penjuru wilayah Yogyakarta.
9 Novita Nuzul Ulfah, Nur Hidayah (2019)
Modal Sosial
Komunitas
“Save Pahingan”
Pasar Minggu Pahingan
Model analisis Milles dan Huberman
Komunitas save pahingan’ dalam
mengatasi konflik di Pasar Minggu
Pahing memanfaatkan komponen
modal sosial diantaranya
kepercayaan, jaringan dan
kerjasama. Kepercayaan digunakan
komunitas save pahingan’ untuk
meyakinkan pemerintah bahwa
Pasar Minggu Pahing merupakan
18
intangible heritage atau budaya non bendawi apabila tidak dilestarikan akan hilang. Jaringan berperan untuk menjalin komunikasi dan kerjasama dengan berbagai pihak.
Kerjasama dilakukan untuk mencapai tujuan bersama yaitu menolak rencana relokasi dengan melakukan aksi penolakan bersama 10 Noor
Rahmini Sebuah, M.
Pudjihardjo b, Arif Hoetoro (2019)
Pasar Terapung Lok Baintan
Modal Sosial
Strategi Defensif
Hambatan
mengadop si desain kualitatif mengguna kan pendekata n
fenomenol ogis
modal ikatan sosial yang dikelola oleh pelaku ekonomi di Pasar Terapung Lok Baintan merupakan faktor untuk kelangsungan hidup mereka. Modal sosial juga berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan pedagang Ikatan modal sosial memprioritaskan kepercayaan yang tersirat dalam hubungan pembangunan modal sosial (interaksi sosial dan ekonomi dalam keluarga dan kerabat sebagai sumber modal pedagang dan relasi Pembantu muncul dari jejaring pertemanan) dan kesepakatan harga (hubungan pribadi intensif yang muncul dari kepercayaan hingga meringankan perjanjian harga dan budaya kurang lebih “kurang labih”).
11 Nurhadiyono, Antonius Purwanto, Selvie M.
Tumengkol (2019)
Modal Sosial
Pedagang Sayur
Pemasaran
Pendekata n
deskriptif kualitatif
Melalui jaringan para pedagang
sayuran akan saling memberi
informasi, saling mengingatkan,
dan saling membantu. Kepercayaan
tidak dapat muncul dengan
seketika, melainkan membutuhkan
proses dari hubungan antara para
pedagang sayuran yang sudah lama
terlibat dalam perilaku ekonomi
secara bersama. Kepercayaan
muncul karena adanya sikap jujur
dan disiplin terhadap norma dari
para pedagang sayuran di Pasar
Bersehati Norma sosial diciptakan
19
untuk kepentingan bersama. Norma formal diciptakan untuk menjaga keamanan, kenyamanan pasar, dan menjaga kelanggengan pasar.
13 Rahel Widiawati Kimbal (2015)
Modal Sosial
Pasar Tradisional
Desain
Model spradley
Peran modal sosial dalam transaksi pasar dapat dilihat dalam bentuk berbagi informasi mengenai harga konsumen dan produk, memperolehsapi yang berkualitas, menyetujui transaksi berbiaya rendah, dan mengakses sumber daya keuangan di pasar lokal.
emakin banyak modal sosial ini diterapkan, semakin mengurangi risiko transaksi ekonomi di pasar.
14 Nanik Rahmawati, S.Sos, M.Si (2016)
Resiprositas
Jaringan
Modal Sosial
Modal sosial merupakan jaringan yang memiliki nilai. Terdapat kontak sosial yang mempengaruhi produktifitas individu dan kelompok. Hubungan antar individu dengan adanya resiprositas dan keterpercayaan
tumbuh dari hubungan-hubungan tersebut. Modal sosial mendorong partisipan untuk bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
15 Dwisara Ajeng Rahmawati, Drajat Tri Kartono (2017)
Modal Sosial
Pasar Tradisional
Kelanjutan bisnis
Metode interaktif
Penjual Pasar Legi di Jakarta Kotagede Yogyakarta percaya unsur-unsur modal sosial seperti kepercayaan, jaringan dan norma.
Namun, elemen modal sosial paling
menonjol adalah kepercayaan dan
norma, sedangkan jejaring sosial
tidak banyak dipercaya oleh
penjual. Fenomena itu bisa terjadi
karena mayoritas penjual
merasakannya mereka tidak
membutuhkan jaringan luas untuk
menjual produk mereka.Modal
sosial yang ada pada penjual
Kotagede Legi Yogyakarta Pasar
memiliki karakteristik yang
20
mengikat dan menjembatani dari jenis modal sosial.
16 Rahel Widiawati Kimbal
Modal Sosial
Transaksi Barter
Pasar Tradisional
Model spradley
modal sosial yang ada dalam transaksi barter di Blante Market termasuk kepercayaan, jaringan, timbal balik, norma dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam tiga saluran aktor yang menggunakan barter sebagai transaksi.
C. Model Teoritis/Konseptual Hubungan Pasar Tradisional dan Modal Sosial
Pasar tradisional memegang peranan penting dalam memajukan dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi rakyat. Oleh sebab itu, diperlukan modal sosial di dalamnya yang berperan untuk mempertahankan eksistensi pasar yang mulai surut akibat keberadaan ritel modern. Kepercayaan, norma dan jaringan sebagai komponen
Gambar 2.1 Model Teoritis/Konseptual Hubungan Modal Sosial dan Pasar Tradisional
Kepercayaan
Jaringan Norma
komponen atau Unsur Modal Sosial
Jenis atau Bentuk Modal Sosial
Fungsi Modal Sosial Modal Sosial
Bonding Social Capital
Bridging Social Capital
Linking Social capital
Fungsi Ekonomi
Fungsi
Non-
Ekonomi
Pasar Tradisional
21
unsur modal sosial yang diperlukan untuk mengidentifikasi seberapa jauh hubungan
sosial telah tercipta di pasar tradisional. Selain itu, hubungan sosial juga dijabarkan
melalui bentuk modal sosial yakni bonding social capital (modal sosial mengikat),
bridging social capital (modal sosial menjembatani), dan linking social capital (modal
sosial menghubungkan). Bentuk modal sosial tersebut merupakan bentuk hubungan
yang ada di berbagai tingkatan mulai dari pihak setara hingga pihak yang hirarkinya
lebih tinggi. Hubungan sosial yang dibangun di berbagai tingkatan memberi manfaat
dan arti yang berbeda-beda bagi pedagang di pasar tradisional. Salah satu bentuk
hubungan sosial tersebut diwujudkan dalam hubungan kerja sama dengan Pemerintah
dalam pengelolaan dan peningkatan mutu pasar. Indentifikasi modal sosial diperlukan
untuk mengetahui fungsi ekonomi dan fungsi non-ekonominya bagi pedagang di pasar
tradisional.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2011) metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, seperti rasional, empiris dan sistematis. Maka dalam penelitian ini dibutuhkan adanya suatu metode yang digunakan sebagai langkah-langkah atau cara peneliti dalam memecahkan masalah yang diangkat didalam penelitian.
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta yang tampak di lokasi. Di samping itu, pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan detail informasi yang terkait dengan aspek sosial khususnya menggali informasi tentang modal sosial pedagang di Pasar Tradisional.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan sumber data yang diambil langsung dari sumber asli yaitu pelaku aktivitas di pasar tradisional. Untuk memperoleh data primer, maka peneliti melakukan wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yaitu mengambil data dari buku-buku, jurnal-jurnal penelitian terdahulu, dan literatur yang berkaitan dengan topik penelitian saat ini.
B. Lokasi Penelitian
Menurut Nasution (2003:43) lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi
sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan
yang dapat di observasi. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian di Pasar
Tradisional Sidikalang yang beralamat di Jalan Trikora, Kota Sidikalang, Sidikalang,
23
Kabupaten Dairi, Sumatra Utara 222119. Pasar Sidikalang ini merupakan salah satu Pasar Tradisional yang masih eksis di Kabupaten Dairi. Di samping itu, pasar ini merupakan pasar induk atau satu-satunya pasar yang berada di Kota Sidikalang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011:80) populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2011:81) sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Maka dalam penelitian ini, peneliti tidak mengambil sampel dari keseluruhan pelaku aktivitas di pasar tradisional melainkan menggunakan teknik convience sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya.
Sampel yang terpilih adalah orang-orang penting yang diperkirakan memiliki banyak informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian tentang pasar tradisional setempat termasuk modal sosial di Pasar Tradisional Sidikalang.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara penulis untuk mendapatkan data yang
terkait dengan penelitian. Adapun cara penulis untuk mengumpulkan data dengan
beberapa instrumen pengumpul data yaitu sbb:
24
1. Observasi
Observasi secara umum merupakan aktivitas yang dilakukan guna mengetahui sesuatu dari sebuah fenomena dengan melakukan pengamatan yang berdasarkan pengetahuan serta gagasan. Secara spesifik observasi berbanding terbalik dengan wawancara dan kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner harus berkomunikasi langsung dengan objek yang diteliti, sedangkan observasi dilakukan dengan tidak terbatas pada orang maupun objek-objek sekitar lokasi penelitian.
Observasi juga dilakukan dengan pengamatan langsung oleh peneliti dengan catatan tertulis berdasarkan fakta yang terlihat di lapangan. Oleh karena itu, teknik observasi yang dilakukan peneliti bersifat langsung dengan mengamati aktivitas pedagang maupun pembeli di Pasar Tradisional Sidikalang.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2011:231) wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan panduan kuesioner penelitian yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Peneliti melakukan proses wawancara dengan pedagang yang merupakan pengurus dari organisasi pasar. Di samping itu, tujuan dilakukannya wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi valid terkait identifikasi modal sosial serta fungsi ekonominya bagi pedagang di Pasar Tradisional Sidikalang.
3. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2011:240) studi dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan bagian penting
guna pelengkap dalam metode pengumpulan data sebagai bentuk fakta dalam
25
lapangan. Penulis mengumpulkan sejumlah dokumen berupa foto, data responden maupun catatan di lapangan sebagai pelengkap data informasi.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada umumnya dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai. Seperti apa yang dijelaskan oleh Sugiyono (2011:244) bahwa analisis data merupakan proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menggambarkan situasi yang sebenarnya atau fakta yang terjadi di lapangan tanpa merekayasa pada variabel. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian deskriptif kualitatif ini adalah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Oleh sebab itu, narasumber sebagai pemegang peran penting dalam menggali informasi mengenai fakta yang terjadi di lapangan. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data maka peneliti menggunakan 2 pendekatan, yaitu:
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Sebelum peneliti melakukan penelitian langsung atau dengan kata lain sebelum terjun langsung melakukan observasi di lapangan, peneliti melakukan analisis data terhadap penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian saat ini.
Analisis data ini dapat disebut data sekunder yang berguna sebagai acuan atau
membantu peneliti agar dapat menentukan fokus penelitian. Akan tetapi analisis data
ini hanya bersifat sementara hingga peneliti terjun langsung ke lapangan.
26
Untuk mendapat jawaban dari penelitian ini, maka proses analisis data dilakukan terus-menerus. Proses analisis data ini dimaksud agar peneliti lebih mudah dalam mengkaji dan menggali informasi terkait modal sosial di pasar tradisional.
2. Analisis Selama di Lapangan Model Miles dan Huberman
Menurut Miles dan Huberman dalam sugiyono (2011:246) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus- menerus sampai tuntas, hingga datanya jenuh. Tidak ditemukannya lagi informasi atau data baru sebagai ukuran kejenuhan data. Adapun model analisis data Miles dan Huberman terdiri dalam tiga tahap yaitu :
1) Tahap Reduksi Data
Mereduksi data maksudnya adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal yang lebih penting yang berkaitan langsung dengan penelitian. Biasanya data maupun catatan yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, oleh karena itu tahap reduksi data ini bertujuan membantu peneliti untuk memahami data yang telah dikumpulkan dari lapangan baik melalui hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi. Di samping itu, proses reduksi data dalam penelitian merupakan bagian penting dari analisis untuk menggolongkan, menajamkan, dan mengorganisasi data dengan baik hingga proses kesimpulan akhir terlaksana dengan baik.
Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang direduksi oleh penulis adalah hasil
dari observasi, wawancara dan catatan-catatan dokumentasi yang berkaitan
langsung dengan aktivitas pelaku ekonomi di pasar tradisional, identifikasi modal
sosial, dan fungsi modal sosial bagi pedagang di pasar tradisional.
27
2) Tahap Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahap kedua dalam melakukan analisis data yang dilakukan dengan berbagai bentuk seperti uraian singkat, hubungan antara kategori, bagan, flowchart dan sebagainya. Miles dan Huberman dalam penelitian Kimbal (2015) menyatakan “the most frequen from of display data for qualitative research data in the pass has been narative text” yang artinya, bentuk tampilan data yang paling sering digunakan untuk penelitian kualitatif pada masa lalu adalah teks yang bersifat naratif.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
Dalam proses penyajian data, peneliti menggambarkan secara umum hasil penelitian dimulai dari lokasi penelitian yaitu Pasar Sidikalang yang tergambar melalui aktivitas sosial pedagang dan pembeli, ekonomi, dan realitas yang ada di pasar tradisional hingga berbagai fasilitas dan hal-hal lainnya yang menunjang perkembangan atau eksistensi pasar tradisional.
3) Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap ketiga dalam analisis data. Penarikan kesimpulan ini memungkinkan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal penelitian. Namun seperti apa yang dijelaskan dalam penelitian terdahulu bahwa kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan masih akan terus berkembang hingga ditemukannya bukti-bukti. Proses menemukan bukti-bukti ini disebut sebagai verifikasi data.
Jika kesimpulan yang dikemukakan telah didukung oleh bukti-bukti yang kuat
atau sesuai dengan kondisi di lapangan seperti apa yang ditemukan peneliti maka
kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan kredibel. Oleh sebab itu,
28
kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan dapat menjadi temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Dengan demikian reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan satu kesatuan dalam melakukan analisis data pada penelitian. Model analisis penelitian kualitatif Miles dan Huberman dapat disimpulkan mampu menjawab atau memecahkan permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan secara teratur dan berurut mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan dalam penelitian.
Disamping itu, penelitian yang telah dibuat juga dapat dipertanggungjawabkan
karena telah di verifikasi.
29